Memperlakukan Pemimpin Sesuai Prinsip
Pada musim panas 2016, aku masih cukup baru dalam posisi kepemimpinan di gereja. Suatu hari Saudari Wang, seorang pemimpin tingkat atas, mendatangi pertemuan. Aku sedang mencari tahu apakah seorang saudara akan menjadi pemimpin tim yang baik, dan meminta bantuannya. Mendengar ini, bahkan tanpa tahu detail lebih lanjut tentang orang itu atau membicarakan prinsip-prinsip membina orang, dia hanya menyuruh menaruhnya di posisi itu dahulu dan melihat, lalu menggantinya jika perlu. Aku takut, melatih orang yang salah akan menghambat pekerjaan gereja, jadi aku menyatakan keraguanku agar dia berbagi persekutuan spesifik tentang prinsip. Dia tidak berbagi lebih banyak persekutuan, tetapi dengan tidak sabar mengkritikku karena congkak dan tidak menerima kebenaran, lalu bicara sangat panjang. Ditangani seperti ini membuatku terkekang, dan aku berpikir, "Bukankah kita seharusnya bersekutu tentang kebenaran untuk memecahkan masalah? Saat kami punya masalah, kau tidak membantu dengan persekutuan, justru dengan angkuh memarahi kami. Itu bukan mengarahkan kami untuk memahami kebenaran dan mengikuti prinsip." Aku ingin berbagi kebingunganku, tetapi mengingat betapa kerasnya dia kepadaku di depan semua orang, aku takut dia akan mulai memarahiku lagi, berkata aku congkak dan tak mau menerima kebenaran. Jadi, aku tidak mengatakan apa-apa.
Di beberapa pertemuan berikutnya, aku perhatikan persekutuan Saudari Wang tentang firman Tuhan tidak mencerahkan atau nyata, hanya doktrin harfiah dan tidak bisa menyelesaikan masalah sebenarnya. Aku bertanya-tanya apa dia sungguh punya pekerjaan Roh Kudus. Namun, kupikir mungkin dia tidak dalam keadaan baik saat ini, dan wajar jika pekerjaan Roh tidak terlihat jelas. Aku tidak memikirkannya. Kemudian, dibuat pengaturan untuk tiap gereja memilih tiga pemimpin agar bersama-sama bertanggung jawab atas pekerjaan gereja. Saudari Wang memberi tahu kami memilih pemimpin sangat penting, jadi kami harus segera menanganinya. Namun, situasinya tidak mendukung ketika harus menyelesaikannya. Aku satu-satunya pemimpin saat itu, dan terkadang aku tidak bisa mengikuti semua pekerjaan. Aku menjelaskan situasinya, berharap dia akan mengatur pemilihan sesegera mungkin. Dia bilang akan melakukannya, tetapi beberapa waktu berlalu tanpa dia melakukan apa-apa. Aku menulis surat lagi mendesaknya, tetapi tak terjadi apa-apa. Aku merasa itu aneh. Dia tahu betapa pentingnya memilih pemimpin dan persekutuannya bagus, tetapi dia menunda-nunda ketika tiba saatnya melakukan sesuatu. Bukankah dia hanya bicara, membualkan doktrin, dan tidak melakukan pekerjaan nyata? Aku lalu mendengar dia menunda pemilihan gereja lain dengan cara yang sama persis, sehingga pemimpin yang tepat tidak ditemukan tepat waktu, yang sangat memengaruhi kehidupan gereja dan pekerjaannya.
Kupikir Saudari Wang mungkin pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata, dan jika itu berlanjut, semua pekerjaan gereja akan sangat terganggu. Kupikir aku harus menunjukkan masalah ini kepadanya. Namun, saat hendak menulis surat kepadanya, aku teringat dia adalah seorang pemimpin, jika dia bisa menerimanya, itu bagus, tetapi jika tidak, dia bisa mempersulitku, bahkan mungkin mencari alasan untuk memberhentikanku. Aku memutuskan untuk melupakannya. Aku meletakkan pulpen dan meninggalkannya. Namun, aku merasa tidak nyaman. Aku sangat jelas melihat masalah pada dirinya dan tidak angkat bicara—itu bukan kehendak Tuhan. Aku tahu harus mengatakan sesuatu. Namun, aku tetap tidak bisa menuliskannya. Aku tidak bisa menulis surat itu, tetapi aku harus menulisnya. Itu benar-benar dilema bagiku. Aku tidak menulis surat itu. Aku berdoa kepada Tuhan tentang kesulitanku. Lalu, aku membaca firman Tuhan ini. "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan emosimu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Setiap pertanyaan Tuhan terasa seperti ditujukan kepadaku. Jadi, aku bertanya kepada diriku: Apakah aku memikirkan beban Tuhan? Apakah aku melindungi kepentingan rumah Tuhan? Aku berpikir bagaimana aku telah melihat Saudari Wang gagal mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah, dengan angkuh memarahi dan mengekang orang. Dia hanya mempersekutukan doktrin tanpa mengatasi masalah nyata dalam pekerjaan kami. Pemilihan berjalan dengan sangat lambat. Perilakunya telah menghambat pekerjaan rumah Tuhan. Aku tahu harus mengatakan sesuatu kepadanya agar dia tahu betapa seriusnya itu. Namun, aku takut jika melakukannya, dia menolak menerimanya dan mempersulitku, mencari alasan memberhentikanku dari tugas. Aku tidak berani mengatakan apa-apa, justru menutup mata, tidak melindungi pekerjaan rumah Tuhan sama sekali. Aku hanya memikirkan kepentingan pribadiku. Aku sangat egois dan tak punya kemanusiaan! Aku pemimpin gereja, tetapi saat pekerjaan gereja terhambat, aku tidak berani menghentikannya. Bukankah aku mendukung kejahatan Saudari Wang? Aku tidak melindungi pekerjaan rumah Tuhan dengan cara paling mendasar, bagaimana aku layak menjadi pemimpin? Makin dipikirkan, makin aku merasa bersalah, lalu aku bersumpah kepada Tuhan akan meninggalkan daging dan menerapkan kebenaran.
Aku membaca prinsip pengaturan kerja tentang cara memperlakukan pekerja dan pemimpin dan melihat bahwa bagi mereka yang mengejar kebenaran dan bisa melakukan pekerjaan nyata, jika melakukan pelanggaran dalam tugas atau terkadang tidak berhasil, mereka harus dibantu dengan penuh kasih, atau mungkin ditegur dan ditangani, tetapi tidak sembarangan dikutuk atau diberhentikan. Bagi yang tidak melakukan kerja nyata atau mengejar kebenaran, jika mereka bersikeras memberontak, tidak mau menerima kebenaran atau bertobat saat dikritik, maka mereka adalah pemimpin palsu dan harus diberhentikan. Aku tidak punya banyak pengalaman pribadi dengannya. Aku melihat beberapa indikasi dia adalah pemimpin palsu, tetapi tidak bisa sepenuhnya yakin tentang itu. Aku tahu harus mulai dengan memberinya persekutuan, dan itu tugasku. Jadi, aku mengambil pulpen untuk menuliskan masalahnya, dan sejujurnya, aku merasa gugup. Lalu, aku berdoa dan meminta kekuatan kepada Tuhan, agar bisa meninggalkan diriku, melindungi kepentingan gereja. Aku tidak merasa terkekang setelah itu, dan menuliskan masalah Saudari Wang satu per satu. Setelah mengirimkan surat yang sudah selesai, aku benar-benar merasakan kedamaian.
Dia tidak pernah membalas. Pemilihan gereja masih tertunda, dan banyak gereja tidak punya pekerja dan pemimpin yang dibutuhkan untuk melaksanakan proyek tepat waktu. Ini benar-benar menghambat pekerjaan rumah Tuhan. Aku menulis kepadanya beberapa kali lagi untuk mendesaknya, tetapi tidak ada hasilnya. Aku melihat bahwa dia hanya bicara dan tidak melakukan kerja nyata, juga tidak mau berubah setelah menerima banyak masukan, jadi dari perilakunya yang konsisten itu, dia pemimpin palsu yang tidak melakukan kerja nyata. Aku menulis kepada seorang pemimpin tingkat atas, menjelaskan masalahnya. Tak lama, penyelidikan di dalam rumah Tuhan menyatakan dia pemimpin palsu yang tidak melakukan kerja nyata, dan dia diberhentikan. Pengalaman ini menunjukkan kepadaku bahwa kebenaran dan keadilan berkuasa di rumah Tuhan. Pemimpin palsu mungkin punya posisi, tetapi mereka tidak mengejar kebenaran atau melakukan pekerjaan nyata, sehingga tidak bisa mendapat pijakan di rumah Tuhan. Aku selalu takut menyinggung pemimpin dan dipecat dari tugas, jadi aku tidak berani membuka masalah mereka. Pada saat itu aku sadar tidak memahami watak benar Tuhan. Rumah Tuhan punya ketetapan administratif, prinsip, dan aturan, jadi setinggi apa pun seorang pemimpin, mereka harus bertindak sesuai dengan firman Tuhan dan prinsip kebenaran. Siapapun yang menempuh jalannya sendiri akan mendapati diri mereka tanpa pijakan. Di samping itu, Tuhan yang berwenang atas tugas apa pun yang bisa kulakukan di gereja. Itu tidak tergantung pada pemimpin mana pun. Itu bukan keputusan mereka. Tidak ada yang perlu kukhawatirkan.
Pada Oktober 2019, aku dipindahkan untuk tugas di gereja lain. Setelah beberapa saat, aku perhatikan Saudari Chen, pemimpin di atasku, tidak menunjuk orang sesuai prinsip. Kami punya diaken penyiraman, Saudari Zhang, yang sangat egois dan licik. Dia melihat orang-orang mengganggu kehidupan gereja, tetapi diam saja, takut menyinggung mereka. Yang lain menyebutkan beberapa masalah, tetapi dia mengabaikan tanggung jawabnya, sehingga masalah-masalah ini tidak ditangani tepat waktu. Hal ini diselidiki dan jelaslah bahwa ini perilaku konsisten Saudari Zhang, dia tidak pernah menjunjung pekerjaan gereja atau melakukan pekerjaan nyata, jadi dia harus segera diberhentikan. Namun, saat Saudari Chen akan untuk melakukan itu, Saudari Zhang mengatakan beberapa hal yang sadar diri, jadi Saudari Chen tertipu penampilannya dan menunda pemberhentian. Aku melihat Saudari Chen tidak mengikuti prinsip untuk memberhentikan pemimpin dan pekerja, itu masalah serius. Aku ingin menyebutkan itu kepadanya. Namun, kupikir aku masih baru untuk tugas itu dan dia sangat menghargaiku, jadi akan bagus jika dia menerima saranku, tetapi jika tidak, dia mungkin berkata aku congkak, terobsesi dengan masalahnya setelah baru menjabat beberapa hari. Bagaimana jika dia tidak membinaku lagi karena itu? Pikiran ini membuatku takut untuk bicara. Meskipun merasa bersalah tentang hal itu, aku akhirnya menyerah.
Suatu kali Saudari Chen bergabung dalam pertemuan kelompokku dan aku ingin membahasnya, tetapi katanya dia masih baru dalam tugas itu dan itu sulit baginya, keadaannya tidak baik. Kupikir jika aku membahas masalahnya saat dia sudah kesulitan dengan tugas kepemimpinan, apa dia akan berpikir aku tidak manusiawi dan tidak mengasihi? Aku memutuskan tak melakukannya, takut jika masalahnya tidak selesai, dia akan merasa negatif dan punya kesan buruk tentangku. Aku tidak membahasnya. Diakon penyiraman tidak diganti, meninggalkan banyak masalah yang belum selesai dalam pekerjaannya, yang sangat merugikan jalan masuk kehidupan saudara-saudari dan pekerjaan rumah Tuhan. Aku merasa sangat bersalah tentang ini. Jika aku mengangkatnya tepat waktu, mungkin akhirnya tidak akan seburuk itu. Kemudian kami membaca firman Tuhan dalam sebuah pertemuan yang benar-benar menyentuhku. "Di dalam gereja, ada banyak orang yang tidak memiliki ketajaman rohani. Ketika sesuatu yang menyesatkan terjadi, tanpa disangka-sangka mereka berdiri di pihak Iblis; mereka bahkan merasa tersinggung ketika disebut kaki tangan Iblis. Meskipun orang bisa menyebut mereka tidak memiliki ketajaman rohani, mereka selalu berdiri di sisi yang tidak memiliki kebenaran, mereka tidak pernah berdiri di pihak kebenaran di saat genting, mereka tidak pernah bangkit dan membela kebenaran. Apakah mereka benar-benar tidak memiliki ketajaman rohani? Mengapa mereka tanpa disangka-sangka memihak Iblis? Mengapa mereka tidak pernah mengatakan sepatah kata pun yang adil dan masuk akal dalam mendukung kebenaran? Benarkah situasi ini tercipta sebagai akibat kebingungan mereka yang sementara? Semakin orang tidak memiliki ketajaman rohani, semakin mereka tidak mampu berdiri di pihak kebenaran. Hal ini menunjukkan apa? Bukankah itu menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak memiliki ketajaman rohani mencintai kejahatan? Bukankah itu menunjukkan bahwa mereka adalah keturunan Iblis yang setia? Mengapa mereka selalu dapat berdiri di pihak Iblis dan seia sekata dengan Iblis? Setiap perkataan dan perbuatan mereka, serta ekspresi wajah mereka, cukup untuk membuktikan bahwa mereka bukanlah pencinta kebenaran; sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang membenci kebenaran" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Hati nuraniku terasa benar-benar dituding saat membaca ini. Aku telah melihat Saudari Chen menentang prinsip pemindahan pemimpin dan pekerja. Dia tidak memberhentikan pekerja palsu yang disingkap tepat waktu, yang memengaruhi pekerjaan gereja. Aku tahu harus menawarkan persekutuan dan bantuan kepadanya untuk melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Namun, aku takut menyinggung perasaannya dan mengubah kesannya tentangku, jadi aku diam dan tidak menjunjung prinsip. Itu berarti pekerjaan rumah Tuhan terpengaruh dan aku ambil bagian di dalamnya. Kulihat aku tidak mengasihi kebenaran atau punya rasa kebenaran sama sekali, aku hanyalah orang tercela yang membela kepentingan sendiri dan berdiri di sisi Iblis. Tuhan telah mengangkatku untuk mengembangkan diri dalam tugas penting dan dengan tulus mempersekutukan begitu banyak kebenaran agar bisa mempelajari kebenaran dan mendapat kearifan. Dia juga membimbingku melihat masalah ini, berharap aku akan menjunjung prinsip dan mengambil sikap untuk rumah Tuhan. Namun, aku egois, tidak tahu terima kasih. Untuk melindungi kepentinganku, aku terus berpaling dari bimbingan Roh, merugikan dan menghambat pekerjaan rumah Tuhan, melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan. Aku juga hidup dalam kegelapan, mengundang rasa jijik Tuhan.
Lalu, aku mulai merenung tentang kenapa aku selalu melindungi diriku setiap kali sesuatu terjadi. Natur rusak macam apa yang mengendalikanku? Lalu, aku menemukan akar dari semua ini dalam video pembacaan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan beroleh kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa memiliki emosi yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal-hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam dirimu. Adapun apa yang dimaksud dengan racun Iblis, itu dapat dinyatakan sepenuhnya lewat perkataan. Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang terjadi, orang melakukannya hanya demi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, mereka hanya hidup demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah kehidupan dan falsafah manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan Iblis ini justru adalah racun Iblis, dan ketika diinternalisasi oleh manusia, itu menjadi natur mereka. Natur Iblis dinyatakan lewat perkataan ini; perkataan ini sepenuhnya mewakilinya. Racun ini menjadi kehidupan orang sekaligus dasar keberadaan mereka, dan umat manusia yang rusak telah terus-menerus dikuasai oleh racun ini selama ribuan tahun" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Yang kudapat dari ini adalah aku selalu melindungi kepentingan sendiri karena dikendalikan oleh racun Iblis. "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Tetaplah diam untuk melindungi diri sendiri dan berusahalah agar tidak disalahkan," "Ketika kau tahu sesuatu itu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya." Aku telah tenggelam dalam racun-racun iblis ini begitu lama, itu telah menjadi naturku. Aku hidup berdasarkan ini, jadi aku hanya melindungi kepentinganku dalam setiap situasi. Di antara saudara-saudari, aku hanya memikirkan reputasi dan statusku, bukan pekerjaan rumah Tuhan. Aku melihat seorang pemimpin jelas melanggar prinsip saat memindahkan orang, tetapi takut mengatakan sesuatu karena mungkin buruk buatku, jadi aku menutup mata untuk melindungi posisi dan masa depanku. Aku tidak menawarkan persekutuan dan bantuan tepat waktu, siap melihat jalan masuk kehidupan orang lain dan pekerjaan gereja merugi daripada membahayakan kepentinganku. Aku bisa melihat betapa egois dan hinanya aku. Aku hidup berdasarkan racun iblis ini, menjadi makin egois dan licik, hidup tanpa kemanusiaan. Aku telah mencelakakan diriku serta menghambat dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Racun ini hanya bisa merusak dan melukai orang, sehingga kita tidak bisa menahan diri memberontak dan menentang Tuhan. Aku tahu jika tidak bertobat dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini, aku akan disisihkan, disingkirkan oleh Tuhan, dan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Aku juga melihat pengampunan dan penyelamatan Tuhan untukku. Tuhan telah mengatur segalanya berulang kali meskipun aku sangat memberontak, membimbingku dengan firman-Nya, menunjukkan kerusakanku. Aku tahu harus berhenti tidak menaati Tuhan, meninggalkan dagingku, dan menerapkan kebenaran.
Ada kutipan lain yang kubaca kemudian. "Mempromosikan dan membina orang bukan berarti mereka telah memahami kebenaran, juga tidak bisa dikatakan bahwa mereka sudah mampu melakukan tugas mereka dengan memuaskan. ... Orang tidak boleh memiliki harapan yang tinggi atau tuntutan yang tidak realistis terhadap orang yang dipromosikan dan dibina tersebut; itu tidak masuk akal dan tidak adil bagi mereka. Engkau semua dapat memantau mereka dan melaporkan segala sesuatu yang mereka lakukan yang kauyakini bermasalah, tetapi mereka baru dalam masa pembinaan dan tidak boleh dipandang sebagai orang yang telah disempurnakan, apalagi sebagai orang yang tak bercacat, atau sebagai orang yang memiliki kebenaran kenyataan. Mereka sama seperti engkau semua: ini adalah waktu ketika mereka sedang dilatih. ... Apa maksud-Ku mengatakan hal ini? Untuk memberi tahu semua orang bahwa mereka tidak boleh menyalahartikan promosi dan pembinaan rumah Tuhan pada berbagai jenis orang, dan tidak boleh bersikap keras dalam tuntutan mereka terhadap orang-orang ini. Tentu saja, orang juga harus bersikap realistis dalam memberikan pendapat mereka tentang orang-orang tersebut. Adalah bodoh untuk terlalu menghargai atau menghormati mereka, juga tidaklah manusiawi atau realistis untuk terlalu keras dalam tuntutanmu terhadap mereka. Jadi, apa cara paling rasional untuk bertindak terhadap mereka? Anggaplah mereka sebagai orang biasa dan, ketika ada masalah yang perlu dicari solusinya, bersekutulah dengan mereka dan belajarlah dari kekuatan satu sama lain serta saling melengkapi. Selain itu, merupakan tanggung jawab setiap orang untuk memantau apakah para pemimpin dan pekerja sedang melakukan pekerjaan nyata atau tidak, dan apakah mereka cakap dalam menjalankan tugasnya atau tidak. Jika mereka tidak bekerja dan tidak cakap, dan engkau semua telah melihat diri mereka yang sebenarnya, janganlah buang-buang waktu untuk melaporkan atau memberhentikan mereka; pilihlah orang lain dan janganlah menunda pekerjaan rumah Tuhan. Menunda pekerjaan rumah Tuhan berarti sedang merugikan diri sendiri dan orang lain, itu tidak baik untuk siapa pun" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Kutipan ini menunjukkan kepadaku prinsip memperlakukan pemimpin dan pekerja. Mereka tidak memulai dengan memahami kebenaran dan layak untuk posisi itu. Mereka dalam masa latihan, punya kelemahan dan kekurangan, jadi kita harus jujur dan adil dengan mereka, serta tidak terlalu menuntut. Namun, pada saat yang sama, kita bertanggung jawab mengawasi pekerjaan mereka. Saat itu sejalan dengan kebenaran, kita harus menerimanya, tetapi jika tidak, kita perlu angkat bicara, menawarkan persekutuan dan bantuan agar mereka bisa melihat kesalahan dalam tugas mereka dan segera memperbaikinya. Itu baik untuk jalan masuk kehidupan mereka dan pekerjaan rumah Tuhan. Jika ternyata mereka pemimpin palsu yang tidak melakukan kerja nyata dan tidak cakap, itu harus segera dilaporkan. Aku tahu Saudari Chen baru dalam tugas itu, jadi dia pasti membuat kesalahan. Karena melihat masalah, aku harus bicara dan menawarkan persekutuan. Aku bisa melaporkan dan menyingkapnya jika dia menolak untuk menerimanya. Aku tidak bisa hanya diam dan melihat pekerjaan rumah Tuhan dirugikan. Pada saat itu, aku tidak ingin melindungi kepentinganku lagi, dan siap memperbaiki motifku untuk melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Saudari Chen datang beberapa hari kemudian untuk melihat pekerjaan kami, jadi aku memberi tahu dia tentang bagaimana dia melanggar prinsip dan menceritakan keegoisan dan kelicikanku baru-baru ini. Dia menggunakan firman Tuhan untuk merenungkan dirinya, melihat kesalahannya, dan kerusakan yang dia perlihatkan saat menangani masalah itu, lalu menyatakan keinginan untuk berubah.
Setelah itu, kami bicara lebih banyak tentang prinsip spesifik untuk mengubah tugas orang. Kami punya pemahaman lebih baik setelah persekutuan kami serta melihat bimbingan dan berkat Tuhan. Setelah itu, dia mengganti Saudari Zhang, seperti yang disyaratkan oleh prinsip. Pengalaman ini mengajariku, menawarkan masukan dan bantuan segera setelah melihat masalah dalam tugas pemimpin adalah hal positif. Itu adil dan melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Aku juga melihat rumah Tuhan memperlakukan setiap orang berdasarkan prinsip kebenaran. Tidak seorang pun akan kehilangan tugas karena pelanggaran sesaat atau beberapa kerusakan yang mereka tunjukkan, tetapi jalan, natur, esensi, dan sikap mereka terhadap kebenaran itu dinilai dan mereka diperlakukan berdasarkan itu. Itu adil dan masuk akal. Memperlakukan pemimpin dan pekerja hanya berdasarkan prinsip bisa bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan dan orang lain, serta sejalan dengan kehendak Tuhan. Pengalaman-pengalaman ini menunjukkan kepadaku pendekatan yang tepat terhadap para pemimpin dan pekerja, serta prinsip untuk menangani berbagai masalah yang mungkin mereka miliki. Aku juga mendapatkan pemahaman tentang watakku yang egois dan licik, serta ingin berhenti hidup egois. Aku akhirnya menjunjung prinsip dan punya rasa keadilan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas hal yang kudapatkan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.