Iman: Sumber Kekuatan

12 Februari 2022

Oleh Saudara Ai Shan, Myanmar

Musim panas terakhir. Aku mempelajarinya di internet dan orang lain mempersekutukan banyak kebenaran denganku tentang hal seperti bagaimana Tuhan datang kembali, cara mendengarkan suara Tuhan dan menyambut Tuhan, cara membedakan Kristus yang asli dari yang palsu, rencana 6.000 tahun Tuhan, dan banyak aspek kebenaran lain. Aku juga membaca banyak firman Tuhan Yang Mahakuasa. Aku mempelajarinya sekitar dua bulan, lalu yakin Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku bersemangat dan menerima pekerjaan-Nya pada akhir zaman. Aku tidak sabar memberi tahu keluargaku kabar baik kedatangan Tuhan kembali untuk membawa mereka ke hadapan Tuhan. Namun, sebelum sempat membagikan Injil kepada mereka, komandan batalionku memanggilku pulang.

Aku bagikan Injil kepada mereka di kemudian hari, lewat telepon. Suatu kali, aku dan istriku mulai membicarakan cara menyambut Tuhan, dan dia bertanya apa aku percaya kepada Kilat dari Timur. Katanya pendeta bilang orang-orang itu meninggalkan keluarga, aku harus lepaskan iman itu. Mendengar itu membuatku tidak enak dan marah. Aku bilang, "Jangan bodoh. Bagaimana kau bisa begitu saja memercayai perkataan pendeta? Apa ada dasar dia bisa mengatakan itu? Sudah empat bulan aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Apa aku meninggalkanmu? Aku tidak memedulikan keluarga? Aku hanya tahu PKT membabi buta menangkap dan mempersekusi orang percaya, menghancurkan banyak keluarga orang percaya. Bagaimana mereka bisa memutarbalikkan fakta, berkata kami tidak menginginkan keluarga? Itu kebohongan. Kau tidak boleh mendengarkan rumor dan kebohongan mereka." Lalu, aku memberitahunya, "Orang bernalar harus mempelajari bahasan kedatangan Tuhan dan lihat apakah firman Tuhan Yang Mahakuasa itu suara Tuhan. Difirmankan dalam Roma 10:17, 'Demikianlah iman datang dengan mendengar, dan mendengar firman Tuhan.' Tuhan Yesus juga berfirman, 'Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku' (Yohanes 10:27). Domba-domba Tuhan mendengar suara-Nya, jadi kita harus mempelajari semua hal menyangkut kedatangan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. Firman Tuhan adalah kebenaran—itu kuat dan berwibawa. Itu tidak mungkin datang dari manusia. Aku telah memutuskan Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali karena telah melihat semua firman-Nya adalah kebenaran, itu suara Tuhan." Dia tidak mau mendengarkan sama sekali. Aku hanya bisa menutup telepon. Aku meneleponnya lagi beberapa minggu kemudian, tetapi dia langsung mematikan teleponnya. Lalu, begitu waktu pertemuan malam tiba, dia mulai meneleponku berkali-kali. Aku tidak bisa tenang dalam pertemuan atau mendapatkan pencerahan dari firman Tuhan. Aku tidak tahu harus bagaimana, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku melewati situasi ini. Setelah berdoa, kupikir meskipun belum memahami kehendak Tuhan dalam hal itu, aku harus punya iman. Aku tidak boleh dibatasi oleh itu, justru harus fokus pada pertemuan. Aku sedikit lebih tenang setelahnya.

Namun, di lain hari, istriku tiba-tiba menelepon dan berkata, "Kau membeli ponsel untuk mendengarkan khotbah Kilat dari Timur, tetapi putri kita sakit dan kita tidak punya uang lagi untuk pengobatannya. Kau tidak merawat dia karena imanmu." Aku tahu dia hanya mengatakan itu karena tidak ingin aku percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Kami bisa meminjam uang jika butuh, dan wajar jika anak-anak sakit. Dia akan sakit entah aku orang percaya atau bukan. Aku juga ingin yang terbaik untuknya. Bagaimana bisa istriku salah paham terhadapku? Melihatnya memakai penyakit anak kami sebagai alasan menjauhkanku dari imanku membuatku sangat sedih. Sebelum aku mengatakan apa-apa, dia melanjutkan, "Jika kau bersikeras percaya, kita mungkin bahkan bukan keluarga nanti." Mendengar ini menyayat hatiku. Aku bertanya-tanya apakah dia sungguh ingin bercerai padahal anak kami masih sangat kecil. Perasaanku tidak enak dan langsung menutup telepon. Namun, perkataannya terus menggangguku dan aku tidak bisa menahan diri menyalahkan Tuhan. Aku bertanya-tanya mengapa Dia tidak melindungi keharmonisan keluarga kami dan kesehatan putri kami.

Untuk beberapa waktu, aku tidak bisa menenangkan diri di hadapan Tuhan dalam pertemuan dan tidak punya pencerahan untuk bersekutu. Jadi, aku berlutut di hadapan Tuhan dan berkata, "Ya Tuhan, tingkat pertumbuhanku kecil. Aku merasa sedih dan lemah sejak istriku mengatakan itu. Dampingi dan bimbinglah aku untuk memahami kehendak-Mu." Malam itu aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan Yang Mahakuasa. "Sementara menjalani ujian, wajar bagi manusia untuk merasa lemah, atau memiliki kenegatifan dalam diri mereka, atau kurang memiliki kejelasan tentang kehendak Tuhan atau jalan penerapan mereka. Namun dalam hal apa pun, engkau harus memiliki iman dalam pekerjaan Tuhan, dan seperti Ayub, jangan menyangkal Tuhan. Walaupun Ayub lemah dan mengutuki hari kelahirannya sendiri, dia tidak menyangkal bahwa segala sesuatu dalam hidup manusia dikaruniakan oleh Yahweh dan Yahweh-lah juga yang bisa mengambil semuanya itu. Bagaimanapun dia diuji, dia tetap mempertahankan keyakinannya ini. Dalam pengalamanmu, pemurnian apa pun yang engkau alami melalui firman Tuhan, yang Tuhan kehendaki dari manusia, singkatnya, adalah iman dan kasih mereka kepada-Nya. Yang Dia sempurnakan dengan bekerja dengan cara ini adalah iman, kasih dan aspirasi manusia. Tuhan melakukan pekerjaan penyempurnaan dalam diri manusia, dan mereka tidak bisa melihatnya, tidak bisa merasakannya; dalam situasi inilah imanmu dibutuhkan. Iman manusia dibutuhkan ketika sesuatu tidak bisa terlihat oleh mata telanjang, dan imanmu dibutuhkan ketika engkau tidak bisa melepaskan gagasanmu sendiri. Ketika engkau tidak memiliki kejelasan tentang pekerjaan Tuhan, yang dibutuhkan darimu adalah memiliki iman dan engkau harus berdiri teguh dan menjadi saksi. Ketika Ayub mencapai titik ini, Tuhan menampakkan diri kepadanya dan berbicara kepadanya. Artinya, hanya dari dalam imanmulah, engkau akan bisa melihat Tuhan, dan ketika engkau memiliki iman, Tuhan akan menyempurnakanmu. Tanpa iman, Dia tidak bisa melakukan ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Firman-Nya menunjukkan kepadaku jalan menuju kerajaan-Nya tidak selalu mulus. Ada berbagai kesulitan dan ujian, banyak hal yang tidak kita sukai juga akan terjadi. Namun, kita harus melewati semua ini untuk menunjukkan apakah kita punya iman sejati kepada Tuhan, dan apakah kita bisa memberikan kesaksian mendalam untuk Dia. Saat istriku menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa, awalnya aku beriman untuk terus memberi kesaksian kepadanya. Namun, saat dia mulai mengancam cerai dan anak kami sakit, aku mulai mengeluh. Aku menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi kesejahteraan keluargaku, atas penyakit anakku. Kulihat aku tidak punya iman sejati kepada Tuhan. Terjadi beberapa hal buruk, lalu aku mulai menyalahkan Tuhan—itu bukan bersaksi. Aku lalu mulai bertanya-tanya: Mengapa aku kehilangan iman kepada Tuhan saat sesuatu terjadi kepada keluargaku? Mengapa aku tidak bisa menahan diri menyalahkan Dia?

Aku membaca kutipan firman Tuhan yang membuatku memahami pandangan keliruku tentang iman. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sekarang ini, engkau tidak percaya pada firman yang Kuucapkan, dan engkau tidak menghiraukannya; ketika tiba saatnya pekerjaan ini disebarluaskan, dan engkau menyaksikan seluruhnya, engkau akan menyesal, dan saat itulah engkau akan tercengang. Ada berbagai berkat, tetapi engkau tidak tahu cara menikmatinya, dan ada kebenaran, tetapi engkau tidak mengejarnya. Bukankah engkau menghina dirimu sendiri? Sekarang ini, sekalipun langkah pekerjaan Tuhan berikutnya belum dimulai, tidak ada tuntutan tambahan yang diminta darimu dan apa yang harus kauhidupi. Ada begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kebenaran; apakah semua itu tidak layak engkau ketahui? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membangkitkan rohmu? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membuatmu membenci diri sendiri? Apakah engkau puas hidup di bawah pengaruh Iblis, dengan kedamaian dan sukacita, dan sedikit kenyamanan daging? Bukankah engkau yang paling hina dari semua orang? Tidak ada yang lebih bodoh selain mereka yang telah melihat keselamatan tetapi tidak berupaya mendapatkannya; mereka inilah orang-orang yang mengenyangkan daging mereka sendiri dan menikmati Iblis. Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga! ... Hal yang engkau kejar adalah agar bisa memperoleh kedamaian setelah percaya kepada Tuhan, agar anak-anakmu bebas dari penyakit, suamimu memiliki pekerjaan yang baik, putramu menemukan istri yang baik, putrimu mendapatkan suami yang layak, lembu dan kudamu dapat membajak tanah dengan baik, cuaca bagus selama satu tahun untuk hasil panenmu. Inilah yang engkau cari. Pengejaranmu hanyalah untuk hidup dalam kenyamanan, supaya tidak ada kecelakaan menimpa keluargamu, angin badai berlalu darimu, wajahmu tak tersentuh oleh debu pasir, hasil panen keluargamu tidak dilanda banjir, terhindar dari bencana, hidup dalam dekapan Tuhan, hidup dalam sarang yang nyaman. Seorang pengecut sepertimu, yang selalu mengejar daging—apa engkau punya hati, apa engkau punya roh? Bukankah engkau adalah binatang buas? Aku memberimu jalan yang benar tanpa meminta imbalan apa pun, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau salah satu dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan? Aku memberikan kehidupan manusia yang nyata kepadamu, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau tidak ada bedanya dari babi atau anjing? Babi tidak mengejar kehidupan manusia, mereka tidak berupaya supaya ditahirkan, dan mereka tidak mengerti makna hidup. Setiap hari, setelah makan sampai kenyang, mereka hanya tidur. Aku telah memberimu jalan yang benar, tetapi engkau belum mendapatkannya. Tanganmu kosong. Apakah engkau bersedia melanjutkan kehidupan ini, kehidupan seekor babi? Apa pentingnya orang-orang seperti itu hidup? Hidupmu hina dan tercela, engkau hidup di tengah-tengah kecemaran dan kecabulan, dan tidak mengejar tujuan apa pun; bukankah hidupmu paling tercela? Apakah engkau masih berani memandang Tuhan? Jika engkau terus mengalami dengan cara demikian, bukankah engkau tidak akan memperoleh apa-apa? Jalan yang benar telah diberikan kepadamu, tetapi apakah pada akhirnya engkau dapat memperolehnya, itu tergantung pada pengejaran pribadimu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Aku menemukan jawabannya di sini. Tujuan dan sudut pandangku tentang iman keliru. Tujuanku bukan mendapatkan kebenaran, tetapi agar keluargaku baik dan aman, hidup kami mudah. Aku hanya ingin hidup dalam pelukan Tuhan dan menikmati kasih karunia-Nya. Saat mendapat berkat-Nya, aku punya iman untuk mengikuti Dia, tetapi saat ada masalah di rumah, saat anakku sakit, aku mengeluh dan menyalahkan Tuhan karena tidak melindungi keluargaku. Aku tidak benar-benar punya iman. Aku bahkan merasa terzalimi karena itu menimpaku, merasa Tuhan harus memberkatiku karena imanku, seharusnya aku tak menghadapi hal semacam itu. Lalu, aku sadar imanku hanyalah agar menerima berkat dan tidak kuat menghadapi ujian. Memiliki iman, menyembah Tuhan adalah benar dan wajar. Itu seperti anak yang berbakti kepada orang tua—kita tidak boleh meminta imbalan kepada Tuhan. Namun, aku selalu berusaha mendapatkan sesuatu dari Tuhan, menerima kasih karunia dan berkat-Nya. Aku tidak punya hati nurani atau nalar. Aku persis seperti orang yang Tuhan bicarakan—tanpa hati, tanpa roh. Bagaimana mungkin iman seperti itu sejalan dengan kehendak-Nya? Saat itu, aku melihat semua kesulitan ini terjadi atas izin Tuhan. Melewati semua itu mengungkap sudut pandang keliruku tentang iman, agar aku bisa merenungkan dan mengenal diriku melalui firman Tuhan, mengubah ide keliruku, dan mendapatkan iman sejati kepada Tuhan. Itu penyucian dan penyelamatan Tuhan bagiku. Memahami kehendak Tuhan memberiku iman kepada-Nya. Aku tidak ingin terus mengejar kedamaian dan berkat untuk keluargaku. Aku harus ada di pertemuan saat waktunya tiba. Aku juga bersumpah di hadapan Tuhan apa pun yang terjadi di masa depan, aku akan terus mengejar kebenaran.

Aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan Yang Mahakuasa setelah itu. "Apa maksud kata 'iman'? Iman adalah kepercayaan yang murni dan hati yang tulus yang harus manusia miliki ketika mereka tidak bisa melihat atau menyentuh sesuatu, ketika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, ketika itu di luar jangkauan manusia. Inilah iman yang Aku maksudkan. Manusia membutuhkan iman selama masa-masa sulit dan selama pemurnian, dan iman adalah sesuatu yang diikuti oleh pemurnian; pemurnian dan iman tidak bisa terpisahkan. Bagaimana pun cara Tuhan bekerja, dan dalam lingkungan seperti apa pun engkau, engkau mampu mengejar kehidupan, dan mencari kebenaran, serta mencari pengetahuan tentang pekerjaan Tuhan, dan memiliki pemahaman tentang tindakan-tindakan-Nya, dan engkau mampu bertindak sesuai kebenaran. Melakukan semua itu adalah arti memiliki iman yang sejati, dan menunjukkan bahwa engkau belum kehilangan iman kepada Tuhan. Engkau hanya dapat memiliki iman yang sejati kepada Tuhan jika engkau mampu untuk teguh mengejar kebenaran melalui pemurnian, jika engkau mampu benar-benar mengasihi Tuhan dan tidak mengembangkan keraguan tentang Dia, jika apa pun yang Dia lakukan, engkau tetap melakukan kebenaran untuk memuaskan-Nya, dan jika engkau mampu mencari kehendak-Nya secara mendalam dan memikirkan kehendak-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Aku belajar dari firman Tuhan bahwa entah keadaan berjalan dengan baik ataukah sulit, kita tidak bisa meragukan atau menyalahkan Tuhan. Kita harus mencari kehendak Tuhan, berdiri di sisi-Nya, bertindak sesuai firman-Nya, dan memuaskan Dia semenderita apa pun kita. Itulah iman sejati. Pemahaman ini memberiku jalan penerapan dan iman untuk mengikuti Tuhan.

Kemudian, aku menelepon ibuku dan bertanya apakah istriku baik-baik saja. Dia bilang istriku lebih banyak berada di rumah orang tuanya daripada mengurus rumah kami, dan dia tampak sangat berbeda. Dia juga bilang pendeta kami berkata jalanku salah, imanku adalah pengkhianatan terhadap Tuhan Yesus. Dia menyuruh ibuku membuatku kembali ke gereja, melepaskan Kilat dari Timur. Aku sangat marah saat mendengarnya. Aku memikirkan alasan pendeta menyebarkan kebohongan seperti itu. Akibat rumor penuh tipu daya merekalah istriku menentang imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Aku tahu tidak bisa membiarkan mereka menahanku. Aku tidak boleh mendengarkan mereka, apa pun yang mereka katakan. Setelah memikirkannya, aku memberi tahu ibuku, "Bu, jangan dengarkan kata-kata pendeta itu. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran, dan itu suara Tuhan. Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Dia dan Tuhan Yesus adalah Tuhan yang sama, jadi imanku kepada Tuhan Yang Mahakuasa tidak mengkhianati Tuhan Yesus. Aku mengikuti jejak Anak Domba dan menyambut Tuhan." Dia tidak mengatakan apa-apa saat itu.

Lalu, aku menelepon istriku. Aku terkejut mendapati dia marah. Dia berkata, "Mengapa kau meneleponku? Kupikir kau tidak peduli tentang kami lagi. Sekarang, pilihlah. Kilat dari Timur atau keluarga kita? Tidak apa jika tidak memikirkanku, tetapi kau harus pikirkan anak kita. Usianya baru delapan bulan." Itu membuatku sangat sedih. Aku tidak mengerti. Aku hanya ikut pertemuan dan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa. Aku ada di jalan yang benar. Aku tidak pernah bilang tak menginginkan keluarga kami atau tidak memedulikan putri kami. Kenapa dia memaksaku memilih? Lalu, aku sadar dia tidak tahu apa itu iman kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan tidak mau mendengarkan perkataanku. Namun, membuatku melepaskan iman itu mustahil. Aku sudah yakin Dialah Tuhan Yesus yang datang kembali, jadi aku tahu akan terus mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa apa pun yang dia katakan. Saat melihat aku tak menjawab, dia hanya menutup telepon. Perkataan istriku menggangguku, tetapi aku tahu tidak bisa terus menyalahkan Tuhan seperti sebelumnya. Aku harus punya iman, mengandalkan Tuhan untuk melewatinya. Lalu, aku mendengar lagu pujian firman Tuhan berjudul "Engkau Harus Tinggalkan Semua Demi Kebenaran". "Engkau harus menderita kesukaran demi kebenaran, engkau harus menyerahkan diri kepada kebenaran, engkau harus menanggung penghinaan demi kebenaran, dan untuk memperoleh lebih banyak kebenaran, engkau harus mengalami penderitaan yang lebih besar. Inilah yang harus engkau lakukan. Janganlah membuang kebenaran demi kehidupan keluarga yang damai, dan janganlah kehilangan martabat dan integritas hidupmu demi kesenangan sesaat. Engkau harus mengejar segala yang indah dan baik, dan engkau harus mengejar jalan dalam hidup yang lebih bermakna. Jika engkau menjalani kehidupan yang vulgar dan tidak mengejar tujuan apa pun, bukankah engkau menyia-nyiakan hidupmu? Apa yang dapat engkau peroleh dari kehidupan semacam itu? Engkau harus meninggalkan seluruh kenikmatan daging demi satu kebenaran, dan jangan membuang seluruh kebenaran demi sedikit kenikmatan. Orang-orang seperti ini tidak memiliki integritas atau martabat; keberadaan mereka tidak ada artinya!" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru). Firman Tuhan menguatkan imanku. Aku tahu sebagai orang percaya, mengejar kebenaran adalah satu-satunya cara hidup yang bermakna. Aku tidak bisa kehilangan iman karena masalah di rumah atau kesulitan daging. Tak punya iman, tidak menyembah Tuhan adalah kehidupan tanpa makna atau nilai. Aku tidak boleh tertahan oleh keluargaku. Kesehatan keluarga dan anakku ada di tangan Tuhan, aku harus menyerahkannya kepada Tuhan, dan tunduk pada pengaturan-Nya. Aku harus mengejar kebenaran sebaik mungkin dan melakukan tugasku.

Aku harus kembali ke rumah untuk memperbarui KTP-ku. Aku merasa ini kesempatan bagus untuk membagikan Injil kepada mereka. Aku sangat bersemangat. Namun, aku juga khawatir, karena istri dan ibuku menentang imanku, dan semua orang di sana tahu kepercayaanku. Jika pendeta setempat tahu aku pulang, mereka pasti akan coba menghalangiku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di sana. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, berkata, "Ya Tuhan! Aku ingin membagikan Injil kepada keluargaku saat pulang memperbarui KTP-ku, tetapi mereka selama ini menekanku, dan para pendeta ikut campur. Aku khawatir mereka tidak akan mendengarkan persekutuanku. Tuhan, aku ingin mengandalkan-Mu, aku menyerahkan keluarga kami ke tangan-Mu. Dampingilah aku dan bukakan jalan untukku."

Kemudian aku mendengar lagu pujian lain dari firman Tuhan: "Dalam setiap orang, masalah, dan hal yang engkau hadapi, firman Tuhan akan tampak padamu setiap waktu, membimbingmu bertindak sesuai kehendak-Nya. Lakukanlah semua hal dalam firman Tuhan dan Tuhan akan memimpinmu dalam setiap tindakanmu; engkau tidak akan menyimpang, dan engkau akan mampu hidup dalam terang yang baru, bahkan dengan pencerahan yang semakin lama semakin baru. Engkau tidak bisa menggunakan gagasan manusia untuk memikirkan apa yang harus dilakukan; engkau harus tunduk pada bimbingan firman Tuhan, memiliki hati yang jernih, tenang di hadapan Tuhan dan lebih banyak merenung. Jangan khawatirkan solusi tentang apa yang engkau tidak mengerti, bawalah masalah tersebut ke hadapan Tuhan lebih sering lagi dan persembahkanlah hati yang tulus kepada-Nya. Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa! Engkau harus memiliki aspirasi yang besar tentang Tuhan, dengan lapar mencari Dia sambil menolak alasan, niat, dan tipuan Iblis. Jangan putus asa. Jangan menjadi lemah. Carilah Dia dengan segenap hatimu, nantikanlah Dia dengan segenap hatimu. Bekerjasamalah secara aktif dengan Tuhan dan singkirkan penghalang dalam batinmu" ("Ikutilah Firman Tuhan dan Engkau Tidak Akan Tersesat" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Mendengarkan lagu pujian ini, aku tahu kehendak Tuhan ada dalam perjalanan pulang ini. Hanya saja, imanku kurang, aku tidak memahami kehendak Tuhan. Namun, aku harus mengandalkan Tuhan untuk melewatinya, dan bagian "Percayalah bahwa Tuhan adalah Yang Mahakuasa" benar-benar membekas padaku. Firman Tuhan memberiku iman. Kupikir apa pun yang kuhadapi setiap hari adalah hal yang Tuhan izinkan. Selama aku benar-benar mengandalkan dan melihat kepada Tuhan, Dia pasti akan membimbingku menghadapi semua itu dengan firman-Nya.

Saat pertama kali pulang, istriku mengabaikanku, tetapi aku tahu itu hanya karena pengaruh pendeta terhadapnya. Aku tahu harus mencari kesempatan menjelaskan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman agar dia tahu yang sebenarnya dan tidak disesatkan pendeta. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, meminta petunjuk-Nya. Lalu, dengan sabar aku berbagi firman yang menyentuh hati dengannya. Aku berkata, "Kau dan ibuku harus mempelajari pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan membaca firman-Nya. Kau akan bisa lihat bahwa ini suara Tuhan, itu firman Tuhan untuk umat manusia, dan Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Jika kau tidak menyelidikinya dan mendengarkan suara Tuhan, tetapi malah mendengarkan rumor dan kebohongan pendeta, bagaimana kau akan menyambut Tuhan? Tuhan Yesus berfirman, 'Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu' (Matius 7:7). Tuhan itu setia. Selama kita benar-benar mencari, kita akan mendengar suara Tuhan dan menyambut kedatangan Tuhan kembali." Mengejutkan. Dia hanya mendengarkan dengan tenang, tidak tampak menentang dan mendebat seperti sebelumnya. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, tahu itu adalah bimbingan-Nya, aku pun percaya diri untuk terus menjelaskan tentang pekerjaan Tuhan.

Esoknya, aku membagikan Injil kepada dia dan ibuku. Aku berkata, "Tahukah kalian mengapa aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman? Karena aku membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan melihat itu semua kebenaran, itu suara Tuhan, lalu aku yakin Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Pada akhir zaman, Tuhan Yang Mahakuasa telah mengucapkan jutaan firman, mengungkapkan semua misteri rencana pengelolaan 6.000 tahun-Nya dan Alkitab, juga bagaimana umat manusia berkembang hingga hari ini, bagaimana Iblis merusak kita, bagaimana Tuhan bekerja selangkah demi selangkah untuk menyelamatkan umat manusia, bagaimana Dia menentukan kesudahan dan tempat tujuan akhir kita, siapa yang bisa sepenuhnya diselamatkan dan masuk kerajaan, dan siapa yang akan dihukum. Tuhan Yang Mahakuasa telah memberi tahu kita semua itu. Dia juga memberi tahu kita kebenaran tentang bagaimana manusia bisa dirusak Iblis dan akar penentangan kita terhadap Tuhan. Terlebih lagi, Dia menunjukkan kepada kita jalan agar dosa-dosa kita sepenuhnya ditahirkan. Setiap kata adalah kebenaran, dan semuanya begitu kuat dan berwibawa. Tuhan Yang Mahakuasa mengungkapkan semua ini untuk menyucikan dan mengubah kita, sepenuhnya menyelamatkan kita dari kuasa Iblis." Saat itu aku bertanya kepada mereka, "Menurut kalian siapa yang bisa mengungkapkan kebenaran dan menyelamatkan orang? Hanya Tuhan yang bisa! Manusia tidak punya kebenaran. Hanya Kristuslah jalan, kebenaran, dan hidup." Lalu, aku melanjutkan, "Kalian harus membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dengan cermat, maka kalian akan melihat itu adalah kebenaran, itu suara Tuhan, dan Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali! Jika kalian dengar seseorang bersaksi Tuhan telah datang kembali dan tidak menyelidikinya, justru langsung mengutuknya karena perkataan pendeta, kalian akan kehilangan kesempatan untuk menyambut Tuhan. Itu akan sangat disayangkan." Mendengar itu, ibuku berkata, "Ya, kau benar. Tuhan menciptakan manusia, jadi kita harus mendengarkan ucapan Tuhan, bukan manusia lain." Aku sangat senang mendengarnya mengatakan itu, dan bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Lalu, dia memberitahuku, "Suatu kali aku meminta pendeta mendoakan sesuatu untuk keluarga kita, tetapi dia berkata, 'Putramu tidak mendengarkan kami, para pendeta. Kami tidak mengizinkan dia mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa. Kau benar-benar mengabaikan kami, jadi jangan minta bantuan kami lagi untuk urusan keluargamu, tanganilah sendiri.'" Aku sangat marah saat mendengar itu! Aku bilang kepadanya, "Sebagai anggota pendeta, mereka seharusnya memimpin orang percaya menyelidiki setiap berita tentang kedatangan Tuhan kembali. Mereka bukan hanya menolak melakukan itu, tetapi juga mengancam orang percaya, menghalangi mereka mendengar suara Tuhan dan menyambut Tuhan. Apa motivasi mereka sebenarnya? Bukankah mereka mencoba mencengkeram semua orang dalam genggaman mereka? Tuhan Yesus mengutuk orang Farisi: 'Tetapi celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik, karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana' (Matius 23:13). Saat Tuhan Yesus muncul dan bekerja, orang Farisi mati-matian menentang dan mengutuk Dia agar bisa tetap mencengkeram orang Yahudi dalam genggaman mereka. Mereka akhirnya menyalibkan Tuhan Yesus, kemudian dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Pendeta di zaman ini sama seperti orang Farisi dahulu. Mereka bukan hanya menolak mencari dan menyelidiki, tetapi juga menjauhkan orang percaya dari jalan yang benar. Mereka bertindak sebagai musuh Tuhan! Mereka pada akhirnya akan dikutuk dan dihukum juga."

Aku lalu memberi mereka kesaksian tentang bagaimana kita harus mendengarkan suara Tuhan untuk menyambut Tuhan, dan itulah satu-satunya cara menjadi gadis bijaksana dan menyambut Tuhan. Lalu, aku mendesak mereka, "Aku sangat berharap kalian mempelajari dengan cermat pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman dan membaca firman-Nya, untuk melihat apakah itu sungguh suara Tuhan. Aku tidak suka melihat kalian disesatkan dan dikendalikan pendeta. Kalian harus punya ketajaman." Ibuku mendengarkanku, lalu berkata, "Kau benar. Aku selalu mendengarkan pendeta kita, takut kau mengambil jalan yang salah. Karena itulah kucoba menghalangimu percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Namun, aku lihat persekutuanmu sejalan dengan alkitab, dan keadaannya tidak seperti yang digambarkan pendeta. Aku akan mempelajarinya." Dia ada di sana sampai akhir, mendengarkan baik-baik. Setelah itu, aku banyak membacakan firman Tuhan Yang Mahakuasa kepada mereka, lalu bersekutu tentang perbedaan antara mengikuti Tuhan dan mengikuti manusia, mengapa Tuhan melakukan pekerjaan penghakiman terakhir-Nya dalam daging sekarang, dan pentingnya pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Setelah beberapa sesi persekutuan, keduanya menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Melihat mereka berdua datang ke hadapan Tuhan sangat menggembirakan bagiku, dan aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Itu adalah kasih Tuhan.

Belakangan, istriku terbuka kepadaku. Dia berkata, "Aku menindasmu, bahkan mendorongmu untuk bercerai, karena aku mendengarkan pendeta. Setiap kali pergi ke gereja, dia bilang kau di jalan yang salah dan menyuruhku mendesakmu kembali. Aku takut dia benar, jadi aku terus berdebat denganmu dan tidak mau mendengarkanmu sama sekali. Namun, setelah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mendengar persekutuanmu, kulihat itu sangat berbeda dari yang kubayangkan." Lalu, dia berkata, "Mengingat sikapku terhadap pekerjaan baru Tuhan, sungguh membuatku takut. Aku berperang melawan Tuhan, dan hampir kehilangan kesempatan menyambut kedatangan Tuhan." Lalu, dia meminta maaf kepadaku, berkata, "Seharusnya aku tidak memperlakukanmu seperti itu. Maafkan aku." Saat mendengar istriku meminta "maaf", aku sangat terharu. Aku hampir meneteskan air mata. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan.

Namun, melalui pengalaman itu, aku bisa merasakan upaya tulus Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Dia mengizinkan kesulitan ini terjadi kepada kita untuk menunjukkan kerusakan dan kekurangan kita, menyempurnakan iman kita kepada-Nya. Kadang aku menderita dan merasa lemah, serta tersiksa, tetapi Tuhan tidak pernah meninggalkanku, dan selalu membimbingku dengan firman-Nya. Ini membantuku melihat pandanganku tentang iman yang keliru dan mempelajari kebenaran, dan itu memperkuat imanku kepada Tuhan. Itu berkat bimbingan Tuhan! Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait