Di Persimpangan Jalan
Aku lahir di pedesaan dan dibesarkan dalam keluarga miskin. Orang tuaku petani sederhana yang sering dirundung. Sebagai seorang anak, aku bertekad ketika dewasa, aku harus menjadi sukses, membuat penduduk desa lain mengagumi kami, berhenti memandang rendah dan merundung kami. Aku mulai belajar seni bela diri ketika berusia 11 tahun, dan meskipun melelahkan dan mengalami cedera, aku tak pernah absen dari latihan, seekstrem apa pun cuacanya. Kemudian, karena ingin memulai bisnis dan terlihat paling menonjol, aku meminjam uang, memberi hadiah, dan membina hubungan. Pada tahun 1999, akhirnya aku berhasil mendaftarkan sekolah seni bela diri.
Setelah sekolah itu dibangun, itu makin berkembang di bawah pengelolaanku yang rajin, dan keuntungan kami meningkat. Itu mendapatkan pujian dari penduduk setempat dan orang tuaku merasa aku telah membawa kehormatan bagi keluarga, dan sangat bangga terhadapku. Para siswa dan orang tua mereka semua menjilatku, dan Biro Olahraga Kota dan walikota benar-benar menghargaiku, dan menyambutku dengan senyuman. Melihat kekaguman semua orang membuatku merasa sangat penting dan dihormati dan keinginanku untuk status dipuaskan sepenuhnya. Aku merasa akhirnya aku unggul dan merasa sangat senang. Aku berpartisipasi dalam banyak acara sosial agar sekolah memiliki pengaruh, dan menyuap berbagai departemen dan mengirim hadiah kepada para pemimpin selama liburan agar mereka akan memberiku sertifikat prestasi dan mempromosikan sekolah. Untuk menjilat mereka, aku mengatakan dan melakukan banyak hal yang tidak jujur, takut jika perkataanku salah ketika berbicara dengan pejabat, semua kerja kerasku untuk membangun bisnis, status, dan reputasiku akan sia-sia. Aku selalu gelisah dan tak bisa tenang. Itu melelahkan baik secara fisik maupun mental, dan cara hidup yang sulit dan melelahkan. Aku bingung: bisnisku berhasil dan aku telah memperoleh reputasi dan keuntungan, jadi mengapa hidup begitu sulit dan melelahkan?
Kemudian pada Mei 2012, aku menerima Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Melalui pertemuan dan interaksi dengan saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, aku melihat di tempat ini tak ada transaksi kekuasaan dan uang, ataupun penipuan dan intrik. Semua orang berfokus mengejar kebenaran, dan mereka mampu membuka diri dalam persekutuan dan mengenal diri sendiri ketika menyingkapkan kerusakan, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Itu sesuatu yang tak kulihat di masyarakat. Aku merasa jalan iman adalah jalan yang benar untuk ditempuh dalam hidup. Dengan membaca firman Tuhan, aku memahami pada akhir zaman, Tuhan sedang melakukan pekerjaan memberi upah orang yang baik dan menghukum orang yang jahat, dan hanya mereka yang benar-benar percaya kepada Tuhan dan mengejar kebenaran yang akan mendapatkan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, dan pada akhirnya akan diselamatkan dan selamat dari bencana besar. Bagi mereka yang tak memiliki iman ataupun mengejar kebenaran, sebaik apa pun mereka menjalankan bisnis atau sebanyak apa pun uang yang mereka hasilkan, pada akhirnya semua akan sia-sia, dan mereka takkan mampu menyelamatkan hidup mereka sendiri. Setelah mengerti semua itu, aku tak terlalu fokus pada pengembangan sekolah, tapi pergi memberitakan Injil di waktu luangku agar lebih banyak orang dapat datang ke hadapan Tuhan dan menerima keselamatan-Nya.
Awalnya mereka mendukung. Kemudian, putra sulungku melihat di berita bahwa pemerintah menindas dan menangkap orang percaya. Dia mulai menentang kepercayaanku, takut itu akan berdampak pada sekolah, dan mengancam akan melaporkanku ke polisi. Juga seorang pejabat pemerintah yang punya hubungan cukup baik denganku menasihatiku, "Kepercayaan kepada Tuhan dilarang di negara ini. Kau harus melepaskannya. Jika kau ditangkap, kau bukan saja akan dihukum, tapi sekolahmu mungkin akan ditutup. Bukankah itu akan menghancurkan keluargamu?" Aku berkata ini jalan yang benar dan bertekad untuk mempertahankan imanku sampai akhir. Ketika dia tak mampu meyakinkanku, dia memberi tahu istriku beberapa kebohongan Partai Komunis yang memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Dia juga berkata orang yang percaya pada Kilat dari Timur adalah target utama pemerintah untuk ditangkap, dan keturunan mereka akan terpengaruh, anak-anak mereka tak diizinkan masuk perguruan tinggi, bergabung dengan kemiliteran atau menjadi pejabat pemerintah. Ketika istriku mendengar ini, dia bertengkar hebat denganku, takut imanku akan melibatkan anak-anak kami, dan mengancamku dengan perceraian. Itu benar-benar menyakitkan bagiku. Putra kedua kami sudah memiliki gelar S2 dan pekerjaan yang baik. Jika dia kehilangan pekerjaannya karena imanku, dia pasti akan langsung mengkonfrontasiku. Selain itu, sekolah yang telah kubangun dengan susah payah sekarang sedang berkembang pesat. Jika suatu hari ditutup karena kepercayaanku kepada Tuhan, semua kerja kerasku selama bertahun-tahun akan sia-sia. Apa pendapat para tetangga tentang diriku? Selama beberapa waktu, aku tak nafsu makan, dan tak bisa tidur. Aku merasa sangat lemah dan sengsara dan bahkan terbersit untuk melepaskan imanku. Namun, mengetahui itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan keselamatan, aku harus percaya.
Kemudian dalam pertemuan, aku membuka diri tentang keadaanku. Pemimpin mempersekutukan banyak firman Tuhan denganku, termasuk bagian ini: "Dari saat engkau lahir dengan menangis ke dalam dunia ini, engkau mulai melakukan tugasmu. Oleh karena rencana Tuhan dan oleh karena penentuan-Nya dari semula, engkau melakukan peranmu dan memulai perjalanan hidupmu. Apa pun latar belakangmu, dan apa pun perjalanan yang ada di hadapanmu, tak seorang pun dapat lolos dari pengaturan dan rencana Surga, dan tak seorang pun dapat mengendalikan nasibnya sendiri, sebab hanya Dia yang mengatur segala sesuatu yang mampu melakukan pekerjaan tersebut" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). Dia bersekutu: "Nasib kita semua berada di tangan Tuhan dan dari sejak kita dilahirkan, apa yang akan kita alami dalam hidup ini, apa rintangan dan kesulitan yang akan kita hadapi telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Kita dapat percaya kepada Tuhan dan menerima keselamatan Tuhan juga telah ditentukan dari semula oleh-Nya. Fakta bahwa kita orang percaya di Tiongkok dan mengalami penindasan dan kesukaran ini adalah atas seizin Tuhan, dan Dia memakai hal-hal ini untuk menyempurnakan iman dan kesetiaan umat pilihan Tuhan. Entah kau akan ditangkap, entah sekolahmu akan ditutup atau tidak, bagaimana prospek anak-anakmu kelak, sepenuhnya berada di tangan Tuhan. Tak ada manusia yang mampu menentukan hal itu, dan pemerintah juga bukan penentu keputusan." Firman Tuhan dan persekutuan pemimpin itu mencerahkan bagiku. Ya. Aku telah menjalani sebagian besar hidupku dan memiliki banyak pengalaman, dan apa yang kualami ternyata tak seperti yang kubayangkan. Ketika berada di kemiliteran, aku berlatih keras dan berprestasi baik, dan berpikir akan naik pangkat, tapi di luar dugaan, orang lain yang mendapatkan promosi. Kemudian aku mengalami segala macam kesulitan ketika mendirikan sekolah, tapi pada akhirnya aku berhasil mendirikannya dan berjalan dengan lancar, dan sekarang berkembang dengan baik. Keberhasilan dan kegagalan ini bukan ditentukan olehku. Menyadari hal ini, aku sadar, segala sesuatu yang kita alami dalam hidup ditentukan oleh kedaulatan Tuhan, dan kita tak punya hak. Tak ada gunanya khawatir apakah aku akan ditangkap atau tidak. Tuhan telah menetapkan hal itu jauh sebelumnya, jadi aku harus menyerahkan semuanya di tangan Tuhan dan tunduk pada pengaturan-Nya.
Pemimpin juga bersekutu denganku bahwa jalan yang benar telah ditindas sejak zaman dahulu. Makin benar jalannya, makin banyak kekuatan Iblis yang secara kejam menganiayanya. Bagaimana mungkin Iblis membiarkan Tuhan menyelamatkan manusia? Ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia secara gila-gilaan ditentang dan ditindas oleh pemerintah Romawi dan dunia keagamaan, dan para pengikut-Nya juga dianiaya. Sekarang ini, kita percaya kepada Tuhan yang benar, jadi penganiayaan oleh rezim Iblis yang dikuasai Partai Komunis tak bisa kita hindari. Dan Tuhan menggunakan penganiayaan ini untuk membantu kita mendapatkan kearifan, jadi kita bisa melihat dengan jelas esensi jahat Partai yang menentang Tuhan. Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Selama ribuan tahun, negeri ini telah menjadi negeri yang najis. Negeri ini tak tertahankan kotornya, penuh kesengsaraan, hantu merajalela di mana-mana, menipu dan menyesatkan, membuat tuduhan tak berdasar,[1] dengan buas dan kejam, menginjak-injak kota hantu ini, dan meninggalkannya penuh dengan mayat; bau busuk menyelimuti negeri ini dan memenuhi udara dengan pekatnya, dan tempat ini dijaga ketat.[2] Siapa yang bisa melihat dunia di balik langit? Iblis mengikat erat seluruh tubuh manusia, ia menutupi kedua matanya dan membungkam mulutnya rapat-rapat. Raja Iblis telah mengamuk selama beberapa ribu tahun sampai sekarang, di mana ia terus mengawasi kota hantu ini dengan saksama, seakan-akan ini adalah istana setan yang tak bisa ditembus; sementara itu, gerombolan anjing penjaga ini menatap dengan mata liar penuh ketakutan kalau-kalau Tuhan akan menangkap mereka saat tidak waspada dan memusnahkan mereka semua, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Bagaimana mungkin penduduk kota hantu seperti ini pernah melihat Tuhan? Pernahkah mereka menikmati keindahan dan kasih Tuhan? Pemahaman apa yang mereka miliki tentang masalah dunia manusia? Siapakah di antara mereka yang mampu memahami kehendak Tuhan yang penuh hasrat? Maka, tidaklah mengherankan bahwa inkarnasi Tuhan tetap sepenuhnya tersembunyi bagi mereka: di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang tanpa mengedipkan matanya, menoleransi keberadaan Tuhan yang penuh kasih, baik, dan juga kudus? Bagaimana mungkin ia akan menghargai dan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para antek ini! Mereka membalas kebaikan dengan kebencian, sejak dahulu mereka mulai memperlakukan Tuhan sebagai musuh, mereka menyiksa Tuhan, mereka luar biasa buasnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah sama sekali kehilangan hati nurani, mereka sepenuhnya mengabaikan hati nuraninya, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar tidak sadar. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semuanya menentang Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat segala sesuatu di kolong langit ini menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Firman Tuhan memperlihatkan kepadaku bahwa Partai Komunis adalah partai ateis, musuh Tuhan yang ingin meniadakan Tuhan. Mereka berkata mengizinkan kebebasan beragama, tapi itu hanya menyesatkan, berbohong kepada orang. Takut jika orang percaya kepada Tuhan, membaca firman Tuhan, dan memahami kebenaran, orang akan melihat Iblislah yang menyakiti orang, lalu meninggalkan dan menolak mereka. Maka ambisi dan tujuan mereka untuk mengendalikan manusia selamanya akan pupus. Jadi, untuk menghalangi orang agar tidak percaya dan mengikut Tuhan, mereka dengan gila-gilaan menangkap dan menganiaya umat pilihan Tuhan dan menggunakan media untuk menjelekkan dan memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, bahkan mengancam keluarga orang percaya, membuat mereka menindas dan menentang orang percaya sehingga orang akan meninggalkan jalan yang benar, kehilangan keselamatan Tuhan, dan dimusnahkan di neraka bersama mereka. Partai Komunis sangat keji dan jahat! Keluargaku telah disesatkan oleh mereka dan mulai menindasku. Jika mengikuti mereka, aku akan tertipu oleh tipu muslihat Iblis. Aku tak boleh tertipu oleh mereka. Bagaimanapun keluargaku menghalangiku, aku tahu aku harus mempertahankan imanku dan terus melaksanakan tugasku.
Melihat betapa bertekadnya aku untuk mengikuti Tuhan, putra sulungku meningkatkan penganiayaannya. Suatu hari, dia mengusirku dari sekolah tepat di depan para siswa. Dia berteriak kepadaku dengan marah, "Pemerintah tak mengizinkan agama, tapi kau bersikeras percaya! Jika kau ditangkap, seluruh keluarga akan terlibat, bahkan anak-anakku. Bagaimana itu bisa diterima? Jika ingin mempertahankan imanmu, kau harus meninggalkan sekolah, dan jangan menyeret kami ke dalamnya!" Aku tak bisa memercayai apa yang kudengar, putraku sendiri mampu mengatakan sesuatu yang begitu kejam terhadapku. mengusirku hanya karena percaya kepada Tuhan. Aku sangat terluka. Jika aku diusir dari sekolah, bukankah artinya seluruh kerja kerasku sia-sia? Siapa yang akan memanggilku "Kepala Sekolah", dan siapa yang akan menghormatiku? Aku takkan bisa lagi menikmati hal-hal itu dan akan kembali menjadi petani biasa. Bagaimana aku bisa menghadapi teman dan kenalanku? Pemikiran ini sangat menyakitkan bagiku. Ke mana aku akan pergi jika anakku mengusirku? Aku merasa mungkin sebaiknya aku mendengarkannya saja. Ketika memikirkan hal itu, aku teringat firman Tuhan. "Jika orang tidak memiliki keyakinan, tidak mudah bagi mereka untuk terus menempuh jalan ini. Sekarang semua orang bisa melihat bahwa pekerjaan Tuhan sama sekali tidak sejalan dengan gagasan dan imajinasi manusia. Tuhan telah melakukan begitu banyak pekerjaan dan mengucapkan begitu banyak firman, dan meskipun manusia mungkin mengakui bahwa semua itu adalah kebenaran, gagasan tentang Tuhan tetap cenderung muncul dalam diri mereka. Jika orang ingin memahami kebenaran dan memperolehnya, mereka harus memiliki keyakinan dan tekad yang kuat agar dapat berpegang pada apa yang telah mereka lihat dan apa yang telah mereka peroleh dari pengalaman mereka. Apa pun yang Tuhan lakukan dalam diri manusia, mereka harus menjunjung tinggi apa yang mereka sendiri miliki, bersikap tulus di hadapan Tuhan, dan tetap mengabdi kepada-Nya sampai akhir. Ini adalah tugas umat manusia. Manusia harus menjunjung tinggi apa yang harus mereka lakukan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Sudah Seharusnya Mempertahankan Kesetiaanmu kepada Tuhan"). "Jangan berkecil hati, jangan lemah, maka Aku akan menjadikan segalanya jelas bagimu. Jalan menuju kerajaan tidaklah mulus; tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkat datang dengan mudah, bukan? Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati penuh kasih yang engkau miliki bagi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Firman Tuhan menenangkan hatiku. Ya. Jalan iman tak semuanya mulus. Kita harus menanggung beberapa kesukaran, dan tanpa iman, sulit untuk tetap berada di jalan itu. Jika aku menjadi negatif dan mundur karena penindasan ini, di manakah imanku? Sebelum aku percaya kepada Tuhan, ketika aku berada di dunia berjuang selama bertahun-tahun untuk unggul, itu adalah cara hidup yang sulit dan melelahkan, tanpa pengharapan. Sekarang aku cukup beruntung untuk menemukan kesempatan sekali seumur hidup ini—Tuhan datang untuk menyelamatkan umat manusia. Bagaimana aku bisa melepaskannya begitu saja? Lalu bagaimana Tuhan dapat menyelamatkanku? Tuhan Yesus berfirman: "Lihatlah burung-burung di udara: karena mereka tidak menabur, mereka juga tidak menuai, atau mengumpulkan makanan di dalam lumbung; tetapi Bapamu yang di surga memberi mereka makan. Bukankah engkau jauh lebih baik daripada mereka?" (Matius 6:26). Tuhan menciptakan burung, yang tak menabur atau menuai, tapi Dia tetap memelihara mereka. Tuhan akan membukakan jalan untukku. Jika anakku mengusirku dari rumah, aku percaya Tuhan akan memimpinku, dan aku tak perlu khawatir. Pemikiran ini memperbarui imanku dan tak lagi merasa dikendalikan oleh putraku. Melihatku tetap teguh dalam imanku, dia dengan marah mengusirku keluar dari pintu masuk sekolah. Aku tak punya pilihan selain meninggalkan sekolah dan tinggal di rumah orang tuaku untuk sementara waktu.
Malam itu, memikirkan keadaanku yang buruk benar-benar menyedihkan bagiku. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku tak tahu apa kehendak-Mu dalam hal ini. Aku percaya kepada-Mu dan aku berada di jalan yang benar, jadi mengapa anakku memperlakukanku seperti ini? Kumohon bimbinglah aku untuk memahami kehendak-Mu." Kemudian aku teringat satu bagian firman yang telah dibagikan oleh beberapa saudara-saudari kepadaku: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Dengan merenungkan firman Tuhan aku bisa memahami bahwa masalah yang kuhadapi ini dari luar, kelihatannya anakku telah disesatkan oleh kebohongan Partai Komunis, jadi dia menindas dan menghalangi imanku, mengusirku dari sekolah. Namun di balik itu, Iblislah yang mengganggu dan memanipulasi segala sesuatu untuk melihat apa yang akan kupilih—menjaga hubungan keluargaku, melindungi reputasi dan statusku dan mengkhianati Tuhan, atau melepaskan kepentingan pribadiku dan memilih untuk tetap mengikuti Tuhan. Aku khawatir tentang keadaanku dan merasa sedih karena aku tak memiliki iman yang sejati kepada Tuhan, dan aku tak punya tekad untuk melepaskan segalanya. Iblis memanfaatkan kelemahanku—kasih sayang, reputasi, dan statusku—untuk membuatku meninggalkan Tuhan, mengkhianati-Nya, maka pada akhirnya itu akan menghancurkanku, menelanku. Itu sangat jahat! Memahami ini membuatku merasa sedikit lebih baik. Aku bertekad apa pun yang keluargaku lakukan untuk menghentikanku dan kesukaran apa pun yang kuhadapi kelak, aku akan tetap kuat dalam imanku dan mengikuti Tuhan sampai akhir, mempermalukan Iblis!
Aku tak bisa tinggal lama di rumah orang tuaku, jadi aku harus kembali ke sekolah. Setelah kembali ke sekolah, aku terus menghadiri pertemuan dan memberitakan Injil. Putra sulungku dan istrinya meningkatkan penindasan mereka ketika melihatku terus menerapkan imanku. Mereka selalu berkata akan mengusirku, mengambil alih keuangan sekolah dan meninggalkanku tanpa satu sen pun. Mereka juga selalu mengatakan hal-hal buruk kepadaku. Aku sering terlalu kesal hingga tak bisa makan. Selama beberapa waktu, aku selalu marah dan sulit makan, jadi kesehatanku menjadi sangat buruk. Penglihatanku menjadi buram ketika aku berjalan, dan hampir pingsan beberapa kali. Aku terkena gastritis erosif, dan sangat kesakitan di malam hari sehingga satu-satunya cara untuk meredakannya adalah dengan menekan bantal ke perutku. Ketika tak bisa tidur di malam hari, aku akan pergi ke lapangan olahraga dan melihat gedung pelatihan, kantor, kafetaria, dan asrama yang kubangun, menatap sekolah yang telah kubangun dengan susah payah. Itu sangat membebaniku. Untuk membuka sekolah ini, aku tak tahu seberapa jauh aku telah bepergian, seberapa banyak aku telah berusaha mengambil hati orang lain, dan seberapa banyak aku telah menderita. Kini setelah aku memperoleh kesuksesan, itu diambil oleh putraku sendiri. Itu adalah hasil kerjaku. Jika mempertahankan imanku, aku akan kehilangan semua ini. Memikirkannya seperti ini bagaikan pisau yang menembus jantung. Aku merasa sangat lemah selama waktu itu dan selalu menangis secara diam-diam di malam hari. Sambil menangis, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku akan kehilangan bisnis yang kubangun selama ini, dan tak mampu melepaskannya. Kumohon bimbinglah aku untuk mengatasi keadaan ini."
Kemudian, saudara-saudari membagikan beberapa firman Tuhan kepadaku yang memberiku jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Sekarang seharusnya engkau mampu melihat dengan jelas jalan yang ditempuh oleh Petrus. Jika engkau dapat melihat jalan Petrus dengan jelas, engkau pasti akan yakin tentang pekerjaan yang sedang dikerjakan saat ini, sehingga engkau tidak akan mengeluh atau bersikap pasif, atau merindukan apa pun. Engkau harus mengalami suasana hati Petrus pada saat itu: Petrus dilanda kesedihan; dia tidak lagi meminta masa depan atau berkat. Petrus tidak mencari keuntungan, kebahagiaan, ketenaran, atau kekayaan di dunia; dia hanya berusaha menjalani kehidupan yang paling bermakna, yaitu membalas kasih Tuhan dan mempersembahkan apa yang dianggapnya paling berharga kepada Tuhan. Kemudian barulah Petrus merasa puas dalam hatinya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Petrus Mengenal Yesus"). Merenungkan firman Tuhan membuka mataku. Waktu itu, Petrus juga mengalami penindasan keluarganya karena imannya. Keluarganya ingin dia menjadi terkenal dan membawa kehormatan bagi keluarga, tapi dia tak dikendalikan oleh mereka. Ketika Tuhan Yesus memanggilnya, dia menyerahkan segalanya untuk mengikuti Tuhan dan mengejar hidup yang bermakna. Pengalaman Petrus mencerahkanku. Petrus memiliki iman yang sejati kepada Tuhan dan mampu menyerahkan segalanya untuk mengikuti Dia. Dia mengejar kebenaran, dan mulai mengenal dan mengasihi Tuhan, akhirnya mendapatkan perkenanan Tuhan. Aku belum lama menjadi orang percaya dan memiliki pemahaman yang dangkal akan kebenaran, tapi memikirkan kesengsaraan yang kualami akibat pengejaran reputasi dan statusku di masa lalu, lalu melihat jalan yang ditempuh Petrus yang mendapatkan perkenanan Tuhan benar-benar menginspirasiku. Aku ingin mengikuti teladan Petrus, melepaskan ketenaran dan reputasi, dan mengejar kebenaran. Kemudian kuputuskan meninggalkan sekolah dan terus menerapkan imanku dan melaksanakan tugas.
Beberapa hari kemudian, beberapa teman lamaku di kemiliteran menjadi sangat marah ketika mendengar tentang putraku yang mengusirku dari sekolah, dan memberiku banyak saran untuk merebutnya kembali. Teman dan kerabat semuanya mencela ketidakadilan itu, dan sekretaris desa membantuku dengan memberikan sertifikasi resmi yang menunjukkan akulah yang membangun sekolah itu, dan tak ada kaitannya dengan orang lain. Mendengar semua ini, kupikir dengan sertifikasi itu, jika teman-temanku di kemiliteran membantuku merebut kembali sekolah, aku akan mendapatkan gengsiku kembali. Namun, aku sadar aku kembali memiliki keinginan mengejar reputasi dan status, jadi aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, memohon Dia memberiku kekuatan untuk meninggalkan daging. Setelah berdoa, aku teringat pengalaman Ayub. Semua harta miliknya diambil darinya dalam semalam, dan meskipun itu sangat menyakitkan, dia tak mengandalkan kekuatannya sendiri untuk merebutnya kembali, tapi berdoa dan tunduk pada pengaturan Tuhan. Hartaku tak sebanding dengan harta Ayub, tapi jika aku tak berdoa dan mencari Tuhan dalam menghadapi keadaan ini, hanya ingin merebutnya kembali sendiri, bagaimana itu bisa dikatakan tunduk kepada Tuhan? Jika aku merebut kembali sekolah dan menjadi sibuk setiap hari menjalankannya, aku tak akan punya tenaga untuk menerapkan imanku dan melaksanakan tugasku dengan baik. Sekarang setelah anakku mengambil sekolah itu dariku, aku bisa menerapkan imanku dan melaksanakan tugasku dengan sepenuh hati. Itu hal yang luar biasa, dan Tuhanlah yang membuka jalan bagiku. Pemikiran ini cukup mencerahkan hatiku. Aku sadar tak pernah mampu melepaskan sekolah karena aku telah dirusak sedemikian dalam dan terlalu memedulikan reputasi dan status.
Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan Yang Mahakuasa ini: "Terlahir di negeri yang najis seperti itu, manusia telah dirusak teramat parah oleh masyarakat, dia telah dipengaruhi oleh etika feodal, dan telah diajar di 'institusi pendidikan tinggi.' Pemikiran terbelakang, moralitas yang rusak, pandangan hidup yang jahat, falsafah hidup yang menjijikkan, keberadaan diri yang sepenuhnya tak berguna, dan adat-istiadat serta gaya hidup yang bejat—semua ini telah sedemikian parahnya memasuki hati manusia, dan telah sangat merusak dan menyerang hati nuraninya. Akibatnya, manusia menjadi semakin jauh dari Tuhan, dan semakin menentang-Nya. Watak manusia menjadi lebih jahat hari demi hari, dan tidak seorang pun yang akan rela mengorbankan segalanya untuk Tuhan, tidak seorang pun yang akan rela taat kepada Tuhan, dan terlebih lagi, tidak seorang pun yang akan rela mencari penampakan Tuhan. Sebaliknya, di bawah wilayah kekuasaan Iblis, manusia tidak melakukan apa pun selain mengejar kesenangan, menyerahkan diri mereka pada kerusakan daging dalam kubangan lumpur. Bahkan ketika mereka mendengar kebenaran, mereka yang hidup dalam kegelapan tidak berpikir untuk menerapkan kebenaran tersebut, mereka juga tidak ingin mencari Tuhan bahkan sekalipun mereka telah melihat penampakan-Nya. Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu bejat memiliki kesempatan untuk diselamatkan? Bagaimana mungkin seorang manusia yang begitu merosot martabatnya hidup dalam terang?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku yang sebenarnya. Orang tua dan guruku mengajariku sedari kecil, hal-hal seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah", "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian", dan "Jika engkau lebih menonjol dari orang lain, engkau akan membawa kehormatan bagi nenek moyangmu". Falsafah Iblis ini telah tertanam sedemikian dalam di hatiku, membuatku memiliki perspektif yang keliru tentang kehidupan dan nilai-nilai. Kupikir berusaha unggul, menjadi lebih baik daripada orang lain, dan memperoleh reputasi dan status adalah satu-satunya jalan untuk hidup dengan integritas dan nilai. Aku siap menanggung kesukaran apa pun agar bisa menjadi terkenal. Ketika aku mendirikan sekolah seni bela diri, setiap hari sangat melelahkan, dan aku menggunakan uang yang kuperoleh dengan kerja kerasku untuk menjilat pejabat pemerintah, mencari muka, mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan kepada mereka, hidup tanpa martabat. Aku selalu mengirim berbagai hadiah kepada pemimpin departemen selama liburan, takut membuat masalah dan membawa malapetaka jika salah melangkah sedikit saja. Mempertahankan hubungan antarpribadi yang rumit ini melelahkan baik tubuh maupun pikiran, tapi aku terperosok sedemikian dalam dan tak mampu melepaskan diri. Orang-orang di sekitarku mulai melakukan segala macam hal yang memalukan setelah memperoleh reputasi dan status, terlibat dalam korupsi dan suap, menyewa pelacur, berjudi, tanpa ada batas. Seperti itulah cara Iblis merusak dan mencelakakan orang. Dan putraku merebut sekolah yang kubangun seorang diri juga karena dikuasai oleh reputasi dan keuntungan. Dia mengabaikan kasih antara ayah dan anak hanya untuk mendapatkan hal-hal ini. Itu mengingatkanku pada keluarga kekaisaran kuno di mana saudara, ayah dan anak akan saling membunuh untuk merebut takhta. Itulah kekeliruan dan kebohongan Iblis yang merusak manusia hingga kehilangan semua kemanusiaan dan nalar. Pada saat itu aku memahami, reputasi dan keuntungan adalah belenggu Iblis yang mengikat manusia. Jika kita hidup berdasarkan falsafah Iblis, mencari reputasi dan keuntungan, kita hanya akan menjadi makin rusak dan hidup akan makin menyakitkan. Ketika aku terperosok ke dalam lumpur reputasi dan keuntungan, firman Tuhanlah yang menyingkapkan kepadaku bahwa mengejar kebenaran adalah jalan yang benar dalam hidup dan jenis kehidupan yang paling bermakna. Namun, aku diikat dan dikendalikan oleh falsafah Iblis, jadi ketika kehilangan kenikmatan uang, reputasi, dan status, aku mendapati itu sulit dilepaskan, dan merasa sengsara. Aku bahkan ingin mengajukan gugatan untuk mendapatkan hal-hal itu kembali. Aku sangat bodoh. Jika terus seperti itu, aku hanya akan terus disiksa oleh Iblis dan pada akhirnya aku akan dimusnahkan bersamanya. Tuhan Yesus berfirman: "Karena apa untungnya jika seseorang mampu mendapatkan seluruh dunia, dan kehilangan jiwanya sendiri? Atau apa yang bisa diberikan seseorang sebagai ganti jiwanya?" (Matius 16:26). Ya. Sebanyak apa pun uang atau status yang orang miliki, itu tak bisa membeli kebenaran dan hidup! Aku telah kehilangan harta, reputasi, dan status yang telah kubangun selama sebagian besar hidupku, tapi melalui pengalaman ini, aku memahami bagaimana hal-hal ini menyiksa orang, dan konsekuensi mengerikan dari mengejar semua itu. Aku juga memahami makna dan nilai mengejar kebenaran dan menjadi mampu melepaskan semua itu untuk mengikut Tuhan dan melaksanakan tugas. Itu kasih dan keselamatan Tuhan bagiku. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku tak mau bertengkar dengan anakku karena apa pun dan juga tak mau menuntutnya. Aku hanya ingin tunduk pada pengaturan Tuhan, mengejar kebenaran, dan melaksanakan tugas.
Sejak itu, aku telah memberitakan Injil di gereja, dan meskipun tak lagi mendapatkan kekaguman orang lain, aku merasa jauh lebih tenang di hatiku dan setiap hari terasa sangat memuaskan. Aku yakin dalam hatiku bahwa memiliki iman dan mengikuti Tuhan adalah pilihan terbaik dan cara hidup yang paling bermakna. Syukur kepada Tuhan!
Catatan kaki:
1. "Membuat tuduhan tak berdasar" merujuk kepada metode yang digunakan Iblis untuk menyakiti manusia.
2. "Dijaga ketat" mengindikasikan bahwa metode yang digunakan Iblis untuk menyakiti manusia terutama kejam dan sangat mengendalikan manusia sehingga mereka tidak memiliki ruang untuk bergerak.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.