Pentingnya Sikap yang Benar dalam Tugas

20 Juli 2022

Oleh Saudari Ella, Filipina

Pada Oktober 2020, aku terima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku mulai aktif menghadiri pertemuan dan persekutuan tentang pemahamanku akan firman Tuhan, dua bulan kemudian, aku jadi ketua kelompok pertemuan. Kuingat pertama mengadakan pertemuan, aku gembira juga gugup. Aku gembira melakukan tugas di rumah Tuhan, tapi khawatir jika tak dilakukan dengan baik, saudara-saudari akan memandang rendah aku. Kupikir cara pemimpinku mengadakan pertemuan sangat bagus, jika kuikuti caranya, kuyakin bisa diadakan dengan baik, lalu pemimpin memujiku dan saudara-saudari menghormatiku. Jadi, kuadakan pertemuan itu meniru cara pemimpinku. Saat kutanya saudara-saudari, mereka bisa berinteraksi denganku, dan saat kubagikan pemahamanku, mereka berkata "Amin" dan setuju. Setelah pertemuan, pemimpinku terkejut, dan berkata aku sangat baik. Aku senang dan bangga mendengar pujian pemimpin. Tak lama aku diangkat menjadi diaken penyiraman. Aku sangat gembira, kupikir pemimpin pasti merasa kualitasku bagus sampai memberiku tugas ini. Awalnya, aku tak tahu cara menjalankan tugas itu, tapi aku tak mau saudara-saudariku kecewa. Jadi, di setiap pertemuan, aku berusaha mencari unsur penting yang dibahas firman Tuhan. Dengan begitu, persekutuanku jelas dan mencakup poin-poin utama, orang lain akan mengira aku sungguh paham firman Tuhan, lalu semua akan mengagumiku. Tapi setelah persekutuanku, ketika aku mendengar persekutuan orang lain, kuperhatikan persekutuanku tak sejelas persekutuan mereka. Aku sangat khawatir, pikirku, "Para jemaat baru akan mengira persekutuanku tak bagus, perhatian mereka akan tertuju pada saudara-saudari yang lain." Aku takut para jemaat baru tak menghormatiku, maka kuputar otak mencari cara untuk bersekutu lebih baik. Tapi aku tak bisa cukup tenang untuk merenungkan firman Tuhan. Makin aku ingin bersekutu dengan baik, makin buruk persekutuanku. Aku khawatir, "Apa pendapat saudara-saudari tentang aku? Akankah pemimpin kecewa terhadapku? Kenapa persekutuanku tidak sejelas persekutuan orang lain? Kenapa mereka bersekutu begitu bagus, dan aku tak bisa?" Waktu itu, aku sangat frustrasi, aku ingin kerja lebih keras dan mengungguli mereka.

Beberapa bulan kemudian, karena kebutuhan pekerjaan, aku dikirim mengajarkan Injil. Begitu tiba di kelompok itu, kutanya siapa ketua kelompok dan pemimpin gerejanya. Kupikir, selama melakukan yang terbaik, aku diterima pemimpin gereja dan kemungkinan dijadikan ketua kelompok. Dengan begitu, bertambah saudara-saudari yang menghormatiku. Dalam pengajaran, sering aku berdoa mengandalkan Tuhan bila ada yang tak kupahami. Setelah beberapa saat, aku dapat hasil yang baik dalam tugas, dan aku sangat senang. Tapi di saat bersamaan, aku pun merasa bersalah, karena tahu sikapku salah. Aku hanya ingin dihormati orang lain, bukan melakukan tugas dengan baik, tapi Tuhan melihat hati, dan pasti membenci pengejaranku. Aku menghadap Tuhan berdoa, minta Tuhan menuntunku meninggalkan niat yang salah. Setelah berdoa, aku merasa agak membaik. Namun, aku tanpa sadar masih sering mengejar agar orang menghormatiku. Saat melihat yang lain melakukan tugas dengan baik, aku ingin mengunggulinya. Aku tahu pikiran itu salah, tapi aku tak berdaya. Aku tak bisa tenang melakukan tugas. Keadaanku makin buruk, dan aku tak efektif dalam bertugas. Lalu, aku berdoa kepada Tuhan, memohon-Nya menolong dan menuntunku melepas niat yang salah ini. Suatu hari, kulihat firman Tuhan dalam video kesaksian yang membuatku sedikit mengenal diri sendiri. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Antikristus dengan enggan melaksanakan tugas mereka demi mendapatkan berkat. Mereka juga menanyakan apakah mereka akan dapat menampilkan diri mereka dan dihormati dengan melaksanakan suatu tugas, dan apakah Yang di Atas atau Tuhan akan tahu jika mereka melaksanakan tugas ini. Semua ini adalah hal-hal yang mereka pikirkan ketika mereka melaksanakan tugas. Hal pertama yang ingin mereka yakini adalah manfaat apa yang dapat mereka peroleh dengan melaksanakan tugas dan apakah mereka dapat diberkati atau tidak. Inilah hal yang paling penting bagi mereka. Mereka tidak pernah merenungkan bagaimana menjadi orang yang memikirkan kehendak Tuhan dan membalas kasih Tuhan, bagaimana memberitakan Injil dan bersaksi tentang Tuhan sehingga orang memperoleh keselamatan dan kebahagiaan Tuhan. Mereka juga tidak pernah berusaha memahami kebenaran, menyelesaikan watak rusak mereka, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Mereka tidak pernah memikirkan hal-hal ini. Mereka hanya memikirkan apakah mereka dapat diberkati dan memperoleh manfaat atau tidak, bagaimana mendapatkan posisi awal yang stabil di gereja dan di hadapan banyak orang, bagaimana mendapatkan status, bagaimana membuat orang menghormati mereka, dan bagaimana supaya menonjol dan menjadi yang terbaik. Mereka tidak mau menjadi pengikut biasa. Mereka selalu ingin menjadi yang pertama di gereja, menjadi penentu keputusan, menjadi pemimpin, dan membuat semua orang mendengarkan mereka. Hanya dengan cara demikianlah mereka bisa dipuaskan. Engkau semua dapat melihat bahwa hati antikristus penuh dengan hal-hal ini. Apakah mereka benar-benar mengorbankan diri untuk Tuhan? Apakah mereka benar-benar melaksanakan tugas mereka sebagai makhluk ciptaan? (Tidak.) Lalu apa yang ingin mereka lakukan? (Memegang kekuasaan.) Ya. Mereka berkata, 'Bagiku, aku ingin mengalahkan orang lain di dunia sekuler. Aku harus menjadi yang pertama di kelompok mana pun. Aku tidak mau menjadi yang kedua, dan aku tidak akan pernah menjadi pembantu. Aku ingin menjadi pemimpin dan menjadi penentu keputusan dalam kelompok orang mana pun yang kuikuti. Jika aku tidak menjadi penentu keputusan, aku akan mencari cara untuk meyakinkan engkau semua, membuatmu menghormatiku, dan membuatmu memilihku sebagai pemimpin. Begitu aku memiliki status, aku akan menjadi penentu keputusan, semua orang harus mendengarkanku, mereka harus melakukan segala sesuatu dengan caraku, dan mereka harus berada di bawah kendaliku.' Tugas apa pun yang antikristus lakukan, mereka akan mencoba menempatkan diri mereka pada posisi senior dan memimpin. Mereka tidak pernah bisa dengan tenang menjadi pengikut biasa. Dan apa yang paling ingin mereka lakukan? Berdiri di depan orang-orang untuk memberi perintah dan menyuruh orang pergi, membuat orang menuruti apa yang mereka katakan. Mereka tak pernah berpikir tentang bagaimana cara melaksanakan tugas mereka dengan benar—terlebih lagi, tak pernah berpikir apakah mereka mencari prinsip-prinsip kebenaran agar dapat menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan saat melaksanakan tugas mereka. Sebaliknya, mereka memeras otak mencari cara untuk menonjolkan diri, membuat para pemimpin menghormati mereka dan mempromosikan mereka, sehingga mereka sendiri dapat menjadi seorang pemimpin atau pekerja, serta dapat memimpin orang lain. Inilah yang mereka pikirkan dan harapkan sepanjang hari. Antikristus tidak mau dipimpin oleh orang lain, juga tidak mau menjadi pengikut biasa, apalagi melaksanakan tugas mereka secara diam-diam. Apa pun tugas mereka, jika mereka tidak bisa menjadi yang terdepan atau pusat perhatian, jika mereka tidak bisa mengungguli orang lain, dan menjadi pemimpin, mereka merasa tidak ada gunanya melakukan tugas mereka, serta menjadi negatif dan mulai bermalas-malasan. Tanpa pujian dan penghormatan dari orang lain, tugas itu bahkan makin kurang menarik bagi mereka, dan bahkan keinginan mereka untuk melakukan tugas pun menjadi makin berkurang. Namun, jika mereka bisa menjadi yang terdepan dan pusat perhatian sementara melakukan tugas serta dapat menjadi penentu keputusan, mereka akan merasa dikuatkan, dan akan menderita kesulitan apa pun. Mereka selalu memiliki motif pribadi dalam melaksanakan tugasnya, dan mereka selalu ingin lebih menonjol dari orang lain sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk mengungguli orang lain, dan memuaskan keinginan dan ambisi mereka" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tujuh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus").

Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat ketakutan. Langsung terpikir akan semua perbuatanku. Aku merasa semua pikiran dan tindakanku jelas terungkap. Firman Tuhan menyingkap bahwa dalam tugas, antikristus tak pernah berpikir cara mengejar kebenaran atau melakukan tugas dengan baik. Bahkan, mereka mengejar jabatan tinggi di mana mereka bisa memimpin. Mereka tak pernah ingin melihat orang di atas mereka, dan mereka menempuh jalan menentang Tuhan. Terpikir kembali berbagai manifestasiku yang sama dengan antikristus: Begitu mulai melakukan tugas, aku ingin dihormati dan dipuji orang lain, jadi kutiru pemimpinku saat mengadakan pertemuan. Setelah menjadi diaken penyiraman, kurenungkan firman Tuhan untuk setiap pertemuan, berharap bisa menyampaikan poin-poin utama di persekutuan agar semua akan berkata persekutuanku bagus dan menawarkan terang. Di kelompok Injil, aku tak berpikir cara memenuhi tugas demi memuaskan Tuhan. Bahkan, pertama-tama aku menanyakan siapa ketua kelompok dan pemimpin gereja, berharap aku dipilih menjadi ketua kelompok dengan usahaku. Aku berusaha maksimal memamerkan diri di depan saudara-saudari, dan membandingkan efektivitasku dalam tugas dengan mereka. Saat melihat orang lain melakukan tugas dengan baik, aku iri dan merasa tak tenang, ingin mengungguli mereka dan menjadi yang terbaik. Di balik semua perbuatanku, hanya ada martabat, status, dan usaha memuaskan sifat bersaingku. Bagaimana pengejaran seperti ini tidak dibenci Tuhan? Tugas adalah amanat dari Tuhan, kewajiban dan tanggung jawab kita, tapi kuperlakukan seperti karier. Kupakai tugas untuk mengejar status dan mencapai tujuan yaitu dihormati orang. Mana mungkin menyimpan niat-niat itu dalam tugas sejalan dengan kehendak Tuhan? Aku benci diriku karena sangat rusak. Aku tak ingin hidup seperti ini lagi. Aku mau berubah.

Beberapa hari kemudian, aku dipindahkan ke kelompok Injil lainnya. Waktu aku tiba, aku hanya mau fokus pada pekerjaan Injil dan memenuhi tanggung jawabku. Kulihat saudara-saudari di sana melaksanakan tugas dengan sangat baik. Saat mengajarkan Injil, mereka sampaikan kebenaran pekerjaan Tuhan dengan sangat jelas, banyak target penginjilan mau mencari dan menyelidiki. Pengajaranku sendiri agak tidak efektif, dan persekutuanku tentang kebenaran tidak jelas, untuk pertama kalinya, aku merasa sangat kecil. Sedikit demi sedikit, aku tidak secongkak sebelumnya. Aku tak berani berpikir tinggi akan diri sendiri, dan aku tak mengejar membuat orang menghormatiku. Awalnya, kupikir aku berhasil berubah, tapi waktu melihat saudara-saudariku dipuji karena menjalankan tugas dengan baik, kerusakanku muncul lagi. Kupikir, "Aku juga mau dipuji dan dihormati saudara-saudari." Setelah itu, dalam tugas, dengan kalut kuundang target penginjilan mendengar khotbah, tapi aku tak mencari tahu apa mereka sungguh percaya Tuhan atau apa mereka memenuhi syarat untuk penginjilan. Akibatnya, kuundang orang tidak percaya mendengarkan khotbah. Tapi saat itu, aku sangat sedih, "Aku melakukan tugas dengan tidak efektif. Apa pendapat saudara-saudariku? Apa mereka pikir aku lebih buruk?" Hari-hari itu, aku sangat negatif, dan ingin menangis selama pertemuan, tapi aku selalu ingat sepenggal firman Tuhan, "Tidakkah engkau semua menyadari bahwa Aku selalu membicarakan tentang segala sesuatu tanpa melunakkan firman-Ku? Mengapa engkau terus tumpul, mati rasa, dan bodoh? Engkau harus memeriksa dirimu lebih lagi, dan engkau harus lebih sering datang ke hadapan-Ku jika ada hal-hal yang tidak engkau pahami" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 63"). Firman Tuhan mengingatkanku, "Benar, aku harus merenung dan menyelidiki apa ada niat yang salah dalam tugasku." Melalui perenungan, kusadar masalah lamaku timbul lagi: aku mau diperhatikan dan dihormati dengan melakukan tugas. Waktu sadar, aku amat bingung. Kenapa hasratku akan status begitu kuat dan kerusakanku begitu dalam? Lebih parahnya, aku tak merasa. Aku bahkan tak sadar kalau keadaanku salah.

Waktu membahas keadaanku dengan seorang saudari, dia kirim firman Tuhan kepadaku. Akhirnya aku mengenal diriku setelah membacanya. Firman Tuhan katakan: "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, kumulai merenungi diri sendiri. Tuhan berkata Paulus membuat orang memujanya dan mengerumuninya, dia senang mendapat tempat di hati orang, senang orang berfokus pada citranya. Aku pun ingin saudara-saudariku menghormati dan memujaku. Di pertemuan, aku mau bersekutu lebih baik dari yang lain. Dalam tugas, kalau melihat orang lain bekerja lebih baik, natur bersaingku muncul. Aku ingin lebih baik dari mereka, mengalahkan saudara-saudariku. Semua yang kukatakan dan kulakukan penuh ambisi dan hasrat, watakku terlalu congkak. Niat-niat dan perilakuku sama seperti Paulus. Natur Paulus adalah bangga dan congkak. Dia tidak memuja Tuhan, dia pamer dan bersaksi tentang dirinya ke mana-mana, dia mengejar membuat orang lain menghormati dan memujanya, dan ingin mendapat tempat di hati orang-orang. Aku sama. Apa pun tugas yang kujalankan, kulakukan demi popularitas dan status, bukan memenuhi tugas untuk memuaskan Tuhan. Pengejaran yang kulakukan melawan Tuhan dan dikutuk-Nya. Mengejar status tak sekadar untuk dapat status atau nama. Niatnya adalah mendapat tempat di hati orang, membuat orang lain memujamu, dan menggantikan Tuhan di hati orang-orang. Seperti yang dikatakan firman Tuhan, "Ini adalah gambaran klasik dari Iblis." Sangat mengerikan! Aku juga ingat untuk mengejar status dan dipandang tinggi oleh orang lain, aku mengejar keberhasilan instan dalam tugas dan mengajarkan Injil tanpa prinsip, membiarkan beberapa orang tidak percaya masuk kelompok dan membuang waktu dan tenaga para pekerja Injil. Jika orang-orang ini kemudian masuk gereja, mereka bisa mengacaukan pekerjaan gereja, yang mana bisa lebih gawat. Esensi permasalahan ini serius! Jika tak bertobat dan berubah, Tuhan pasti membenciku, maka aku tak mau lagi mengejar status dan dipandang tinggi orang.

Pada pertemuan berikutnya, aku mendengarkan dengan teliti persekutuan saudara-saudari dan kulihat semua berusaha melakukan tugas dengan baik. Ada seorang saudari yang pengalamannya mengharukan. Dia bersekutu tentang mengandalkan Tuhan dalam mengatasi kesulitan tugasnya dan bagaimana caranya menyebarkan Injil. Setelah mendengarnya, kutanyakan diriku, "Apa aku menganggap serius tugas? Apa aku menerapkan sesuai firman Tuhan? Semua orang punya pengalaman nyata dan kesaksian menerapkan kebenaran di lingkungan berbeda. Kenapa aku tak punya ini? Kenapa niatku tak menjalankan tugas dengan baik?" Aku merasa sangat bersalah. Tuhan beri kesempatan melakukan tugas, tapi tak kuanggap serius atau kerjakan dengan baik. Bukan bekerja dengan baik, aku sepenuh hati mengejar pujian orang lain. Aku sangat tak pantas mendapat keagungan dan karunia Tuhan. Selama waktu itu, aku serius merenungkan diri, juga mengingat pengalaman Petrus. Petrus tak pernah pamer atau mencari pujian orang. Dia fokus mencari kebenaran dalam segala hal, merenungkan kerusakannya, dan mengubah watak hidupnya. Dia berhasil menempuh jalan percaya kepada Tuhan. Aku juga mau mengejar perubahan watak, jadi sering kuberdoa kepada Tuhan, memohon Dia menuntunku mengenali diri. Setiap aku ingin dihormati orang dalam tugasku, dengan sadar kuabaikan niatku yang salah, sebab aku mau melepaskan watak rusakku dan melakukan tugas dengan baik.

Suatu hari, aku membaca firman Tuhan dan menemukan jalan menerapkannya. Firman Tuhan katakan: "Jika Tuhan menciptakanmu bodoh, maka ada makna dalam kebodohanmu; jika Dia menciptakanmu cerdas, maka ada makna dalam kecerdasanmu. Keahlian apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, apa pun kelebihanmu, setinggi apa pun IQ-mu, semuanya memiliki tujuan bagi Tuhan. Semua hal ini sudah Tuhan tentukan sejak semula. Peran yang kaumainkan dalam hidupmu dan tugas yang harus kaupenuhi, telah sejak lama ditentukan oleh Tuhan. Ada orang yang melihat bahwa orang lain memiliki keahlian yang tidak mereka miliki dan merasa tidak puas. Mereka ingin mengubah segala sesuatunya dengan belajar lebih banyak, melihat lebih banyak, dan menjadi lebih rajin. Namun, ada batas yang mampu dicapai oleh ketekunan mereka, dan mereka tak dapat melampaui orang-orang yang memiliki bakat dan keahlian. Sebanyak apa pun engkau berjuang, itu tidak ada gunanya. Tuhan telah menentukan akan menjadi apa dirimu, dan tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk mengubahnya. Apa pun yang kaukuasai, di situlah engkau harus berupaya. Tugas apa pun yang sesuai untukmu, engkau harus melaksanakannya. Jangan coba memaksakan dirimu terjun di bidang yang berada di luar keahlianmu dan jangan iri kepada orang lain. Setiap orang memiliki fungsinya masing-masing. Jangan menganggap dirimu mampu melakukan semuanya dengan baik, atau menganggap dirimu lebih sempurna atau lebih baik daripada yang lain, selalu ingin menggantikan orang lain dan memamerkan dirimu. Ini adalah watak yang rusak. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan baik, dan mereka tidak memiliki keterampilan sama sekali. Jika engkau menganggap dirimu seperti itu, engkau harus menjadi orang yang mendengarkan dan taat dengan sikap yang rendah hati. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah itu dengan baik, dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat tersentuh. Aku paham aku kelelahan dan mengalami begitu banyak siksaan karena aku tidak mengeluarkan tenaga untuk melakukan tugas. Sebaliknya, kugunakan untuk mengejar reputasi dan status. Kualitas seseorang tinggi atau rendah, talenta, bakat, dan kemampuan semua sudah ditentukan Tuhan. Tuhan hanya ingin manusia melakukan yang terbaik sesuai kemampuan sendiri. Dia tak minta kita menonjol dan unggul dari yang lain. Bahkan sebelum aku lahir, Tuhan sudah atur semua untukku. Tuhan sudah tentukan talenta, kualitas, dan bakatku, tugas yang cocok untukku, dan semuanya. Aku ditakdirkan tunduk kepada kedaulatan dan pengaturan Tuhan, melakukan yang terbaik dengan rendah hati, dan melaksanakan tugas dengan baik. Setelah cermat berpikir, kusadar aku tak punya keahlian khusus, tapi yang perlu kulakukan mengikuti firman Tuhan, "Jika engkau menganggap dirimu seperti itu, engkau harus menjadi orang yang mendengarkan dan taat dengan sikap yang rendah hati. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah itu dengan baik, dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan." Kini, aku siap menerapkan sesuai firman Tuhan dan tulus melaksanakan peranku.

Pernah, kulihat seorang saudari melakukan tugas sangat efektif. Aku iri dan agak dengki. Kupikir, "Bagaimana dia bisa?" Kurasakan dorongan untuk mengunggulinya bangkit lagi, tapi kusadar aku menunjukkan kerusakanku, aku berdoa kepada Tuhan agar meninggalkan diriku. Setelah berdoa, kupikir, "Semua punya peran berbeda untuk dimainkan, seperti mesin punya bagian yang berbeda, dan setiap bagian punya fungsi berbeda. Dia punya keunggulan sendiri dan berhasil baik dalam tugasnya. Ini hal yang baik. Aku tak boleh membandingkan diriku dengannya, aku harus belajar darinya." Setelah itu, tiap kali saudariku membagi pengalaman dan penerapannya dalam memenuhi tugas, aku dengarkan baik-baik dan mencatat. Aku juga melihat pengalaman orang lain dalam pekerjaan Injil. Selama pertemuan, aku juga menenangkan diri dan merenungkan firman Tuhan, bersekutu tentang apa yang kupahami dari firman Tuhan, dan tak lagi mengejar ingin dihormati. Ketika menerapkan seperti ini, kudapati hasratku akan reputasi dan status sedikit demi sedikit berkurang. Aku tak merasa iri seperti dulu, dan merasa jauh lebih tenang dan santai. Pengetahuan dan penerapan yang kumiliki sekarang, sepenuhnya hasil yang dicapai dari pekerjaan Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Akibat Memuja Manusia

Oleh Song Yu Saudari, Belanda Pada tahun 2019, aku berlatih dalam posisi kepemimpinan, bekerja bersama Wang. Selama interaksi kami, aku...