Selamat Tinggal Kepada Pengejaran Duniawi

19 Januari 2022

Oleh Saudari Si Fan, Korea

Aku menjalankan tugas menyiram pendatang baru beberapa tahun lalu. Aku merasa itu kehormatan dari Tuhan. Aku juga tahu itu tugas yang sangat penting, jadi aku ingin lebih berupaya dalam kebenaran agar bisa menyirami pendatang baru dengan baik untuk membantu mereka mendapatkan pijakan di jalan yang benar dengan cepat. Aku membaca firman Tuhan untuk melengkapi diri dengan kebenaran setiap ada waktu, dan dalam pertemuan aku sungguh-sungguh merenungkan pertanyaan dan masalah orang percaya baru, serta mencari firman Tuhan untuk persekutuan dan solusi. Aku akan mencari dengan saudara-saudari lain saat tidak bisa memahami atau menyelesaikan sesuatu. Seiring waktu, yang lain mulai mencariku untuk bersekutu tentang masalah mereka. Aku berpikir semua orang sudah menghormatiku meskipun aku baru dalam penyiraman. Aku merasa sangat senang dan lebih bersemangat menjalankan tugas.

Lalu, pemimpin menugaskan Saudari Cheng untuk bekerja bersamaku. Tak lama, aku mendapati dia sangat bertanggung jawab dalam tugasnya dan pandai mengungkap masalah dalam pekerjaan kami. Persekutuannya dalam perkumpulan sangat jelas dan terorganisasi, dia juga mampu memecahkan beberapa masalah. Semua orang sangat menyukai dia dan akan mencarinya untuk persekutuan saat memiliki masalah. Melihat semua ini membuatku khawatir: "Saudari Cheng cukup baru, tetapi yang lain sudah sangat menghormatinya. Saat butuh bantuan, akankah mereka hanya mencari dia, bukan aku? Akankah mereka berpikir aku bukan tandingannya? Tidak, aku harus bekerja lebih keras agar semua orang melihat aku tidak kalah darinya, bahwa aku masih mampu mengatasi masalah. Hanya dengan begitu aku akan tetap ada di hati semua orang." Aku mulai aktif bertanya tentang keadaan dan kesulitan saudara-saudari, dan sebelum setiap pertemuan, aku bekerja menemukan firman Tuhan dan membuat catatan tentangnya. Selama pertemuan, aku disibukkan dengan bagaimana memberikan persekutuan yang lebih baik daripada Saudari Cheng agar semua orang berpikir aku lebih cakap. Yang mengejutkan, suatu hari pemimpin berkata Saudari Cheng akan melayani sebagai pemimpin kelompok. Aku tercengang. Aku berpikir, "Apakah aku salah dengar? Saudari Cheng akan menjadi pemimpin kelompok? Mengapa seperti ini keadaannya? Aku sudah menjalankan tugas ini lebih lama darinya. Apa pendapat orang lain saat mereka mengetahuinya? Akankah mereka berpikir dia lebih baik dariku? Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku lagi?" Makin memikirkannya, makin aku merasa dizalimi dan tidak bisa menerima kenyataan itu. Aku berada di tempat yang sangat gelap dan menyakitkan. Aku tahu seharusnya tidak berpikir begitu, bahwa itu adalah hidup untuk nama dan status, tetapi aku tidak bisa mengendalikan diri. Aku mencoba menghibur diri, bahwa ini juga baik-baik saja, dan yang perlu kulakukan hanyalah melakukan tugas dengan baik tanpa terlalu khawatir. Pada saat itu, aku tidak benar-benar mencari kebenaran atau merenungkan diri dalam aspek ini.

Lalu, suatu hari, aku mengetahui keluarga Saudari Zhang telah termakan rumor dan kebohongan PKT dan mereka mencoba menghentikan dia untuk percaya. Dia dihambat dan tidak menghadiri pertemuan. Aku menghubunginya, berharap bersekutu dengannya, tetapi dia berkata telah menghubungi Saudari Cheng, mereka telah mencari dan bersekutu. Aku sedikit kesal mendengar ini. Saudari Zhang selalu datang kepadaku untuk masalahnya, tetapi kini dia malah berlari ke Saudari Cheng. Apa dia pikir aku tidak sama andalnya? Apa semua orang akan melupakanku? Pikiran ini membuatku benar-benar patah semangat. Aku berpikir Saudari Cheng mencuri panggungku dan memiliki prasangka terhadapnya. Aku tidak lagi siap sedia menanggapi pesannya dan terkadang hanya akan membalas cepat "Tentu". Lalu, pernah saat kami dalam perkumpulan daring dengan beberapa saudara-saudari, Saudari Cheng memberikan persekutuan sebagai jawaban dari pertanyaan seorang saudari. Aku tidak bisa menerima itu, khawatir persekutuannya akan mencuri panggung. Aku hanya ingin kesempatan untuk berbagi persekutuan agar orang lain melihat aku juga menganggap serius tugasku dan bisa menuntaskan masalah. Saat Saudari Cheng selesai, saudari yang mengajukan pertanyaan berkata persekutuan itu tidak menyelesaikan masalah nyatanya. Aku senang melihatnya ada di tempat sulit. Aku berpikir, "Kau banyak bicara tanpa menyelesaikan masalah sebenarnya. Itu tak tepat sasaran. Sekarang kau sangat malu. Orang lain bisa langsung tahu. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini untuk tampil bagus agar semua orang melihat persekutuanku lebih baik darimu." Aku segera mulai berbagi persekutuan. Saat selesai, ternyata aku sama sekali tidak mengerti pertanyaan saudari ini dan jawabanku jauh dari sasaran. Dia bahkan mengirimiku peringatan. Aku merasa seperti orang bodoh saat itu dan ingin menemukan lubang untuk bersembunyi. Aku memutuskan undur diri saat itu karena hal mendesak. Lalu, aku melihat mereka masih di pertemuan itu, dan pikiran jahat muncul: "Jika terus bicara seperti ini, siapa yang tahu berapa lama kau akan berceloteh. Jika aku tidak bisa berada di pertemuan itu, tidak seorang pun bisa, jika tidak, itu hanya menjadi ajangmu tampil." Jadi, tanpa pertimbangan matang, aku mengirim pesan ini: "Waktu berkumpul sudah habis, tidak perlu berlarut-larut. Kita bisa mendiskusikan masalah apa pun lain kali." Mereka semua undur diri dalam beberapa menit. Aku duduk di depan komputer dengan perasaan sangat tidak tenang. Aku sangat malu dengan persekutuan yang kubagikan dan merasa tidak enak saat memikirkan bagaimana aku menikmati kegagalan saudari Cheng. Apa yang telah kulakukan? Aku tidak mencoba bekerja bersamanya untuk melakukan tugas kami dengan baik, aku justru bergumul dengan kecemburuan, baik secara terbuka maupun diam-diam, mencoba menjatuhkan dia. Apa aku bahkan melakukan tugas? Aku tidak bisa menenangkan perasaanku.

Aku merenungkan diriku setelah itu, tentang apa yang benar-benar salah denganku. Terus membandingkan diriku dengan Saudari Cheng dalam segala hal adalah cara hidup yang melelahkan dan menyakitkan. Aku tidak mendapatkan pencerahan apa pun dari firman Tuhan, tidak bersungguh-sungguh dalam doa, pertemuan terasa kering dan membosankan, tak memiliki penerangan. Hatiku dipenuhi kegelapan. Dalam kesakitan, aku datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa: "Tuhan, aku hidup untuk nama dan status, selalu bersaing, membandingkan diriku dengan orang lain, ingin dikagumi. Aku tahu ini bukan keadaan yang benar, tetapi tidak bisa menghindarinya. Tuhan, tolong bimbing aku untuk mengenal diriku."

Suatu hari, aku melihat firman Tuhan ini dalam sebuah pertemuan: "Ketika orang sejenis antikristus melakukan tugas, apa pun itu dan di kelompok mana pun mereka berada, mereka menunjukkan bentuk perilaku yang jelas: mereka selalu cenderung membatasi orang dan mengendalikan mereka. Mereka selalu ingin memimpin orang dan menjadi penentu keputusan. Mereka selalu ingin dilihat, menjadi pusat perhatian; mereka ingin lebih banyak mata dan perhatian orang tertuju pada diri mereka. Setiap kali para antikristus bergabung dengan sebuah kelompok, berapa pun jumlahnya, siapa pun anggota kelompoknya, apa pun profesi atau identitas mereka, para antikristus akan memeriksa terlebih dahulu untuk melihat siapa yang pandai berbicara, siapa yang mengesankan, siapa yang sangat berkompeten, dan siapa yang memiliki modal paling banyak. Mereka memeriksa untuk melihat siapa yang bisa mereka kalahkan dan siapa yang tidak bisa mereka kalahkan, siapa yang mengungguli mereka dan siapa yang lebih rendah dari mereka. Inilah hal-hal pertama yang mereka evaluasi. Setelah menilai situasi dengan cepat, mereka memulai pekerjaan mereka, mengesampingkan orang yang kemampuannya di bawah mereka dan mengabaikan mereka. Mereka pertama-tama memilih orang yang mereka yakini lebih unggul, yang memiliki sedikit gengsi dan status, orang yang memiliki sedikit bakat yang agak cakap. Inilah orang-orang yang pertama mereka ukur terhadap diri mereka sendiri. Jika salah satu dari orang-orang ini dihormati oleh saudara-saudari, telah lama percaya kepada Tuhan, atau memiliki reputasi yang baik, maka orang-orang ini menjadi sasaran kecemburuan mereka. Orang-orang ini menjadi pesaing mereka. Kemudian, para antikristus secara diam-diam membandingkan diri mereka dengan orang-orang ini, yang dihormati, yang memiliki status dan yang perkataannya dapat membuat saudara-saudari mengikutinya, melihat apa yang mampu mereka lakukan dan apa yang telah mereka kuasai. Setelah melihat dan mengamati, para antikristus menyadari bahwa orang-orang ini ahli dalam profesi tertentu, dan bahwa semua orang menghormati mereka karena mereka telah lama percaya kepada Tuhan atau karena alasan lain. Begitu mereka menemukan 'mangsa' semacam itu, mengenali pesaing semacam itu, dan menemukan alasannya, para antikristus akan membuat sebuah rencana tindakan. Mereka akan memperhatikan di area mana mereka bukan tandingan lawan mereka, dan di area itulah mereka akan mulai bekerja. Jika kemampuan mereka dalam profesi tertentu tidak sebaik kemampuan orang lain dalam profesi tersebut, mereka akan mempelajari profesi itu, mencari berbagai macam informasi dan dengan rendah hati meminta petunjuk kepada orang lain. Mereka akan berpartisipasi dalam setiap jenis pekerjaan yang berhubungan dengan profesi tersebut, sedikit demi sedikit mengumpulkan pengalaman dan mengembangkan kekuatan mereka sendiri. Begitu mereka yakin bahwa mereka memiliki modal untuk menghadapi pesaing mereka, mereka biasanya akan berdiri untuk membuat 'pandangan mereka yang mencerahkan' itu diketahui semua orang. Mereka sering kali dengan sengaja menyangkal dan merendahkan pesaing mereka untuk membuat mereka terlihat bodoh dan menodai reputasi mereka. Dengan cara demikian, mereka mampu menunjukkan bahwa mereka tidak seperti yang lainnya dan lebih cerdas daripada lawan mereka. Dapatkah orang biasa mengenali hal-hal ini? Di sepanjang proses itu, hanya para antikristus itu sendiri yang tahu apa yang sedang mereka lakukan—hanya mereka, dan Tuhan. Orang biasa hanya melihat semangat mereka, pengejaran mereka, penderitaan mereka, harga yang mereka bayar, dan perilaku mereka yang tampaknya baik. Namun, hal yang sebenarnya, tersembunyi di lubuk hati mereka. Apa tujuan utama mereka? Tujuannya adalah untuk mendapatkan status. Tanpa sepengetahuan mereka, target yang menjadi tujuan semua pekerjaan mereka, semua kerja keras mereka, dan semua harga yang mereka bayar adalah sesuatu di dalam hati mereka yang tidak pernah bisa mereka lupakan dan tidak pernah lepaskan: status" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan benar-benar menyentuhku, dan aku merasa buruk. Aku juga merasa Tuhan bisa melihat pikiran dan perasaanku dengan sangat jelas. Jika diingat, sejak menjalankan tugas penyiraman, aku memperlakukannya sebagai kesempatan untuk pamer. Aku ingin memakai menyelesaikan masalah orang lain sebagai cara mendapatkan kekaguman dan persetujuan mereka. Setelah pemimpin menugaskan Saudari Cheng bekerja bersamaku, perhatianku bukanlah bagaimana kami bisa melakukan tugas dengan baik bersama-sama, tetapi bersaing dengannya, membandingkan diriku dengannya. Aku terobsesi pada siapa yang dicari saudara-saudari untuk bantuan, siapa di antara kami yang memiliki prestise lebih banyak, lebih berkedudukan. Aku merasa terancam saat melihat bagaimana semua orang menghormati Saudari Cheng dan merasa disingkirkan, jadi aku mulai melihat dia sebagai rival. Aku ingin mengalahkan dia, mengunggulinya dalam semua perkataan dan aksi, serta berusaha keras membuat orang lain berpikir aku lebih baik. Aku telah dikendalikan ambisi dan hasrat, bahkan menikmati kegagalannya dalam pengejaranku akan status. Aku tampak melakukan tugas, tetapi pikiranku bukan pada bagaimana melakukannya dengan baik, bagaimana mendapatkan hasil maksimal dari pertemuan, atau bagaimana membantu saudara-saudari dalam masalah mereka. Setiap hal yang kulakukan hanyalah demi reputasi dan status. Bukankah itu watak antikristus? Antikristus menempatkan status dan prestise di atas segalanya. Mereka iri, melawan, dan membandingkan diri dengan siapa pun yang lebih baik daripada mereka. Mereka tidak akan ragu untuk menginjak-injak, menghina, dan mencoreng siapa pun demi status untuk meninggikan diri dan pamer. Dalam semua yang kulakukan, bukankah motif tersembunyiku sama dengan antikristus? Menjalankan tugasku dengan tujuan seperti itu adalah mengambil jalan antikristus, menentang Tuhan. Menyadari hal ini, aku diliputi penyesalan dan tahu aku harus berubah. Aku harus benar-benar mencari kebenaran dan merenungkan diri untuk mengatasi watak rusakku.

Aku juga memikirkan dan mencari tentang hal ini, serta berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membimbingku untuk memahami penyebabnya agar bisa sepenuhnya bertobat. Ada kutipan firman Tuhan yang kubaca suatu hari. Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Di kubu Iblis, baik itu di kantor yang kecil atau dalam organisasi yang besar, di antara masyarakat umum atau di instansi pemerintah, bagaimana suasana di tempat mereka bekerja? Apa prinsip dan pedoman bagi tindakan mereka? Mereka bertindak sesuka hati; masing-masing berjalan dengan caranya sendiri. Mereka bertindak untuk kepentingan mereka sendiri dan membela kepentingan mereka sendiri. Siapa pun yang memiliki otoritas, dialah yang menjadi penentu keputusan. Mereka tidak memikirkan orang lain, tetapi melakukan apa yang mereka inginkan, berjuang mengejar ketenaran, kekayaan, dan status. Jika engkau semua tidak memahami kebenaran atau tidak menerapkan kebenaran, dalam situasi di mana engkau belum dibekali dengan firman Tuhan, apakah engkau akan berbeda dari mereka? Sama sekali tidak—engkau akan sepenuhnya sama seperti mereka. Engkau semua akan berjuang dengan cara yang sama seperti orang tidak percaya berjuang. Engkau akan bergumul dengan cara yang sama seperti orang tidak percaya bergumul. Dari pagi hingga malam, engkau akan iri hati dan berselisih, berkomplot dan membuat rencana jahat. Apa sumber dari masalah ini? Semua itu karena orang-orang dikendalikan oleh watak yang rusak. Pemerintahan watak yang rusak adalah pemerintahan Iblis; umat manusia yang rusak berdiam di dalam watak Iblis, tanpa terkecuali. Jadi, engkau tidak boleh berpikir bahwa engkau terlalu baik atau terlalu lemah lembut dan jujur untuk terlibat dalam perebutan kekuasaan dan keuntungan. Jika engkau tidak memahami kebenaran dan tidak dipimpin oleh Tuhan, engkau tentu saja tidak terkecuali, dan engkau tidak akan pernah mampu menjauhkan dirimu dari pertarungan dan perebutan demi memperoleh reputasi dan statusmu sendiri hanya karena kejujuran atau kebaikanmu, atau karena usiamu yang masih muda. Bertarung, berebut, bergulat—semua ini adalah perilaku yang melambangkan natur jahat Iblis. Semua orang, tanpa terkecuali, bertarung, bergulat, dan berebut ketenaran, kekayaan, dan status, dengan cara apa pun. Dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan ini, orang menyingkapkan watak mereka yang rusak. Jadi, selama engkau tidak memahami kebenaran, tidak menerima kebenaran, dan tidak dapat bertindak berdasarkan prinsip, watak-watak yang rusak ini akan menguasai pemikiranmu dan mendikte tindakanmu. Engkau tidak mampu melepaskan diri dari hal ini. Sekarang, saat engkau melaksanakan tugasmu di rumah Tuhan, engkau sedikit taat, sedikit bekerja keras, sedikit serius, dan engkau memiliki semacam rasa tanggung jawab, atau engkau dapat mengesampingkan perhatian terhadap statusmu sendiri dan sering kali mampu menolak perselisihan, mampu bersikap lemah lembut dan bekerja sama secara damai, mampu mencari dan menunggu. Bagaimana seseorang mencapai sikap seperti itu? Ini berkaitan dengan pembekalan dan arahan Tuhan. Tanpa semua itu, orang tidak memahami hal-hal ini. Sejak masa kanak-kanak, orang-orang diajari bahwa, 'Tiap orang berjuang untuk kepentingannya sendiri.' Banyak orang tua mengajari anak-anak mereka: 'Engkau harus berjuang untuk menjadi nomor satu. Jika engkau tidak berjuang untuk menjadi yang nomor satu, engkau adalah seorang pengecut yang tidak berguna, dan semua orang akan memandang rendah dirimu dan merundungmu!' Ketika anak-anak sudah sedikit lebih dewasa, dengan sendirinya mereka berpikir seperti ini, tanpa orang tua mereka mengajari mereka. Ke mana pun mereka pergi, mereka akan berjuang. Mereka berpikir adalah bodoh jika mereka tidak berjuang. Di dalam sekelompok orang, mereka merasa diri mereka tidak berguna jika mereka tidak dapat membangun kredibilitas tertentu dan tidak memiliki martabat sedikit pun. Oleh karena itu, di luar imajinasi, gagasan, dan pengetahuan, yang dimiliki manusia hanyalah watak yang rusak. Umat manusia, yang esensinya adalah watak yang rusak, hidup dalam citra Iblis. Setiap tindakan dan perbuatan berpusat di sekitar watak Iblis dan pemikiran Iblis. Tak seorang pun yang mampu melepaskan diri dari hal ini" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku tahu kenapa aku tidak bisa menahan diri memperjuangkan nama dan pencapaian. Itu karena aku telah tenggelam dan dirusak oleh sudut pandang dan racun iblis, hal-hal yang diajarkan di rumah dan sekolah seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri," "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," dan "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Jadi, aku menginginkan kekaguman orang lain di kelompok mana pun aku berada serta menikmati perasaan dikagumi dan disetujui. Aku pikir itulah satu-satunya kehidupan yang bermartabat dan berharga. Berada di bawah seseorang membuatku merasa tidak berharga, tidak mampu menunjukkan wajah. Saat menjalankan tugas di rumah Tuhan, aku masih mengikuti ide dan konsep iblis ini, mengejar kekaguman orang lain. Namun, inti dari menjalankan tugas dengan saudara-saudari adalah saling mendukung dan mengisi kekurangan agar kita bisa lebih efektif. Kita harus menjadi penolong, bahkan mitra untuk satu sama lain. Namun, aku memperlakukan Saudari Cheng sebagai musuhku, terobsesi mencari cara untuk mengalahkannya. Saat tidak bisa, aku memakai cara curang untuk mengganggu persekutuannya dalam pertemuan. Melakukan hal-hal yang tidak manusiawi ini menunjukkan watak jahat dan busuk yang kumiliki. Aku selalu berpikir kenaikan status dan dikagumi adalah satu-satunya cara hidup yang bermartabat. Hidup berdasarkan racun iblis ini, ambisiku terus tumbuh dan sudut pandangku kian menyusut, sampai caraku berperilaku tidak menyenangkan bagi orang lain dan terutama menjijikkan bagi Tuhan. Di mana martabat di situ? Aku akhirnya melihat betapa dalam aku telah dirusak racun Iblis. Aku tidak bisa membedakan antara hal positif dan negatif, serta kehilangan hati nurani dan nalarku. Antikristus yang diusir dari gereja tidak mengejar kebenaran sama sekali, hanya nama dan status, dan pada akhirnya mereka disingkap dan disingkirkan. Selalu mengejar hal-hal tersebut adalah jalan menentang Tuhan, jalan kehancuran. Aku melihat betapa mengerikan konsekuensi dari hidup seperti itu, dan bahwa tanpa firman Tuhan menyingkapku, aku tidak akan pernah mengenal diriku sendiri, dan entah kejahatan macam apa yang akan kulakukan.

Suatu pagi, aku membaca kutipan lain: "Yang Tuhan tuntut dari manusia bukanlah kemampuan untuk menyelesaikan sejumlah tugas tertentu atau menyelesaikan pekerjaan besar apa pun, Dia juga tidak membutuhkan mereka untuk merintis usaha besar apa pun. Yang Tuhan inginkan adalah agar manusia dapat melakukan semua yang mereka mampu lakukan dengan kerendahhatian, dan hidup sesuai dengan firman-Nya. Tuhan tidak membutuhkanmu untuk menjadi besar atau terhormat, juga tidak membutuhkanmu untuk melakukan mukjizat apa pun, Dia juga tidak ingin melihat kejutan yang menyenangkan di dalam dirimu. Dia tidak membutuhkan hal-hal seperti itu. Yang Tuhan butuhkan adalah agar engkau mendengarkan firman-Nya dan, setelah engkau mendengarnya, memasukkannya ke dalam hatimu dan menerapkannya dengan kerendahhatian sesuai dengan firman Tuhan, sehingga firman Tuhan dapat menjadi sesuatu yang engkau hidupi, dan menjadi hidupmu. Dengan demikian, Tuhan akan dipuaskan. Engkau selalu mencari kebesaran, kemuliaan, dan kehormatan; engkau selalu mencari peninggian. Bagaimana perasaan Tuhan saat Dia melihat ini? Dia membencinya, dan tidak mau melihatnya. Semakin engkau mengejar hal-hal seperti kebesaran; kemuliaan; dan menjadi lebih unggul daripada orang lain, terhormat, terkemuka, dan penting, semakin Tuhan menganggapmu menjijikkan. Jika engkau tidak merenungkan dirimu sendiri dan bertobat, Tuhan akan membencimu dan meninggalkanmu. Pastikan untuk tidak menjadi orang yang Tuhan anggap menjijikkan; jadilah orang yang Tuhan kasihi. Jadi, bagaimana orang bisa memperoleh kasih Tuhan? Dengan menerima kebenaran dengan kerendahhatian, dengan berdiri pada posisi makhluk ciptaan, dengan teguh bersandar pada firman Tuhan untuk menjadi orang yang jujur dan melaksanakan tugasnya, dan dengan hidup dalam keserupaan dengan manusia sejati. Ini sudah cukup. Pastikan untuk tidak menyimpan ambisi atau mimpi-mimpi kosong, jangan mencari ketenaran, keuntungan, dan status atau berusaha lebih menonjol dari orang banyak. Selain itu, jangan berusaha menjadi orang hebat atau manusia super, yang lebih unggul di antara manusia dan membuat orang lain memujanya. Itu adalah keinginan dari manusia yang rusak, dan itulah jalan Iblis; Tuhan tidak menyelamatkan makhluk ciptaan semacam itu. Jika, beberapa orang tetap mengejar ketenaran, keuntungan, dan status serta menolak untuk bertobat, maka tidak ada lagi yang bisa diperbaiki dari mereka dan hanya ada satu hasil bagi mereka: disingkirkan" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Dari firman Tuhan, aku menyadari Tuhan tidak meminta orang menjadi terkenal atau hebat, atau mencapai sesuatu yang luar biasa. Tuhan hanya ingin kita hanya menerapkan firman-Nya, serta menggenapi tugas dan tanggung jawab makhluk ciptaan. Itulah satu-satunya jenis orang yang bermartabat di mata Tuhan, yang menyenangkan Tuhan. Namun, pengejaranku bukan untuk melakukan tugas makhluk ciptaan. Selama ini, itu untuk membuat orang menghormati dan menyetujuiku, mendapatkan kedudukan di antara orang lain, kebalikan dari yang Tuhan tuntut. Hati kita harus menjadi bait Tuhan, tempat kita menyembah dan meninggikan Tuhan. Dalam menghadapi masalah, kita harus berdoa dan mengandalkan Tuhan, hidup berdasarkan firman-Nya. Namun, aku selalu mencari tempat di hati orang-orang agar mereka menghormati dan memujaku. Aku mengincar tempat Tuhan, menyinggung watak-Nya. Aku benar-benar tidak memiliki kebenaran kenyataan. Ada banyak hal yang tidak bisa kupahami atau selesaikan, tetapi aku hanya bisa melontarkan doktrin. Aku tetap berpikir diriku hebat dan memandang diriku luar biasa. Aku tanpa malu ingin dipuji dan dipuja orang lain, serta berjuang untuk itu saat itu tidak terjadi. Aku sama sekali tidak mengenal diriku dan tidak tahu malu! Tuhan adalah Pencipta dan Dia adalah yang tertinggi. Dia secara pribadi telah menjadi daging dan datang ke bumi, mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia. Dia telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, tetapi Dia tetap tidak pamer atau memosisikan diri-Nya sebagai Tuhan. Dia tersembunyi dan rendah hati. Esensi Tuhan begitu indah. Pikiran ini membuatku makin malu dan sedih. Aku memutuskan untuk meninggalkan dagingku dan menerapkan kebenaran. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa: "Ya Tuhan, ambisi liarku tidak terkendali. Aku selalu bergulat, membandingkan diri dengan orang lain, berusaha untuk dihormati. Ini bukan jalan yang baik dan itu membuat-Mu jijik." "Aku tidak ingin hidup seperti ini lagi. Aku ingin hidup berdasarkan firman-Mu dan melakukan tugasku dengan baik. Tolong bimbing aku." Setelah itu, aku mencari Saudari Cheng dan membuka diri kepadanya tentang keadaan dan kerusakanku. Kami bersekutu tentang pentingnya kerja sama yang harmonis. Aku merasa begitu mantap dan damai pada saat itu.

Sejak saat itu, aku masih memiliki dorongan untuk bersaing dengan Saudari Cheng dalam pekerjaan kami bersama, tetapi aku akan menyadarinya, dengan cepat mengucapkan doa, meninggalkan daging, dan mengikuti firman Tuhan. Saat giliran Saudari Cheng menjadi tuan rumah pertemuan tiba, aku melihat dia terlalu sibuk mempersiapkan, jadi aku mencari beberapa firman Tuhan untuk mengatasi masalah orang lain. Aku berpikir, "Akulah yang menemukan kutipan-kutipan ini. Jika pertemuan berjalan dengan baik, akankah saudara-saudari berpikir Saudari Cheng yang melakukan semua pekerjaan? Akankah mereka berpikir dia menanggung lebih banyak beban daripada aku? Mungkin aku saja yang memandu pertemuan ini." Namun, saat mencoba memikirkan apa yang harus kukatakan, aku menyadari aku berjuang untuk nama dan keuntungan lagi. Firman Tuhan ini terlintas dalam benakku: "Engkau harus belajar untuk melepaskan dan mengesampingkan hal-hal ini, untuk merekomendasikan orang lain, dan membiarkan mereka unggul. Jangan berjuang mati-matian atau bergegas-gegas mengambil keuntungan saat engkau menemukan kesempatan untuk unggul atau memperoleh kemuliaan. Engkau harus belajar untuk mundur, tetapi tidak boleh menunda pelaksanaan tugasmu. Jadilah seseorang yang bekerja dengan tenang tanpa ingin terlihat, yang tidak pamer kepada orang lain ketika engkau melakukan tugasmu dengan setia. Semakin engkau melepaskan gengsi dan statusmu, dan semakin engkau melepaskan kepentinganmu sendiri, semakin damai engkau jadinya, dan semakin banyak ruang terbuka di hatimu dan keadaanmu akan semakin membaik. Semakin engkau bergumul dan bersaing, semakin gelaplah keadaanmu. Jika engkau tidak percaya, coba saja dan lihatlah! Jika engkau ingin memutarbalikkan keadaan semacam ini, dan tidak dikendalikan oleh hal-hal ini, engkau pertama-tama harus mengesampingkan dan melepaskannya" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Kita harus belajar merelakan, melepaskan setiap kesempatan untuk pamer dan membiarkan orang lain menjadi sorotan. Kita tidak bisa pamer atau dikagumi orang lain, tetapi dalam hati itu sangat membebaskan. Kita tidak dikendalikan oleh kerusakan dan mendapatkan persetujuan Tuhan. Itu adalah upah terbesar. Jadi, aku mengiriminya pesan, berkata, "Jadilah tuan rumah besok, aku akan membantu dengan persekutuan." Dalam pertemuan keesokan harinya, aku tidak memikirkan bagaimana diriku dipandang, tetapi bagaimana bersekutu tentang firman Tuhan untuk membantu masalah orang-orang. Aku dan Saudari Cheng bersekutu bersama, masing-masing menyumbangkan bagian kami. Setelahnya, semua orang mengatakan pertemuan itu sangat bermanfaat bagi mereka. Aku bersyukur kepada Tuhan untuk ini dan merasakan sukacita menerapkan kebenaran.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Konsekuensi dari Melindungi Diri

Oleh Saudari Xiao Wei, Tiongkok Saudari Guan dipindahkan untuk mengawasi pekerjaan gereja kami pada 2019. Aku bertemu dengannya dua tahun...

Emosiku Mengaburkan Penilaianku

Oleh Saudara Zhou Ming, Tiongkok Halo Huijuan, aku menerima suratmu. Dalam suratmu, kau menulis bahwa anak-anak kita disingkirkan dari...