Kecurangan dan Kecurigaan Hanya Membawa Penderitaan 

02 September 2022

Oleh Saudari Zhang Han, Yunani

Aku mengikuti pelatihan produksi video di gereja secara konsisten, lalu suatu hari pada Juni 2020, seorang pemimpin memberitahuku gereja membutuhkan orang untuk menangani urusan umum, dan ingin memindahkanku. Ketika mendengar kabar itu, kupikir pekerjaan itu hanyalah kerja keras, dan tidak terlihat sebagus tugasku saat ini yang membutuhkan keterampilan. Mengetahui bahwa itu karena mereka kekurangan orang membuatku sedikit terhibur. Namun kemudian, aku mendapati ada beberapa orang lainnya telah dipindahkan ke tugas itu hanya karena mereka telah diberhentikan, dan beberapa sudah cukup lanjut usia Pada saat itu, semua kesalahpahaman dan penentangan di hatiku muncul ke permukaan. Jika itu hanyalah pekerjaan yang tak butuh keterampilan, siapa pun bisa melakukannya. Aku juga teringat saudara-saudara di sekitarku yang selalu dipromosikan, selalu mendapatkan pekerjaan yang lebih penting. Namun, saat pekerjaan Tuhan hampir selesai, aku mendapat kedudukan yang biasa-biasa saja. Apa aku punya kesempatan untuk diselamatkan? Namun, pada waktu itu aku tak bisa menerimanya. Aku hanya tenggelam dalam kenegatifan. Aku dipenuhi dengan keraguan: apa sebenarnya alasan mereka mengubah tugasku? Apakah itu perlu untuk pekerjaan itu? Aku tak pernah menangani urusan umum dan tak punya keterampilan itu. Mungkin pemimpin berpikir aku tak berkualitas dan tak layak dilatih untuk produksi video, jadi dia mencari-cari alasan untuk memindahkanku. Aku hanya terus menebak-nebak dan benar-benar ingin tahu apa sebenarnya penilaian dari pemimpin itu terhadapku. Aku ingin tahu apakah ini "promosi" atau "penurunan jabatan". Aku sangat negatif selama beberapa hari. Terutama ketika kupikir pemimpin mungkin menempatkanku pada pekerjaan itu karena aku tak punya kualitas, aku merasa prospek masa depanku gelap, dan aku sangat sedih. Aku datang ke hadapan Tuhan dan berseru dalam doa, "Tuhan, aku tak bisa menerima keadaan ini dan penuh dengan kesalahpahaman tentang-Mu. Aku tak tahu bagaimana melewati ini. Kumohon bimbinglah aku mengenal diriku sendiri dan keluar dari keadaan negatif ini."

Setelah berdoa, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Jika engkau selalu memperlakukan Tuhan menurut gagasan dan imajinasi manusia, dan menggunakan gagasan dan imajinasi tersebut untuk mengukur semua yang Tuhan lakukan, untuk mengukur firman dan pekerjaan Tuhan, maka bukankah ini berarti mendefinisikan Tuhan, bukankah ini berarti menentang Tuhan? Mungkinkah semua yang Tuhan lakukan sesuai dengan gagasan dan imajinasi manusia? Dan jika tidak, apakah engkau lantas tidak menerima atau menaatinya? Pada saat seperti itu, bagaimana seharusnya engkau mencari kebenaran? Bagaimana seharusnya engkau mengikut Tuhan? Ini berkaitan dengan kebenaran; jawabannya haruslah ditemukan dari dalam firman Tuhan. Ketika orang percaya kepada Tuhan, mereka harus tetap pada tempatnya sebagai makhluk ciptaan. Kapan pun waktunya, entah Tuhan tersembunyi darimu atau telah menampakkan diri kepadamu, entah engkau dapat merasakan kasih Tuhan atau tidak, engkau harus tahu apa tanggung jawab, kewajiban, dan tugasmu—engkau harus memahami kebenaran tentang penerapan ini. Jika engkau masih berpegang teguh pada gagasanmu, dengan berkata, 'Jika aku bisa melihat dengan jelas bahwa hal ini sesuai dengan kebenaran dan sesuai dengan imajinasiku, maka aku akan taat; jika tidak jelas bagiku dan aku tidak bisa memastikan bahwa ini adalah tindakan Tuhan, maka aku akan menunggu selama beberapa saat, dan akan taat begitu aku yakin bahwa ini dilakukan oleh Tuhan,' seperti inikah orang yang menaati Tuhan itu? Bukan. ... Apakah tugas makhluk ciptaan? (Berdiri di tempatnya sebagai makhluk ciptaan, menerima amanat Tuhan, dan menaati pengaturan Tuhan.) Benar. Dan karena engkau telah menemukan sumber masalahnya, bukankah masalah ini mudah dipecahkan? Berdiri di tempatmu sebagai makhluk ciptaan dan menaati Sang Pencipta, Tuhanmu, adalah hal terpenting yang harus dipatuhi oleh setiap makhluk ciptaan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Ketundukan kepada Tuhan adalah Pelajaran Dasar dalam Memperoleh Kebenaran). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa sebagai makhluk ciptaan, nalar paling mendasar yang harus kumiliki adalah tunduk pada pengaturan Tuhan dalam segala keadaan. Meskipun untuk beberapa saat aku tak memahaminya, aku seharusnya berdoa dan mencari dengan hati penuh penerimaan dan ketundukan. Membandingkannya dengan perilakuku, aku sadar aku memiliki terlalu banyak syarat untuk tunduk. Biasanya dalam situasi yang sesuai dengan gagasanku dan tidak bertentangan dengan kepentinganku, aku mampu tunduk dan menerimanya. Namun, perubahan tugasku ini berkaitan dengan masa depan dan nasibku, jadi aku tak mampu tunduk dan aku sangat ingin menanyakannya, untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Setelah bertahun-tahun beriman, aku tetap tak memiliki ketundukan sedikit pun kepada Tuhan. Sedikit perubahan saja pada tugasku membuatku dalam kekacauan seperti itu, dan aku sangat menentang, apalagi jika masalah besar yang datang. Apakah aku punya tingkat pertumbuhan sedikit pun? Aku malu menyadari hal ini, dan merasa siap untuk tunduk dan melaksanakan tugasku dengan baik.

Ketika aku benar-benar mengabdikan diriku ke dalamnya, aku mendapati, menangani urusan umum tidak sesederhana seperti bekerja keras seperti yang kukira. Ada prinsip untuk masuk ke dalam di setiap proses, dan aku benar-benar merasa, apa pun pekerjaan di rumah Tuhan, ada pelajaran untuk dipetik, dan kebenaran untuk dimasuki. Namun, setelah beberapa saat aku mendapati aku tidak mahir menangani segala sesuatu seperti saudara-saudari lainnya, dan aku juga lebih lambat daripada mereka. Dalam hal keterampilan dan efisiensi, aku jauh tertinggal dari mereka. Suatu malam, seorang pemimpin datang untuk berbicara denganku dan mengatakan mereka tak membutuhkan banyak orang dalam pekerjaan itu, dan ada proyek video yang mereka ingin aku tangani. Pikiranku benar-benar kosong saat mendengarnya. Aku ingin bertanya kepada pemimpin tentang alasan spesifik perubahan tugasku, tapi aku merasa bertanya secara terus terang akan tidak masuk akal. Jadi aku membatalkan pertanyaanku. Aku terus memikirkan kembali percakapan kami setelah apa yang terjadi, ingin mencari tahu alasan di balik pemindahanku dari apa yang dia katakan. Apakah aku tidak efisien dalam tugasku, dan apakah ini alasan mereka untuk menyingkirkanku? Namun, dia memang berkata mereka membutuhkanku untuk pekerjaan video, jadi mungkin itu pemindahan yang biasa. Namun, jika itu hanya tentang kebutuhan kerja, aku bisa kembali setelah beberapa waktu, dan tak perlu memberhentikanku. Dia pasti mengira aku tak berkualitas dan tak mampu melakukan tugas itu. "Tak perlu banyak orang untuk menangani urusan umum" pasti menjadi alasan pemberhentianku. Saudari ini mungkin tidak memberitahuku bahwa aku tak berkualitas karena tak ingin membuatku marah. Pada saat itu, aku merasa sedih. Aku tak pernah membayangkan setelah bertahun-tahun beriman, aku bahkan tak mampu menangani urusan umum dengan baik. Apa gunanya aku? Apa aku hanyalah sampah? Apa aku masih punya harapan diselamatkan dalam imanku? Apakah aku akan disingkapkan dan disingkirkan? Namun, aku memiliki begitu banyak pemikiran yang rumit, dan merasa makin sedih. Aku tak mendengarkan dengan saksama ketika saudari itu memberitahuku tentang pekerjaan video, dan ketika dia membawaku ke pertemuan yang meringkas pekerjaan mereka, aku tidak sepenuhnya fokus. Aku bahkan tertidur menjelang akhir. Selama waktu itu, aku lalai dan malas dalam tugas tanpa terbeban sama sekali. Ketika seseorang bertanya tentang pemindahanku, aku berpura-pura tidak mendengar dan tidak mau menjawab. Aku benar-benar tak ingin menghadapi kenyataan bahwa aku tidak melaksanakan tugas dengan baik. Aku ingin bersembunyi, dan tidak mau bertemu siapa pun. Untuk sementara waktu, aku benar-benar tersesat dalam kegelapan dan tak bisa melihat kehendak Tuhan. Aku merasa jalan imanku telah berakhir, dan aku sangat menderita.

Di satu titik, aku membaca beberapa firman Tuhan tentang bagaimana antikristus memandang perubahan dalam tugas mereka, kemudian aku memperoleh sedikit pemahaman tentang keadaanku sendiri. Tuhan berfirman: "Dalam keadaan normal, orang harus menerima dan tunduk pada perubahan dalam tugas mereka. Mereka juga harus merenungkan diri mereka sendiri, mengenali esensi masalah, dan mengenali kekurangan mereka sendiri. Ini adalah sesuatu yang sangat bermanfaat dan sangat mudah bagi orang untuk mencapainya—ini tidak terlalu sulit. Perubahan pada tugas seseorang bukanlah hambatan yang tak dapat diatasi; itu cukup sederhana sehingga siapa pun dapat memikirkannya dengan jelas dan memperlakukannya dengan benar. Ketika hal seperti ini terjadi pada orang normal, setidaknya, mereka dapat tunduk, serta mengambil manfaat dari merenungkan diri mereka sendiri, mendapatkan penilaian yang lebih akurat tentang apakah kinerja tugas mereka memenuhi syarat atau tidak. Namun, tidak demikian bagi para antikristus. Mereka berbeda dari orang kebanyakan, apa pun yang terjadi pada diri mereka. Di manakah letak perbedaannya? Mereka tidak taat, mereka tidak secara proaktif bekerja sama, juga tidak mencari kebenaran sedikit pun. Sebaliknya, mereka merasa jijik akan hal ini, dan mereka menolaknya, menganalisisnya, merenungkannya, dan memutar otak mereka dengan berspekulasi: 'Mengapa aku tidak diizinkan melakukan tugas ini? Mengapa aku dipindahkan ke tugas yang tidak penting? Apakah ini cara untuk menyingkapkanku dan menyingkirkanku?' Dalam pikirannya, mereka terus memikirkan apa yang telah terjadi, tanpa henti menganalisis dan merenungkannya. Jika tidak ada apa pun yang terjadi, mereka baik-baik saja, tetapi jika sesuatu terjadi, mulailah muncul gejolak dalam hati mereka seolah-olah berada di lautan badai, dan benak mereka dipenuhi dengan pertanyaan. Di luarnya mungkin mereka terlihat lebih baik daripada orang lain dalam hal merenungkan masalah, tetapi kenyataannya, antikristus sebenarnya lebih jahat daripada orang kebanyakan. Bagaimana kejahatan ini diwujudkan? Pertimbangan mereka ekstrem, rumit, dan penuh rahasia. Hal-hal yang tidak akan terjadi pada orang normal, pada orang yang berhati nurani dan bernalar, adalah hal yang biasa bagi seorang antikristus. Ketika penyesuaian sederhana dilakukan dalam tugas mereka, orang seharusnya menjawab dengan sikap yang taat, melakukan apa yang rumah Tuhan perintahkan kepada mereka, dan melakukan apa yang mampu mereka lakukan, dan, apa pun yang mereka lakukan, mereka melakukannya sesuai dengan kemampuan mereka, dengan segenap hati dan segenap kekuatan mereka. Apa yang telah Tuhan lakukan tidak salah. Kebenaran sesederhana itu dapat orang terapkan dengan sedikit hati nurani dan rasionalitas, tetapi ini di luar kemampuan antikristus. Dalam hal penyesuaian tugas, antikristus akan segera bernalar, melakukan tipu muslihat, dan menunjukkan sikap yang menentang, dan jauh di lubuk hatinya mereka tidak mau menerimanya. Apa sebenarnya yang ada di dalam hati mereka? Kecurigaan dan keraguan, kemudian mereka menyelidiki orang lain menggunakan segala macam metode. Dengan perkataan dan tindakannya, mereka memeriksa reaksi orang terhadap suatu rencana sebelum memutuskan untuk menggunakannya, dan bahkan memaksa dan membujuk orang untuk mengatakan yang sebenarnya dan berbicara jujur melalui cara yang tidak bermoral. Mereka berusaha mencari tahu: sebenarnya mengapa mereka dipindahkan? Mengapa mereka tidak diizinkan melaksanakan tugas mereka? Siapa sebenarnya yang mengendalikan hal ini? Siapa yang berusaha mencari gara-gara dengan mereka? Di dalam hatinya, mereka terus bertanya mengapa, mereka terus berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, agar mereka bisa menemukan seseorang untuk berdebat dan menerima pembalasan mereka. Mereka tidak tahu bahwa mereka harus datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan diri mereka, melihat apa masalah yang ada dalam diri mereka, mereka tidak mencari penyebab hal itu dalam diri mereka, dan mereka tidak berdoa kepada Tuhan dan merenungkan diri mereka serta berkata, 'Apa masalahnya dalam caraku melaksanakan tugasku? Apakah aku bersikap ceroboh dan asal-asalan, dan tidak memiliki prinsip? Apakah telah ada dampak dari sikapku ini?' Bukannya menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepada diri mereka sendiri, mereka malah selalu meragukan Tuhan di dalam hati mereka: 'Mengapa tugasku diubah? Mengapa aku diperlakukan seperti ini? Mengapa mereka begitu tidak masuk akal? Mengapa mereka tidak adil terhadapku? Mengapa mereka tidak memikirkan harga diriku? Mengapa mereka menyerang dan mengucilkanku seperti ini?' Semua 'mengapa' ini adalah pengungkapan yang sangat jelas dari watak rusak dan karakter antikristus" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Membaca firman Tuhan, aku melihat perilakuku sama jahatnya dengan perilaku antikristus. Ketika tugasku diubah, aku terlihat tenang, tapi sebenarnya aku dalam keadaan kacau. Aku menebak-nebak dan menyelidiki alasan perubahan itu, dan makna sebenarnya di balik setiap perkataan dari para pemimpin. Aku bahkan curiga dipindahkan karena kualitasku tak mampu menangani urusan umum, dan salah paham kepada Tuhan karena membuatku menjalani banyak pemindahan untuk menyingkapkanku sebagai orang tak berguna, dan menggunakannya untuk menyingkirkanku. Aku punya natur yang sangat jahat dan licik! Aku hanya terlalu memikirkan masalah perubahan tugasku, menyelidiki dan menganalisisnya, berusaha memastikan dari perkataan para pemimpin apa sebenarnya pendapat mereka tentang diriku, dan menggunakannya untuk menentukan seberapa tinggi atau rendah kedudukanku di rumah Tuhan, apakah aku benar-benar memiliki tempat di hati Tuhan atau tidak, dan seberapa besar kesempatan yang kumiliki untuk keselamatan dan berkat. Aku curiga, penuh keraguan, menentang, dan menguji, yang merupakan watak antikristus. Aku teringat sesuatu yang Tuhan katakan: "Aku sangat menghargai orang-orang yang tidak menaruh curiga terhadap orang lain, dan Aku juga sangat menyukai mereka yang siap menerima kebenaran; terhadap kedua jenis manusia ini Aku menunjukkan perhatian yang besar, karena di mata-Ku mereka adalah orang-orang yang jujur" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Cara Mengenal Tuhan yang di Bumi"). Orang yang jujur berpikir sederhana. Mereka terus terang dan tulus dengan Tuhan dan manusia, tanpa keraguan atau kewaspadaan. Mereka mampu menerima kebenaran, dan mencari serta merenungkan kehendak Tuhan dalam keadaan yang Dia atur. Tuhan mengizinkan mereka belajar lebih banyak, dan memperoleh kebenaran. Pada saat itu, aku sadar bahwa kelicikan dan keraguanku membuatku begitu negatif dan sedih, dan mendorongku makin jauh dari Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku tak mau lagi hidup dengan watak licikku. Perubahan pada tugasku ini tidak sesuai dengan gagasanku, tapi aku mau tunduk dan menerimanya, dan berusaha mengetahui kehendak-Mu."

Kemudian aku bertanya-tanya mengapa aku bereaksi kuat terhadap setiap perubahan dalam tugasku. Kemudian, aku membaca beberapa firman Tuhan yang membantuku memahami pencampuran dalam imanku. "Jika dinilai dari sikap dan sudut pandang antikristus mengenai perubahan dalam tugas mereka, di manakah letak masalahnya? Apakah masalahnya di sini masalah yang besar? (Ya.) Kesalahan terbesar mereka adalah mereka tidak seharusnya mengaitkan perubahan dalam tugas dengan menerima berkat; ini adalah sesuatu yang sama sekali tidak boleh mereka lakukan. Sebenarnya, tidak ada hubungan di antara kedua hal itu, tetapi karena hati antikristus penuh dengan keinginan untuk diberkati, apa pun tugas yang mereka laksanakan, mereka menghubungkan dan mengaitkannya dengan apakah mereka akan diberkati atau tidak. Dengan demikian, mereka tak mampu melaksanakan tugas mereka dengan benar, dan hanya bisa disingkapkan dan disingkirkan; ini adalah kesalahan mereka sendiri, mereka sendirilah yang mulai menempuh jalan yang menyedihkan ini" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Perubahan dalam tugas sangat tepat untuk dilakukan, tetapi antikristus mengatakan bahwa itu dilakukan untuk menyiksa mereka, bahwa mereka tidak diperlakukan seperti manusia, bahwa keluarga Tuhan tidak memiliki kasih, bahwa mereka diperlakukan seperti mesin, dipanggil saat dibutuhkan, lalu disingkirkan saat tidak dibutuhkan. Bukankah itu cara berpikir yang keliru? Apakah orang yang mengatakan hal semacam itu memiliki hati nurani atau nalar? Mereka tidak memiliki kemanusiaan! Mereka memutarbalikkan hal yang sangat masuk akal; mereka memutarbalikkan tindakan yang sepenuhnya tepat menjadi sesuatu yang negatif—bukankah inilah kejahatan antikristus itu? Dapatkah orang yang sejahat ini memahami kebenaran? Sama sekali tidak. Inilah masalah antikristus; mereka akan berpikir dengan cara memutarbalikkan apa pun yang terjadi pada diri mereka. Mengapa mereka berpikir dengan cara memutarbalikkan? Karena natur mereka sangat jahat, esensi mereka jahat. Natur dan esensi antikristus pada dasarnya jahat, diikuti dengan kekejaman mereka, dan semua ini adalah karakteristik utama mereka. Natur jahat antikristus menghalangi mereka untuk memahami apa pun dengan benar, dan sebaliknya mereka memutarbalikkan dan salah menafsirkan semuanya, bertindak berlebih-lebihan, mereka berdebat, dan tak mampu menangani segala sesuatu dengan benar ataupun mencari kebenaran" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa aku berperilaku sama seperti antikristus, berpikir bahwa tugasku dan apakah aku akan diberkati atau tidak berkaitan erat. Kupikir dipromosikan dan melakukan tugas yang kuanggap lebih penting berarti kesempatan yang lebih baik untuk diselamatkan. Namun, diberhentikan atau melakukan tugas yang kuanggap sepele membuatku berpikir aku memiliki lebih sedikit kesempatan untuk diselamatkan. Karena pandangan yang keliru ini, ketika gereja mengubah tugasku, aku sangat sensitif dan terlalu banyak berpikir. Aku tak mampu memperlakukannya dengan benar, takut akan kehilangan semua harapan untuk diselamatkan dan berkat jika tidak berhati-hati. Dalam imanku, aku menempatkan berkat di atas segalanya, dan menghadapi pemindahan ini, pemikiran pertamaku adalah apakah ini promosi atau penurunan jabatan. Jika terlihat seperti kedudukan yang lebih rendah, aku merasa seperti sedang diturunkan, bahwa aku akan disingkapkan dan disingkirkan. Aku merasa sedih dan menyingkirkan diriku sendiri karena satu hal kecil. Aku terlalu menginginkan berkat! Sangat normal untuk rumah Tuhan mengubah tugas orang. Terkadang itu didasarkan pada tingkat pertumbuhan, kualitas, atau keterampilan seseorang, yang akan bermanfaat bagi pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan mereka sendiri. Terkadang ada masalah dalam sikap mereka terhadap tugas, dan mereka hidup dalam kerusakan, jadi dengan mengubah tugas mereka, mereka bisa datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, dan bertobat kepada Tuhan, dan tidak lagi menempuh jalan yang salah. Ini keselamatan besar dari Tuhan. Terkadang inilah yang dibutuhkan pekerjaan itu, dan perubahan yang tepat perlu dilakukan pada waktu yang tepat. Pemimpin memilih sesuai kebutuhan pekerjaan, dan melihat menangani urusan umum benar-benar melelahkan bagiku, dia memberiku tugas yang sesuai dengan keahlianku, agar aku bisa berguna. Itu hal yang baik. Namun, pada dasarnya aku sangat jahat dan licik, hanya berpikir tentang diberkati, mengaitkan hal-hal yang terjadi dengan diberkati, dan memandang segala sesuatu dengan cara yang keliru. Kupikir tugasku diubah untuk menyingkapkanku dan menyingkirkanku. Betapa konyolnya! Aku memiliki kesalahpahaman dan kewaspadaan terhadap Tuhan. Bagaimana aku bisa belajar dan masuk ke dalam kebenaran dengan seperti itu? Dan bagaimana aku bisa melakukan tugasku dengan baik? Pemikiran ini membuatku merasa menyesal, dan membenci diriku sendiri karena buta dan tidak mengejar kebenaran. Aku tak mau lagi seperti itu. Aku siap untuk melepaskan motivasiku akan berkat, mencari kebenaran dalam keadaan apa pun yang Tuhan atur, dan melaksanakan tugasku.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Apakah orang bisa diselamatkan atau tidak, itu ditentukan terutama oleh apakah mereka memiliki hati nurani dan akal sehat atau tidak. Jika orang mampu memenuhi ketentuan ini, berarti mereka memiliki hati nurani dan akal sehat. Orang-orang seperti itu ada harapan untuk diselamatkan. Jika mereka tidak memenuhi ketentuan ini, mereka akan disingkirkan. Apa yang menjadi ketetapan hidupmu? Engkau berkata, 'Meskipun Tuhan memukul dan menegurku, dan menolakku, dan tidak akan menyelamatkanku, aku tetap tidak akan mengeluh. Aku akan menjadi seperti lembu atau kuda: aku akan terus melayani sampai akhir, membalas kasih Tuhan.' Semua itu terdengar bagus, tetapi apakah engkau benar-benar mampu mencapai hal ini? Jika engkau benar-benar memiliki karakter dan tekad seperti ini, maka Kukatakan dengan jelas: engkau ada harapan untuk diselamatkan. Jika engkau tidak memiliki karakter ini, jika engkau tidak memiliki hati nurani dan akal sehat ini, maka pelayananmu tidak akan bertahan sampai akhir. Tahukah engkau bagaimana Tuhan akan bertindak terhadapmu? Engkau tidak tahu. Tahukah engkau bagaimana Tuhan akan mengujimu? Engkau juga tidak tahu ini. Jika engkau tidak memiliki landasan, ketetapan hati, sarana yang tepat untuk mengejar kebenaran, dan moral serta nilai-nilai hidupmu tidak sesuai dengan kebenaran, maka ketika engkau mengalami kemunduran, kegagalan, atau ujian dan pemurnian, engkau tidak akan mampu berdiri teguh—dan ketika engkau seperti ini, engkau berada dalam bahaya. Peran apa yang dimainkan oleh hati nurani dan akal sehat? Bila engkau berkata, 'Aku telah mendengar semua khotbah ini, dan aku benar-benar memahami beberapa kebenaran. Namun, aku belum menerapkannya, aku belum memuaskan Tuhan, Tuhan tidak mendukungku—dan jika, pada akhirnya, Tuhan meninggalkanku, dan tidak lagi menginginkanku, ini akan menjadi keadilan Tuhan. Sekalipun Tuhan menghukum dan mengutukku, aku tidak akan meninggalkan Tuhan. Ke manapun aku pergi, aku adalah makhluk ciptaan Tuhan, aku akan percaya kepada Tuhan selamanya, dan sekalipun aku harus bekerja seperti seekor lembu atau kuda, aku tidak akan pernah berhenti mengikut Tuhan, dan aku tidak peduli seperti apa kesudahanku'—bila ini benar-benar tekadmu, maka ini bagus: engkau akan mampu berdiri teguh. Jika engkau tidak memiliki tekad ini, dan tidak pernah memikirkan hal-hal ini, maka pasti ada masalah dengan karaktermu, dengan hati nuranimu dan akal sehatmu. Itu karena, di dalam hatimu, engkau tidak pernah ingin melakukan apa pun untuk Tuhan. Yang engkau lakukan hanyalah menuntut berkat dari Tuhan. Di benakmu, engkau selalu memperhitungkan berkat apa yang akan engkau terima karena telah berupaya atau menderita kesulitan di dalam rumah Tuhan. Jika yang engkau lakukan hanyalah memperhitungkan hal-hal ini, maka akan sangat sulit bagimu untuk berdiri teguh. Apakah engkau bisa diselamatkan atau tidak, itu tergantung pada apakah engkau memiliki hati nurani dan akal sehat atau tidak. Jika engkau tidak memiliki hati nurani dan akal sehat, maka engkau tidak layak diselamatkan, karena Tuhan tidak menyelamatkan setan-setan dan binatang buas. Jika engkau memilih untuk menempuh jalan mengejar kebenaran, jika engkau menempuh jalan Petrus, Roh Kudus akan mencerahkanmu dan membimbingmu dalam memahami kebenaran, dan akan menciptakan situasi yang membuatmu mengalami banyak ujian dan pemurnian dan menjadi sempurna. Jika engkau tidak memilih jalan mengejar kebenaran, tetapi menempuh jalan Paulus, si antikristus, maka maaf saja—Tuhan masih akan menguji dan memeriksamu. Namun, engkau tidak akan tahan menghadapi pemeriksaan Tuhan; ketika terjadi sesuatu padamu, engkau akan mengeluh tentang Tuhan, dan ketika engkau diuji, engkau akan meninggalkan Tuhan. Pada saat itu hati nurani dan akal sehatmu tidak akan berguna, dan engkau akan disingkirkan. Tuhan tidak menyelamatkan orang yang tidak punya hati nurani atau akal sehat; ini adalah standar minimal" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, Bagian Tiga). Membaca firman Tuhan benar-benar membuatku berpikir. Setelah tugasku diubah, aku merasa nyaris tak punya harapan diselamatkan. Aku menentang Tuhan dan mengeluh. Aku lalai dan negatif dalam tugasku dan menggunakannya untuk melampiaskan ketidakpuasanku sendiri. Aku benar-benar tak punya kemanusiaan dan nalar, dan bahkan tak punya hati nurani yang paling dasar. Aku hanya seperti orang yang berhenti melakukan tugasnya setelah harapan mereka untuk diberkati pupus. Jika bukan karena bimbingan Tuhan yang tepat waktu, memampukanku untuk memahami motif dan keinginanku akan berkat dan melihat wajah Iblisku yang buruk setelah kehilangan harapan untuk masa depanku, aku benci memikirkan seberapa jauh aku sudah jatuh. Aku pasti sudah dilucuti dari kualifikasiku untuk melaksanakan tugas dan disingkirkan oleh Tuhan. Memikirkan kemungkinan itu menakutkan. Aku juga sadar betapa pentingnya pengejaran subjektif orang dalam iman mereka. Mereka yang benar-benar mencari Tuhan bersungguh-sungguh dalam tugasnya dan tidak meminta berkat dalam iman atau tugas mereka. Mereka senang melayani, meski tanpa kesudahan dan tempat tujuan yang baik. Karakter semacam itu diperlukan untuk bertahan dalam ujian dari segala macam lingkungan. Aku juga menemukan jalan penerapan dari firman Tuhan. Tugas apa pun yang sedang kulakukan, aku harus tunduk dan berfokus pada mengejar kebenaran, pentahiran, dan mengubah kepalsuan dalam imanku.

Suatu kali, aku membaca satu bagian firman Tuhan dalam perenunganku yang memberiku beberapa pemahaman praktis tentang standar keselamatan Tuhan. "Banyak orang yang tidak tahu dengan jelas apa artinya diselamatkan. Ada orang yang yakin bahwa semakin lama mereka percaya kepada Tuhan, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan. Ada orang yang berpikir bahwa semakin banyak doktrin rohani yang mereka pahami, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan, atau ada yang berpikir bahwa pemimpin dan pekerja pasti akan diselamatkan. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Hal yang sangat penting adalah orang harus mengerti apa arti keselamatan. Diselamatkan terutama berarti dibebaskan dari pengaruh Iblis, dibebaskan dari dosa, dan dengan sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan dan menaati-Nya. Apa yang harus kaumiliki untuk bebas dari dosa dan pengaruh Iblis? Kebenaran. Jika orang berharap untuk memperoleh kebenaran, mereka harus diperlengkapi dengan banyak firman Tuhan, mereka harus dapat mengalami dan menerapkannya, sehingga mereka dapat memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Hanya dengan demikianlah, mereka dapat diselamatkan. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan berapa lama orang telah percaya kepada Tuhan, berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki, berapa banyak mereka menderita, atau apakah mereka memiliki karunia atau kelebihan tertentu. Satu-satunya hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan adalah apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran atau tidak. Jadi sekarang ini, berapa banyak kebenaran yang telah benar-benar kaupahami? Dan berapa banyak firman Tuhan yang telah menjadi hidupmu? Dari semua tuntutan Tuhan, ke manakah engkau telah berhasil masuk? Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, berapa banyak jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan yang telah kaucapai? Jika engkau tidak tahu, atau jika engkau belum mencapai jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, maka sesungguhnya, engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Engkau tidak mungkin bisa diselamatkan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Menghargai Firman Tuhan adalah Landasan Kepercayaan kepada Tuhan). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa apakah orang dapat diselamatkan tidak ada kaitannya dengan tugas mereka. Keselamatan adalah tentang apakah mereka telah memperoleh kebenaran, menyingkirkan dosa dan watak Iblis mereka, dan apakah mereka benar-benar tunduk kepada Tuhan atau tidak. Memperoleh kebenaran tergantung pada pengejaran orang dan jalan yang mereka tempuh. Tuhan itu adil, tak pernah membedakan orang. Apa pun kualitas atau tugas orang, asalkan mereka mengejar kebenaran dan berfokus pada perubahan watak mereka sendiri, mereka secara berangsur mampu memahami kebenaran, menyingkirkan kerusakan, dan diselamatkan. Aku teringat beberapa pemimpin yang kukenal sebelumnya. Mereka tampak berniat mengejar kebenaran, dan persekutuan mereka dalam pertemuan sangat jelas, jadi kupikir mereka pasti akan diselamatkan. Aku memuja dan menghormati mereka. Di luar dugaan, belakangan mereka disingkapkan karena menempuh jalan antikristus. Mereka tampak bersemangat dalam iman mereka dan persekutuan mereka hebat, tapi semua itu hanyalah doktrin, citra palsu untuk menyesatkan orang lain. Sebenarnya, mereka mengejar reputasi dan status, mengurus urusan mereka sendiri tanpa melakukan pekerjaan nyata. Akibatnya, pekerjaan rumah Tuhan sangat terganggu dan mereka disingkirkan. Aku juga teringat, banyak saudara-saudari melakukan tugas rutin yang tidak mengesankan, tapi mereka berfokus mengejar kebenaran. Mereka memperlihatkan beberapa kerusakan ketika hal-hal terjadi, tapi mampu merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, dan menerapkan kebenaran untuk menyelesaikan kerusakan mereka. Mereka mengubah watak hidup mereka. Sedangkan aku, aku telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun tanpa benar-benar mengejar kebenaran, jadi aku masih belum masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Hanya menghadapi sedikit perubahan pada tugasku, aku memiliki kesalahpahaman dan keluhan yang sangat besar tanpa ketundukan sedikit pun. Aku tak mampu melepaskan diri dari kenegatifanku. Tanpa berfokus pada mengejar dan menerapkan kebenaran, ketika pekerjaan Tuhan selesai, aku pasti akan ditinggalkan dengan tangan kosong, dan disingkirkan.

Mengalami perubahan pada tugasku ini memberiku sedikit pemahaman tentang watakku yang licik dan jahat. Aku juga sadar perspektifku tentang iman dan motifku untuk berkat belum berubah, dan aku sadar keselamatan orang tidak berkaitan dengan tugas mereka. Kuncinya adalah apakah mereka mampu mengejar kebenaran, apakah watak hidup mereka berubah, apakah mereka tunduk kepada Tuhan atau tidak.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait