Kisah Angel

30 Agustus 2023

Oleh Saudari An Qi, Myanmar

Aku bertemu Saudari Ye Xiang di Facebook pada Agustus 2020. Dia berkata Tuhan Yesus telah datang kembali, bahwa Dia mengungkapkan banyak kebenaran, dan melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman. Dia juga memberitahuku nubuat tentang kedatangan-Nya kembali untuk melakukan pekerjaan penghakiman ini: "Karena waktunya akan datang penghakiman harus dimulai di rumah Tuhan" (1 Petrus 4:17). "Dan kalau ada orang yang mendengar perkataan-Ku, dan tidak percaya, Aku tidak menghakiminya: karena Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan dunia. Dia yang menolak Aku dan tidak menerima firman-Ku, sudah ada yang menghakiminya: firman yang Aku nyatakan, itulah yang akan menghakiminya di akhir zaman" (Yohanes 12:47-48). "Masih ada banyak hal lain yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak dapat menanggungnya saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran" (Yohanes 16:12-13). Setelah membaca ini dan mendengarkan persekutuan Ye Xiang, aku mengerti bahwa yang Tuhan Yesus lakukan hanyalah pekerjaan penebusan. Meskipun dosa orang percaya telah diampuni, natur dosa kita tetap belum diselesaikan. Meskipun kita pergi ke gereja, berdoa, dan mengaku dosa, kita terus berbohong dan berbuat dosa, tak mampu melepaskan diri dari ikatan dosa. Kita membutuhkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan penghakiman dan penahiran, agar kita dapat benar-benar melepaskan diri dari ikatan ini dan layak masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Persekutuan Ye Xiang sangat mencerahkan, dia memberitahuku hal-hal yang belum pernah kudengar di gereja. Aku mau mencari dan menyelidiki.

Dua saudara datang ke desa kami untuk mengabarkan Injil dan aku menerima mereka di rumahku. Suatu kali, lebih dari dua puluh penduduk desa datang ke rumahku untuk mendengar mereka berkhotbah. Mereka merasa firman Tuhan Yang Mahakuasa itu luar biasa dan mendapat banyak pembekalan darinya, dan ingin terus menyelidiki. Keesokan harinya, para pendeta dan penatua mendengar tentang kedua saudara itu dan pemberitaan Injil mereka, dan datang untuk menghentikanku. Begitu masuk, Pendeta Tian bertanya kepadaku: "Siapa yang datang ke rumahmu untuk berkhotbah?" Aku merasa gugup saat melihat ekspresi mereka yang galak. Aku khawatir jika para pendeta mengetahui kedua saudara itu datang untuk memberitakan Injil itu berarti masalah bagi mereka. Jadi kujawab: "Mereka temanku di media sosial." Pendeta Chen lalu berkata: "Kami mendengar mereka datang untuk mengabarkan Injil mereka. Kau tak boleh lagi menerima mereka di rumahmu! Jika kudapati sekali lagi, akan kuberi tahu suamimu kau menerima laki-laki di sini!" Mendengar perkataannya, aku sangat marah. Aku hanya menerima mereka di rumahku saat mereka mengabarkan Injil kepada penduduk desa. Aku tak melakukan sesuatu yang memalukan, tapi pendeta tega berbohong dan mengancamku. Pendeta Tian lalu berkata: "Jangan memercayai Injil mereka, Tuhan Yesus dengan jelas berkata: 'Jadi, jika ada orang yang berkata kepada engkau: Lihat, Kristus ada di sini, atau Kristus ada di sana; jangan engkau percaya. Karena akan bangkit Kristus-Kristus palsu dan nabi-nabi palsu, dan mereka akan membuat tanda-tanda dan mukjizat yang dahsyat; jadi, jika mungkin, mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan' (Matius 24:23-24). Banyak Kristus palsu akan muncul pada akhir zaman. Semua yang berkata Tuhan telah datang adalah bohong. Jangan tertipu oleh mereka! Kukatakan ini untuk melindungimu. Aku takut kau akan tertipu." Pada waktu itu, aku tidak mengetahui yang sebenarnya mengenai perkataan pendeta itu, kupikir mereka sudah begitu lama menjadi orang percaya dan memahami begitu banyak, dan yang mereka katakan sesuai dengan Alkitab. Apa yang akan kulakukan jika mereka benar, dan aku sebenarnya sedang disesatkan? Jadi, aku memercayai mereka. Jemaat Gereja Tuhan Yang Mahakuasa mencariku untuk pertemuan, tapi aku membuat alasan untuk menolak, bahkan mengganti akun Facebookku, dan benar-benar memutuskan hubungan dengan mereka.

Aku tidak berkumpul selama sekitar dua minggu. Kuhabiskan hari-hariku di rumah mengobrol dengan teman di internet dan menonton video. Aku merasa sangat bosan. Aku sering teringat kembali hari-hariku saat berkumpul dengan pengikut Tuhan Yang Mahakuasa, ketika hatiku puas dan bahagia, tapi kini aku makin gelisah. Kupikir: "Jika Tuhan Yang Mahakuasa benar-benar Tuhan Yesus yang datang kembali, bukankah aku akan kehilangan keselamatan jika tidak menerima-Nya? Namun, para pendeta berkata Kristus palsu akan muncul pada akhir zaman untuk menipu orang dan semua yang memberitakan kedatangan Tuhan kembali Tuhan adalah palsu. Bagaimana jika aku tertipu?" Aku merasa konflik batin dan bingung, jadi aku berdoa kepada Tuhan, mencari: "Ya Tuhan Yesus, aku tak punya kearifan dan tidak tahu harus mendengarkan siapa. Kumohon terangi aku untuk memahami kehendak-Mu agar tidak kehilangan keselamatan-Mu." Setelah berdoa, aku sadar tidak boleh lari begitu saja dan tidak mencari, aku harus mencari saudara-saudari dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa untuk menyelesaikan masalah ini. Namun di luar dugaan, para pendeta mengetahuinya setelah hanya dua pertemuan. Mereka memanggil kami untuk menghadiri rapat di rumah Pendeta Tian. Aku sedikit gugup. Aku tak tahu apa yang akan dilakukan para pendeta. Malam itu, kami pergi ke rumah Pendeta Tian. Beberapa pendeta dan penatua lain juga berada di sana. Pendeta Tian berkata: "Kudengar belakangan ini kalian telah mendengar khotbah online. Mengapa kalian mendengarkan khotbah dari Gereja Tuhan Yang Mahakuasa dan bukan dari kami? Asalkan kau datang ke gereja, mendengarkan khotbah kami, dan berdoa serta mengaku dosa kepada Tuhan, Tuhan tidak akan mengingat hal ini, dan ketika Tuhan datang kembali, Dia akan membawa kita ke dalam surga." Kupikir: "Orang yang percaya kepada Tuhan seharusnya mendengarkan firman-Nya. Para pendeta dan penatua selalu menyuruh kami mendengarkan perkataan mereka—bukankah itu artinya mereka sedang membawa orang ke hadapan mereka sendiri, bukan ke hadapan Tuhan?" Aku tidak setuju dengan perkataannya, tapi tak berani menyanggahnya. Pendeta Tian lalu menyerahkan sebuah buku catatan kepada kami dan berteriak: "Apakah kalain akan tetap percaya kepada Tuhan yang lain? Tentukan pilihan kalian sekarang! Nama kalian tercantum di sini, cepat tanda tangan. Jika kalian memutuskan berhenti percaya, tulis tanda centang, jika tidak, tulis tanda X. Kalian akan berada dalam banyak masalah jika tetap percaya kepada Tuhan yang lain! Kami tidak lagi akan membantu keluarga kalian dengan hal-hal seperti pernikahan, pemakaman, persalinan atau membangun rumah kalian." Di tempatku tinggal, kami sangat menghargai adat itu, dan tanpa dukungan pendeta, penduduk desa juga tidak akan membantu kami. Saat itu, aku sedikit lemah. Kupikir: "Keluargaku berencana membangun rumah. Menurut adat desa, ini harus dipimpin oleh para pendeta dan penatua. Jika mereka tidak setuju, tak seorang pun akan datang untuk membantu. Jika aku terus menghadiri pertemuan online, akan sulit jika sesuatu terjadi di rumah. Namun, aku telah membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa dan sepertinya itu adalah suara Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa mungkin adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Jika kudengarkan para pendeta dan meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa, bukankah aku akan menentang Tuhan?" Dengan pemikiran ini, aku menulis tanda X di buku catatan itu. Yang lainnya satu demi satu menulis tanda X. Hanya satu orang yang menulis tanda centang. Pendeta sangat marah dan berkata: "Jika kelak kalian ada masalah, penduduk desa tidak akan datang untuk membantu kalian. Kami juga tidak akan mendoakan kalian. Setelah ini kita putus hubungan!"

Aku marah, tapi pada saat yang sama, bingung. Bagaimana dengan Kristus palsu yang dibicarakan para pendeta? Aku bertanya kepada dua saudari yang berkumpul bersamaku. Salah seorang dari mereka membacakan beberapa firman Tuhan Yang Mahakuasa. "Tuhan yang menjadi daging disebut Kristus, dan karena itu, Kristus yang bisa memberikan kebenaran kepada orang-orang disebut Tuhan. Tidak ada yang berlebihan dalam hal ini, karena Dia memiliki hakikat Tuhan, dan memiliki watak Tuhan, serta hikmat dalam pekerjaan-Nya yang tidak bisa dicapai oleh manusia. Mereka yang menyebut dirinya Kristus, tetapi tidak bisa melakukan pekerjaan Tuhan, adalah para penipu. Kristus bukan sekadar manifestasi Tuhan di bumi, tetapi juga merupakan daging khusus yang dikenakan Tuhan selagi Dia menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan-Nya di antara manusia. Daging ini tidak bisa digantikan oleh sembarang manusia, melainkan daging yang mampu memikul pekerjaan Tuhan di bumi dengan memadai, dan mengungkapkan watak Tuhan, dan mewakili Tuhan dengan baik, dan memberikan hidup bagi manusia. Cepat atau lambat, mereka semua yang menyamar sebagai Kristus akan jatuh, karena walau mereka mengaku sebagai Kristus, mereka sama sekali tidak memiliki hakikat Kristus. Karena itu, Aku mengatakan bahwa keaslian Kristus tidak bisa didefinisikan oleh manusia, melainkan dijawab dan diputuskan oleh Tuhan sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Kristus Akhir Zaman yang Bisa Memberi Manusia Jalan Hidup yang Kekal"). Setelah ini, dia bersekutu: "Bagaimana kita bisa membedakan Kristus sejati dari yang palsu? Kristus adalah Roh Tuhan yang menjadi daging, datang ke bumi sebagai manusia. Dia adalah perwujudan kebenaran, kedatangan Juruselamat. Kristus mampu mengungkapkan kebenaran dan menyingkapkan misteri. Dia mampu mentahirkan dan menyelamatkan manusia dan melakukan pekerjaan Tuhan itu sendiri. Kristus palsu pada dasarnya adalah setan. Bagaimanapun mereka mengaku sebagai Tuhan, mereka tak mampu mengungkapkan kebenaran dan tak mampu melakukan pekerjaan Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Mereka hanya mampu mengkhotbahkan beberapa kata dari Alkitab atau melakukan beberapa mukjizat untuk memperdaya orang." Lalu dia memberiku analogi. Jika ada sepuluh orang berjas putih dengan stetoskop, semuanya mengaku sebagai dokter, tapi hanya satu yang benar-benar dokter, bagaimana kita bisa membedakan yang asli dari yang palsu? Kita tak boleh hanya melihat pakaian atau sikap mereka, kuncinya adalah melihat apakah mereka mampu mengobati penyakit atau tidak. Jika mereka mampu, artinya mereka adalah dokter. Kita tak boleh hanya melihat penampilan ketika mengenali Kristus. Kita harus memutuskan ini berdasarkan pekerjaan, firman-Nya, dan watak yang Dia singkapkan. Jika Dia mampu mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, maka Dia adalah Kristus. Saat membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa kita semua dapat melihat firman-Nya adalah kebenaran, firman itu memiliki kuasa dan otoritas. Dia menyingkapkan misteri rencana pengelolaan enam ribu tahun Tuhan, Tiga tahap pekerjaan-Nya, inkarnasi-Nya, dan nama-Nya, dan hal yang sebenarnya mengenai Alkitab. Dia juga mengungkapkan kebenaran dan esensi kerusakan manusia oleh Iblis, dan sumber pemberontakan dan penentangan manusia terhadap Tuhan, yang membantu orang mengenali watak rusak mereka. Dia memberi tahu kita orang seperti apa yang Dia sukai, yang Dia benci, jenis orang yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Tuhan, dan yang akan dihukum. Dia juga menyingkapkan kepada kita watak benar-Nya yang tak boleh disinggung. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan semua kebenaran yang dibutuhkan manusia yang rusak untuk diselamatkan dan sedang melakukan pekerjaan penghakiman pada akhir zaman. Dari sini, kita bisa yakin, Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan yang berinkarnasi dan Kristus akhir zaman. Kristus palsu tak mampu mengungkapkan kebenaran atau melakukan pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, apalagi mampu menyelesaikan watak rusak manusia. Sebanyak apa pun mereka menyebut diri mereka Tuhan, mereka palsu dan adalah roh jahat, dan mereka akan jatuh.

Setelah persekutuan saudari itu, hatiku sangat dicerahkan. Aku mengerti bahwa aku tak boleh mengikuti perkataan pendeta atau penatua untuk mengenali Kristus sejati, kuncinya adalah melihat apakah Dia mampu mengungkapkan kebenaran dan melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia. Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan begitu banyak kebenaran, menyingkapkan begitu banyak misteri Alkitab, dan melakukan pekerjaan menghakimi dan mentahirkan manusia. Ini adalah hal-hal yang tak mampu dilakukan manusia. Aku menjadi sangat yakin bahwa Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Setelah itu, aku sering berkumpul dengan saudara-saudari di desaku.

Pada April 2021, penyakit lama suamiku kambuh dan sayangnya dia meninggal selama pengobatan. Kerabatku ingin para pendeta datang dan membantu dalam doa dan mengatur pemakaman, tapi para pendeta dan penatua itu menghinaku dan mengambil kesempatan untuk memaksaku melepaskan imanku. Ketua adat desa menyepakati mereka, memarahiku karena tidak mendengarkan mereka, dan melarang penduduk desa agar tidak membantuku. Lalu dia berkata: "Jika saja kau mau mengaku dosa kepada semua orang, berjanji meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa, dan menghadiri ibadah gereja, kami akan membantu penguburan suamimu." Aku tak pernah menyangka mereka akan menggunakan penguburan suamiku untuk memaksaku melepaskan imanku. Itu sangat hina dan penuh kebencian. Aku tak punya alasan untuk mengaku dosa kepada mereka. Aku hanya bisa menangis sembari menggendong putraku yang berusia lima bulan. Karena aku tak menjawab, mereka menyuruh keluargaku mengancamku untuk mengakui kesalahan. Tak ada seorang pun di sana yang membelaku. Seluruh tubuhku gemetar, aku merasa sangat sendirian. Kupikir: "Jika tak mengaku salah, tak seorang pun akan membantu penguburan suamiku, tapi jika mengaku, aku akan menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Apa yang harus kulakukan?" Dalam penderitaanku, aku berseru kepada Tuhan: "Tuhan Yang Mahakuasa! Aku percaya Engkau adalah Tuhan itu sendiri, satu-satunya Sang Pencipta atas segalanya, Engkau adalah Tuhan Yang Mahakuasa semesta alam, dan semuanya berada di tangan-Mu. Aku mau tunduk pada pengaturan-Mu." Setelah berdoa, aku teringat satu bagian firman Tuhan yang telah kubaca. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan. ... Ketika Tuhan dan Iblis berperang di alam roh, bagaimanakah seharusnya engkau memuaskan Tuhan, dan bagaimana engkau harus berdiri teguh dalam kesaksianmu bagi-Nya? Engkau harus tahu bahwa segala sesuatu yang terjadi pada dirimu adalah ujian yang besar dan itulah saatnya Tuhan ingin engkau menjadi kesaksian" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Aku mengerti bahwa meskipun sepertinya para pendeta dan ketua adat desalah yang menganiaya dan menghalangiku, sebenarnya, semua ini adalah penipuan dan gangguan Iblis. Meskipun mereka berkata itu adalah demi kebaikanku sendiri, sebenarnya mereka menggunakan adat desa seperti pemakaman, pernikahan, persalinan, dan pembangunan rumah untuk membuat penduduk desa meninggalkanku, dan memaksaku menyangkal dan mengkhianati Tuhan. Mereka juga ingin menarikku kembali ke agama mereka, agar tetap mengikuti dan menaati mereka. Tuhan telah lama meninggalkan gereja-gereja Zaman Kasih Karunia untuk melakukan pekerjaan penghakiman akhir zaman. Jika kudengarkan para pendeta dan ketua adat desa dan kembali ke gereja bersama mereka, aku akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan oleh Tuhan, dan aku akan masuk neraka dan dihukum bersama mereka. Itulah niat jahat Iblis. Bagaimanapun mereka menghalangi jalanku, aku tak boleh mendengarkan mereka. Aku harus berdoa, mengandalkan Tuhan, tetap teguh dalam kesaksianku, dan mempermalukan Iblis. Namun, aku tetap membutuhkan bantuan untuk urusan pemakaman suamiku, itu masalah nyata. Penduduk desa, kerabat dan temanku semuanya mendengarkan ketua adat desa dan pendeta dan tak mau membantu, jadi apa yang harus kulakukan? Aku terus berseru kepada Tuhan: "Tuhan Yang Mahakuasa, entah ada yang datang atau tidak untuk membantu penguburan suamiku sepenuhnya berada di tangan-Mu. Aku memercayakan hal-hal ini kepada-Mu. Apa pun yang terjadi, aku akan tunduk kepada-Mu dan tak pernah mengkhianati-Mu." Setelah berdoa, aku merasa sedikit lebih tenang dan tidak terlalu menderita. Tepat pada saat itu, kudengar pamanku di luar berkata: "Kumohon kepadamu, tolong bantu, aku minta maaf mewakilinya." Ketua adat desa berkata: "Dia sendiri yang harus meminta maaf." Kupikir: "Mereka akan melakukan apa pun untuk membuatku mengkhianati Tuhan, tapi makin mereka berusaha, makin aku harus tetap teguh dalam kesaksianku untuk mempermalukan Iblis." Tak disangka, aku menerima telepon dari ibuku sekitar sepuluh menit kemudian. Dia berkata: "Jangan putus asa, beberapa teman tentara suamimu akan membantu penguburan suamimu, mereka sudah dalam perjalanan." Pada waktu itu, aku merasa sangat terharu. Tuhan telah mengirim orang untuk membantuku melewati krisis itu di saat aku paling tak berdaya. Aku teringat satu bagian firman Tuhan: "Engkau tahu bahwa segala sesuatu di lingkungan sekitarmu berada di sana atas seizin-Ku, semuanya diatur oleh-Ku. Lihatlah dengan jelas dan puaskanlah hati-Ku di lingkungan yang telah Kuberikan kepadamu. Jangan takut, Tuhan Yang Mahakuasa atas alam semesta pasti akan menyertaimu; Dia berdiri di belakang engkau semua dan Dia adalah perisaimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 26"). Aku melihat semuanya berada di tangan Tuhan. Asalkan kita benar-benar mengandalkan Tuhan, Dia akan membukakan jalan bagi kita. Meskipun masih dianiaya, aku melihat bimbingan Tuhan, hatiku menjadi pantang menyerah, dan tak lagi negatif atau lemah.

Setelah pemakaman suamiku diatur, ibunya sering memarahiku, berkata penduduk desa menghindari kami karena aku telah mengkhianati Tuhan Yesus dan percaya kepada Tuhan yang salah. Kerabatku juga menyerangku dengan alasan itu. Bahkan keluarga ibuku tak berani dekat-dekat denganku. Hanya ibuku yang selalu datang menemuiku, meskipun dia terus mendesakku: "Mengapa kau tidak mendengarkan pendeta, ketua adat desa, atau kepala desa? Lihat dirimu, kau tak lagi bersuami, jika tak mengandalkan orang-orang ini atau mertuamu, siapa yang dapat kauandalkan? Anakmu masih kecil. Kau harus mengaku dosa dan berhenti percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa!" Ke mana pun aku pergi, penduduk desa pasti membicarakanku di belakangku dan urusanku menjadi bahan gosip. Aku teringat dahulu waktu kami masih hidup rukun, tapi kini mereka menganiaya dan mengucilkanku hanya karena imanku. Itu sangat menyakitiku dan membuatku kecewa. Pada waktu itu, jaringan internet terputus di Myanmar. Jadi aku tak bisa berkumpul atau mendengarkan khotbah online, dan anggota lainnya tak berani datang ke rumahku untuk mempersekutukan firman Tuhan dan membantuku. Rasanya aku seperti jatuh ke dalam kegelapan dan tak bisa melihat cahaya. Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan setiap hari, memohon agar Dia membimbingku keluar dari hari-hari kelam itu. Suatu hari, aku menerima SMS firman Tuhan. "Jangan berkecil hati, jangan lemah, dan Aku akan menjadikan segalanya jelas bagimu. Jalan menuju kerajaan tidaklah mulus; tidak ada yang sesederhana itu! Engkau ingin berkat datang dengan mudah, bukan? Sekarang, semua orang akan mengalami ujian pahit yang harus dihadapi. Tanpa ujian semacam itu, hati penuh kasih yang engkau miliki bagi-Ku tidak akan tumbuh lebih kuat, dan engkau tidak akan memiliki kasih yang sejati bagi-Ku. Bahkan jika ujian itu hanya berupa peristiwa-peristiwa kecil, semua orang harus menjalaninya; hanya saja tingkat kesulitan ujian-ujian itu berbeda-beda untuk masing-masing orang. Ujian merupakan berkat dari-Ku, dan berapa banyak dari antaramu sering datang ke hadapan-Ku dan berlutut untuk meminta berkat-Ku? Anak-anak bodoh! Engkau selalu mengira bahwa beberapa kata kemujuran merupakan berkat-Ku, tetapi tidak menyadari bahwa kepahitan merupakan salah satu berkat-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 41"). Membaca ini, aku merasa sangat terharu. Rasanya seperti tiba-tiba meminum obat yang manjur saat sakit parah dan aku dipenuhi dengan iman dan kekuatan. Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti, tidaklah mudah mengikuti Tuhan, semua orang harus mengalami penderitaan dan kesengsaraan. Meskipun tubuhku menderita, ini dapat mendorongku untuk sering berdoa dan mengandalkan Tuhan. Dan makin menderita, makin aku termotivasi untuk mencari kebenaran. Tanpa sadar, aku telah memperoleh beberapa pengetahuan tentang kedaulatan Tuhan, hubunganku dengan Tuhan makin dekat, dan makin bertekad untuk mengikuti-Nya. Aku telah percaya kepada Tuhan sejak masih kecil, tapi yang kuketahui hanyalah menikmati kasih karunia, berkat, kedamaian, dan kebahagiaan yang Dia anugerahkan kepadaku. Aku tak pernah mengalami penderitaan atau ujian. Aku tidak tahu apa pun tentang Tuhan, apalagi tentang mengenali orang. Namun, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, melalui penganiayaan dan kesukaran ini, aku sedikit menderita, tapi aku belajar mengenali orang, aku melihat dengan jelas wajah buruk para pendeta dan penatua yang menipu, dan menentang Tuhan. Sebelumnya, karena aku telah melihat para pendeta mampu menjelaskan Alkitab dan berdoa untuk kami, kukira mereka peduli kepada kami, memahami Alkitab dan mengenal Tuhan. Namun, ketika mereka mendengar Tuhan Yesus telah datang kembali, mereka tidak mau mencari atau menyelidiki. Mereka juga menghalangi orang percaya agar tidak menyelidiki pekerjaan Tuhan dan mereka menggunakan adat desa dan penduduk desa untuk menyerangku dan memaksaku agar meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa. Aku sadar mereka adalah orang Farisi yang munafik dan kutolak mereka sepenuhnya. Mengingat kembali hari-hari penuh penderitaan dan kesedihan itu, tanpa bimbingan firman Tuhan, aku mungkin dibuat gila oleh setan-setan itu. Dengan firman Tuhanlah aku berhasil melewati semua kesulitan ini. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa! Setelah beberapa waktu, jaringan internet kembali menyala di Myanmar. Aku menghubungi beberapa anggota lainnya dan berkumpul dengan mereka. Namun, penganiayaan para pendeta dan ketua adat desa makin memburuk.

Suatu hari pada Januari 2022, mereka mengadakan rapat desa. Sekitar tiga ratus orang hadir. Mereka menyuruh kami berempat belas berjongkok di bawah terik matahari, Ketua adat desa berkata: "Tak boleh ada dua kepercayaan di desa ini. Aku telah mengadakan rapat ini agar kalian pengikut Tuhan Yang Mahakuasa memilih. Atas nama seluruh desa, aku bertanya kepada kalian, terus percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, atau kembali ke gereja?" Mereka memanggil kerabat kami untuk berusaha membujuk kami satu per satu. Ayah Saudara Ai Wang adalah seorang kepala desa dan dia mendesaknya untuk berlutut dan mengaku. Ai Wang berkata tidak ada yang salah percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan tidak mau berlutut. Ayahnya berkata dengan marah: "Kau harus percaya pada apa pun yang orang tuamu percayai. Bukankah kau meninggalkan kami dengan tidak mendengarkan kami dan percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa?" Ai Wang menjawab: "Aku percaya kepada Tuhan, kapan aku berkata aku meninggalkan Ayah? Aku mengasihi orang tuaku, tapi aku lebih mengasihi Tuhan, Pencipta kita." Bahkan lebih marah dari sebelumnya, ayahnya berteriak: "Kau adalah anakku! Semua yang kaumiliki berada di tanganku! Takkan kubiarkan kau berbicara seperti ini kepadaku!" Melihat ini, kecongkakan orang-orang ini makin jelas bagiku. Meskipun mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak menghormati-Nya, juga tidak memuliakan-Nya. Seorang pejabat pemerintah kemudian berkata: "Tiongkok tidak mengizinkan orang untuk percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, dan menangkap orang percaya. Kami berencana melakukan penyelidikan sendiri di sini. Siapa yang yang membuat kalian percaya? Siapa pemimpin kalian?" Kami semua menjawab tak punya pemimpin. Pejabat lainnya lalu mendesak kami untuk menjawab, tapi kami tetap berkata tak punya pemimpin. Seorang pejabat pemerintah daerah lalu bertanya kepada kami: "Apa maksudmu dengan 'Tuhan Yang Mahakuasa'?" Aku menjawab: "Apa kau tidak tahu? Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan atas makhluk ciptaan, Tuhan yang menciptakanmu." Mendengar jawabanku membuatnya marah dan dia menyuruh kami memutuskan. Yang memilih untuk tetap percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa harus berkata "lanjutkan" dan yang akan berhenti harus berkata "tinggalkan". Jika kami memilih "lanjutkan", kami akan dilaporkan kepada atasan untuk ditangani. Ketua adat desa juga berkata yang memilih "lanjutkan" harus meninggalkan desa, tapi yang memilih "tinggalkan" boleh tinggal dan kembali ke gereja. Lalu mereka menyuruh kami menyatakan keputusan kami satu per satu. Tiga saudari yang berdiri di depanku memilih "tinggalkan" karena takut akan penganiayaan. Saat tiba giliranku, ibuku, sembari menggendong anakku, berteriak agar aku memilih "tinggalkan" dan berhenti percaya. Sangat menyakitkan melihat ibu dan anakku saat itu. Aku takut apa yang akan terjadi jika aku ditangkap, akan sangat sulit bagi ibuku untuk merawat anakku. Jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan memberiku iman. Aku teringat perkataan Tuhan Yesus. "Dia yang mengasihi ayah atau ibunya lebih dari Aku, tidak layak bagi-Ku: dan Dia yang mengasihi anak lelaki atau anak perempuannya lebih dari Aku tidak layak bagi-Ku. Dan siapa yang tidak memikul salibnya, dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (Matius 10:37-38). "Diberkatilah mereka yang dianiaya karena kebenaran: karena kerajaan surga adalah milik mereka" (Matius 5:10). Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tuhan berfirman, 'Tuhan adalah sumber kehidupan manusia.' Apa maksud firman-Nya ini? Firman ini dimaksudkan agar semua orang mengetahui bahwa: hidup kita dan roh kita berasal dari Tuhan; keduanya diciptakan oleh Tuhan. Keduanya bukan berasal dari orang tua kita, dan tentu saja bukan berasal dari alam. Keduanya diberikan kepada kita oleh Tuhan. Hanya daging kita yang lahir dari orang tua kita, tetapi bahkan itu pun berasal dari pengaturan Tuhan. Karena manusia diciptakan oleh Tuhan dan nenek moyang manusia diciptakan oleh Tuhan, dapat dipastikan bahwa orang tua kita juga diciptakan oleh Tuhan dan bukan berasal dari alam. Nasib manusia berada di tangan Tuhan. Bahwa kita dapat percaya kepada Tuhan adalah kesempatan yang telah Dia berikan kepada kita; itu ditetapkan oleh-Nya, dan itu adalah kasih karunia-Nya. Oleh karena itu, engkau tidak berkewajiban untuk melakukan kewajiban terhadap siapa pun atau bertanggung jawab atas siapa pun; kewajibanmu hanyalah melaksanakan bagi Tuhan tugas yang sudah seharusnya dilaksanakan makhluk ciptaan. Inilah yang harus manusia lakukan, dan, di antara semua hal besar dalam hidup seseorang, inilah yang paling harus mereka selesaikan—ini adalah urusan utama dari hidup seseorang" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengenali Pandangannya yang Keliru Barulah Orang Dapat Benar-Benar Berubah"). Aku mengerti bahwa nasib kita berada di tangan Tuhan. Di mana kita dilahirkan, siapa orang tua kita, kesulitan apa yang kita hadapi—semua ini telah sejak lama ditentukan oleh Tuhan. Meskipun aku melahirkan anakku, yang bisa kulakukan untuknya adalah tugasku sebagai seorang ibu, yaitu melahirkan dan merawatnya. Namun, aku tak mampu mengubah nasibnya atau apa yang terjadi padanya. Ada anak-anak yang menjadi yatim piatu saat masih kecil, tapi mereka tetap bertumbuh dewasa. Sama seperti ketika orang tuaku bercerai saat aku masih kecil, aku tak punya ayah untuk merawatku seperti anak-anak lain, tapi aku tetap bertumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Masa depan anakku ditentukan oleh Tuhan. Ibuku masih muda. Meskipun aku tidak ada, dia bisa merawat anakku. Aku harus memercayakan mereka kepada Tuhan dan tunduk pada pengaturan-Nya. Aku makin merasa harus memilih untuk percaya dan mengikuti Tuhan, tetap teguh dalam kesaksianku bagi Tuhan dan mempermalukan Iblis. Jadi aku berdiri dan berkata: "Aku akan lanjutkan!" Ketua adat desa berkata: "Mereka yang memilih lanjutkan adalah salah." Aku menjawab: "Aku percaya dan mengikuti Tuhan. Aku hanya mendengarkan firman-Nya. Ini tidak salah!" Pejabat itu memakiku dengan marah, menyebutku murtad dan mengkhianati Tuhan. Namun, dalam hatiku, aku tahu Tuhan Yang Mahakuasa telah mengungkapkan banyak kebenaran dan melakukan pekerjaan penghakiman akhir zaman, dan Dia adalah Tuhan Yesus yang datang kembali. Aku telah mendengar suara Tuhan dan menerima keselamatan Tuhan. Aku mengikuti jejak langkah Anak Domba, bagaimana itu bisa dikatakan mengkhianati Tuhan? Aku sangat ingin menyanggah mereka, tapi dengan semua teriakan mereka, aku tak punya kesempatan untuk melakukannya. Penatua Li memakiku sebagai orang yang tak tahu berterima kasih dan mengambil papan untuk memukuliku. Aku sangat takut dan dalam hati berdoa kepada Tuhan. Di luar dugaan, ibu mertuaku tiba-tiba maju untuk menghentikannya. Aku bersyukur kepada Tuhan atas perlindungan-Nya. Lima anggota lainnya lalu memilih "lanjutkan". Melihat kami tak berkompromi, mereka terus menanyakan siapa pemimpin kami. Tak seorang pun menjawab. Kami telah berjongkok di bawah terik matahari begitu lama, dari pukul setengah sepuluh pagi hingga lima sore, selama tujuh jam berturut-turut, tanpa makanan atau air. Karena ini, seorang saudara yang lemah dengan tekanan darah rendah pingsan. Keluarganya datang untuk membantunya, tapi ketua adat desa tidak mengizinkan mereka. Dia berkata: "Jika Tuhanmu adalah Tuhan yang benar, mengapa dia pingsan?" Setelah itu, ketua adat desa menyuruh kami membawa keluarga, ternak, dan harta benda kami, dan meninggalkan desa malam itu. Dia juga berkata akan membakar rumah kami setelah kami pergi. Pejabat pemerintah daerah berkata: "Tak usah membuang-buang waktu, mereka lebih baik mati daripada mengatakan siapa pemimpin mereka. Suruh mereka pulang dahulu. Besok akan kukirimkan laporan mereka kepada pemerintah untuk diputuskan oleh atasan. Itu akan membuat mereka takut." Namun, aku tak begitu takut. Aku tahu semuanya berada di tangan Tuhan dan entah pejabat yang lebih tinggi datang atau menangkap kami, semuanya berada di tangan Tuhan dan diatur oleh Tuhan.

Pada pagi hari ketiga, pemerintah mengadakan rapat adat desa. Lebih dari 400 orang hadir di sana. Aku khawatir mereka akan memaksa kami untuk menghujat Tuhan dan menandatangani ikrar untuk murtad, jadi aku berdoa, memohon agar Tuhan melindungi kami untuk dapat tetap teguh dalam kesaksian kami. Pada rapat tersebut, bupati berkata kepada kami: "Kalian semua masih muda dan tidak mengerti apa pun. Aku di sini bukan untuk meminta pertanggungjawaban kalian hari ini, tapi mulai sekarang, kalian harus mematuhi orang tua kalian, bekerja keras, dan berhenti mendengarkan firman Tuhan Yang Mahakuasa dan mengabarkan Injil-Nya, atau ketua adat desa akan menangkap dan menyerahkan kalian kepada pemerintah." Seorang pejabat dari dewan administrasi berkata kepada semua orang: "Kami akan memperlakukan para pengikut Tuhan Yang Mahakuasa dengan cara yang sama seperti PKT. PKT memburu dan menangkap orang-orang percaya ini dan diperbolehkan memukuli mereka sampai mati tanpa bisa dipidanakan. Kami akan melakukan hal yang sama di Provinsi Wa ini. Semua orang percaya ini akan ditangkap, entah mereka telah melakukan sesuatu yang salah atau tidak, lalu mereka akan dipukuli sampai mati tanpa bisa memidanakan. Tak seorang pun boleh mengatakan hal-hal seperti 'Orang-orang percaya itu tidak melakukan kesalahan.' Ini adalah perintah pemerintah. Jangan melawan, dan jika kalian melihat orang yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa, laporkan mereka." Dia kemudian menunjuk ke arah kami orang percaya dan berkata kepada semua orang: "Perhatikan baik-baik wajah mereka, kalian harus mengenali mereka. Orang-orang ini percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Jika kalian melihat mereka berkumpul atau menginjil, laporkan mereka!" Lalu dia meminta seorang pegawai daerah membacakan materi yang menghujat Tuhan kepada semua orang. Orang-orang tertipu oleh perkataan pemerintah, dan ada yang memandang kami dengan kebencian. Apa yang mereka katakan membuatku sangat marah. Aku tahu pemerintah sedang menganiaya kami orang percaya untuk memaksa kami melepaskan iman kami dan membuat orang menjadi takut dan tak berani menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa sehingga mereka kehilangan keselamatan Tuhan. Ini membuatku makin membenci setan-setan itu. Lalu pemerintah mengizinkan kami pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, aku membaca satu bagian firman Tuhan Yang Mahakuasa. "'Sekuat' apa pun Iblis, seberani dan seambisius apa pun dirinya, sehebat apa pun kemampuannya untuk menimbulkan kerusakan, seluas apa pun teknik yang digunakannya untuk merusak dan memikat manusia, selihai apa pun trik dan rencana jahat yang digunakannya untuk mengintimidasi manusia, sehebat apa pun kemampuannya mengubah bentuk keberadaan dirinya, ia tidak pernah mampu menciptakan satu makhluk hidup pun, tidak pernah mampu menetapkan hukum atau aturan untuk keberadaan segala sesuatu, dan tidak pernah mampu mengatur dan mengendalikan objek apa pun, baik yang hidup atau mati. Di alam semesta dan cakrawala, tidak ada orang atau objek apa pun yang lahir dari dirinya, atau ada karena dirinya; tidak ada orang atau objek apa pun yang diatur olehnya, atau dikendalikan olehnya. Sebaliknya, ia bukan saja harus hidup di bawah kekuasaan Tuhan, tetapi, lebih dari itu, ia harus menaati semua perintah dan titah Tuhan. Tanpa izin Tuhan, sulit bagi Iblis untuk menyentuh bahkan setetes air pun atau butiran pasir di atas tanah; tanpa izin Tuhan, Iblis bahkan tidak bebas untuk memindahkan semut di atas tanah, apalagi umat manusia, yang diciptakan oleh Tuhan. Di mata Tuhan, Iblis lebih rendah daripada bunga bakung di gunung, daripada burung-burung yang terbang di udara, daripada ikan di laut, dan daripada belatung di tanah. Perannya antara lain adalah melayani segala sesuatu, dan bekerja untuk umat manusia, serta melayani pekerjaan Tuhan dan rencana pengelolaan-Nya. Selicik apa pun naturnya, dan sejahat apa pun hakikat dirinya, satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah dengan patuh menaati fungsinya, yaitu: melayani Tuhan, dan menyediakan sebuah kontras bagi Tuhan. Seperti itulah esensi dan posisi Iblis. Hakikat dirinya tidak ada hubungannya dengan hidup, tidak ada hubungannya dengan kuasa, tidak ada hubungannya dengan otoritas; ia hanyalah mainan di tangan Tuhan, hanya mesin yang melayani Tuhan!" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Membaca firman Tuhan memberiku iman. Pendeta dan penatua dapat menekan kami, pemerintah dapat menangkap dan menganiaya kami, dan dapat memanfaatkan keluarga kami untuk memaksa kami meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa, tapi apa pun yang mereka katakan atau lakukan, mereka tak bisa melakukan apa pun terhadap kami tanpa seizin Tuhan. Seperti ketika Penatua Li mencoba memukuliku dengan papan, ibu mertuaku, yang membenciku, tiba-tiba membelaku dan menghentikannya. Semua ini berada di tangan Tuhan. Aku merasakan kuasa dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu dan merasa Dia sedang melindungiku. Aku tahu Tuhan mengatur keadaan berdasarkan tingkat pertumbuhanku dan Dia tidak memberiku beban yang terlalu berat. Melalui pengalaman ini, imanku kepada Tuhan bertumbuh dan aku merasa semua yang Tuhan lakukan itu baik. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan! Pengalaman ini juga memungkinkanku untuk melihat dengan jelas natur para pendeta dan penatua yang membenci dan menentang Tuhan. Firman Tuhan berkata, "Ada orang-orang yang membaca Alkitab di gereja-gereja besar membacakannya sepanjang hari, tetapi tak seorang pun di antara mereka yang memahami tujuan pekerjaan Tuhan. Tak seorang pun yang dapat mengenal Tuhan; bahkan, tak ada seorang pun di antara mereka yang dapat selaras dengan kehendak Tuhan. Mereka semua tidak berharga, manusia hina, masing-masing meninggikan diri untuk mengajar Tuhan. Mereka dengan sengaja menentang Tuhan bahkan saat mereka membawa panji-Nya. Mengaku beriman kepada Tuhan, mereka tetap saja memakan daging manusia dan meminum darah manusia. Semua orang semacam itu adalah setan-setan yang menelan jiwa manusia, para penghulu setan yang sengaja menghalangi mereka yang berusaha melangkah ke jalan yang benar, dan batu sandungan yang menghalangi orang-orang yang mencari Tuhan. Mereka mungkin tampak seperti 'raga yang kuat', tetapi bagaimana pengikut mereka bisa mengetahui bahwa mereka tidak lain adalah antikristus yang memimpin manusia untuk menentang Tuhan? Bagaimana para pengikut mereka bisa mengetahui bahwa merekalah setan-setan hidup yang didedikasikan untuk menelan jiwa manusia?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan"). Para pendeta dan penatua sama sekali tidak memahami Alkitab. Mereka hanya mengajarkan huruf-huruf yang tertulis dan doktrin Alkitab, dan sama sekali tidak menyambut Tuhan, apalagi mencari kebenaran. Dihadapkan dengan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, mereka tidak mencari atau menyelidiki, mereka salah menafsirkan firman Tuhan, dan menyebarkan gagasan untuk menyesatkan orang percaya. Dengan mengatakan bahwa semua yang memberitakan kedatangan Tuhan adalah palsu, mereka menghalangi orang percaya agar tidak mendengar suara Tuhan dan menyambut Tuhan. Mereka bahkan berkata bahwa ini adalah demi melindungi orang percaya, tapi sebenarnya mereka takut tak seorang pun akan mendengarkan mereka jika semua orang mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, dan status serta mata pencaharian mereka akan terancam. Itulah sebabnya mereka berusaha memaksa kami untuk meninggalkan Dia. Mereka bertindak terlalu jauh sampai menggunakan pemakaman, pernikahan, persalinan, dan adat membangun rumah untuk mengancamku dan memaksaku untuk menandatangani ikrar murtad. Mereka bahkan menggunakan penguburan suamiku untuk memaksaku melepaskan Tuhan Yang Mahakuasa. Ketika aku tidak mendengarkan, mereka bersatu dengan pemerintah dan mengadakan rapat desa untuk menganiayaku, dan menggunakan keluargaku untuk mencobaiku agar mengkhianati Tuhan. Mereka bahkan ingin mengusir kami dari desa, membakar rumah kami, dan menyerahkan kami kepada pejabat yang lebih tinggi. Mereka bertekad untuk menganiaya kami agar kami mau mengkhianati Tuhan Yang Mahakuasa dan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan dan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Para pendeta itu benar-benar jahat dan kejam! Aku teringat kutukan Tuhan Yesus terhadap orang Farisi. Tuhan Yesus berfirman: "Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik, karena engkau menutup Kerajaan Surga terhadap manusia: padahal engkau sendiri tidak pernah pergi ke sana, namun engkau menghalangi orang-orang yang berusaha masuk ke sana. ... Celakalah engkau, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, orang munafik! Karena engkau melintasi lautan dan daratan untuk menjadikan satu orang bertobat menjadi pengikutmu, tetapi begitu ia bertobat, engkau menjadikannya anak neraka yang dua kali lebih jahat daripada dirimu sendiri" (Matius 23:13, 15). Dengan kedok melindungi kawanan, para pendeta dan penatua menghalangi orang agar tidak menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Mereka menyesatkan orang agar mengikuti mereka untuk menentang Tuhan dan pada akhirnya akan membawa mereka ke dalam neraka. Mereka adalah setan hidup yang menghalangi orang agar tidak masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Mereka adalah setan dan antikristus yang menentang Tuhan dan mengganggu manusia. Aku melihat dengan jelas esensi mereka yang membenci kebenaran dan Tuhan, dan menjadi makin teguh dalam imanku untuk mengikut Tuhan. Bagaimanapun mereka berusaha menyesatkan atau menghalangiku, aku tak mau meninggalkan Tuhan Yang Mahakuasa. Aku berdoa kepada Tuhan agar aku mampu melaksanakan tugasku dengan baik dan membawa lebih banyak orang yang merindukan penampakan-Nya ke hadapan-Nya untuk menerima keselamatan-Nya. Untuk menghentikan kami agar tidak percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa dan berkumpul secara online, pemimpin adat desa menyuruh pegawai pemerintah memeriksa telepon kami setiap tiga hari dan menghapus Facebook dari ponsel kami segera setelah mereka melihatnya. Untuk menghindarkan diri agar tidak diawasi oleh mereka dan pemerintah, kami membawa alat pertanian kami ke pegunungan dan berpura-pura bekerja agar kami bisa berkumpul secara rahasia. Kami tak berani berbicara dengan bebas tentang iman kami di desa secara normal. Namun, bagaimanapun mereka menganiaya kami, kami tetap mengandalkan Tuhan dan terus mengabarkan Injil ke desa-desa lain. Seiring waktu, makin banyak orang yang datang untuk menerima Injil. Namun, kepala desa mengetahui aku sedang mengabarkan Injil dan dia menekanku untuk mengkhianati yang lain dan mengaku siapa saja yang telah kuinjili. Karena aku tidak mengatakan apa pun, dia mengancamku, berusaha membuatku melepaskan imanku dan kembali ke jemaat atau dia akan membuatku ditangkap. Untuk berkumpul dan memberitakan Injil secara normal, dan melepaskan diri dari penganiayaan dan penangkapan, aku melarikan diri dari Myanmar dan pergi ke negara lain. Kini aku tinggal bersama beberapa saudara-saudari lainnya. Kami bersekutu, mengabarkan Injil, dan bersaksi tentang pekerjaan Tuhan. Aku sangat senang. Meskipun mengalami penderitaan dan penganiayaan, melalui semua ini, aku mengetahui yang sebenarnya mengenai para pendeta dan penatua dan dapat melihat kejahatan pemerintah dengan lebih jelas, serta tak lagi dibatasi oleh mereka. Aku juga memperoleh beberapa pengetahuan tentang kedaulatan Tuhan dan imanku kepada-Nya telah bertumbuh. Semua ini adalah hal-hal yang tak dapat kuperoleh di lingkungan yang nyaman.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait