Setelah Semua Orang Kecuali Aku Dipromosikan

28 Juni 2022

Oleh Saudari Li Fei, Italia

Pada Januari 2021, proyek yang kutangani akan segera selesai. Saudara-saudariku secara bertahap dipindahkan ke tugas lain, sampai hanya tersisa aku dan beberapa rekan sekerja untuk menyelesaikan pekerjaan. Saat itu, aku hendak menyelesaikan pekerjaanku dan menangani tugasku sampai akhir. Tak diduga, suatu hari, aku tiba-tiba mengetahui salah satu rekan sekerjaku dipromosikan menjadi pemimpin. Dia akan mengepalai pekerjaan Injil. Ini membuatku gelisah dan sedikit kesal. Kenapa aku tak dipromosikan menjadi pemimpin? Tidak bisakah aku juga melayani sebagai pemimpin atau pengawas? Namun, aku lalu berpikir, "Mungkin karena dia lebih cakap, jadi dia dipromosikan lebih dulu. Lagi pula, pekerjaanku di sini belum selesai, dan rekan-rekan sekerjaku juga melanjutkan tugas di sini, jadi setelah pekerjaan ini selesai, mungkin ada tugas baru untuk kami." Namun, tak lama, tiga rekan sekerjaku yang lain juga dipromosikan menjadi pemimpin gereja atau mengelola gereja petobat baru. Berita ini membuatku makin tak nyaman. Mereka telah menjadi pemimpin dan pekerja, tapi aku tetap diam di tempat. Aku harus mengambil alih semua pekerjaan mereka. Sepertinya aku harus bertanggung jawab untuk semua itu sampai akhir. Aku juga bekerja dalam tim itu, jadi kenapa mereka semua dipromosikan, tapi aku tidak? Apa aku benar-benar seburuk itu? Tampaknya saudara-saudariku berpikir mereka lebih baik dariku. Akulah yang terburuk dari semua rekan sekerjaku. Apa para pemimpinku berpikir aku tak layak untuk dibina? Apa mereka punya prasangka terhadapku? Aku tak ingin mengambil alih pekerjaan mereka. Kupikir makin banyak aku ambil alih, makin sedikit aku bisa lakukan jenis pekerjaan lain. Saat aku selesai dengan pekerjaanku, para rekan sekerjaku pasti sudah cukup lama berlatih. Sudah tidak asing lagi dengan pekerjaan mereka dan menguasai beberapa prinsip, tapi aku tetap menjadi pemula. Jika nanti aku diutus mengkhotbahkan Injil atau menyirami petobat baru, dan mantan rekan sekerjaku menjadi pengawasku, kesenjangan yang besar akan sangat memalukan. Makin memikirkannya, makin buruk perasaanku. Saat saudara-saudariku memintaku mengambil alih tugas mereka, aku sangat menentang. Aku kesal dan tak bersedia. Selama lebih dari dua hari, aku tak mencoba belajar cara melakukan tugas yang mereka berikan. Aku tak terlalu memedulikan pekerjaanku sendiri, aku menunda-nunda dan tak menindaklanjuti pekerjaan, juga tak memikirkan masalah mana yang perlu dipecahkan atau bagaimana bekerja dengan baik. Meskipun aku menyuruh diriku mematuhi lingkungan yang Tuhan atur, aku tetap merasa pasif, tak termotivasi, dan tak tertarik. Aku tak tahu harus berkata apa saat berdoa dan tak membaca firman Tuhan dengan hati. Aku sedikit menyadari itu. Aku berdoa di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, aku sangat menentang untuk mengambil alih pekerjaan rekan sekerjaku akhir-akhir ini. Aku tahu keadaanku tak benar, tolong bimbing aku agar bisa mengenal diriku."

Setelah berdoa, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan yang menyadarkanku tentang keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Kini, engkau semua adalah pelaksana penuh waktu dari tugasmu. Engkau tidak dikendalikan atau diikat oleh keluarga, pernikahan, atau kekayaan. Engkau telah keluar dari hal itu. Namun, gagasan, imajinasi, pengetahuan, dan niat pribadi serta keinginan yang memenuhi pikiranmu tetap tidak berubah dari bentuk aslinya. Jadi, begitu ada sesuatu yang berkaitan dengan kedudukan, gengsi, atau reputasi—misalnya ketika orang mendengar bahwa rumah Tuhan berencana untuk membina berbagai macam orang—hati setiap orang melompat dalam pengharapan, dan masing-masing darimu selalu ingin dirimu sendiri dikenal dan diakui. Engkau semua akan berjuang untuk mendapatkan status dan reputasi. Orang-orang yang sedikit bernalar merasa malu untuk bersaing, tetapi mereka merasa tidak enak jika tidak melakukannya. Beberapa orang merasa iri dan benci ketika melihat seseorang menonjol, dan menjadi marah, dan merasa bahwa ini tidak adil. 'Mengapa aku tak bisa menjadi yang paling menonjol? Mengapa selalu orang lain yang mendapatkan ketenaran? Mengapa aku tak pernah mendapat giliran?' Lalu mereka merasakan sedikit kebencian. Mereka berusaha menekannya, tetapi mereka tidak mampu. Mereka berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi ketika mereka kembali menghadapi masalah semacam ini, mereka tetap tidak mampu mengatasinya. Bukankah ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang tidak dewasa? Ketika orang-orang terjerumus ke dalam keadaan seperti itu, bukankah mereka telah jatuh ke dalam perangkap Iblis? Ini adalah belenggu natur Iblis yang rusak yang mengikat manusia. ... Semakin engkau berjuang, semakin kegelapan akan mengelilingimu, dan semakin besar perasaan iri dan kebencian yang akan kaurasakan, dan keinginanmu akan pencapaian justru akan bertumbuh semakin kuat. Semakin kuat keinginanmu akan pencapaian, semakin kecil kemampuanmu untuk melakukannya, dan ketika mencapai lebih sedikit, kebencianmu akan bertambah. Ketika kebencianmu bertambah, batinmu akan menjadi semakin gelap. Semakin gelap batinmu, semakin buruk engkau akan melakukan tugasmu; semakin buruk engkau melakukan tugasmu, semakin tak berguna dirimu. Ini adalah lingkaran setan yang saling terkait. Jika engkau tidak pernah mampu melakukan tugasmu dengan baik, maka, lambat laun, engkau akan disingkirkan" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Aku merasa sangat menentang dan tak puas selama masa itu karena hasratku akan reputasi dan status tak terpenuhi. Saat melihat rekan-rekan sekerjaku dipromosikan, hatiku bergolak. Aku berharap juga bisa dipromosikan, agar bisa mendapatkan status dan dihormati, tapi saat tahu pemimpinku tak ingin mempromosikanku dan membuatku mengambil alih pekerjaan rekan-rekan sekerjaku, aku iri hati kepada mereka, dan aku yakin para pemimpin berprasangka buruk terhadapku, bahkan meremehkanku. Saat memikirkan akulah yang terburuk di mata para pemimpinku, juga semua rekan sekerjaku telah dipromosikan menjadi pemimpin dan pengawas sementara aku tak punya jabatan, aku merasa sedih dan tak puas. Aku bahkan melampiaskan kemarahan pada tugasku. Aku tak lagi memedulikan tugas, dan tak sepenuh hati dalam pekerjaanku sendiri. Tuhan benci melihatku hidup dalam keadaan memberontak ini, jadi aku tak bisa bicara dalam doa, tak ada pencerahan dari firman-Nya, dan memburuk dalam tugas. Tuhan berfirman, bersaing untuk status adalah lingkaran setan yang berujung kegelapan, dan aku ada di dalamnya. Merenungkan masa ini, aku ingat sumpahku untuk menunaikan tugas sampai akhir, tapi begitu melihat orang lain dipromosikan, dan hasratku akan status tak terpenuhi, aku kehilangan minat pada tugasku. Hasratku akan status terlalu kuat, dan aku harus segera mencari kebenaran untuk memperbaiki keadaanku.

Setelah itu, aku membaca kutipan firman Tuhan tentang cara melihat promosi dan pembinaan yang memperbaiki keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Jika engkau menganggap dirimu layak menjadi pemimpin, memiliki bakat, kualitas, dan kemanusiaan untuk kepemimpinan, tetapi rumah Tuhan belum mempromosikanmu dan saudara-saudari tidak memilihmu, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan masalah ini? Di sini ada jalan yang bisa kauterapkan. Engkau harus sepenuhnya mengenal dirimu sendiri. Berusahalah mengetahui apakah engkau sebenarnya memiliki masalah dengan kemanusiaanmu atau tidak, atau adakah beberapa aspek dari watak rusakmu yang membuat orang merasa jijik; apakah engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran dan tidak meyakinkan bagi orang lain, atau apakah tugas yang kaulaksanakan tidak memuaskan. Engkau harus merenungkan semua hal ini dan mengetahui di mana sebenarnya engkau gagal memenuhi standar. Setelah engkau merenung sejenak dan menemukan di mana letak masalahmu, engkau harus segera mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, serta berusaha untuk mencapai perubahan dan bertumbuh, sehingga ketika orang-orang di sekitarmu melihat, mereka akan berkata, 'Akhir-akhir ini, dia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia bekerja dengan baik dan menjalankan profesinya dengan serius, dan dia sangat berfokus pada prinsip-prinsip kebenaran. Dia tidak melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa, atau bersikap acuh tak acuh dan asal-asalan, dan dia semakin teliti dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Dahulu dia sedikit congkak, tetapi sekarang dia jauh lebih bijaksana dan tidak lagi sombong. Dia tidak membual tentang apa yang mampu dia lakukan, dan ketika dia menyelesaikan sesuatu, dia berulang kali merenungkannya karena takut melakukan sesuatu yang salah. Dia jauh lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu, dan kini dia takut akan Tuhan di dalam hatinya—dan yang terpenting, dia mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan beberapa masalah. Dia benar-benar sudah bertumbuh.' Jika setelah orang-orang di sekitarmu berinteraksi denganmu selama beberapa waktu, mereka mendapati dirimu telah mengalami perubahan dan pertumbuhan yang nyata; dalam kehidupan sehari-harimu dan perilakumu terhadap orang lain, dan dalam sikapmu terhadap pekerjaanmu, dan dalam perlakuanmu terhadap prinsip-prinsip kebenaran, engkau mengerahkan lebih banyak upaya daripada sebelumnya, dan lebih teliti dalam ucapan dan tindakanmu. Jika saudara-saudari melihat semua ini dan menanggapinya dengan serius, maka engkau mungkin dapat mencalonkan diri dalam pemilihan berikutnya. Sebagai calon, engkau akan memiliki harapan; jika engkau benar-benar mampu melaksanakan beberapa tugas penting, engkau akan mendapatkan berkat Tuhan. Jika engkau benar-benar terbeban dan memiliki rasa tanggung jawab seperti itu, dan ingin memikul beban, maka segeralah melatih dirimu. Berfokuslah menerapkan kebenaran dan mulailah bertindak dengan prinsip; setelah engkau memiliki pengalaman hidup dan dapat menulis esai kesaksian, engkau pasti telah benar-benar bertumbuh. Dan jika engkau mampu memberi kesaksian tentang Tuhan, maka engkau pasti dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus. Jika Roh Kudus sedang bekerja, Tuhan akan berkenan saat memandangmu, dan dengan Roh Kudus membimbingmu, kesempatanmu akan segera datang. Engkau mungkin terbeban sekarang, tetapi tingkat pertumbuhanmu tidak memadai dan pengalaman hidupmu terlalu dangkal, jadi meskipun engkau menjadi pemimpin, engkau akan cenderung jatuh. Engkau harus mengejar jalan masuk kehidupan, menyelesaikan keinginanmu yang berlebihan, rela menjadi pengikut, dan mulai menaati Tuhan dengan tulus, tanpa keluhan terhadap apa pun yang Dia atur atau rencanakan. Ketika engkau memiliki tingkat pertumbuhan ini, kesempatanmu akan datang. Bahwa engkau ingin memikul beban yang berat, bahwa engkau memiliki beban ini, adalah hal yang baik. Ini memperlihatkan bahwa engkau memiliki hati yang proaktif dan positif dan bahwa engkau ingin mengikuti kehendak Tuhan dan memikirkan kehendak-Nya. Ini bukanlah ambisi, melainkan beban sejati; ini adalah tanggung jawab mereka yang mengejar kebenaran dan objek pengejaran mereka. Jika engkau tidak mementingkan diri sendiri dan memikirkan kepentinganmu sendiri, tetapi bersaksi tentang Tuhan dan memuaskan Dia, maka apa yang sedang kaulakukan adalah yang paling diberkati oleh Tuhan, dan Dia akan membuat pengaturan yang sesuai untukmu. ... Kehendak Tuhan adalah mendapatkan lebih banyak orang yang mampu memberi kesaksian tentang Dia; kehendak-Nya adalah menyempurnakan semua orang yang mengasihi-Nya, dan membentuk sekelompok orang yang sehati sepikir dengan-Nya sesegera mungkin. Oleh karena itu, di rumah Tuhan, semua orang yang mengejar kebenaran memiliki prospek yang besar, dan prospek orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh tidak terbatas. Semua orang harus memahami kehendak-Nya. Memiliki beban ini memang merupakan hal yang positif, dan ini adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang yang memiliki hati nurani dan nalar, tetapi tentu saja tidak semua orang akan mampu menanggung beban yang berat. Dari manakah perbedaan ini berasal? Apa pun kelebihan atau kemampuanmu, dan seberapa tinggi kecerdasanmu, yang terpenting adalah pengejaranmu dan jalan yang kautempuh" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Kulihat dari firman Tuhan, entah kau dipromosikan dan dibina tergantung pada pengejaran dan jalanmu. Jika kau mengejar kebenaran dan benar-benar memikul beban, dan punya kualitas dan bakat, rumah Tuhan akan memberimu kesempatan, mempromosikan dan membinamu, serta memberimu tugas penting. Namun, jika orang tak mengejar kebenaran dan mengambil jalan yang salah, meski menjadi pemimpin, mereka tak akan bertahan lama. Orang seperti ini tak cocok dipromosikan. Aku menerapkan firman Tuhan pada diriku dan merasa malu. Kulihat aku tak masuk akal dan tak mengenal diriku atau tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Kupikir aku sangat kompeten dan andal, dan jika rekan sekerjaku dipromosikan, aku juga layak dipromosikan. Aku tak mencari tahu apa aku mengejar kebenaran, apa kemanusiaanku memenuhi syarat, dan apa aku bisa memikul beban pekerjaan. Aku justru membabi buta membandingkan dan mengejar promosi. Sebenarnya, aku tak memikirkan kehendak Tuhan sama sekali. Aku tak ingin ikut serta dalam pekerjaan gereja dan memenuhi tanggung jawabku. Aku ingin buktikan bahwa aku tak lebih buruk dari rekan sekerjaku dan mendapatkan status tinggi untuk bisa pamer di depan lebih banyak orang dan membuat orang lain menghormatiku. Aku melakukan tugasku dengan ambisi dan hasratku sendiri, jadi jika aku menjadi pemimpin, aku akan tetap mengejar status. Bekerja untuk reputasi dan status menghalangi kita bertugas dengan baik. Bahwa aku bukan pemimpin adalah perlindungan bagiku. Aku juga mengerti saat tak dipromosikan, seseorang dengan nalar yang tulus akan puas melakukan tugasnya sendiri dengan baik. Mereka juga akan merenungkan kekurangan diri dan mencari kebenaran untuk memperbaiki masalah mereka, berusaha membuat kemajuan dan perubahan. Ketika merenungkan diri berdasarkan firman Tuhan, aku melihat kualitasku rata-rata dan aku bukan orang yang mengejar kebenaran. Aku sudah puas hanya dengan menyelesaikan tugas harianku dan tak berfokus memperbaiki watak rusakku, jadi setelah bertahun-tahun percaya Tuhan, aku tetap sangat kompetitif, sering kali mengkhawatirkan reputasi dan statusku, lalu saat tak mendapatkan status, aku melampiaskan kemarahan pada tugasku dan mengabaikan pekerjaan itu. Aku tak punya kenyataan kebenaran sama sekali, dan meski begitu masih ingin dipromosikan. Aku sama sekali tak punya pemahaman tentang diri sendiri. Aku tahu tak boleh mengejar promosi lagi. Sebaliknya, aku harus patuh dan melakukan tugas dengan rendah hati. Itulah nalar yang harus kumiliki. Saat menyadari ini, aku tak lagi merasa gelisah dan mulai membuat kemajuan normal dalam pekerjaanku. Aku juga mulai memikirkan cara menyelesaikan pekerjaan dengan lebih terperinci dan lebih teliti, agar aku bisa menyelesaikannya tanpa penyesalan. Aku juga membahas penyimpangan tugas, kesalahan, dan keuntungan dengan saudara-saudariku. Aku merasa nyaman dan aman dengan menerapkan ini.

Setelah beberapa waktu, gereja menugasiku mengawasi beberapa gereja petobat baru secara paruh waktu. Saat mendengar ini, perasaanku campur aduk. Aku merasa kekuranganku terlalu banyak dan akan memulai latihanku dengan menyirami petobat baru, tapi gereja memberiku kesempatan dibina dengan menjadikanku pengawas. Aku salah paham dan meragukan pemimpinku bahwa mereka punya prasangka terhadapku dan sengaja tak mempromosikanku, tapi sebenarnya, mereka mengevaluasi berbagai hal berdasarkan prinsip memilih dan menggunakan orang serta kebutuhan pekerjaan gereja. Aku berpikir seperti ini karena hidup dalam keadaan bersaing untuk status, jadi pikiranku tak masuk akal. Rasanya sangat memalukan jika diingat. Saat menjadi pengawas, aku merasakan banyak tekanan, dan aku ingin memahami kebenaran untuk melakukan tugas dengan baik. Sejak itu, saat menemukan hal-hal yang tak kumengerti, aku mencari jawaban dengan rekan sekerjaku, dan menghabiskan hampir seluruh waktuku untuk pekerjaan gereja. Namun, setelah beberapa saat, pekerjaan di gereja-gereja yang kuawasi tak terlalu efektif, dan barulah kutahu aku punya banyak kekurangan. Aku juga sadar meski punya status, mustahil bekerja dengan baik jika tak punya kebenaran, jadi aku merasa makin malu karena selalu ingin menjadi pemimpin. Selama masa itu, aku berhenti memikirkan cara membuat orang lain mengagumiku dan hanya ingin melakukan tugasku dengan baik. Sikapku lebih rendah hati terhadap tugasku, jadi aku yakin pengejaranku akan ketenaran dan status sedikit berubah, dan aku bisa berfokus melakukan tugas dengan baik. Namun, saat lingkungan lain menimpaku, aku disingkap lagi.

Pada bulan Juni 2021, gereja menugaskanku mengerjakan proyek lain dengan beban kerja lebih tinggi dan tenggat waktu yang ketat. Meskipun menghadapi banyak kesulitan, dengan kerja keras kami semua, setelah beberapa bulan, pekerjaan kami mulai lebih efektif, dan kami bisa menyelesaikan pekerjaan dua kali lebih banyak dari tahun sebelumnya. Aku sangat bangga dan merasa berperan karena kami mencapai hasil-hasil ini, jadi jika para pemimpin ingin mempromosikan seseorang, mereka mungkin akan memikirkanku. Tiba-tiba, beberapa hari berikutnya, kudengar para pemimpin mendiskusikan mempromosikan dan melatih orang, dan terkadang kudengar nama saudara-saudari yang kukenal. Berita ini membuat hatiku masam, dan pikiranku mulai bergejolak lagi, "Sepertinya mereka mencari orang untuk dipromosikan dan dibina di mana-mana, mereka pun akan mempertimbangkan siapa saja yang tampak cocok. Aku selama ini efektif dalam tugasku, jadi dengan adanya kekurangan orang, kenapa para pemimpin tak mempertimbangkan mempromosikanku? Apa mereka telah melihat jati diriku dan memutuskan aku bukan pengejar kebenaran? Apa mereka pikir aku hanya bisa menangani hal-hal eksternal? Jika benar begitu, apa aku akan punya kesempatan dipromosikan dan dibina?" Pikiran ini membuatku sangat tak nyaman, dan masa depan terasa suram. Aku merasa sekeras apa pun mengejar, aku tak akan pernah punya kesempatan untuk maju dalam tugasku. Aku juga berprasangka buruk terhadap para pemimpin. Kadang, saat para pemimpin bicara kepadaku, aku mengabaikan mereka. Aku bicara sesedikit mungkin, bahkan tak suka melihat para saudariku di sekitarku. Aku selalu cemberut, tak ingin bicara banyak, dan selalu ingin sendirian. Tanpa sadar, aku berhenti memikul beban dalam tugasku. Aku merasa sebaik apa pun aku melakukannya, para pemimpin tak bisa melihat usaha dan dedikasiku, jadi kenapa aku harus bekerja keras? Aku akan bekerja secukupnya.

Suatu hari, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa iman kepada Tuhan dan pengejaran akan kebenaran adalah pengejaran status dan gengsi; pengejaran akan status dan gengsi juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan status dan gengsi berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka belum memiliki gengsi atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau memuja mereka, atau mengikuti mereka, mereka merasa sangat frustrasi, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah kepercayaan kepada Tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah itu sia-sia?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, reputasi, sehingga mereka menikmati keuntungan, dan memiliki status—mereka sering kali merenungkan hal-hal semacam itu. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu. Mengapa mereka selalu memikirkan hal-hal semacam itu? Setelah membaca firman Tuhan, setelah mendengarkan khotbah, apakah mereka benar-benar tidak memahami semua ini, apakah mereka benar-benar tidak mampu mengenali semua ini? Apakah firman Tuhan dan kebenaran benar-benar tidak mampu mengubah gagasan, ide, dan pendapat mereka? Sama sekali tidak. Masalahnya berada di dalam diri mereka, itu sepenuhnya karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena di dalam hatinya, mereka muak akan kebenaran, dan akibatnya, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran—hal mana ditentukan oleh natur dan esensi mereka" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari firman Tuhan, kulihat antikristus menjunjung ketenaran dan status, memandang itu lebih penting dari apa pun. Jika tak menerima status, mereka pikir percaya Tuhan itu membosankan. Tak ada ketulusan dalam iman mereka kepada Tuhan atau tugas, juga tak melakukan semua ini untuk memahami kebenaran. Mereka melakukannya untuk mendapatkan ketenaran dan status, serta dikagumi dan dihormati orang. Ini menunjukkan watak antikristus sangat jahat. Aku teringat bagaimana aku selalu mengejar untuk dipromosikan dan dibina, lalu saat itu tak terjadi, aku menjadi pasif dan tak termotivasi. Pengejaranku akan ketenaran dan status sudah lepas kendali. Itu sama dengan perilaku antikristus. Aku teringat bagaimana, selama sekolah, aku mengganggap "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah," "Setiap prajurit yang baik bermimpi menjadi jenderal," dan racun iblis serupa sebagai hukum bertahan hidup, jadi aku berusaha mendapatkan nilai terbaik. Jika tak mendapatkan tempat pertama, aku setidaknya harus menjadi siswa teladan dan mendapat pujian teman sekelas dan guruku. Setelah percaya Tuhan, menjadi pemimpin adalah tujuanku, kupikir jika punya status, aku bisa punya tempat di rumah Tuhan, aku bisa buat kehadiranku diketahui, membuat lebih banyak orang menghormati dan mengagumiku, dan membuat ucapanku berarti. Jadi, saat pekerjaan gereja sangat membutuhkan orang dan para pemimpin tampak tak mempertimbangkan aku, aku merasa pasif dan sengsara, tak punya motivasi melakukan tugas, bahkan merasa tak punya arah atau tujuan untuk dikejar dalam imanku kepada Tuhan. Kulihat mengejar ketenaran dan status telah menjadi hidupku. Setiap hari, itu mengendalikan hidup dan tindakanku, sehingga di kelompok mana pun aku berada, aku selalu ingin dikagumi dan dipuji, aku juga benci ditinggalkan. Saat para pemimpin menghargaiku, menghormati, dan mempromosikanku untuk pekerjaan penting, aku sangat puas, tapi tanpa penghargaan dan promosi mereka, aku menjadi negatif dan bejat, aku asal-asalan dalam tugasku, kehilangan minat, bahkan ingin menyerah. Aku kini lihat dengan jelas imanku kepada Tuhan tak tulus, hanya untuk status. Saat statusku tinggi, aku bersemangat mengejar, tapi saat tak bisa mendapat status, aku kehilangan arah dan tujuan dalam pengejaranku. Kulihat pengejaranku akan ketenaran dan status telah mendarah daging. Setiap kali menghadapi situasi yang sama, aku akan menjadi negatif dan lemah, hidup dalam keadaan memberontak, dan tak ingin melakukan tugas. Aku tiba-tiba sadar aku dalam bahaya serius jika terus seperti ini.

Setelah itu, aku membaca dalam firman Tuhan, "Jika engkau benar-benar menghargai status dan gengsi, sangat terikat dan tidak sanggup untuk melepaskan semua itu, jika engkau selalu merasa bahwa tanpa status dan gengsi, maka tidak ada sukacita atau harapan dalam hidup ini, bahwa hanya ada harapan dalam hidup ini ketika engkau hidup demi status dan gengsi, bahwa jika engkau tak mampu mencapai tujuanmu, engkau akan terus saja berjuang demi status dan gengsi, engkau tidak akan pernah menyerah, dan bahkan sedikit ketenaran dan status dapat membuatmu dikagumi orang lain—jika inilah mentalitasmu, jika hatimu dipenuhi dengan hal-hal semacam itu, maka engkau tidak mampu mencintai dan mengejar kebenaran, engkau tidak memiliki arah dan tujuan yang benar dalam imanmu kepada Tuhan, dan engkau tak mampu mengejar pengenalan akan dirimu sendiri, menyingkirkan kerusakan dan hidup dalam keserupaan dengan manusia; engkau mengabaikan segala sesuatu saat melaksanakan tugasmu, engkau tidak memiliki rasa tanggung jawab dan hanya puas dengan tidak melakukan kejahatan, tidak menyebabkan masalah, tidak dikeluarkan. Dapatkah orang-orang semacam itu melaksanakan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima? Dan dapatkah mereka diselamatkan oleh Tuhan? Tidak mungkin. Ketika engkau bertindak demi reputasi dan status, engkau masih berpikir, 'Pamer itu tidak jahat. Aku sedang melaksanakan tugasku; asalkan yang kulakukan bukan perbuatan jahat dan bukan merupakan gangguan, maka sekalipun motifku salah, tak seorang pun bisa melihatnya atau menghukumku.' Engkau tidak tahu bahwa Tuhan memeriksa semuanya. Jika engkau tidak menerima atau menerapkan kebenaran, dan engkau dibenci dan ditolak oleh Tuhan, maka tamatlah riwayatmu. Semua orang yang tidak takut akan Tuhan merasa dirinya cerdas; sebenarnya, mereka bahkan tidak tahu kapan mereka telah menyakiti Dia. Ada orang-orang yang tidak mengerti hal-hal ini dengan jelas; menurut mereka, 'Aku hanya mengejar reputasi dan status agar dapat berbuat lebih banyak, untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab. Itu bukan merupakan gangguan atau pengacauan terhadap pekerjaan rumah Tuhan, dan itu tentu saja tidak merugikan kepentingan rumah-Nya. Ini bukanlah masalah besar. Yang Tuhan tuntut tidak banyak, dan Dia tidak memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tak mampu atau tak ingin mereka lakukan. Aku mungkin mencintai status dan melindungi statusku, tetapi itu bukan perbuatan jahat.' Di luarnya, pengejaran semacam itu mungkin tampak bukan perbuatan jahat, tetapi itu akan membawa ke mana pada akhirnya? Akankah orang-orang semacam itu memperoleh kebenaran? Akankah mereka memperoleh keselamatan? Sama sekali tidak. Oleh karena itu, mengejar reputasi dan status bukanlah jalan yang benar—itu sama sekali bertentangan dengan mengejar kebenaran. Singkatnya, apa pun arah atau target pengejarannu, jika engkau tidak merenungkan pengejaranmu akan status dan gengsi, dan jika engkau merasa sangat sulit untuk mengesampingkan hal-hal ini, maka itu akan memengaruhi jalan masukmu ke dalam kehidupan; selama status memiliki tempat di hatimu, itu akan sepenuhnya mengendalikan dan memengaruhi arah hidupmu dan tujuan yang kaukejar, dan jika inilah yang terjadi, akan sangat sulit bagimu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, apalagi mencapai perubahan dalam watakmu; apakah engkau pada akhirnya dapat memperoleh perkenanan Tuhan atau tidak, tentu saja, adalah hal yang berbeda. Selain itu, jika engkau tidak pernah mampu mengesampingkan pengejaranmu akan status, ini akan mempengaruhi kemampuanmu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik, yang akan membuatmu sangat sulit untuk menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang layak. Mengapa Kukatakan hal ini? Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang layak, makhluk ciptaan Tuhan yang kecil dan tak berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak dipuji oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, hal mana merupakan jalan buntu" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku ketakutan dan merasa ini peringatan Tuhan untukku. Jika aku masih menjunjung status dan berpikir hidup tak bermakna tanpa status dan jabatan penting, ini artinya memperebutkan status dan melawan Tuhan, tak berperilaku baik dan melakukan tugasku sebagai makhluk ciptaan, jadi terus menempuh jalan ini adalah kebuntuan, dan akhirnya, aku akan dikirim ke neraka dan dihukum! Takut dan gemetar, aku membaca kutipan firman Tuhan ini beberapa kali berturut-turut, dan dari lubuk hatiku aku merasa watak benar Tuhan tak boleh disinggung. Aku dahulu berpikir manusia punya watak rusak, jadi wajar jika mengejar ketenaran dan status, semua orang coba meningkatkan status, dan yang tidak melakukan itu, tak berambisi dan tak punya tujuan atau tekad. Jadi, aku menyepelekan kerusakanku di bidang ini. Aku kadang merasa negatif, dan berpikir akan merasa lebih baik setelah beberapa hari. Itu tak terlalu menunda pekerjaanku, dan aku tak bertindak keterlaluan, jadi kupikir itu bukan masalah besar. Namun, Tuhan jelas-jelas berfirman mengejar status adalah jalan buntu! Dengan merenung, aku memahami sesuatu. Mengejar ketenaran dan status adalah watak iblis, itu adalah jalan menentang Tuhan. Pengejaran seperti ini melawan Tuhan dan bersaing dengan Tuhan untuk status, orang yang melakukannya akan dihukum oleh Tuhan karena menentang Dia. Aku teringat malaikat agung, yang statusnya sudah cukup tinggi, tapi dia tak puas. Dia mendambakan status Tuhan dan ingin sejajar dengan Tuhan, lalu akhirnya, Tuhan menjatuhkan dia. Aku sudah bertanggung jawab atas beberapa pekerjaan di gereja. Mengingat kualitas dan tingkat pertumbuhanku, aku tak layak mengemban pekerjaan sepenting itu. Meski begitu, aku tak puas. Aku tak berusaha mencapai hasil terbaik dalam tugasku sendiri. Aku justru ingin melakukan pekerjaan lebih besar untuk pamer dan membuat orang menghormatiku. Bukankah aku seperti malaikat agung itu? Lalu, saat aku hidup dalam keadaan mengejar ketenaran dan status, itu bukan hanya perasaan negatif beberapa hari seperti bayanganku, tapi akhirnya menghambat pekerjaan, dan sampai pada titik aku siap berhenti saat tak mendapatkan status, aku menyepelekan pekerjaan rumah Tuhan, acuh tak acuh terhadap tugasku, bekerja sesantai mungkin dan menunda-nunda, serta sama sekali tak peduli jika pekerjaan rumah Tuhan dirugikan. Aku tak mau tunduk kepada pengaturan Tuhan, selalu mengejar status, serta menjadi pasif dan agresif jika tak mendapatkannya. Aku menempuh jalan menentang Tuhan, jadi mustahil Tuhan tak membenciku. Memikirkan ini, aku merasa takut dan menyesal. Aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bilang bahwa aku ingin bertobat serta tak lagi ingin mengejar ketenaran dan status.

Setelah itu, aku temukan cara bebas dari belenggu ketenaran dan status dalam firman Tuhan serta paham apa yang harus dikejar makhluk ciptaan. Firman Tuhan katakan: "Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa mengejar status dan menjadi manusia super adalah hal yang dibenci Tuhan. Pengejaran yang harus dimiliki manusia adalah menjadi makhluk ciptaan sejati. Setelah membaca firman Tuhan, aku tahu apa yang harus kukejar. Aku adalah makhluk ciptaan, dan Tuhan lebih tahu pekerjaan apa yang bisa kulakukan. Apa pun posisiku, yang Tuhan inginkan adalah aku menunaikan peran makhluk ciptaan dengan rendah hati dan memenuhi tugasku dengan baik. Aku harus berdoa kepada Tuhan untuk melepaskan ambisi dan hasratku, lalu apa pun yang kuemban, aku harus menaati pengaturan Tuhan, dengan tulus memenuhi tanggung jawab, dan berusaha menjadi efektif dalam tugasku. Inilah yang harus dilakukan makhluk ciptaan. Setelah itu, aku tak lagi mempertimbangkan apa aku akan dipromosikan. Sebaliknya, aku secara sadar merenungkan cara menjadi lebih efisien untuk mencapai hasil terbaik, juga memikirkan solusi saat masalah muncul. Tak lama kemudian, aku bekerja dengan saudara-saudariku untuk mengatasi masalah, dan efisiensi kerja kami juga meningkat.

Setelah itu, aku kadang masih mendengar rekan-rekan sekerja lamaku dipromosikan menjadi pemimpin atau pengawas. Meskipun masih sedikit kecewa, karena merasa orang lain bisa membuat kehadiran mereka diketahui dengan dipromosikan, sementara aku masih mandek di tempat yang sama, tapi aku segera sadar itu karena hasratku akan status di pekerjaan lagi. Jadi, aku segera berdoa dan meninggalkan diriku, serta teringat firman Tuhan, "Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang layak, makhluk ciptaan Tuhan yang kecil dan tak berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang." Kemudian, tujuanku terlihat jelas di hatiku. Aku tahu Tuhan tidak menakdirkan status untuk manusia. Apa pun tugasmu, kau memenuhi tanggung jawabmu. Itu termasuk menggunakan kekuatan dan kemampuanmu di posisi yang tepat. Menjadi pemimpin bukan berarti kau punya status, serta tak ada posisi lebih tinggi dan lebih rendah. Tuntutan Tuhan untuk manusia adalah menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat dan taat kepada pengaturan Tuhan. Hanya inilah pengejaran yang tepat. Jika manusia tak bisa menaati Tuhan, tak bisa memenuhi kewajibannya, hanya mengejar jabatan dan mendapatkan status, ini sangat disayangkan. Aku juga mengerti, melihat dan mendengar saudara-saudari di sekitarku dipromosikan adalah ujian Tuhan untukku. Tuhan mengawasi sikapku. Dengan berdoa dan membaca firman Tuhan, aku bisa menerima semua ini dengan benar, aku tak lagi bersikap negatif, dan bisa menjalankan tugas dengan baik. Setelah melalui semua ini, aku menyadari niat baik Tuhan. Jika aku, dengan kecintaaanku akan status, benar-benar menjadi pemimpin, tanpa sadar aku akan menempuh jalan antikristus, dan hanya menghancurkan diri sendiri. Sekarang, aku bisa taat dan rendah hati dalam tugasku. Ini efek dari penghakiman firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...