Ketika Semua Orang Dipromosikan Kecuali Aku

28 Juni 2022

Oleh Saudari Martha, Italia

Pada Januari 2021, proyek yang menjadi tanggung jawabku akan segera selesai. Saudara-saudariku berangsur-angsur dipindahkan ke tugas-tugas lain, hingga hanya aku dan beberapa rekan yang tersisa untuk menyelesaikan semuanya. Pada saat itu, kupikir meskipun pekerjaan yang harus dilakukan tidaklah banyak, aku harus menyelesaikannya dengan sungguh-sungguh. Yang mengejutkan, suatu hari, aku mengetahui bahwa salah satu rekanku telah dipromosikan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan penginjilan. Ini membuatku gelisah, dan hatiku kecut karenanya. "Mengapa aku belum dipromosikan? Tidak bisakah aku juga menjadi pengawas?" Namun kemudian aku berpikir, "Mungkin para pemimpin berpikir bahwa dia adalah pekerja yang lebih cakap, dan itulah sebabnya dia dipromosikan lebih dahulu. Lagi pula, pekerjaanku di sini belum selesai; begitu pekerjaan ini selesai, tugas-tugas baru kemungkinan besar akan diatur untuk kami." Namun tak lama kemudian, beberapa rekan lainnya juga berangsur-angsur dipromosikan menjadi pengawas, dan bahkan ada yang terpilih menjadi pemimpin. Mendengar berita ini membuatku makin tidak nyaman. "Mereka semua sudah menjadi pemimpin, pekerja, atau pengawas, tetapi aku belum bergerak sama sekali. Bahkan aku harus mengambil alih semua yang mereka kerjakan, dan sepertinya aku akan bertanggung jawab atas semua itu sampai akhir. Kami semua telah melakukan pekerjaan yang sama, lalu mengapa mereka semua dipromosikan kecuali aku? Apakah aku benar-benar seburuk itu? Sekarang, akulah yang terburuk di antara mereka semua. Apakah para pemimpin menganggapku tidak layak untuk dibina? Apa mereka memiliki prasangka terhadapku? Aku benar-benar tidak ingin mengambil alih pekerjaan mereka; makin banyak yang kukerjakan, makin sedikit pekerjaan lain yang dapat kulakukan. Pada saat aku menyelesaikan pekerjaan ini, rekan-rekanku akan sudah terbiasa dengan pekerjaan mereka dan menguasai beberapa prinsip. Jika aku kemudian dikirim untuk memberitakan Injil atau menyirami orang baru, dan mantan rekanku menjadi pengawasku, kesenjangan yang sangat besar itu akan sangat memalukan!" Makin aku memikirkannya, makin aku merasa sedih. Ketika saudara-saudariku memintaku untuk mengambil alih tugas mereka, aku sangat menentang. Aku memendam amarah di dalam diriku dan tidak ingin melakukannya. Selama lebih dari dua hari, aku tidak mencoba mempelajari cara melakukan tugas-tugas yang mereka limpahkan kepadaku. Aku juga tidak terlalu memedulikan pekerjaanku sendiri; aku menunda-nunda untuk menindaklanjuti pekerjaan, dan aku tidak memikirkan masalah manakah yang perlu dipecahkan atau bagaimana melakukan sesuatu dengan baik. Oleh karena itu, pekerjaan berjalan sangat lambat. Meskipun aku tahu bahwa aku harus tunduk pada pengaturan gereja, aku merasa lesu, muram, dan putus asa. Aku selalu tidak bersemangat untuk melaksanakan tugasku. Aku menyadari bahwa keadaanku salah, jadi aku datang ke hadirat Tuhan untuk berdoa, meminta pencerahan dan penerangan-Nya, agar aku mampu mengenal diriku sendiri.

Setelah berdoa, aku membaca suatu bagian firman Tuhan yang memberiku pengetahuan tentang keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Sekarang ini, engkau semua melaksanakan tugasmu penuh waktu. Engkau tidak dikekang atau diikat oleh keluarga, pernikahan, atau kekayaan. Engkau telah keluar dari hal-hal tersebut. Namun, gagasan, imajinasi, pengetahuan, dan niat pribadi serta keinginan yang memenuhi pikiranmu masih sepenuhnya sama. Jadi, dalam apa pun yang berkaitan dengan reputasi, status, atau kesempatan untuk menonjol—ketika engkau mendengar bahwa rumah Tuhan berencana untuk membina berbagai macam orang berbakat, misalnya—hati setiap orang pun melompat dalam pengharapan, masing-masing darimu selalu ingin dirimu sendiri dikenal dan menjadi pusat perhatian. Engkau semua ingin berjuang untuk mengejar status dan reputasi. Engkau merasa malu akan hal ini, tetapi engkau juga selalu merasa tidak enak jika tidak melakukannya. Engkau merasa iri, benci, dan mengeluh setiap kali melihat seseorang menonjol, dan menganggap hal ini tidak adil, 'Mengapa aku tidak bisa menjadi yang paling menonjol? Mengapa selalu orang lain yang menjadi pusat perhatian? Mengapa aku tak pernah mendapat giliran?' Dan setelah engkau merasakan kebencian itu, engkau berusaha menekannya, tetapi engkau tak mampu. Engkau berdoa kepada Tuhan dan merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi ketika engkau kembali menghadapi masalah semacam ini, engkau tetap tidak mampu mengatasinya. Bukankah ini adalah perwujudan tingkat pertumbuhan yang tidak dewasa? Ketika orang-orang terjerumus ke dalam keadaan seperti itu, bukankah mereka telah jatuh ke dalam perangkap Iblis? Ini adalah belenggu natur rusak Iblis yang mengikat manusia. ... makin engkau berjuang, hatimu akan menjadi makin gelap, dan engkau akan merasa makin iri dan benci, dan keinginanmu untuk mendapatkan hal-hal ini akan bertumbuh makin kuat. Makin kuat keinginanmu untuk mendapatkannya, makin engkau tidak akan mampu mendapatkannya, dan ketika ini terjadi, kebencianmu akan bertambah. Ketika kebencianmu bertambah, hatimu akan menjadi makin gelap. Makin gelap hatimu, makin buruk engkau akan melaksanakan tugasmu, dan makin buruk engkau melaksanakan tugasmu, makin tidak berguna dirimu bagi rumah Tuhan. Ini adalah lingkaran setan yang saling terkait. Jika engkau tidak pernah melaksanakan tugasmu dengan baik, lambat laun engkau akan disingkirkan" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku. Aku merasa sangat menentang dan enggan pada hari-hari itu karena keinginanku akan status belum terpuaskan. Ketika aku melihat rekanku dipromosikan, hatiku bergejolak. Aku berharap bisa turut dipromosikan, sehingga aku bisa mendapatkan status dan sangat dihormati oleh masyarakat. Ketika aku tahu bahwa para pemimpinku tidak bermaksud untuk mempromosikanku, dan membuatku mengambil alih pekerjaan rekanku, aku merasa iri, dan aku curiga para pemimpin berprasangka buruk terhadapku, atau bahkan meremehkanku. Ketika aku memikirkan betapa aku adalah yang terburuk di mata para pemimpinku, dan bahwa beberapa rekanku telah dipromosikan menjadi pemimpin atau pengawas sementara aku tidak mempunyai jabatan sama sekali, aku merasa sangat sedih dan bersikap menentang. Aku bahkan melampiaskan amarahku pada tugasku. Aku sama sekali tidak memedulikan tugas yang telah diberikan kepadaku dan tidak melakukan pekerjaanku sendiri dengan sepenuh hati. Tuhan sungguh jijik melihatku hidup dalam keadaan yang memberontak seperti ini! Aku teringat bagaimana sebelumnya, aku telah bersumpah untuk melaksanakan tugasku dengan baik; sekarang, begitu aku melihat orang lain dipromosikan, dan keinginanku untuk mendapatkan status tidak terpuaskan, aku menjadi negatif dan kehilangan minat pada tugasku. Keinginanku akan status terlalu kuat! Aku harus segera mencari kebenaran untuk mengatasi keadaanku.

Setelah itu, aku membaca beberapa firman Tuhan tentang bagaimana memandang promosi dan pembinaan, dan itu membuatku mampu mengubah keadaanku. Firman Tuhan katakan: "Jika engkau menganggap dirimu layak menjadi pemimpin, memiliki bakat, kualitas, dan kemanusiaan untuk kepemimpinan, tetapi rumah Tuhan belum mempromosikanmu dan saudara-saudari tidak memilihmu, bagaimana seharusnya engkau memperlakukan masalah ini? Di sini ada jalan penerapan yang bisa kauikuti. Engkau harus sepenuhnya mengenal dirimu sendiri. Periksalah untuk mengetahui apakah yang terpenting adalah bahwa engkau memiliki masalah dengan kemanusiaanmu, atau bahwa perwujudan dari beberapa aspek watak rusakmu membuat orang merasa jijik; atau apakah engkau tidak memiliki kenyataan kebenaran dan tidak meyakinkan bagi orang lain, atau bahwa pelaksanaan tugasmu tidak memenuhi standar. Engkau harus merenungkan semua hal ini dan mengetahui di mana sebenarnya engkau gagal memenuhi standar. Setelah engkau merenung sejenak dan menemukan di mana letak masalahmu, engkau harus segera mencari kebenaran untuk menyelesaikannya, dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran, serta berusaha untuk mencapai perubahan dan bertumbuh, sehingga ketika orang-orang di sekitarmu melihatnya, mereka akan berkata, 'Akhir-akhir ini, dia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia bekerja dengan baik dan menjalankan profesinya dengan serius, dan dia sangat berfokus pada prinsip-prinsip kebenaran. Dia tidak melakukan segala sesuatu dengan tergesa-gesa atau bersikap asal-asalan, dan dia makin teliti dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Dahulu dia sesekali suka bercakap besar, dan selalu menyombongkan diri, tetapi sekarang dia jauh lebih rendah hati dan tidak lagi sombong. Sekalipun dia mampu melakukan beberapa hal, dia tidak membual tentang hal itu, dan ketika dia menyelesaikan sesuatu, dia berulang kali merenungkannya karena takut melakukan sesuatu yang salah. Dia bertindak dengan jauh lebih berhati-hati dari sebelumnya, serta memiliki hati yang takut akan Tuhan; dan yang terpenting, dia mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan beberapa masalah. Dia benar-benar sudah bertumbuh.' Orang-orang di sekitarmu yang telah berinteraksi denganmu selama beberapa waktu mendapati bahwa engkau telah mengalami perubahan dan pertumbuhan yang nyata; dalam kehidupan manusia, perilaku dan caramu menangani segala sesuatu, serta dalam sikapmu terhadap pekerjaanmu, dan dalam perlakuanmu terhadap prinsip-prinsip kebenaran, engkau mengerahkan lebih banyak upaya daripada sebelumnya, dan teliti dalam ucapan dan tindakanmu. Saudara-saudari melihat semua ini dan menanggapinya dengan serius. Dengan demikian, mungkin engkau akan dapat mencalonkan diri dalam pemilihan berikutnya, dan engkau akan memiliki harapan untuk dipilih sebagai pemimpin. Jika engkau benar-benar mampu melaksanakan beberapa tugas penting, engkau akan mendapatkan berkat Tuhan. Jika engkau benar-benar terbeban dan memiliki rasa tanggung jawab seperti itu, dan ingin memikul beban, maka segeralah melatih dirimu. Berfokuslah menerapkan kebenaran dan mulailah bertindak dengan prinsip. Setelah engkau memiliki pengalaman hidup dan dapat menulis artikel-artikel kesaksian, engkau pasti telah benar-benar bertumbuh. Dan jika engkau mampu memberi kesaksian tentang Tuhan, maka engkau pasti dapat memperoleh pekerjaan Roh Kudus. Jika Roh Kudus sedang bekerja dalam dirimu, itu berarti bahwa Tuhan akan berkenan saat memandangmu, dan dengan Roh Kudus membimbingmu, kesempatanmu akan segera datang. Engkau mungkin terbeban sekarang, tetapi tingkat pertumbuhanmu tidak memadai dan pengalaman hidupmu terlalu dangkal, jadi meskipun engkau menjadi pemimpin, engkau akan cenderung jatuh. Engkau harus mengejar jalan masuk kehidupan, menyelesaikan keinginanmu yang berlebihan terlebih dahulu, rela menjadi pengikut, dan mulai tunduk kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh, tanpa keluhan terhadap apa pun yang Dia atur atau tata. Ketika engkau memiliki tingkat pertumbuhan ini, kesempatanmu akan datang. Bahwa engkau ingin memikul beban yang berat, bahwa engkau memiliki beban ini, adalah hal yang baik. Ini memperlihatkan bahwa engkau memiliki hati yang proaktif yang berusaha membuat kemajuan dan bahwa engkau ingin memikirkan maksud Tuhan dan mengikuti kehendak-Nya. Ini bukanlah ambisi, melainkan beban sejati; ini adalah tanggung jawab mereka yang mengejar kebenaran dan objek pengejaran mereka. Engkau tidak memiliki motif yang egois dan tidak memikirkan kepentinganmu sendiri, tetapi bersaksi tentang Tuhan dan memuaskan Dia, inilah yang paling diberkati oleh Tuhan, dan Dia akan membuat pengaturan yang sesuai untukmu. ... Maksud Tuhan adalah mendapatkan lebih banyak orang yang mampu memberi kesaksian tentang Dia; kehendak-Nya adalah menyempurnakan semua orang yang mengasihi-Nya, dan membentuk sekelompok orang yang sehati sepikir dengan-Nya sesegera mungkin. Oleh karena itu, di rumah Tuhan, semua orang yang mengejar kebenaran memiliki prospek yang besar, dan prospek orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh tidak terbatas. Semua orang harus memahami maksud Tuhan. Memiliki beban ini memang merupakan hal yang positif, dan ini adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh orang yang memiliki hati nurani dan nalar, tetapi tentu saja tidak semua orang akan mampu menanggung beban yang berat. Dari manakah perbedaan ini berasal? Apa pun kelebihan atau kemampuanmu, dan seberapa tinggi kecerdasanmu, yang terpenting adalah pengejaranmu dan jalan yang kautempuh" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (6)"). Dari firman Tuhan, aku menyadari bahwa apakah kita dipromosikan dan dibina atau tidak, itu tergantung pada pengejaran dan jalan kita. Jika kita mengejar kebenaran dan memikul beban dengan sungguh-sungguh, serta memiliki kualitas dan bakat tertentu, gereja akan memberi kita kesempatan untuk dipromosikan dan dibina, serta mengizinkan kita untuk mengawasi beberapa pekerjaan. Namun, jika kita tidak mengejar kebenaran, dan malah selalu mengejar ketenaran dan status, mengambil jalan yang salah, meskipun kita menjadi seorang pemimpin, kita tidak akan bertahan lama. Aku menerapkan firman Tuhan pada diriku sendiri dan merasa malu. Aku menyadari bahwa aku telah bersikap sangat tidak masuk akal dan aku sama sekali tidak mengenal diriku sendiri. Kupikir aku sangat cakap dan baik, dan jika saudari-saudari yang bekerja sama denganku dipromosikan, artinya aku juga pantas untuk dipromosikan. Aku tidak merenungkan diriku sendiri dan tidak memahami apakah aku benar-benar seseorang yang mengejar kebenaran, apakah kemanusiaanku memenuhi syarat, dan apakah aku benar-benar sanggup memikul beban pekerjaan. Sebaliknya, aku membandingkan diriku dengan orang lain begitu saja dan mengejar promosi. Aku selalu ingin membuktikan bahwa aku sama baiknya dengan orang lain, dan aku ingin mendapatkan status yang tinggi untuk dipamerkan di depan lebih banyak orang dan membuat orang lain memandangku. Aku selalu melaksanakan tugasku dengan ambisi dan keinginanku sendiri, jadi meskipun aku menjadi pemimpin maupun pekerja, aku akan terus bekerja demi ketenaran dan status, dan akan mustahil bagiku untuk melakukan tugasku dengan baik. Dengan tidak menjadi seorang pemimpin, aku terlindungi. Aku berpikir bagaimana seseorang dengan nalar sejati akan mampu tunduk, merenung, dan mengenal dirinya sendiri, serta senang melaksanakan tugasnya dengan baik dalam situasi ini. Mereka juga akan merenungkan kekurangan dan ketidakcakapan mereka, mencari kebenaran untuk mengatasi masalah mereka, dan berusaha untuk membuat kemajuan dan perubahan. Dengan merenungkan diriku berdasarkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa sebenarnya aku memiliki kualitas rata-rata dan aku bukanlah orang yang mengejar kebenaran. Aku merasa sudah puas dengan menyelesaikan tugas harianku dan tidak fokus untuk memahami serta mengatasi watakku yang rusak. Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku masih sangat kompetitif. Mengenai reputasi dan statusku, aku selalu cemas tentang memperoleh atau kehilangan hal-hal tersebut; ketika tidak mendapatkan status, aku bahkan melampiaskan kemarahanku pada tugasku dan mengabaikan pekerjaan. Mana mungkin aku memiliki kenyataan kebenaran? Meskipun demikian, aku tetap ingin dipromosikan. Aku benar-benar tidak memiliki sedikit pun sikap tahu diri! Aku tahu bahwa aku tidak boleh lagi mengejar reputasi dan status secara membabi buta. Aku harus tunduk dan melaksanakan tugasku saat ini dengan cara yang rendah hati. Itulah kemanusiaan dan nalar yang seharusnya kumiliki. Ketika aku menyadari hal ini, aku tidak lagi merasa terganggu dan terkekang oleh situasi ini, dan pekerjaan yang sedang kutangani mulai mengalami kemajuan normal. Aku juga mulai berpikir tentang cara menyelesaikan pekerjaan dengan lebih terperinci dan lebih menyeluruh, agar aku dapat mengakhirinya tanpa penyesalan. Dengan menerapkan seperti ini, aku merasa sangat aman.

Beberapa waktu kemudian, gereja mengatur agar aku mengawasi pekerjaan penyiramannya. Ketika aku mendengar pengaturan ini, perasaanku campur aduk. Aku merasa terhina dan malu; aku telah salah paham dan menduga-duga tentang para pemimpinku bahwa mereka memiliki prasangka buruk terhadapku dan sengaja tidak mempromosikan atau membinaku. Itu semua karena keinginanku yang kuat untuk memperoleh status. Pada hari-hari berikutnya, ketika menjumpai hal-hal yang tidak kupahami, aku mencari jawaban bersama rekan-rekanku, dan aku menghabiskan hampir seluruh waktuku untuk pekerjaan penyiraman. Namun setelah beberapa waktu, pekerjaan itu tidak terlalu efektif. Baru saat itulah aku menyadari bahwa aku mempunyai banyak kekurangan. Aku juga menyadari bahwa meski memiliki status, mustahil untuk bekerja dengan baik jika aku tidak memiliki kebenaran. Jadi, aku merasa makin malu akan ambisiku yang tinggi untuk menjadi seorang pemimpin. Selama waktu itu, aku tidak lagi memikirkan cara untuk membuat orang lain mengagumiku; aku hanya memikirkan cara untuk melakukan pekerjaan penyiraman dengan baik. Aku bersikap dengan lebih rendah hati dalam melaksanakan tugasku. Jadi aku yakin bahwa aku sudah sedikit berubah, dan aku mampu melaksanakan tugasku dengan mudah dan melanjutkan pekerjaanku dengan benar. Namun ketika aku menghadapi situasi yang lain, keinginanku akan status kembali terungkap.

Pada Juni 2021, gereja mengatur agar aku mengambil proyek lain dengan beban kerja yang lebih tinggi dan tenggat waktu yang ketat. Meskipun kami menghadapi banyak kesulitan, melalui upaya bersama, setelah beberapa bulan, pekerjaan kami mulai menjadi lebih efektif, dan pada akhirnya kami menyelesaikan pekerjaan dua kali lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Aku sangat bangga, dan aku merasa berperan dalam mencapai hasil ini; jika para pemimpin ingin mempromosikan seseorang, mereka mungkin akan memikirkanku. Dalam beberapa hari berikutnya, aku berkali-kali mendengar bahwa para pemimpin berdiskusi untuk mempromosikan dan membina orang, dan dari waktu ke waktu, aku mendengar nama saudara-saudari yang kukenal. Pikiranku mulai bergolak lagi, "Aku pernah menjadi pemimpin dan pekerja sebelumnya, dan akhir-akhir ini, aku melaksanakan tugasku dengan efektif, jadi mengapa para pemimpin belum mempertimbangkan untuk mempromosikanku? Apakah para pemimpin telah memahami diriku yang sebenarnya dan memutuskan bahwa aku bukanlah orang yang mengejar kebenaran? Apakah mereka mengira bahwa aku adalah orang yang hanya bisa menangani hal-hal eksternal? Jika mereka berpikir demikian, akankah aku memiliki kesempatan untuk dipromosikan dan dibina?" Memikirkan hal ini membuat masa depan terasa suram. Aku merasa bahwa sekeras apa pun aku berusaha, semuanya akan selalu seperti ini; aku tidak akan pernah punya harapan untuk dipromosikan. Aku bahkan jadi berprasangka buruk terhadap para pemimpin. Terkadang, saat itu, ketika para pemimpin berbicara kepadaku, aku mengabaikan mereka. Aku hanya bicara seperlunya, dan aku bahkan tidak suka melihat saudari-saudariku ada di sekitarku. Aku selalu terlihat cemberut, aku tidak mau banyak bicara, dan aku ingin menghabiskan seluruh waktuku sendirian. Tanpa sadar, aku tidak lagi memikul beban dalam tugasku. Aku merasa bahwa tidak peduli seberapa baik aku melakukannya, para pemimpin tidak dapat melihat upaya dan pengorbananku, jadi mengapa aku harus bekerja begitu keras? Aku hanya bekerja ala kadarnya.

Suatu hari, aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Kecintaan antikristus akan reputasi dan status mereka sendiri melampaui apa yang dirasakan oleh manusia normal, dan merupakan sesuatu yang ada dalam esensi watak mereka; itu bukanlah kesukaan pribadi yang sifatnya sementara ataupun efek sementara dari lingkungan mereka—itu adalah sesuatu yang ada dalam hidup mereka, dalam naluri mereka, dan dengan demikian, itulah esensi mereka. Dengan kata lain, dalam segala sesuatu yang antikristus lakukan, pertimbangan pertama mereka adalah reputasi dan status mereka sendiri, tidak ada yang lain. Bagi antikristus, reputasi dan status adalah hidup dan tujuan seumur hidup mereka. ... Dapat dikatakan bahwa di dalam hati para antikristus, mereka percaya bahwa mengejar kebenaran dalam iman mereka kepada Tuhan adalah mengejar reputasi dan status; pengejaran akan reputasi dan status juga adalah pengejaran akan kebenaran, dan mendapatkan reputasi dan status berarti mendapatkan kebenaran dan hidup. Jika mereka merasa bahwa mereka tidak memiliki reputasi, ketenaran, atau status, bahwa tak seorang pun mengagumi mereka, atau menghargai mereka, atau mengikuti mereka, maka mereka merasa sangat kecewa, mereka yakin tidak ada gunanya percaya kepada Tuhan, itu tidak bernilai, dan mereka berkata dalam hati, 'Apakah iman kepada tuhan seperti itu adalah sebuah kegagalan? Apakah artinya tidak ada harapan?' Mereka sering kali memikirkan hal-hal semacam itu di dalam hatinya, mereka memikirkan bagaimana mereka dapat memiliki kedudukan di rumah Tuhan, bagaimana mereka dapat memiliki reputasi yang tinggi di gereja sehingga orang-orang mendengarkan ketika mereka berbicara, dan mendukung mereka ketika mereka bertindak, dan mengikuti mereka ke mana pun mereka pergi; agar mereka memiliki hak bicara di gereja, dan memiliki ketenaran, keuntungan, dan status—mereka sangat berfokus pada hal-hal semacam itu di dalam hati mereka. Semua ini adalah hal-hal yang dikejar oleh orang-orang semacam itu. Mengapa mereka selalu memikirkan hal-hal semacam itu? Setelah membaca firman Tuhan, setelah mendengarkan khotbah, apakah mereka benar-benar tidak memahami semua ini, apakah mereka benar-benar tidak mampu mengenali semua ini? Apakah firman Tuhan dan kebenaran benar-benar tidak mampu mengubah gagasan, ide, dan pendapat mereka? Sama sekali tidak. Masalahnya terletak pada diri mereka, itu sepenuhnya karena mereka tidak mencintai kebenaran, karena di dalam hatinya, mereka muak akan kebenaran, dan akibatnya, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran—di mana hal ini ditentukan oleh esensi natur mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Dari firman Tuhan, aku melihat bahwa antikristus sangat menghargai ketenaran dan status, serta menganggapnya lebih penting dari apa pun. Ketika mereka tidak memperoleh status, mereka menganggap kepercayaan kepada Tuhan itu menjemukan. Mereka tidak memiliki ketulusan dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan ataupun dalam tugas mereka, apalagi melakukan hal-hal itu untuk memahami kebenaran. Sebaliknya, mereka melakukannya untuk mendapatkan ketenaran dan status, serta membuat lebih banyak orang mengagumi dan menghormati mereka. Watak antikristus sangatlah jahat. Aku memikirkan diriku sendiri; aku selalu berusaha untuk dipromosikan dan dibina, dan ketika ambisi dan keinginanku tidak terpuaskan, aku menjadi negatif dan tidak bersemangat. Pengejaranku akan ketenaran dan status sudah di luar kendaliku; aku telah mengungkapkan watak yang sama seperti antikristus. Aku memikirkan bagaimana, semasa sekolah, aku menganggap racun Iblis seperti "Manusia bergelut ke atas; air mengalir ke bawah" dan "Prajurit yang tidak ingin menjadi jenderal bukanlah prajurit yang baik" sebagai hukum bertahan hidup, jadi aku berusaha mendapatkan nilai terbaik. Jika aku tidak mendapat juara pertama, setidaknya aku harus menjadi siswa kehormatan serta dipuji dan dihormati oleh teman-teman sekelas dan guruku. Setelah percaya kepada Tuhan, aku mengejar status sebagai tujuanku, berpikir bahwa jika aku mempunyai status yang tinggi, aku bisa mendapat tempat di gereja, aku bisa membuat kehadiranku diketahui, aku bisa membuat lebih banyak orang menghormatiku, dan aku bisa membuat suaraku didengar. Jadi ketika pekerjaan gereja segera membutuhkan orang dan para pemimpin tidak mempromosikanku, aku menjadi negatif dan sangat sedih, tidak punya motivasi untuk melaksanakan tugasku, dan bahkan merasa tidak memiliki arah atau tujuan yang harus dicapai dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Baru pada saat itulah aku menyadari dengan jelas bahwa mengejar ketenaran dan status telah menjadi naturku. Tidak peduli di kelompok mana pun aku berada, aku selalu ingin dipuji serta dikagumi oleh orang lain, dan aku benci tertinggal. Ketika para pemimpin menghargaiku dan mempromosikanku untuk melakukan pekerjaan penting, aku merasa sangat puas dan bersemangat dalam tugasku; ketika tidak dihargai dan dipromosikan oleh mereka, aku menjadi negatif dan menentang, aku bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugas-tugasku, hidup tanpa tujuan, dan bahkan ingin merelakan segalanya. Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku berada dalam bahaya serius jika terus seperti ini!

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan, "Tuhan menyukai orang-orang yang mengejar kebenaran, dan orang-orang yang paling Dia benci adalah mereka yang mengejar ketenaran, keuntungan, dan status. Ada orang-orang yang sangat menghargai status dan reputasi, sangat terikat dan tidak sanggup untuk melepaskan semua itu. Mereka selalu merasa bahwa tanpa status dan reputasi, tidak ada sukacita atau harapan dalam hidup ini, bahwa hanya ada harapan dalam hidup ini jika mereka hidup demi status dan reputasi, dan meski mereka memiliki sedikit saja ketenaran, mereka akan terus berjuang, tidak akan pernah menyerah. Jika inilah pemikiran dan pandanganmu, jika hatimu dipenuhi dengan hal-hal semacam itu, maka engkau tidak mampu mencintai dan mengejar kebenaran, engkau tidak memiliki arah dan tujuan yang benar dalam imanmu kepada Tuhan, dan engkau tak mampu mengejar pengenalan akan dirimu sendiri, menyingkirkan kerusakan dan hidup dalam keserupaan dengan manusia; engkau mengabaikan masalah saat melaksanakan tugasmu, engkau tidak memiliki rasa tanggung jawab dan hanya puas dengan tidak melakukan kejahatan, tidak menyebabkan gangguan, tidak dikeluarkan. Dapatkah orang-orang semacam itu melaksanakan tugas mereka sesuai standar yang dapat diterima? Dan dapatkah mereka diselamatkan oleh Tuhan? Tidak mungkin. Ketika engkau bertindak demi reputasi dan status, engkau bahkan berpikir, 'Asalkan yang kulakukan bukan perbuatan jahat dan bukan merupakan gangguan, maka sekalipun motifku salah, tak seorang pun bisa melihatnya atau menghukumku.' Engkau tidak tahu bahwa Tuhan memeriksa semuanya. Jika engkau tidak menerima atau menerapkan kebenaran, engkau juga dibenci dan ditolak oleh Tuhan, maka tamatlah riwayatmu. Semua orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan merasa dirinya cerdas; sebenarnya, mereka bahkan tidak tahu kapan mereka telah menyinggung Dia. Ada orang-orang yang tidak mengerti hal-hal ini dengan jelas; menurut mereka, 'Aku hanya mengejar reputasi dan status agar dapat berbuat lebih banyak, untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab. Itu bukan merupakan gangguan atau kekacauan terhadap pekerjaan gereja, dan itu tentu saja tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan. Ini bukanlah masalah besar. Aku hanya mencintai status dan melindungi statusku, tetapi itu bukan perbuatan jahat.' Di luarnya, pengejaran semacam itu mungkin tampak bukan perbuatan jahat, tetapi itu akan membawa ke mana pada akhirnya? Akankah orang-orang semacam itu memperoleh kebenaran? Akankah mereka memperoleh keselamatan? Sama sekali tidak. Oleh karena itu, mengejar reputasi dan status bukanlah jalan yang benar—itu sama sekali bertentangan dengan mengejar kebenaran. Singkatnya, apa pun arah atau target pengejaranmu, jika engkau tidak merenungkan pengejaranmu akan status dan reputasi, dan jika engkau merasa sangat sulit untuk mengesampingkan hal-hal ini, maka itu akan memengaruhi jalan masuk kehidupanmu. Selama status memiliki tempat di hatimu, itu akan sepenuhnya mengendalikan dan memengaruhi arah hidupmu dan tujuan yang kaukejar, dan jika inilah yang terjadi, akan sangat sulit bagimu untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, apalagi mencapai perubahan dalam watakmu; tentang apakah engkau pada akhirnya dapat memperoleh perkenanan Tuhan atau tidak, tentu saja tidak. Selain itu, jika engkau tidak pernah mampu mengesampingkan pengejaranmu akan status, ini akan mempengaruhi kemampuanmu untuk melaksanakan tugasmu dengan cara yang memenuhi standar, yang akan membuatmu sangat sulit untuk menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mengapa Kukatakan hal ini? Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup sehingga pada akhirnya mereka menjadik makhluk ciptaan yang memenuhi standar, makhluk ciptaan kecil dan tidak begitu berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran akan status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak diperkenan oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, dan engkau akan menemui jalan buntu" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Setelah membaca firman Tuhan, aku ketakutan, dan merasa bahwa ini adalah peringatan Tuhan kepadaku. Jika aku masih menghargai status, dan berpikir bahwa tidak akan ada kesenangan atau harapan dalam hidup tanpa ada status dan peranan penting, pengejaran seperti ini berarti memperebutkan status dan menentang Tuhan, bukan berperilaku dan melaksanakan tugasku dari posisi sebagai makhluk ciptaan. Jika tetap tidak bertobat seperti ini, aku akan dikirim ke neraka dan dihukum! Sambil merasa takut dan gemetar, aku membaca bagian firman Tuhan ini beberapa kali berturut-turut, dan dari hatiku, aku merasa bahwa watak benar Tuhan tidak boleh dilanggar. Dahulu aku berpikir bahwa manusia mempunyai watak yang rusak, jadi mengejar ketenaran dan status itu sangatlah wajar; siapa yang tidak ingin meningkatkan kedudukannya? Jadi, ketika aku memperlihatkan kerusakan di bidang ini, aku tidak menganggapnya serius; meskipun terkadang aku merasa negatif, aku merasa lebih baik dalam beberapa hari. Itu tidak akan terlalu menunda pekerjaanku, dan aku tidak melakukan apa pun yang melanggar batas, jadi menurutku itu bukanlah masalah besar. Baru sekarang ini, setelah merenungkan firman Tuhan, aku memahami suatu hal. Mengejar ketenaran dan status adalah watak Iblis, ini berarti bertentangan dengan Tuhan, dan merupakan jalan menentang-Nya. Ini adalah jalan buntu! Aku teringat akan penghulu malaikat, yang statusnya sudah cukup tinggi pada awalnya, tetapi masih belum puas. Dia ingin setara dengan Tuhan, dan pada akhirnya, Tuhan melemparkannya ke udara. Bukankah aku juga bertindak seperti ini? Aku sudah bertanggung jawab atas beberapa pekerjaan di gereja, dan aku masih belum puas. Aku tidak berjuang mencapai hasil terbaik dalam tugasku. Sebaliknya, aku berjuang dengan sepenuh hati untuk mencapai status yang lebih tinggi, melaksanakan pekerjaan yang lebih besar untuk pamer dan agar orang-orang menghormatiku. Jika keinginan itu tidak terpuaskan, aku menjadi negatif, lambat dalam pekerjaanku, dan mulai bersikap asal-asalan. Kadang-kadang aku bahkan ingin mundur sepenuhnya. Aku tidak peduli sama sekali jika pekerjaan gereja mengalami kerugian. Ambisi dan keinginanku benar-benar sangat kuat; di manakah hatiku yang takut akan Tuhan? Apakah aku memiliki ketundukan kepada Tuhan yang bisa dibicarakan? Selalu mengejar ketenaran dan status, mengabaikan tugas-tugasku, tidak hanya menunda jalan masuk kehidupanku, tetapi juga merugikan pekerjaan gereja. Aku menempuh jalan menentang Tuhan, jadi bagaimana mungkin Tuhan tidak membenciku? Setelah memikirkan hal ini, aku merasa takut dan menyesal. Aku segera berdoa kepada Tuhan untuk bertobat, tidak lagi ingin mengejar ketenaran dan status.

Setelah itu, dalam firman Tuhan, aku menemukan cara untuk melepaskan diri dari ketenaran dan status. Firman Tuhan katakan: "Sebagai salah satu manusia yang diciptakan, manusia wajib menjaga posisinya masing-masing, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, manusia super, atau orang agung, dan jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Jilid 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Firman Tuhan dengan jelas mengatakan bahwa Tuhan membenci orang yang mengejar status, berusaha menjadi orang yang hebat atau manusia super. Pengejaran yang sebenarnya yang harus dilakukan manusia adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati. Setelah membaca firman Tuhan, aku tahu apa yang harus kukejar: Aku adalah makhluk ciptaan, dan Tuhan paling tahu tugas apa yang bisa kulaksanakan dan pekerjaan apa yang bisa kulakukan. Apa pun posisiku, Tuhan ingin melihatku bisa mengejar kebenaran dengan tepat dan melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan dengan cara yang rendah hati. Aku harus melepaskan ambisi dan keinginanku, dan apa pun tugas yang kulaksanakan, aku harus tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, dengan sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawabku sendiri, dan melalui hal ini, aku dapat melaksanakan tugasku dengan efektif. Inilah yang harus kulakukan sebagai makhluk ciptaan. Setelah itu, aku tidak lagi mempertimbangkan apakah aku akan dipromosikan atau tidak. Sebaliknya, aku secara sadar merenungkan cara untuk menjadi lebih efisien agar dapat mencapai hasil terbaik dalam tugas-tugasku, dan aku berdoa kepada Tuhan serta berupaya bersama saudara-saudariku untuk menyelesaikan masalah ketika timbul kesulitan. Setelah beberapa waktu, aku bekerja dengan saudara-saudariku untuk mengatasi beberapa kesulitan, dan efisiensi pekerjaan kami juga meningkat.

Pada hari-hari berikutnya, aku masih mendengar dari waktu ke waktu bahwa rekan-rekanku yang sebelumnya telah dipromosikan menjadi pengawas. Meskipun aku masih sedikit kecewa, karena aku merasa bahwa orang lain bisa membuat kehadirannya diketahui setelah dipromosikan sementara aku masih terjebak di tempat yang sama, aku segera menyadari bahwa lagi-lagi ini karena keinginanku untuk mendapatkan status di tempat kerja. Jadi, aku segera berdoa kepada Tuhan dan memberontak terhadap diriku sendiri. Aku memikirkan firman Tuhan, "Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup sehingga pada akhirnya mereka menjadik makhluk ciptaan yang memenuhi standar, makhluk ciptaan kecil dan tidak begitu berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Setelah merenungkan firman Tuhan, tujuan-tujuanku menjadi jelas di dalam hatiku. Aku menyadari bahwa status tidak ditetapkan sejak awal bagi manusia oleh Tuhan. Apa pun tugas kita, kita sedang memenuhi tanggung jawab kita. Kita juga menggunakan kekuatan dan fungsi kita sendiri pada posisi yang tepat. Pada akhirnya, tidak ada kedudukan yang lebih tinggi atau lebih rendah, dan menjadi pemimpin atau pengawas bukan berarti bahwa seseorang mempunyai status atau lebih baik dari yang lain. Tuhan meminta agar kita menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi syarat, dan tunduk pada penataan serta pengaturan-Nya. Hanya inilah yang merupakan pengejaran yang semestinya. Jika aku tidak dapat tunduk kepada Tuhan, jika aku tidak dapat melaksanakan tugasku, dan hanya berusaha menaiki tangga dan meraih status, ini memalukan, dan aku akan dibenci serta dikutuk oleh Tuhan. Dengan berdoa dan membaca firman Tuhan, aku tidak lagi bersikap negatif, dan aku mampu menangani masalah ini dengan benar dan melaksanakan tugasku dengan baik.

Setelah melalui semua hal ini, aku menyadari maksud baik Tuhan. Dengan tidak mempromosikanku, Dia sedang melindungiku. Jika aku, dengan kecintaanku pada status, benar-benar menjadi pemimpin atau pekerja, tanpa sadar aku akan menempuh jalan antikristus, dan pada akhirnya aku hanya akan hancur. Sekarang, aku mampu tunduk dan menjalankan tugasku dengan rendah hati. Inilah akibat dari firman Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pekerjaan Tuhan Begitu Bijaksana

Shiji Kota Ma’anshan, Provinsi Anhui Selama saya bekerja sebagai pemimpin di gereja, pimpinan saya sering berbagi contoh tentang kegagalan...

Menembus Kabut

Zhenxi Kota Zhengzhou, Provinsi Henan Sepuluh tahun yang lalu, didorong oleh sifat saya yang angkuh, saya tidak pernah bisa sepenuhnya...

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh