Menyadari Diriku Muak terhadap Kebenaran

03 Juni 2022

Oleh Saudari Li Xiang, Amerika

Suatu hari di awal tahun ini, aku mendapati petobat baru yang baru bergabung dengan gereja telah melewatkan dua pertemuan, jadi kutanya pemimpin kelompok alasannya, tapi dia tak menjawab. Kemudian, petobat baru itu datang ke pertemuan lagi, jadi aku tak bertanya kepada pemimpin kelompok. Kupikir, "Asalkan petobat baru itu teratur menghadiri pertemuan, tak perlu. Tugasku sangat sibuk sekarang, dan menindaklanjuti dengan detail butuh banyak waktu dan usaha. Aku akan tanyakan lagi saat punya waktu." Namun, aku lupa tentang itu. Pada pertemuan lain, kuperhatikan petobat baru ini pergi di tengah acara. Kutanya pemimpin kelompok alasannya, tapi dia tetap diam, dan aku tak pernah tahu penyebabnya. Aku juga tak mendatangi petobat baru itu untuk bertanya apa dia punya keadaan atau kesulitan. Setelah beberapa saat, tiba-tiba aku sadar petobat baru ini tak menghadiri pertemuan beberapa kali berturut-turut. Saat inlah aku mulai khawatir. Aku segera menghubungi petobat baru itu, tapi dia tak menjawab. Aku khawatir petobat baru itu akan meninggalkan gereja, jadi kuhubungi pemimpin kelompok untuk melihat apa dia bisa menghubungi si petobat baru, tapi dia bilang, "Petobat baru ini tak pernah menerima permintaan pertemananku, aku tak bisa menghubungi." Aku merasa sedikit menyesal. Jika kuselidiki ini lebih awal, aku bisa memikirkan cara memperbaikinya, tapi kini sudah terlambat. Itu kesalahanku karena tak menindaklanjuti. Tak lama, aku baca catatan obrolan dengan petobat baru itu, berharap tahu lebih banyak tentang situasinya. Ternyata setelah menyapa petobat baru ini, aku tak pernah bicara dengannya tentang hal lain. Aku tak tahu apa-apa tentang dia. Aku sadar harapan mendapatkan kembali petobat baru ini tipis. Ini bisa terjadi karena aku bekerja sekenanya. Namun, saat itu, aku tak serius merenungkan diri tentang masalah ini. Aku hanya memikirkannya sebentar, mengakui bahwa aku sedikit ceroboh, dan itu saja.

Tidak lama, pengawas bertanya kepadaku tentang petobat baru itu dan alasan dia meninggalkan gereja. Itu membuatku sangat gugup. Kupikir, "Gawat, aku akan disingkap." Pengawas pasti akan berkata aku bekerja sekenanya dan tak bisa diandalkan. Bagaimana jika aku dicopot? Benar saja, pengawas menunjukkan masalahku setelah melihat catatan obrolan, dia bilang aku bekerja asal-asalan dan tak peduli atau mencoba mencari tahu keadaan petobat baru itu. Saat mendengar ini, aku cepat-cepat mencoba memberi pembenaran, "Petobat baru itu tak menanggapi sapaanku, jadi aku tak bisa lanjutkan percakapan." Pengawas menanganiku, dia bilang, "Kau bukan tak bisa mengobrol, tapi sama sekali tak peduli dengan petobat baru itu." Aku takut jika mengaku bekerja sekenanya, aku harus bertanggung jawab, jadi aku cepat menjelaskan, "Pemimpin kelompok yang paling bertanggung jawab atas petobat baru itu. Kupikir dia menjaga kontak dengan petobat baru itu, jadi aku tak menanyakan situasi petobat baru itu tepat waktu. Aku bertanya kepada pemimpin kelompok, tapi dia tak langsung menjawab." Aku menunjukkan pesanku untuk pemimpin kelompok kepada pengawas, membuktikan aku peduli dengan petobat baru itu. Aku juga menunjukkan pesanku ke petobat baru untuk membuktikan akulah yang menyadari dia tak datang ke pertemuan dan aku coba menghubungi dia secepatnya, tapi dia tak menjawab. Aku bahkan menemukan alasan tak bisa menghubungi petobat baru melalui telepon, dan pengkhotbah Injil tak memberikan nomor telepon si petobat baru. Saat itu, yang kupikirkan hanyalah bagaimana agar tak bertanggung jawab. Aku memberikan banyak alasan objektif, berharap pengawas akan berpikir ada alasan untuk masalah itu, bahwa itu bukan salahku, atau setidaknya orang lain juga alah, bukan sepenuhnya salahku. Pengawas melihat aku tak mengakui masalahku dan melalaikan tanggung jawab, lalu menanganiku dengan berkata, "Petobat baru ini menghadiri beberapa pertemuan, artinya dia mendambakan kebenaran, tapi kau tak secepatnya menanyakan situasi dan kesulitan yang dia alami, dan kini mengelak dari tanggung jawab dengan berkata tak punya nomor teleponnya. Ini sedikit tak masuk akal!" Aku sadar pengawas melihat masalahku dengan jelas dan aku harus bertanggung jawab. Aku khawatir, dan berpikir, "Apa nanti pendapat pengawas tentangku? Apa dia akan bilang aku tak melakukan kerja nyata? Apa aku akan diberhentikan?" Aku sangat cemas dan tak bisa menenangkan diri. Setelah itu, aku merenungkan semua yang menyebabkan masalah ini, lalu sadar aku tak berperilaku jujur dalam hal ini atau menerima pemangkasan dan penanganan. Aku jelas tak melakukan tugasku, bekerja sekenanya, tapi aku masih bermuslihat dan berdalih untuk membenarkan tindakanku. Bahkan coba menyalahkan pengkhotbah Injil karena tak memberikan nomor telepon. Aku menolak mengakui bahwa aku mengacau dan tak merenungkan diri. Melihat perilakuku membuatku sangat tak nyaman. Meskipun membaca firman Tuhan setiap hari, saat mengalami lingkungan sungguhan, saat aku ditangani, aku masih hidup dengan watak rusakku dan tak menerima kebenaran. Aku merasa kerusakanku terlalu dalam dan memutuskan berubah itu sulit bagiku, jadi aku merasa sedikit negatif.

Kemudian, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Mengejar kebenaran bersifat sukarela; jika engkau mencintai kebenaran, Roh Kudus akan bekerja. Memiliki cinta akan kebenaran sebagai dasarmu, memeriksa dan mengenal dirimu sendiri ketika hal-hal menimpamu, dan secara proaktif mencari prinsip-prinsip kebenaran, dan pada akhirnya mampu melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip itu—rangkaian perilaku dan jalan masuk ini semuanya bersifat sukarela; tak seorang pun memaksamu untuk melakukannya, dan tak ada satu pun persyaratan tambahan yang menyertainya. Setelah melakukan hal-hal ini, yang kauperoleh pada akhirnya adalah kebenaran, dan apa yang kaumasuki adalah kenyataan kebenaran. ... Apa pun alasanmu, entah alasan itu memadai atau tidak, entah alasan itu layak diterima atau tidak, itu bukan masalah—jika engkau tidak mengejar kebenaran, hasil akhirnya adalah Tuhan akan memperlakukanmu berdasarkan dirimu yang tidak mengejar kebenaran. Alasanmu tidak sah; Tuhan pasti mengabaikan alasan-alasan tersebut. Apa artinya Dia 'mengabaikan'-nya? Ini berarti bahwa Dia tidak peduli dengan alasanmu. Engkau dapat berdebat sesukamu atau berusaha membenarkan dirimu—apakah Tuhan peduli? Akankah Tuhan berbicara dengan orang semacam itu? Akankah Dia berdebat dan berunding denganmu? Akankah Dia berkonsultasi denganmu? Apa jawabannya? Tidak. Dia sama sekali tidak akan melakukannya. Alasanmu tidak sah, betapapun masuk akalnya alasan itu. Orang tidak boleh salah memahami kehendak Tuhan, berpikir mereka dapat memberikan segala macam alasan dan dalih untuk tidak mengejar kebenaran. Tuhan ingin engkau mencari kebenaran di semua lingkungan dan dalam semua masalah yang datang kepadamu, sehingga pada akhirnya engkau mendapatkan jalan masuk ke dalam kenyataan kebenaran dan memperoleh kebenaran. Keadaan khusus yang telah Tuhan telah atur untukmu, orang-orang dan peristiwa yang kautemui, dan lingkungan di mana engkau mendapati dirimu berada adalah pelajaran yang harus kaupetik dalam mengejar kebenaran. Engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk menemukan solusi. Jika engkau selalu mencari alasan, mengelak, menolak, menentang, maka Tuhan akan menyerah mengenai dirimu. Tidak ada gunanya bagimu untuk menjadi keras kepala, atau sulit ditangani, atau memberikan alasanmu; Tuhan tidak akan menyibukkan diri-Nya dengan dirimu" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Kulihat dalam firman Tuhan, tidak sulit memperbaiki kerusakan dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Kuncinya adalah cara orang memilih serta apa mereka mencari dan menerapkan kebenaran. Apa pun situasinya, entah itu pemangkasan dan penanganan atau kegagalan dan kemunduran, orang harus bisa merenungkan diri dan aktif mencari kebenaran. Setelah memahami sedikit, terapkan, dan bertindak sesuai prinsip kebenaran. Lakukan ini, kau pun akan lihat pertumbuhan dan perubahan. Namun, saat dipangkas dan ditangani, jika selalu menghindar, menolak, dan berdalih, kau bukan hanya akan gagal mendapatkan kebenaran, tapi juga ditolak oleh Tuhan. Melihat diriku lagi, saat dipangkas dan ditangani, aku tak menerima, tak taat, tak jujur mengakui, tak merenungkan masalahku, dan tak aktif mencari kebenaran untuk menyelesaikan watak rusakku. Aku justru menjadi negatif, menentang, memutuskan berubah itu terlalu sulit. Aku bersikap tak masuk akal dan menolak lingkungan yang telah diatur oleh Tuhan! Ini bukan sikap menerima kebenaran. Saat menyadari ini, aku tak ingin hidup dalam keadaan negatif dan membatasi diri. Aku ingin mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku.

Aku mulai merenung dan bertanya-tanya kenapa aku yang biasanya bicara manis, tapi saat ditangani, aku tak menerimanya, lalu menjadi negatif dan menentang. Ini menunjukkan watak apa? Dalam pencarianku, aku membaca dua kutipan firman Tuhan. "Ada orang-orang yang mungkin mampu mengakui bahwa mereka adalah Iblis si setan, keturunan si naga merah yang sangat besar, yang berbicara cukup bagus tentang pengenalan mereka akan diri mereka sendiri, tetapi ketika mereka mengungkapkan watak rusak mereka, dan ada orang yang menyingkapkan, menangani, dan memangkas mereka, mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk membenarkan diri mereka sendiri dan tidak menerima kebenaran sedikit pun. Apa masalahnya di sini? Dalam hal ini, orang disingkapkan sepenuhnya. Mereka berbicara begitu indah ketika berbicara tentang mengenal diri mereka sendiri, jadi mengapa ketika mereka menghadapi diri mereka dipangkas dan ditangani, mereka tidak mampu menerima kebenaran? Ada sebuah masalah di sini. Bukankah hal semacam ini sangat lazim? Apakah masalah ini mudah dikenali? Sebenarnya, ya. Ada beberapa orang yang mengakui bahwa mereka adalah setan dan Iblis ketika mereka berbicara tentang pengenalan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak bertobat atau berubah sesudahnya. Jadi, apakah pembicaraan tentang pengenalan diri seperti itu benar atau salah? Apakah pengenalan diri mereka adalah pengenalan diri yang sejati, atau apakah itu tipu muslihat yang dimaksudkan untuk menipu orang lain? Jawabannya sudah jelas. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah orang benar-benar mengenal diri mereka sendiri, engkau tidak boleh hanya mendengarkan pembicaraan mereka tentang pengenalan itu—engkau harus melihat sikap mereka dan apakah mereka mampu menerima kebenaran atau tidak ketika mereka menghadapi diri mereka dipangkas dan ditangani. Itulah yang terpenting. Siapa pun yang tidak menerima dirinya ditangani dan dipangkas memiliki esensi yang tidak menerima kebenaran, yang tidak mau menerimanya. Watak mereka adalah watak yang muak dengan kebenaran. Ini tidak diragukan lagi. Beberapa orang, sebanyak apa pun kerusakan yang mereka singkapkan, tidak mengizinkan orang lain menangani mereka. Tak seorang pun boleh memangkas atau menangani mereka. Mereka tidak keberatan berbicara tentang pengenalan diri mereka sendiri dan akan mengatakan apa pun, tetapi jika orang lain menyingkapkan mereka, mengkritik mereka ataupun menangani mereka, betapapun objektif atau faktualnya perkataan mereka, mereka tidak menerimanya. Aspek apa pun dari watak mereka yang tersingkap, mereka sangat keras kepala dan bersikeras memberikan pembenaran yang munafik untuk diri mereka sendiri, bahkan tanpa sedikit pun ketundukan yang sejati" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). "Perwujudan utama dalam diri orang yang muak akan kebenaran bukan hanya perasaan benci pada kebenaran ketika orang itu mendengarnya; perwujudan ini juga termasuk keengganan untuk menerapkan kebenaran. Ketika tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, orang semacam itu menarik diri, dan kebenaran tidak ada kaitannya dengan mereka. Ketika ada orang yang menyampaikan persekutuan selama pertemuan, mereka tampak sangat bersemangat, mereka suka mengulang perkataan doktrin dan membuat pernyataan yang muluk-muluk untuk memenangkan hati orang lain; itu membuat mereka terlihat baik dan merasa baik, dan mereka terus melakukannya tanpa henti. Lalu ada juga orang yang seharian sibuk dengan masalah iman: membaca firman Tuhan, berdoa, mendengarkan lagu pujian, mencatat, seolah-olah tak bisa berpisah dari Tuhan walau sesaat. Dari fajar hingga gelapnya malam, mereka sibuk melaksanakan tugasnya. Apakah orang-orang ini benar-benar mencintai kebenaran? Apakah mereka tidak memiliki watak yang muak dengan kebenaran? Kapankah orang dapat melihat keadaan mereka yang sebenarnya? (Ketika tiba saatnya untuk menerapkan kebenaran, mereka menghindarinya, dan ketika mereka menghadapi diri mereka ditangani dan dipangkas, mereka tidak mau menerimanya.) Mungkinkah ini karena mereka tidak memahami apa yang mereka dengar atau apakah karena mereka tidak memahami kebenaran sehingga mereka tidak mau menerimanya? Tidak kedua-duanya—mereka dikendalikan oleh natur mereka, dan masalahnya adalah watak. Dalam hatinya, mereka tahu betul bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan hal-hal positif, bahwa menerapkan kebenaran dapat membawa perubahan dalam watak orang dan menuntun orang untuk memuaskan kehendak Tuhan, tetapi mereka sama sekali tidak menerimanya atau menerapkannya. Itulah artinya merasa muak dengan kebenaran" ("Enam Aspek Watak Rusak yang Harus Dipahami untuk Mencapai Perubahan Watak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Dari firman Tuhan, kulihat orang punya watak muak terhadap kebenaran. Manifestasinya adalah tak menerima kebenaran, tak menerima pemangkasan dan penanganan, serta tak menerapkan kebenaran. Aku membaca firman Tuhan dan melakukan tugas setiap hari, dalam pertemuan, bisa mengakui aku punya watak rusak menurut firman Tuhan, aku milik Iblis, anak dari naga merah yang sangat besar, dan seterusnya. Dari luar, aku tampak menerima kebenaran, tapi saat dipangkas dan ditangani karena bekerja sekenanya, ternyata aku bukan orang yang menerima atau menerapkan kebenaran sama sekali, dan menunjukkan watak muak terhadap kebenaran dalam segala hal. Aku tahu persyaratan dasar pekerja penyiraman adalah bertanggung jawab dan sabar. Petobat baru seperti bayi yang baru lahir. Mereka belum menjejak dengan cara yang benar dan sangat lemah dalam hidup. Jika mereka tak hadiri pertemuan, kita harus cepat mencari cara untuk menyiram dan mendukung mereka. Aku memahami prinsip ini, tapi saat harus menerapkan, menderita, dan membayar harga, aku tak ingin melakukannya. Aku tahu kebenaran, tapi tak menerapkan. Aku ingat selain beberapa kali menyapa petobat baru ini, aku tak menawarkan penyiraman atau dukungan. Saat tahu dia tak menghadiri pertemuan secara teratur, aku tidak cemas, memikirkan cara menghubungi dia dengan cepat, atau mencari tahu masalah dan kesulitannya. Aku lalai dan tak bertanggung jawab dalam fase penting pertama menyiram petobat baru, yang menyebabkan dia mundur. Namun, saat itu, aku bahkan tak merenungkan diri. Saat pengawas menunjukkan masalahku, aku mencoba segala cara untuk berdalih karena bekerja asal, berharap bisa melimpahkan kesalahan pada pemimpin kelompok dan pengkhotbah Injil. Itu bukan sikap menerima dan menaati kebenaran. Yang kutunjukkan hanyalah watak muak terhadap kebenaran!

Kemudian, aku baca kutipan lain dari firman Tuhan. "Apa pun keadaan yang menyebabkan seseorang ditangani atau dipangkas, apa sikap terpenting yang harus orang miliki terhadapnya? Pertama, engkau harus menerimanya, siapa pun yang menanganimu, untuk alasan apa pun, entah itu terkesan kasar, atau seperti apa pun nada bicara dan kata-katanya, engkau harus menerimanya. Kemudian, engkau harus mengenali kesalahan apa yang telah kaulakukan, watak rusak apa yang telah kausingkapkan, dan apakah engkau telah bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak. Ketika engkau dipangkas dan ditangani, pertama dan terutama, inilah sikap yang harus kaumiliki. Dan apakah antikristus memiliki sikap seperti itu? Tidak; dari awal hingga akhir, sikap yang mereka tunjukkan adalah sikap yang menentang dan menolak. Dengan sikap seperti itu, bisakah mereka datang ke hadapan Tuhan dan menenangkan diri mereka sendiri, dan mendengarkan dengan penuh perhatian, dan menerima dengan rendah hati? Tidak mungkin bisa. Jadi, apa yang akan mereka lakukan? Pertama-tama, mereka akan berdebat dengan penuh semangat dan memberikan pembenaran, membela diri dan memperdebatkan kesalahan yang telah mereka lakukan dan watak rusak yang mereka singkapkan, dengan harapan mendapatkan pengertian dan pengampunan orang sehingga mereka tidak perlu memikul tanggung jawab atau menerima firman yang menangani dan memangkas mereka. Apa sikap yang mereka tunjukkan ketika mengalami diri mereka ditangani dan dipangkas? 'Aku tidak berbuat dosa. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Jika aku melakukan kesalahan, ada alasan untuk itu; jika aku melakukan kesalahan, aku tidak melakukannya dengan sengaja; jika aku melakukan kesalahan, aku tidak harus bertanggung jawab untuk itu. Siapa yang tidak pernah melakukan beberapa kesalahan?' Mereka memegang pernyataan dan ungkapan ini, berpegang teguh padanya dan tidak melepaskannya, tetapi mereka tidak mencari kebenaran, juga tidak mengakui watak rusak yang mereka singkapkan saat melakukan pelanggaran mereka—dan mereka tentu saja tidak mengakui bahwa mereka memiliki esensi seperti itu. ... Bagaimanapun fakta menyingkapkan watak mereka yang rusak, mereka tidak mengakuinya, tetapi melanjutkan pembangkangan dan sikap menentang mereka. Apa pun orang lain katakan, mereka tidak menerima atau mengakuinya, tetapi berpikir, 'Mari kita lihat siapa yang bisa berbicara lebih banyak; mari kita lihat mulut siapa yang lebih cepat.' Inilah salah satu sikap antikristus ketika mengalami dirinya ditangani dan dipangkas" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Delapan)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari yang diungkapkan firman Tuhan, kulihat saat orang normal dipangkas dan ditangani, mereka bisa menerimanya dari Tuhan, setuju dan taat, merenungkan diri, dan mencapai pertobatan sejati. Meskipun tak bisa menerimanya pada saat itu, setelahnya, melalui pencarian dan perenungan tanpa henti, mereka bisa memetik pelajaran dari pemangkasan dan penanganan. Namun, natur antikristus itu muak dan membenci kebenaran. Saat dipangkas dan ditangani, mereka tak pernah merenungkan diri. Mereka hanya memperlihatkan penentangan, penolakan, dan kebencian. Aku lalu memikirkan perilakuku. Aku bekerja sekenanya dan tidak cepat menindaklanjuti petobat baru itu, menyebabkan dia mundur. Ini adalah pelanggaran. Orang yang punya hati nurani dan nalar akan merasa sengsara dan bersalah, merenungkan masalah mereka, dan itu saja. Namun, aku bukan hanya tak merasa bersalah, tapi juga tak mengakui masalahku. Aku dihadapkan dengan fakta yang jelas dan masih mencoba mengelak dari tanggung jawab, awalnya berkata petobat baru itu tak menjawabku, lalu bahwa pemimpin kelompok itu tak bertanggung jawab, dan akhirnya, aku menyalahkan pengkhotbah Injil, berharap bisa melepaskan diri dari tanggung jawab dan dimaklumi pengawas. Menghadapi penyingkapan Tuhan, serta dipangkas dan ditangani, aku sama sekali tak merenungkan diri. Aku justru menentang, melawan, dan mencari alasan membenarkan dan membela diri, karena tak mau bertanggung jawab. Aku tak punya kemanusiaan atau nalar sama sekali! Kulihat yang kutunjukkan adalah watak keras kepala dan muak akan kebenaran. Aku tak takut kepada Tuhan. Kulihat setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, watakku tak berubah sama sekali, dan aku merasa sengsara.

Kemudian, aku baca kutipan lain dari firman Tuhan yang menambah pengetahuanku tentang masalahku tak menerima ditangani dan dipangkas. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sikap khas para antikristus terhadap penanganan dan pemangkasan adalah menolak dengan keras untuk menerima atau mengakuinya. Sebanyak apa pun kejahatan yang telah mereka lakukan, sebanyak apa pun kerugian yang telah mereka timbulkan terhadap pekerjaan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, mereka tidak merasakan penyesalan sedikit pun atau merasa bahwa mereka berutang sesuatu. Dari sudut pandang ini, apakah para antikristus memiliki kemanusiaan? Sama sekali tidak. Mereka telah menyebabkan berbagai macam kerugian terhadap umat pilihan Tuhan, menimbulkan kerugian terhadap pekerjaan gereja—umat pilihan Tuhan dapat melihatnya dengan jelas, dan mereka telah melihat perbuatan jahat antikristus satu demi satu. Namun, para antikristus tidak menerima atau mengakui fakta ini, mereka dengan keras kepala tidak mau mengakui bahwa mereka salah atau bahwa mereka bertanggung jawab. Bukankah ini adalah suatu tanda bahwa mereka muak terhadap kebenaran? Sampai sejauh itulah perasaan muak antikristus terhadap kebenaran, dan sebanyak apa pun kejahatan yang mereka lakukan, mereka tidak mau mengakuinya, dan mereka tetap tidak menyerah sampai akhir. Ini membuktikan bahwa antikristus tidak pernah menganggap serius pekerjaan rumah Tuhan atau menerima kebenaran. Mereka belum percaya kepada Tuhan—mereka adalah kaki tangan Iblis, datang untuk mengganggu dan mengacaukan pekerjaan rumah Tuhan. Di dalam hati antikristus hanya ada reputasi dan status. Mereka yakin bahwa jika mereka mengakui kesalahan mereka, itu berarti mereka harus menerima tanggung jawab, dan kemudian status dan gengsi mereka pun pasti menjadi sangat rusak. Akibatnya, mereka menentang dengan sikap 'menolak sampai mati', dan penyingkapan atau analisis apa pun yang orang lakukan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyangkalnya. Entah penyangkalan mereka disengaja atau tidak, singkatnya, di satu sisi, ini menyingkapkan natur para antikristus dan esensi yang muak dan membenci kebenaran. Di sisi lain, ini memperlihatkan betapa para antikristus menghargai status, gengsi, dan kepentingan mereka sendiri. Sementara itu, apa sikap mereka terhadap pekerjaan dan kepentingan gereja? Sikap mereka adalah sikap penghinaan dan penolakan tanggung jawab. Mereka tidak memiliki hati nurani dan nalar. Apakah pengabaian tanggung jawab para antikristus menunjukkan masalah-masalah ini? Di satu sisi, pengabaian tanggung jawab membuktikan esensi dan natur mereka yang muak dan membenci kebenaran, sedangkan di sisi lain, itu menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki hati nurani, nalar, dan kemanusiaan. Sebanyak apa pun jalan masuk ke dalam kehidupan saudara-saudari yang dirugikan oleh campur tangan dan perbuatan jahat mereka, mereka tidak merasa bersalah dan tidak akan pernah merasa sedih karena hal ini. Makhluk macam apa ini? Meskipun pengakuan terhadap kesalahan mereka dianggap sebagai mereka memiliki sedikit hati nurani dan nalar—tetapi para antikristus bahkan tidak memiliki kemanusiaan sedikit pun. Jadi, apa sebutan engkau semua terhadap mereka? Esensi antikristus adalah Iblis. Sebesar apa pun kerugian yang telah mereka timbulkan terhadap kepentingan rumah Tuhan, mereka tidak melihatnya; mereka sama sekali tidak merasa sedih dalam hati mereka, dan mereka juga tidak merasa bersalah, apalagi merasa berutang. Ini sama sekali bukan apa yang seharusnya terlihat dalam diri manusia normal. Ini adalah iblis, dan iblis tidak memiliki hati nurani atau akal" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dari firman Tuhan, kulihat antikristus tak menerima ditangani dan dipangkas karena naturnya yang membenci dan muak terhadap kebenaran, juga karena mereka mengutamakan kepentingan sendiri. Begitu sesuatu mengancam reputasi, atau jika reputasi mereka rusak, mereka berusaha keras membenarkan diri dan berdalih untuk mengelak dari tanggung jawab. Bahkan saat tindakan mereka merugikan kepentingan rumah Tuhan atau kehidupan orang lain, mereka tak merasa bersalah atau menyesal. Jika ketahuan, mereka bersikeras menolak mengakui karena takut mengakui tanggung jawab akan merusak reputasi mereka. Kulihat antikristus itu egois dan tercela, tak punya kemanusiaan, dan pada dasarnya iblis. Saat melihat kata "iblis", hatiku hancur, karena perilaku dan watak yang kukutunjukkan sama dengan antikristus. Aku jelas-jelas bersalah dan merugikan pekerjaan gereja, tapi tetap tak mengakuinya. Saat dipangkas dan ditangani, aku membenarkan diri dan coba mengalihkan tanggung jawab. Aku memikirkan betapa sulitnya bagi petobat baru menerima Injil. Mereka bisa menerima karena Tuhan mengatur lingkungan yang cocok, mencerahkan, dan membimbing mereka, serta waktu dan tenaga yang dikorbankan saudara-saudari. Tuhan bertanggung jawab atas semua orang. Dari 100 domba, jika kehilangan satu saja, Dia akan meninggalkan 99 itu untuk menemukan domba-Nya yang hilang, dan Dia sangat menghargai kehidupan setiap orang. Namun, saat aku bertanggung jawab menyirami petobat baru, aku menanganinya dengan ceroboh. Saat melihat petobat baru itu tak menghadiri pertemuan, aku tak khawatir atau peduli. Kadang aku sambil lalu bertanya, dan saat menindaklanjuti pekerjaan pemimpin kelompok, aku tak serius dan tak bertanggung jawab. Saat melihat dia tak membalas pesanku beberapa kali, aku tak segera menanyakan alasannya, juga tak mencari tahu apa dia punya masalah dan kesulitan. Aku memperlakukan petobat baru dengan sikap ceroboh dan tak bertanggung jawab dan tak menganggap kehidupannya serius. Namun, meski begitu, aku tetap tak merasa menyesal atau bersalah, juga tak coba memperbaikinya. Saat pengawas menunjukkan bahwa aku tak serius dan tak bertanggung jawab, aku berusaha keras mendebat dan membenarkan diri, mencari alasan untuk mengelak dari tanggung jawab, karena takut bertanggung jawab jika mengakui masalahku, takut memberi kesan buruk kepada pengawas, dan aku akan diberhentikan. Dari awal sampai akhir, aku tak pernah memikirkan pekerjaan gereja, juga memikirkan apa aku akan membahayakan kehidupan petobat baru itu. Aku hanya memikirkan apa kepentinganku akan dirugikan, serta apa aku bisa menjaga citra dan statusku. Kulihat aku sangat egoistis, dan yang kulindungi hanya kepentingan pribadiku. Aku benar-benar tak punya kemanusiaan, dan Tuhan membenciku. Jadi, aku berdoa di hadapan Tuhan, berkata, "Tuhan, aku bekerja sekenanya dalam tugas, yang berkonsekuensi buruk, dan tak mengakuinya. Yang kupikirkan bukanlah kehidupan petobat baru, tapi reputasi dan statusku sendiri. Aku benar-benar tak punya kemanusiaan! Tuhan, aku ingin bertobat."

Kemudian, aku baca lebih banyak firman Tuhan dan menemukan jalan penerapan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Memperoleh kebenaran tidaklah sulit, masuk ke dalam kenyataan kebenaran pun tidak sulit, tetapi jika orang selalu muak dengan kebenaran, apakah mereka mampu memperolehnya? Tidak. Jadi, engkau harus selalu datang ke hadapan Tuhan, periksa apakah keadaan batinmu muak dengan kebenaran, lihatlah apa perwujudan sikap muak akan kebenaran yang kaumiliki, dan cara melakukan segala sesuatu yang seperti apa yang memperlihatkan engkau muak akan kebenaran, dan dalam hal-hal apakah engkau memiliki sikap yang muak dengan kebenaran—engkau harus sering merenungkan hal-hal ini" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). "Jika engkau ingin mengikut Tuhan dan melaksanakan tugasmu dengan baik, pertama-tama, engkau tidak boleh bersikap impulsif ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginanmu. Tenangkan dirimu terlebih dahulu dan berdiam dirilah di hadapan Tuhan, dan di dalam hatimu, berdoalah kepada-Nya dan carilah dari-Nya. Jangan keras kepala; tunduklah terlebih dahulu. Hanya dengan pola pikir seperti itulah orang dapat menghasilkan penyelesaian masalah dengan lebih baik. Jika dalam hidupmu di hadapan Tuhan engkau mampu bertekun, dan apa pun yang menimpamu, engkau dapat berdoa kepada-Nya dan mencari dari-Nya, dan menghadapi hal itu dengan mentalitas ketaatan, maka sebanyak apa pun watakmu yang rusak itu tersingkap, juga sebanyak apa pun pelanggaranmu di masa lalu—engkau akan mampu menyelesaikannya dengan mencari kebenaran. Ujian apa pun yang menimpamu, engkau akan mampu berdiri teguh. Asalkan engkau memiliki mentalitas yang benar, mampu menerima kebenaran, dan menaati Tuhan sesuai dengan tuntutan-Nya, maka engkau akan mampu sepenuhnya menerapkan kebenaran. Meskipun terkadang engkau mungkin sedikit memberontak dan menentang, dan terkadang memberikan alasan yang membela diri dan tidak mampu tunduk, jika engkau dapat berdoa kepada Tuhan dan membalikkan keadaanmu yang memberontak, maka engkau akan mampu menerima kebenaran. Setelah melakukannya, renungkanlah mengapa pemberontakan dan sikap yang menentang muncul dalam dirimu. Temukan alasannya, lalu carilah kebenaran untuk menyelesaikannya, dan aspek watak rusakmu itu dapat disucikan. Setelah beberapa kali engkau pulih dari tersandung dan jatuh seperti itu, sampai engkau dapat menerapkan kebenaran, watak rusakmu akan secara berangsur disingkirkan. Dan kemudian, kebenaran akan memerintah di dalam dirimu dan menjadi hidupmu, dan tidak akan ada lagi hambatan dalam upayamu menerapkan kebenaran. Engkau akan menjadi mampu untuk benar-benar tunduk kepada Tuhan, dan engkau akan hidup dalam kenyataan kebenaran" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Dari firman Tuhan, aku mengerti untuk menyelesaikan watak muak terhadap kebenaran, aku harus selalu merenungkan diri dan meriksa apakah pernyataan, penerapan, niat, sikap, dan pendapatku menunjukkan sikap muak terhadap kebenaran. Saat sesuatu terjadi, sesuai keinginanku atau tidak, aku harus menenangkan diri dan tak menentang. Jika tak bisa menerima perkataan orang lain dan merasa ingin berdalih untuk membenarkan diri, aku harus datang ke hadapan Tuhan, lebih banyak berdoa dan mencari, melihat firman Tuhan, dan renungkan diri menggunakan firman Tuhan, atau mencari persekutuan dengan saudara-saudari yang memahami kebenaran. Dengan ini, aku secara bertahap bisa menerima kebenaran dan masuk ke dalam kenyataannya, lalu sedikit demi sedikit, menyingkirkan watak rusakku. Setelah memahami jalan penerapan, kuputuskan untuk berubah.

Setelah tahu tak segera menyelidiki situasi petobat baru ini adalah pelanggaran, aku bergegas memperbaiki keadaan. Aku memeriksa apakah aku tidak mempelajari atau menindaklanjuti petobat baru yang kuawasi. Saat mengobrol dengan petobat baru, aku mendapati dia tak terlalu memahami kebenaran tentang kedatangan Tuhan kembali dan tiga tahap pekerjaan Tuhan. Aku menanyakan pemimpinku apa seorang pengkhotbah Injil harus bersekutu dengannya, tapi pemimpin menyuruhku bersekutu dengannya. Meskipun tahu cepat-cepat menyelesaikan masalah petobat baru adalah tanggung jawabku, aku masih sangat menentang. Aku ingin mendebat dan tak ingin taat. Kurasa ini terjadi karena pengkhotbah Injil tak bersekutu dengan jelas, kenapa aku bertanggung jawab untuk menindaklanjuti? Lalu, sekarang, dengan begitu banyak petobat baru, aku tak punya cukup waktu, jadi seharusnya pengkhotbah Injil yang melakukannya. Kemudian aku sadar keadaanku salah. Perkataan pemimpinku tepat. Saran itu benar, jadi kenapa aku tak bisa menerimanya? Kenapa aku masih ingin mendebat? Kenapa aku tak bisa taat? Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, meminta bimbingan-Nya untuk tunduk, tak memikirkan kepentingan dagingku, dan bertanggung jawab atas petobat baru itu. Aku ingat kemampuan setiap orang untuk menerima itu berbeda. Beberapa orang mendengar persekutuan pengkhotbah Injil dan saat itu memahaminya, tapi kurang jelas di kemudian hari. Dibutuhkan pekerja penyiraman untuk menindaklanjuti dan menjembatani. Inilah kerja sama yang harmonis. Sebagai pekerja penyiraman, tugasku menyelesaikan masalah saat menemukannya. Aku tak boleh pilih-pilih, melakukan yang mudah, menyerahkan masalah sulit kepada orang lain, tak ingin repot dan bisa santai. Aku tak boleh bersikeras tentang persyaratan atau berdalih dalam tugasku. Jika ditugaskan membimbing petobat baru, tanggung jawabku adalah menyirami dengan baik, pastikan mereka memahami kebenaran, dan meletakkan fondasi di jalan yang benar. Inilah amanat Tuhan, tugasku. Inilah menerapkan kebenaran, dan perubahan nyata. Saat itu, hatiku terasa cerah. Setelah pertemuan, aku mencari petobat baru ini dan bersekutu tentang masalahnya. Saat menerapkan ini, aku bukan hanya tak merasakan penentangan, aku juga sangat senang. Aku mengerti menerapkan kebenaran bukanlah yang terlihat dari luar. Namun, itu berarti menerima firman Tuhan dari hati, bertindak berdasarkan prinsip kebenaran, dan menggunakan firman Tuhan sebagai kriteria untuk melihat orang dan masalah, bertindak, dan berperilaku. Dengan ini, niat dan pandangan yang keliru, serta watak rusak kita secara tak sadar akan digantikan firman Tuhan dan kebenaran.

Setelah itu, aku makin yakin bahwa disingkap, dipangkas, dan ditangani itu sangat diperlukan. Tuhan berfirman bahwa alasan utama kita tak mengejar kebenaran adalah karena punya watak keras kepala dan muak terhadap kebenaran. Namun, sebelumnya aku tak tahu tentang watak ini dalam diriku. Jika Tuhan tak atur lingkungan untuk menyingkapku, atau menghakimi dan menyingkapku dengan firman-Nya, aku tak akan pernah mengenali watakku yang muak terhadap kebenaran, juga tak akan pernah bertobat dan berubah. Terus hidup seperti itu akan sangat menghalangi pengejaranku akan kebenaran dan pertumbuhan hidupku. Penyingkapan dan penghakiman firman Tuhan sangat baik bagiku. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Keluar dari Rumah Sakit Jiwa

Oleh Saudari Xiao Cao, Tiongkok Pada Januari 2012. Seorang tetangga memberitakan Injil Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman kepadaku, Aku...