Sadarnya Pemimpin Palsu
Pada tahun 2019, aku memulai tugasku sebagai pemimpin, aku tahu Tuhan mengangkatku, dan aku bersumpah akan melakukan tugas dengan baik. Setelah itu, setiap hari aku disibukkan dengan rapat, menyelesaikan kesulitan saudara-saudariku dalam tugas, memantau kemajuan pekerjaan, dan aku merasa sangat puas. Setelah beberapa saat, karena tugas administrasi, beban kerjaku meningkat, aku bekerja sampai larut setiap hari dan merasa sedikit terlalu sibuk. Kupikir, "Mengkhawatirkan semua pekerjaan itu berat dan melelahkan. Pikiranku kalut setiap hari. Ini tidak semudah melakukan tugas individu." Kemudian, aku pergi ke pertemuan kelompok Saudari Zhao. Kupikir, "Aku dahulu rekan Saudari Zhao, dia bertanggung jawab dalam tugasnya, dan aktif mencari kebenaran untuk menyelesaikan kesulitan yang dihadapi. Dia mengawasi pekerjaan di kelompok ini, jadi aku tidak perlu terlalu khawatir." Setelah itu, aku jarang bertemu dengan kelompok mereka. Suatu malam, beberapa saudara-saudari menulis untuk memberi tahu pekerjaan kelompok Saudari Zhao memiliki masalah dan kekurangan, lalu memintaku segera menyelesaikan masalah itu. Aku bermaksud melihat firman Tuhan terlebih dahulu dan mencari solusi, tetapi ada begitu banyak masalah yang harus kutangani sehingga cukup lama menyelesaikannya. Kupikir, "Ini sudah larut, aku sangat lelah. Aku tidak bisa melakukan ini. Lagi pula, aku sudah menulis surat kepada Saudari Zhao tentang masalah dan kekurangannya, dia bertanggung jawab, jadi dia akan berinisiatif bersekutu dan menyelesaikannya, lalu aku tidak perlu melakukan pekerjaan itu. Jika melakukan semuanya sendiri, bagaimana aku bisa selesai? Aku akan bersekutu dengannya tentang itu di pertemuan saja." Lalu, setelah aku memeriksanya, Saudari Zhao sudah bersekutu tentang itu dengan kelompok itu, dan semua orang bisa menyarankan jalan penerapan untuk menyelesaikan masalahnya. Ini membuatku merasa tidak perlu khawatir tentang Saudari Zhao memimpin kelompok itu. Setelah itu, aku tidak menanyakan pekerjaan kelompok itu.
Setelah beberapa waktu, aku pergi ke pertemuan dengan kelompok Saudari Zhao dan mendapati persekutuan Saudari Zhao berbelit-belit, dan dia sangat lama bicara tanpa mengatakan hal jelas. Kupikir, "Apa keadaannya sedang buruk? Mengapa dia bicara tidak jelas?" Namun, kupikir, "Dia mungkin gugup karena aku di sini. Dia mungkin hanya perlu waktu menyesuaikan diri. Aku punya pekerjaan lain saat ini." Jadi, aku pergi tanpa bersekutu dengannya. Belakangan, aku mendapati kerja kelompok itu tidak efektif. Kupikir, "Apa ada masalah dalam kelompok itu?" Namun, kupertimbangkan lagi, "Mereka baru saja bersekutu tentang masalah dan kekurangan dalam tugas, semua orang tampaknya siap berubah, wajar jika hasilnya kurang baik sekarang." Saat menyadari itu, aku tidak memikirkannya lagi. Kemudian, Saudari Wang memberitahuku Saudari Zhao terobsesi dengan status, tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, dan tidak cocok menjadi pemimpin kelompok. Kupikir, "Saudari Zhao agak terlalu fokus pada status, tetapi dia bertanggung jawab. Jika tidak bisa bekerja sama dengan orang lain, itu pasti karena dia dalam keadaan buruk dan dikendalikan oleh watak rusaknya. Dia hanya butuh waktu menata diri." Begitu terpikirkan itu, aku berkata kepada Saudari Wang, "Saudari Zhao bertanggung jawab dalam tugasnya dan dia masih pemimpin kelompok yang cakap. Jika dia menunjukkan kerusakan, kita bisa coba membantunya dan menyingkap dia berdasarkan masalahnya. Aku sibuk hari ini, jadi tidak punya waktu, tetapi aku akan bersekutu dengannya nanti." Saat Saudari Wang mendengarku mengatakan itu, dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Kemudian, karena sibuk dengan tugas lain, aku lupa tentang persekutuan dengan Saudari Zhao. Suatu malam, aku tiba-tiba teringat: "Aku tidak tahu tentang keadaan Saudari Zhao. Haruskah aku pergi menemuinya?" Namun, aku berpikir, "Dia punya kualitas bagus, dahulu saat keadaannya buruk, dia bisa dengan cepat mencari kebenaran dan menyelesaikannya sendiri. Kali ini dia pasti bisa menata dirinya juga. Dia tinggal jauh dariku, jadi jika aku ke sana, jangankan masalahnya, jika dia tidak di rumah, bukankah perjalananku sia-sia? Lupakan saja, aku akan melakukannya bulan depan." Aku sangat tercengang saat memeriksa pekerjaan mereka di akhir bulan. Ada banyak masalah dan kekurangan dalam pekerjaan Saudari Zhao, pekerjaannya juga makin tidak efektif. Saudara-saudari yang dia awasi dalam keadaan negatif dan pekerjaan mereka sangat terpengaruh. Saat itulah aku sadar situasinya serius. Aku segera mendatangi Saudari Zhao untuk bersekutu dan menunjukkan masalahnya, tetapi dia tak menerimanya, beralasan dan mendebat, yang berarti dia tak mengenal dirinya. Setelah mendiskusikannya dengan rekan-rekanku, kami memutuskan Saudari Zhao tidak bisa lagi menjadi pemimpin kelompok, dan akhirnya mencopot dia. Setelah itu, saudara-saudari melaporkan Saudari Zhao iri hati, mengabaikan tugas, dan terlibat perselisihan, yang menyebabkan seorang saudari merasa terkekang olehnya, depresi, dan ingin meninggalkan tugas. Saudari Wang melaporkan keadaan saudari itu, tetapi ditekan dan ditolak. Para saudari lain juga merasa dibatasi olehnya, dan tugas mereka terpengaruh, menghambat pekerjaan selama beberapa bulan. Setelah Saudari Zhao diganti, bukan saja tidak bertobat, dia membalas dendam terhadap yang lain. Setelah menyingkap dan membedahnya, dia sama sekali tidak memahami atau menyesali perbuatan jahatnya. Kemudian, karena gagal melakukan kerja nyata, melalaikan tugas, tidak mengganti Saudari Zhao tepat waktu, dan sangat merugikan pekerjaan gereja, aku juga diganti. Saat itu, aku merasa sengsara. Baru saat itulah aku mulai merenungkan mengapa Saudari Zhao begitu lama terlibat perselisihan iri hati dan sangat mengganggu pekerjaan gereja, tetapi aku buta dan tidak mengenalinya. Aku hanya tahu bahwa aku tidak melakukan kerja nyata dan tidak bisa menilai orang lain, tetapi aku juga tidak fokus memahami dan menganalisis watak rusakku sendiri.
Dalam sebuah pertemuan, aku melihat firman Tuhan berkata pemimpin palsu tidak melakukan kerja nyata sebelum aku akhirnya punya pemahaman. Firman Tuhan katakan, "Para pemimpin palsu tidak pernah mencari informasi ataupun berusaha mengetahui keadaan aktual dari para pengawas kelompok, mereka juga tidak mencari informasi ataupun mencari keterangan atau berusaha untuk memahami situasi tentang jalan masuk kehidupan, sikap terhadap pekerjaan dan tugas, berbagai sikap terhadap Tuhan dan kepercayaan kepada Tuhan dari para pengawas kelompok dan staf yang bertanggung jawab atas pekerjaan penting; para pemimpin palsu tidak mencari informasi tentang perubahan mereka, kemajuan mereka, atau berbagai masalah yang muncul selama pekerjaan mereka, khususnya yang berkaitan dengan dampak kesalahan dan penyimpangan yang terjadi selama berbagai tahap pekerjaan terhadap pekerjaan gereja dan umat pilihan Tuhan. Jika mereka tidak mampu memahami keadaan-keadaan semacam itu secara akurat, mereka tidak dapat dengan segera menyelesaikannya—dan jika mereka tidak dapat menyelesaikannya dengan segera, mereka tidak akan dapat dengan segera memperbaiki pengaruh negatif dan kerusakan yang ditimbulkan oleh para pengawas berbagai kelompok terhadap pekerjaan tersebut. Jadi, dalam hal ini, para pemimpin palsu belum memenuhi tanggung jawab mereka. Tidak memenuhi tanggung jawab mereka berarti melalaikan tugas; mereka tidak menjalankan peran mereka untuk mengawasi orang lain, untuk mengetahui lebih banyak tentang mereka, untuk memahami sepenuhnya situasi mereka dan memantau mereka." "Pemimpin palsu: apakah orang semacam ini bodoh? Mereka bodoh dan bebal. Apa yang membuat mereka bodoh? Mereka bodoh dengan menaruh kepercayaan mereka pada orang begitu saja, meyakini bahwa karena ketika mereka memilih orang ini, orang ini bersumpah dan berjanji, serta berdoa dengan air mata yang mengalir di wajahnya, maka tak mungkin ada yang salah dengan dirinya, dan tak akan pernah ada masalah dengan dirinya di masa depan. Pemimpin palsu tidak memiliki pemahaman tentang natur orang; mereka tidak memahami apa arti watak yang rusak. Mereka berkata, 'Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah setelah dirinya terpilih sebagai pengawas? Bagaimana mungkin seseorang yang tampak sangat serius dan dapat diandalkan mengabaikan pekerjaannya? Mereka tidak mungkin seperti itu, bukan? Mereka sangat berintegritas.' Karena pemimpin palsu memiliki imajinasi seperti itu, dan terlalu percaya pada intuisi mereka sendiri, ini akhirnya membuat mereka tidak mampu mengatasi banyak masalah yang terjadi dalam diri pengawas tersebut, dan tidak mampu segera mengganti dan memindahkannya. Ini adalah masalah dengan para pemimpin palsu, bukan? (Ya.) Dan apa masalahnya di sini? Apakah pendekatan pemimpin palsu terhadap pekerjaan mereka ada kaitannya dengan kemalasan? Di satu sisi, mereka berpikir bahwa itu bukanlah lingkungan yang cocok bagi mereka, bahwa tidaklah nyaman bagi mereka untuk pergi ke sana, jadi dengan begitu saja mengirim seorang pengawas menggantikan mereka dengan berkata dalam hatinya, 'Masalahnya sudah diselesaikan, aku tidak perlu lagi memperhatikannya. Penganiayaan si naga merah yang sangat besar semakin parah—terlalu berbahaya bagiku untuk terus pergi ke sana. Selain itu, sangat sulit untuk sampai ke sana. Lebih baik sebisa mungkin aku menghindari masalah.' Apakah ini kemalasan? (Ya.) Ini adalah kemalasan; ini adalah keserakahan akan kenyamanan jasmani. Di sisi lain, mereka juga memiliki kelemahan besar: mereka cepat memercayai orang berdasarkan imajinasi mereka sendiri. Dan ini disebabkan karena tidak memahami kebenaran, bukan? Apakah ini cara firman Tuhan mengevaluasi setiap orang? Mengapa engkau harus percaya pada orang padahal Tuhan tidak? Alih-alih menilai orang dari penampilan, Tuhan selalu memeriksa hati mereka—jadi mengapa orang begitu sembarangan ketika mereka menilai orang lain dan menaruh kepercayaan pada diri mereka? Pemimpin palsu terlalu sombong, bukan? Yang mereka pikirkan adalah, 'Aku tidak salah ketika melihat orang ini. Tidak akan pernah ada masalah nantinya; mereka pasti bukan orang yang suka bermain-main, yang suka bersenang-senang dan membenci kerja keras. Mereka benar-benar dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Mereka tidak akan berubah; jika mereka berubah, itu pasti berarti aku keliru tentang mereka, bukan?' Logika macam apa ini? Apakah engkau sejenis orang yang ahli? Inikah keahlian khususmu? Apakah engkau memiliki penglihatan sinar-x? Engkau bisa saja hidup bersama orang ini selama satu atau dua tahun, tetapi akankah engkau mampu melihat siapa diri mereka yang sebenarnya tanpa lingkungan yang cocok untuk menyingkapkan natur dan esensi mereka sepenuhnya? Jika mereka tidak disingkapkan oleh Tuhan, engkau bisa saja hidup berdampingan dengan mereka selama tiga atau bahkan lima tahun dan pasti tetap bergumul untuk melihat natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki. Dan betapa lebih sulit lagi jika engkau jarang bertemu dengan mereka, jarang bersama dengan mereka? Engkau menilai mereka berdasarkan kesan sekilas atau beberapa kalimat dari mereka, engkau begitu sembrono dengan siapa yang kaupercayai. Dalam hal ini, bukankah engkau terlalu buta dan bersikap terburu nafsu? Dan bukankah para pemimpin palsu bersikap sangat tidak bertanggung jawab ketika mereka bekerja seperti ini?" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan mengungkapkan bahwa pemimpin palsu mendambakan kenyamanan dan tidak bertanggung jawab dalam tugas. Begitu menemukan orang yang bertanggung jawab, mereka dengan mudah memercayai mereka berdasarkan ide dan gagasan. Mereka tidak menindaklanjuti, mengawasi pekerjaan, dan tidak bersusah payah memeriksa pekerjaan. Mereka sebisa mungkin mengubur masalah. Hasilnya adalah kerusakan serius pada pekerjaan gereja. Melihat Tuhan mengungkap berbagai manifestasi pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata, aku merasa Tuhan menyingkapku di depanku. Aku merasa sangat tidak nyaman dan bersalah. Sebagai pemimpin, aku sangat tidak bertanggung jawab. Agar lepas dari kekhawatiran dan penderitaan daging, aku bermuslihat dan tidak menindaklanjuti pekerjaan. Aku hanya mengandalkan kesan sesaatku tentang Saudari Zhao, dan berpikir dia bertanggung jawab dalam tugas, juga pemimpin kelompok yang cakap, jadi aku lepas tangan, tidak mengawasi pekerjaannya. Saat melihat pekerjaannya bermasalah, dan aku harus menderita dan membayar untuk menyelesaikannya, aku tidak melakukan kerja nyata, menggunakan fakta semua orang mendatangiku sebagai alasan membela diri. Saat orang lain melaporkan dia punya masalah dan tidak cocok menjadi pemimpin kelompok, aku masih menganggap itu hanya kerusakan sementara berdasarkan gagasan dan imajinasiku, juga itu tidak akan memengaruhi tugasnya. Aku terus menunda menyelesaikan masalah Saudari Zhao, sampai akhirnya pekerjaan kelompok lumpuh dan jalan masuk kehidupan saudara-saudariku terganggu. Aku sangat bodoh dan tidak bertanggung jawab. Aku adalah pemimpin palsu yang mendambakan kenyamanan dan tidak melakukan pekerjaan nyata. Faktanya adalah para pemimpin dan pekerja yang dipilih gereja, termasuk aku, belum sempurna, kami punya banyak watak rusak, bisa menyebabkan kekacauan dan gangguan dalam tugas kami kapan pun. Bahkan jika kami tampak berperilaku baik, itu tidak berarti kami memenuhi syarat. Kami tidak mengerti kebenarannya, jadi hanya bisa melihat penampilan luar orang, tidak bisa melihat esensi orang dengan jelas, jadi kami harus sering menindak lanjuti dan mengawasi pekerjaan orang lain agar bertanggung jawab. Aku tidak mengerti kebenaran, tetapi begitu percaya diri, dan akibatnya sangat merugikan pekerjaan gereja, aku juga melakukan pelanggaran di hadapan Tuhan. Setelah menyadari ini, aku merasa sangat menyesal. Jika aku tidak merasa benar sendiri, malas, atau serakah akan kenyamanan saat Saudari Wang mengingatkanku, tetapi menyelidiki, menemukan, dan memecahkan masalah tepat waktu, memberhentikan Saudari Zhao, aku tidak akan begitu menghambat pekerjaan gereja. Aku tidak hanya gagal menguntungkan pekerjaan gereja dalam tugasku, aku menjadi kaki tangan Iblis dan pelindung para pemimpin dan pekerja palsu. Makin dipikirkan, makin sengsara perasaanku. Aku teringat bagaimana saat Tuhan yang berinkarnasi bekerja, Dia mendatangi setiap gereja. Dia sangat menderita dan membayar mahal. Menghadapi semua kerusakan dan kekurangan kita, Tuhan tanpa lelah mempersekutukan kebenaran, mendukung, dan membantu kita, semua kerja keras-Nya pun dilakukan untuk sepenuhnya menyelamatkan kita dari kuasa Iblis. Namun, aku makhluk ciptaan yang tidak paham kebenaran, tidak bisa melihat dengan jelas. Meski begitu aku tidak ingin menderita atau membayar dalam tugas, aku tidak menyelesaikan masalah tepat waktu saat menemukannya, dan sangat merugikan pekerjaan kami. Melakukan tugas seperti ini membuat Tuhan jijik dan benci! Begitu menyadari ini, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku salah. Aku ingin merenungkan diri dan bertobat kepada-Mu. Tolong kasihanilah aku."
Ketika itu, aku membaca dua kutipan saat Tuhan menyingkap pemimpin palsu. "Banyak pekerjaan menjadi tertunda hanya karena pemimpin palsu telah gagal memeriksa segala sesuatu, tidak mengawasinya, tidak menyelesaikan masalah apa pun; hanya karena mereka telah sangat lalai dalam tugas mereka. Tentu saja, ini juga karena para pemimpin palsu ini tidak menganggap serius tanggung jawab mereka. Mereka menikmati keuntungan status dan suka meneriakkan slogan-slogan, mereka tidak mau melibatkan diri dalam tugas spesifik, yang sering kali menyebabkan banyak masalah dengan tugas-tugas tertentu, dan menyebabkan masalah-masalah ini membutuhkan waktu yang lama untuk diselesaikan; sering kali, tak seorang pun yang telah datang untuk menanyakan atau berusaha memperbaiki penyimpangan kerja lama setelah penyimpangan-penyimpangan ini terjadi; demikian pula, sering kali ada kesalahan besar dalam pekerjaan, kesalahan yang bahkan orang bodoh pun bisa melihatnya, tetapi yang tidak terlihat atau tidak diketahui oleh para pemimpin palsu; menyelesaikan masalah-masalah ini, tentu saja, tidak mungkin. Ketika masalah pekerjaan tidak diselesaikan, ketika penyimpangan tidak diperbaiki, dan kesalahan tidak segera ditangani, efisiensi kerja akan sangat terganggu. Pekerjaan itu sekadar dilaksanakan—tetapi apa dampak pekerjaan itu dalam mempersaksikan tentang Tuhan? Apakah pekerjaan itu bermanfaat bagi orang-orang ketika mereka melihatnya, apakah pekerjaan itu meninggalkan kesan pada mereka? Apakah pekerjaan itu menginspirasi mereka untuk menyelidiki jalan yang benar? Tidak. Pekerjaan itu tidak menghasilkan satu pun dari dampak-dampak ini, dan ini hanya karena pemimpin palsu lalai dalam tugas mereka dan membuat terlalu banyak kesalahan. Jadi, saat melaksanakan berbagai bagian pekerjaan, sebenarnya ada banyak masalah, penyimpangan, dan kesalahan yang harus diselesaikan, dikoreksi, dan diperbaiki oleh para pemimpin palsu—tetapi, karena mereka tidak memiliki rasa terbeban, karena mereka hanya dapat berperan sebagai pejabat pemerintah dan tidak melakukan pekerjaan nyata, sebagai akibatnya, mereka menyebabkan kekacauan yang sangat parah sehingga beberapa kelompok bahkan kehilangan persatuan, dan anggota kelompok tersebut saling meremehkan, menjadi saling curiga dan waspada, dan bahkan menjadi waspada terhadap rumah Tuhan. Ketika para pemimpin palsu dihadapkan dengan situasi ini, mereka tidak melaksanakan pekerjaan tertentu" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (4)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Di luarnya, para pemimpin palsu ini tidak dengan sengaja melakukan kejahatan seperti para antikristus, yang dengan sengaja membangun wilayah kekuasaan mereka sendiri dan menempuh jalan mereka sendiri. Namun, dalam lingkup pekerjaan mereka, para pemimpin palsu tidak mampu dengan cepat menyelesaikan berbagai masalah yang disebabkan oleh para pengawas, mereka tidak mampu segera memindahkan dan mengganti para pengawas yang memiliki kualitas di bawah standar, yang sangat merugikan pekerjaan gereja, dan semua ini juga disebabkan oleh kelalaian para pemimpin palsu" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku melihat bagaimana Tuhan menyingkap kelalaian para pemimpin palsu, bagaimana mereka tidak menindaklanjuti atau memeriksa pekerjaan, tidak mengawasi dan meninjau orang yang bertanggung jawab, lalu akibatnya, banyak masalah dalam pekerjaan tidak bisa diselesaikan, dan pekerjaan rumah Tuhan sangat dirugikan. Aku merenungkan tindakanku. Aku mendambakan kenyamanan, mengabaikan tugas, dan tidak bertanggung jawab. Aku memercayai Saudari Zhao berdasarkan gagasanku sendiri, tidak mengawasi atau menindaklanjuti pekerjaannya. Saat orang lain melaporkan masalah Saudari Zhao, aku mengabaikan, tidak menyelesaikan masalah atau memberhentikannya tepat waktu, yang memungkinkan dia memicu perselisihan iri hati jangka panjang, mengacau dan mengganggu kelompok, tidak berperan positif, menyebabkan pekerjaan kelompok tidak efektif selama berbulan-bulan dan sangat menunda kemajuan. Saat saudara-saudarinya memberi nasihat, dia menindas, mengasingkan, dan menekan mereka untuk waktu yang lama, menyebabkan kelompok itu merasa dibatasi dan tidak termotivasi dalam tugas, tetapi aku tidak tahu apa-apa tentang itu, dan berpikir dia bekerja dengan baik. Rumah Tuhan menjadikanku pemimpin, dan bukan saja aku gagal bertanggung jawab, tetapi saat ada begitu banyak masalah dengan pekerjaan gereja, aku buta, tidak bisa melihatnya, dan tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu, yang sangat merugikan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudariku. Aku sangat lalai dalam tugasku! Meskipun tidak berniat melakukan kejahatan seperti antikristus untuk mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, kelalaianku juga sangat merugikan pekerjaan gereja. Aku membenci diriku karena begitu bodoh, buta, dan tidak bertanggung jawab, karena aku melanggar di hadapan Tuhan. Aku merasakan kesedihan dan rasa bersalah yang mendalam, juga berutang budi kepada Tuhan dan saudara-saudariku.
Lalu, aku merenungkan diri. Mengapa aku selalu memikirkan dagingku, memainkan trik dan tipu daya dalam tugasku? Kemudian, aku melihat kutipan firman Tuhan yang sangat membantuku. Firman Tuhan katakan, "Apakah racun Iblis itu—bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah kehidupan dan falsafah manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak, potret sebenarnya dari natur jahat manusia yang rusak, dan natur jahat ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak; selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini. Segala sesuatu yang Iblis lakukan adalah demi selera, ambisi dan tujuannya sendiri; dia ingin melampaui Tuhan, membebaskan diri dari Tuhan, dan menguasai segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Sekarang ini, sampai sedemikian rupa manusia telah dirusak oleh Iblis: mereka semua memiliki natur yang jahat, mereka semua berusaha menyangkal dan menentang Tuhan, mereka ingin mengendalikan nasib mereka sendiri dan mencoba menentang pengaturan dan penataan Tuhan—ambisi dan selera mereka sama persis dengan ambisi dan selera Iblis. Oleh karena itu, natur manusia adalah natur Iblis" ("Cara Menempuh Jalan Petrus" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku merenungkan firman Tuhan dan akhirnya menyadari bahwa aku malas, tidak bertanggung jawab dalam tugas, dan tidak punya hati nurani karena aturan iblis "tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" berakar begitu dalam dalam diriku, itu menjadi naturku. Aku selalu hidup berdasarkan itu, hanya mempertimbangkan kepentingan dagingku dalam segala hal, lalu menjadi makin egois dan tercela. Saat sesuatu membuatku khawatir atau mengharuskanku menderita dan membayar, aku mencoba memainkan trik dan tipu daya untuk menghindarinya, melakukan hal yang memungkinkanku menderita paling sedikit. Saat melihat tugas kepemimpinan menuntut lebih banyak kekhawatiran dan penderitaan, aku ingin satu tugas. Saat beban kerjaku meningkat, aku tak ingin lebih khawatir dan membayar lebih, lalu memakai pendekatan lepas tangan terhadap pekerjaan Saudari Zhao dan mengabaikannya. Kemudian, saat melihat dia dalam keadaan buruk, aku tidak ingin menyelesaikannya. Meskipun Tuhan mengingatkanku melalui Saudari Wang bahwa dia tidak tepat untuk tugas ini, aku memakai alasan sibuk dengan pekerjaan untuk menunda menyelidikinya sampai masalah Saudari Zhao menjadi serius dan dia harus diberhentikan. Tuhan mengangkatku dengan tugas pemimpin gereja untuk memberiku kesempatan menerapkan, dengan harapan aku akan menerima amanat-Nya, bertanggung jawab, mengawasi saudara-saudariku, agar mereka bisa menggenapi tugas dan memuaskan Tuhan. Namun, apa yang kulakukan? Bukannya mencoba melakukan tugas dengan baik, aku hanya mendambakan kenyamanan, dan melakukan apa pun yang membuatku tidak perlu lebih khawatir dan menderita. Aku percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun dan menikmati penyiraman begitu banyak firman Tuhan, tetapi saat sesuatu terjadi, aku memikirkan kenyamananku, bukan bagaimana bekerja dengan baik. Aku egois dan tercela, membuat Tuhan jijik! Aku benci kurangnya kemanusiaan dan nalarku, juga aku yang mengkhianati niat baik Tuhan. Aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku memikirkan dagingku dan mengabaikan pekerjaan nyata, yang sangat merugikan pekerjaan gereja, tetapi Engkau tidak memperlakukanku sesuai dengan pelanggaranku. Kau memberiku kesempatan bertobat dan merenungkan diri. Aku ingin bertobat kepada-Mu. Di masa depan, apa pun tugasku, aku tidak ingin memanjakan dagingku dan mendambakan kenyamanan. Aku ingin bertanggung jawab dan melakukan tugasku dengan cara yang membumi."
Kemudian, aku membaca dua kutipan lagi dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang yang memiliki hati mampu memperhatikan kehendak Tuhan; mereka yang tidak memiliki hati adalah bagaikan cangkang kosong, orang bodoh, mereka tidak peduli untuk memperhatikan kehendak Tuhan: 'Aku tidak peduli betapa mendesaknya hal ini bagi Tuhan, aku akan melakukan apa yang kuinginkan—setidaknya, aku tidak sedang menganggur atau bermalas-malasan.' Orang semacam itu tidak memperhatikan kehendak Tuhan, mereka juga tidak memahami bagaimana memperhatikan kehendak Tuhan. Dalam hal ini, apakah mereka memiliki iman sejati? Nuh memperhatikan kehendak Tuhan, dia memiliki iman sejati. Oleh karena itu, tidaklah cukup hanya melakukan yang terbaik; di dalam hatimu harus ada perhatian sejati—yang merupakan hati nurani yang ditemukan dalam diri manusia, itulah yang seharusnya manusia miliki, dan yang ditemukan dalam diri Nuh. Bagaimana menurutmu, untuk melakukan hal seperti itu pada zaman itu, berapa tahun yang akan dibutuhkan untuk membangun bahtera tersebut jika Nuh berlambat-lambat dan tidak memiliki perasaan mendesak, tidak ada kecemasan, tidak ada efisiensi? Mungkinkah bahtera itu diselesaikan dalam waktu 100 tahun? (Tidak.) Pasti dibutuhkan beberapa generasi untuk membangun secara terus-menerus. Di satu sisi, membangun sebuah benda padat seperti bahtera akan memakan waktu bertahun-tahun; di sisi lain, mengumpulkan dan memelihara semua makhluk hidup juga akan memakan waktu bertahun-tahun. Apakah mudah untuk mengumpulkan makhluk-makhluk hidup ini? Tidak mudah. Oleh karena itu, setelah mendengar perintah Tuhan dan memahami kehendak Tuhan yang mendesak, Nuh merasa bahwa hal ini tidak mudah ataupun sederhana. Dia menyadari bahwa dia harus mengerjakan dan menyelesaikan amanat ini sesuai dengan maksud Tuhan agar Tuhan akan dipuaskan dan ditenangkan sehingga langkah pekerjaan Tuhan selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Seperti itulah hati Nuh. Dan hati macam apakah ini? Itu adalah hati yang memperhatikan kehendak Tuhan" ("Lampiran Tiga: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Sepenting apa pun pekerjaan yang dilakukan seorang pemimpin atau pekerja, dan apa pun sifat pekerjaan ini, prioritas nomor satu mereka adalah memahami keadaan pekerjaan terkini. Mereka harus berada di sana secara langsung untuk menindaklanjuti segala sesuatu dan mengajukan pertanyaan, mendapatkan informasi mereka secara langsung. Mereka tidak boleh hanya mendengar apa kata orang, atau mendengarkan laporan orang lain; sebaliknya, mereka harus mengamati dengan mata kepala sendiri bagaimana kinerja staf, bagaimana kemajuan pekerjaan, kesulitan apa yang ada, apakah ada area yang bertentangan dengan tuntutan Yang di Atas, apakah tugas spesialis telah melanggar prinsip, apakah ada gangguan atau kekacauan, apakah ada kekurangan peralatan yang diperlukan atau materi pengajaran untuk tugas tertentu—mereka harus terus-menerus mengetahui dan memberikan perhatian pada semua hal ini. Sebanyak apa pun laporan yang mereka dengar, atau sebanyak apa pun informasi yang mereka dapatkan dari orang lain, tak satu pun dari hal-hal ini yang bisa menggantikan kunjungan pribadi. Melihat segala sesuatu dengan mata kepala sendiri lebih akurat dan dapat diandalkan; begitu mereka familier dengan situasinya, mereka akan mengetahui dengan jelas tentang apa yang sedang terjadi. Yang jauh lebih penting adalah pemahaman yang jelas dan akurat tentang siapa yang berkualitas baik dan layak untuk dibina, yang adalah hal sangat penting jika para pemimpin dan pekerja ingin melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Jika para pemimpin dan pekerja juga memiliki jalan untuk bagaimana membina dan melatih orang-orang yang berkualitas baik, dan tahu bagaimana cara menyelesaikan berbagai macam masalah dan kesulitan yang terjadi selama bekerja, memiliki gagasan dan saran mereka sendiri tentang bagaimana membuat pekerjaan mengalami kemajuan, dan bagaimana pekerjaan itu akan terlihat di masa depan, dan mampu berbicara dengan kejelasan tentang hal-hal semacam itu tanpa kesulitan, tanpa keraguan atau kekhawatiran, maka pekerjaan ini akan jauh lebih mudah untuk dilaksanakan. Dan dengan melakukan ini, pemimpin akan memenuhi tanggung jawab mereka, bukan? Para pemimpin dan pekerja harus mempertimbangkan semua hal ini, mereka harus mengingat semua hal ini, mereka harus selalu memikirkan hal-hal ini di benak mereka. Ketika mereka menghadapi kesulitan, mereka harus kembali menemui semua orang untuk bersekutu dan mendiskusikan hal-hal ini, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi, jika pekerjaan mereka didasarkan pada kenyataan, tidak akan ada kesulitan yang tidak dapat diselesaikan" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (4)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkanku jalan untuk melakukan tugas, yaitu memperhatikan kehendak Tuhan, memikirkan keinginan Tuhan, menjalankan tugas kita dengan baik, dan tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan. Sama seperti Nuh, yang sangat memperhatikan kehendak Tuhan. Saat Tuhan menyuruhnya membangun bahtera, dia tidak mempertimbangkan keuntungan atau kerugiannya sendiri, dia hanya memikirkan cara membangun bahtera dengan cepat sesuai dengan tuntutan Tuhan. Meskipun tidak bisa dibandingkan dengan Nuh, aku ingin meniru Nuh, belajar mempertimbangkan kehendak Tuhan, dan melakukan yang terbaik untuk memenuhi tuntutan Tuhan. Aku juga mengerti agar pemimpin dan pekerja bisa melakukan kerja nyata dengan baik, ikutilah perkembangan pekerjaan, dan saat menemukan hambatan atau gangguan dalam pekerjaan, kita harus bersekutu dan menanganinya tepat waktu untuk memastikan pekerjaan berjalan normal.
Lalu, pemimpinku menjadikanku penanggung jawab pekerjaan penginjilan dan penyiraman di beberapa gereja, dan kupikir, "Aku tidak bisa membiarkan ini berjalan seperti terakhir kali. Aku tidak bisa hanya memedulikan kenyamanan daging dan tidak bertanggung jawab atas tugasku. Aku harus praktis dan mencurahkan semua upaya untuk tugasku." Setelah itu, aku fokus untuk melengkapi diri dengan kebenaran visi. Jika ada target penginjilan potensial, aku aktif bersaksi tentang pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepada mereka. Di malam hari, aku mencari dan membekali diri dengan firman Tuhan yang sesuai dengan gagasan agama mereka. Suatu hari, saat hendak memeriksa pekerjaan gereja, kupikir, "Para pemimpin dan diaken Injil gereja ini telah lama percaya kepada Tuhan. Mereka punya kualitas baik, kompeten, dan bertanggung jawab. Mereka bisa menangani pekerjaan dengan baik, jadi aku tidak perlu menindaklanjuti, aku bisa lebih santai." Begitu punya pemikiran ini, aku sadar menggunakan trik dan tipu daya lagi untuk mencari alasan tidak mengawasi atau menindaklanjuti. Sekarang, aku bertanggung jawab atas gereja ini, jadi melakukan dan mengawasi pekerjaan gereja adalah tanggung jawab dan tugasku. Aku tidak bisa lagi membuat alasan untuk mempertimbangkan dagingku dan menunda tugasku. Dengan pemikiran ini, aku berhati-hati memeriksa pekerjaan gereja. Aku menemukan masalah dalam pertemuan pendatang baru dan staf penyiraman tidak bekerja dengan baik. Besoknya, aku bertemu dengan staf itu untuk bersekutu tentang kebenaran dan menyelesaikan masalah mereka. Tak lama, aku mendengar pertemuan pendatang baru berjalan normal, dan itu membuatku merasa sangat aman dan terlindungi. Kulihat para pemimpin dan pekerja di rumah Tuhan harus membayar, mereka perlu menindaklanjuti dan mengawasi pekerjaan. Ini satu-satunya cara untuk menemukan dan menyelesaikan masalah tepat waktu dan melakukan tugas dengan baik. Saat ini aku punya pemahaman dan berubah adalah penyelamatan Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.