Tanggung Jawab Adalah Kunci dalam Memberitakan Injil dengan Baik

02 September 2022

Oleh Saudari Marie, Pantai Gading

Aku dulu tak menganggap serius tugasku dan banyak bersantai. Aku sering bertindak ceroboh. Aku mengundang calon penerima Injil untuk mendengarkan khotbah, tapi tak mau bicara atau menanyakan perasaan mereka tentang yang mereka dengar. Kupikir mengundang banyak orang untuk datang mendengarkan artinya melakukan tugas dengan baik. Lagi pula, ini lebih mudah bagiku. Aku merasa kesulitan bicara dengan mereka; bukan hanya butuh waktu, menjawab pertanyaan mereka juga butuh usaha, jadi aku tak ingin terlibat dengan mereka. Kupikir penginjil akan bicara dengan mereka dan itu sudah cukup, aku tak perlu tahu situasi mereka. Dalam pertemuan, pengawas bilang, "Saat mengundang orang untuk mendengar khotbah, kita perlu tahu keadaan mereka sesudahnya, melihat apakah datang ke pertemuan, apakah memahami yang dikatakan, dan mendengar pandangan mereka. Kita harus sebaik mungkin membantu mereka karena kasih, dan ini tanggung jawab kita juga." Namun, aku tak menyadarinya saat itu. Kupikir itu merepotkan, jadi aku tak banyak berkorban atau menanggung kesulitan. Aku mengambil jalan termudah dan tak memikirkan apa aku mencapai hasil. Suatu saat, pengawas bilang beberapa orang mengundang banyak pendengar, tapi sangat sedikit yang benar-benar mencari atau menyelidiki. Aku tahu aku adalah salah satunya; aku hanya memikirkan pekerjaan di permukaan, dan tak mendapat hasil nyata. Setelah itu, pengawas datang untuk memeriksa pekerjaanku dan berkata, "Bagaimana kabar para calon penerima Injil ini sekarang?" Aku malu dan tak tahu harus berkata apa. Aku tak berhubungan dengan banyak dari mereka, dan tak menghubungi orang yang tak datang mendengarkan khotbah. Aku meninggalkan mereka begitu saja.

Aku mulai merenung setelah bicara dengan pengawas. Kulihat Tuhan berfiman, "Semua yang Tuhan tuntut untuk manusia lakukan, dan berbagai jenis pekerjaan di rumah Tuhan—semua ini membutuhkan manusia untuk melakukannya, semua ini termasuk tugas manusia. Pekerjaan apa pun yang orang lakukan, ini adalah tugas yang harus mereka laksanakan. Tugas mencakup lingkup yang sangat luas, dan melibatkan banyak bidang—tetapi apa pun tugas yang kaulaksanakan, bahasa kasarnya, ini adalah kewajibanmu, ini adalah sesuatu yang harus kaulakukan. Apa pun tugas yang kaulakukan, asalkan engkau berusaha melaksanakannya dengan baik, Tuhan akan memujimu, dan akan mengakuimu sebagai orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Siapa pun dirimu, jika engkau selalu berusaha menghindarkan diri atau bersembunyi dari tugasmu, itu artinya ada masalah: bahasa halusnya, engkau terlalu malas, terlalu curang, engkau bermalas-malasan, engkau menyukai waktu luang dan tidak suka bekerja; bahasa kasarnya, engkau tidak rela melakukan tugasmu, engkau tidak punya komitmen, tidak memiliki ketaatan. Jika engkau bahkan tidak bisa mengerahkan upaya untuk melakukan tugas kecil ini, apa yang bisa kaulakukan? Apa yang mampu kaulakukan dengan benar? Jika orang benar-benar setia dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, maka selama tugas itu dituntut oleh Tuhan, dan selama tugas itu dibutuhkan oleh rumah Tuhan, mereka akan melakukan apa pun yang diminta, tanpa memilah dan memilih. Bukankah salah satu prinsip melaksanakan tugas adalah orang melakukan dan menyelesaikan apa pun yang mampu dan harus dilakukannya? (Ya.)" ("Mereka Merendahkan Kebenaran, Melanggar Prinsip Secara Terang-terangan, dan Mengabaikan Pengaturan Rumah Tuhan (Bagian Empat)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Jika engkau taat dan tulus, maka ketika engkau melaksanakan tugas, engkau tidak bersikap sembrono dan asal-asalan, dan tidak mencari jalan untuk mengendur, tetapi mengerahkan seluruh jiwa dan ragamu ke dalamnya. Memiliki keadaan yang salah di dalam hati akan menghasilkan sikap yang negatif, yang membuat orang kehilangan dorongan sehingga mereka menjadi sembrono dan ceroboh. Orang-orang yang, di dalam hatinya, tahu betul bahwa keadaan mereka tidak benar, tetapi tetap tidak berusaha untuk menyelesaikannya dengan mencari kebenaran: orang-orang semacam itu tidak mencintai kebenaran, dan hanya sedikit bersedia untuk melaksanakan tugas mereka; mereka tidak mau berusaha ataupun menderita kesulitan, dan selalu mencari jalan untuk mengendur. Sebenarnya, Tuhan telah melihat semua ini—jadi mengapa Dia tidak mengindahkan orang-orang ini? Tuhan hanya menantikan umat pilihan-Nya untuk sadar dan mengenali diri mereka yang sebenarnya, agar umat pilihan-Nya dapat menyingkapkan dan menyingkirkan mereka" ("Mereka Merendahkan Kebenaran, Melanggar Prinsip Secara Terang-terangan, dan Mengabaikan Pengaturan Rumah Tuhan (Bagian Empat)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Dalam firman Tuhan, kulihat orang yang bertanggung jawab dalam tugas tak perlu diawasi orang lain untuk menyelesaikannya; mereka mencurahkan hati ke dalam tugas. Namun, orang yang tak serius dengan tugas hanya berpura-pura dan bekerja sekenanya. Meski terlihat telah melakukan banyak pekerjaan, itu hanya di permukaan dan belum mencapai hasil nyata. Mereka menipu orang. Firman Tuhan menyingkap keadaanku. Aku senang saat mengundang calon penerima Injil untuk datang ke khotbah karena saat semua orang melihat jumlah orang yang kuundang, mereka akan berpikir aku orang yang bertanggung jawab. Namun, sebenarnya saat aku harus tahu apa yang terjadi dengan mereka sesudahnya, aku tak ingin membayar mahal, atau menghabiskan lebih banyak waktu dan usaha. Aku hanya ingin menyerahkan pekerjaan itu kepada penginjil. Aku suka jalan keluar yang mudah. Yang kuambil adalah cara yang punya lebih sedikit kesulitan dan paling nyaman. Aku mengambil jalan pintas saat keadaan menjadi sulit. Aku ingin menyerah saat sesuatu tampak sulit atau harus berusaha keras. Aku sangat malas! Aku tak mau repot-repot mencari tahu pertanyaan apa yang calon penerima Injil punya setelah mendengarkan khotbah, apa mereka terus datang ke pertemuan, dan jika tidak, kenapa mereka tak datang, dan lainnya. Aku sangat tak bertanggung jawab dalam tugas dan tak mendorong diri, tapi ingin terlihat efektif dalam tugasku. Aku sangat licik dan menipu, tak pantas dipercaya. Aku ingat pengalamanku yang lain. Di sekolah saat mendapat nilai jelek, aku harus mengulang kelas, tapi aku tetap tak belajar dengan giat. Aku selalu lebih memilih kerja mudah daripada kerja keras, dan malas. Itu bagian dari naturku. Setelah menyadari ini, aku mulai lebih memikirkan pekerjaanku, mengubah caraku, dan berkomunikasi dengan calon penerima Injil. Aku juga bicara dengan penginjil dan minta bantuan mereka. Saat melakukan ini, aku sedikit lebih efektif.

Kemudian, aku menyerahkan mereka yang siap menerima jalan yang benar kepada penyiram, tapi masih banyak orang yang tak lanjut datang ke pertemuan. Ada satu orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaan untuk datang ke pertemuan. Ibunya juga baru saja meninggal. Dia patah hati dan menarik diri dari dunia. Aku tak tahu cara bersekutu dengannya selain mencari kata-kata sederhana untuk diucapkan. Lalu, saat beberapa orang mengalami masalah, aku tak bisa menemukan firman Tuhan yang tepat untuk menyelesaikannya. Ini sulit bagiku. Aku lebih suka mengundang orang datang mendengarkan khotbah, karena itu lebih mudah. Aku tak suka bicara dengan mereka; takut mereka akan menyakan hal yang tak bisa kujawab, jadi aku memilih menghindari atau meninggalkan mereka. Sekitar setengah tahun kemudian, kulihat hanya enam dari orang yang kuundang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, sedangkan saudara-saudari lain telah meyakinkan banyak orang. Aku malu dan dipenuhi penyesalan. Aku telah lalai dalam tugasku selama enam bulan ini. Jika bisa memutar kembali waktu, aku tak akan lalai. Fakta orang lain telah membawa begitu banyak orang ke rumah Tuhan artinya hal itu bisa dilakukan.

Kulihat Tuhan Yang Mahakuasa berfirman, "Dalam mengabarkan Injil, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu dan dengan sungguh-sungguh menangani setiap orang yang kepadanya engkau mengabarkan Injil. Tuhan menyelamatkan manusia sebisa mungkin, dan engkau harus memikirkan kehendak Tuhan, engkau tidak boleh sembarangan melewatkan siapa pun yang sedang mencari dan mempertimbangkan jalan yang benar. Selain itu, dalam mengabarkan Injil, engkau harus memahami prinsip-prinsipnya. Terhadap setiap orang yang sedang memikirkan jalan yang benar, engkau harus mengamati, mengerti, dan memahami hal-hal tertentu seperti latar belakang agama mereka, kualitas mereka, dan kualitas kemanusiaan mereka. Jika engkau menemukan seseorang yang haus akan kebenaran, yang mampu memahami firman Tuhan, dan mampu menerima kebenaran, artinya orang itu telah ditentukan dari semula oleh Tuhan. Engkau harus berusaha dengan sekuat tenaga mempersekutukan kebenaran kepada mereka dan mendapatkan mereka—kecuali mereka memiliki kemanusiaan dan karakter yang buruk, dan kehausan mereka hanyalah kepura-puraan, dan mereka terus berdebat dan berpegang teguh pada gagasan mereka. Jika itu yang terjadi, engkau harus mengesampingkan mereka dan melepaskan mereka. Ada orang-orang yang sedang mempertimbangkan jalan yang benar memiliki kemampuan untuk memahami dan berkualitas baik, tetapi mereka congkak dan merasa diri benar, berpegang erat pada gagasan agamawi, jadi kebenaran harus dipersekutukan kepada mereka untuk membantu mereka mengatasi hal ini. Engkau baru boleh melepaskan mereka jika mereka tidak menerima kebenaran bagaimanapun caramu bersekutu dengan mereka, karena engkau sudah melakukan semua yang mampu dan harus kaulakukan. Singkatnya, jangan mudah melepaskan siapa pun yang mampu mengakui dan menerima kebenaran. Asalkan mereka mau mempertimbangkan jalan yang benar dan mampu mencari kebenaran, engkau harus berupaya sebaik mungkin untuk membacakan lebih banyak firman Tuhan dan mempersekutukan lebih banyak kebenaran kepada mereka, dan bersaksi tentang pekerjaan Tuhan serta menyelesaikan masalah gagasan mereka sehingga engkau bisa mendapatkan mereka dan membawa mereka ke hadapan Tuhan. Inilah yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengabaran Injil. Jadi, bagaimana mereka bisa didapatkan? Jika, selama proses menginjili mereka, engkau mendapati bahwa orang ini memiliki kualitas yang baik dan kemanusiaan yang baik, engkau harus berupaya sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawabmu; engkau harus membayar harga tertentu, dan menggunakan cara dan sarana tertentu, dan cara serta sarana apa pun bisa kaugunakan selama semua itu bertujuan untuk mendapatkan mereka. Singkatnya, untuk mendapatkan mereka, engkau harus memenuhi tanggung jawabmu, dan menggunakan kasih, dan berupaya sebaik mungkin. Engkau harus mempersekutukan semua kebenaran yang kaupahami dan melakukan semua hal yang harus kaulakukan. Meskipun orang ini tidak didapatkan, engkau akan memiliki hati nurani yang murni. Inilah yang dimaksud dengan melakukan semua yang mampu dan harus kaulakukan. Jika engkau tidak mempersekutukan kebenaran dengan jelas, dan orang itu terus berpegang teguh pada gagasan mereka, dan jika engkau kehilangan kesabaran, dan melepaskan orang ini atas kemauanmu sendiri, artinya engkau akan melalaikan tugasmu, dan bagimu, ini akan menjadi sebuah noda. Ada orang yang berkata, 'Apakah memiliki noda ini berarti aku telah dikutuk oleh Tuhan?' Perkara semacam itu tergantung pada apakah orang melakukan hal-hal ini dengan sengaja dan merupakan kebiasaannya atau tidak. Tuhan tidak menghukum orang karena pelanggaran sesekali; mereka hanya perlu bertobat. Namun, jika mereka secara sadar melakukan kesalahan dan tidak mau bertobat, mereka akan dihukum oleh Tuhan. Bagaimana mungkin Tuhan tidak menghukum mereka padahal mereka jelas-jelas tahu jalan yang benar tetapi dengan sengaja berbuat dosa? Dilihat berdasarkan prinsip kebenaran, ini artinya tidak bertanggung jawab, ceroboh dan asal-asalan; setidaknya, ini berarti engkau belum memenuhi tanggung jawabmu, dan seperti itulah cara Tuhan menilai kesalahanmu; jika engkau tidak mau bertobat, engkau akan dihukum. Jadi, untuk mengurangi atau menghindari kesalahan semacam itu, orang harus berupaya sebaik mungkin untuk memenuhi tanggung jawab mereka, secara aktif berusaha menjawab semua pertanyaan yang diajukan orang yang sedang mempertimbangkan jalan yang benar, dan tentu saja tidak menunda menjawab pertanyaan-pertanyaan penting" ("Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan sungguh membuatku berpikir, dan aku sangat tersentuh. Tuhan telah memberiku amanat dan mengharapkanku mencurahkan hati, tapi aku tak bersedia berkorban dalam tugasku untuk membawa orang kepada Tuhan. Aku sangat malas dan terlalu ceroboh dalam tugasku. Aku tak menuruti Tuhan dan tak memberi perhatian tulus kepada orang yang menyelidiki jalan yang benar atau memenuhi tanggung jawabku. Kupikir mengundang banyak orang untuk mendengarkan itu cukup, dan yang terjadi setelah itu bukan pekerjaanku. Di mataku, itu tanggung jawab penyiram, dan mereka datang ke pertemuan atau tidak bukan masalah atau tanggung jawabku. Jadi, saat mereka tak datang ke pertemuan, aku tak berusaha keras mencari firman Tuhan untuk membantu mereka. Kupikir masalah mereka sulit untuk kupecahkan, jadi aku ingin lepaskan mereka. Namun, sebenarnya, jika mereka memenuhi prinsip khotbah Injil, aku harus memberi perhatian serius, dan akulah yang mengundang mereka untuk mendengarkan. Dalam keadaan biasa, aku harus terus berkomunikasi dengan mereka sesudahnya, tapi tak kulakukan. Aku hanya serahkan kepada penyiram dan berhenti di situ. Aku tak punya rasa tanggung jawab atau memikirkan kehendak Tuhan. Setelah menyadari masalahku, aku bertekad mengubah sikapku, tapi aku tahu tak bisa melakukannya sendiri. Aku harus berdoa dan mencari bantuan Tuhan. Setelah itu, saat menemui calon penerima Injil, aku sering berdoa kepada Tuhan agar membantuku membawa mereka kepada-Nya, serta punya keinginan bekerja keras dan membuat pengorbanan nyata, tak lalai dengan tugasku seperti dahulu. Aku juga bertanya kepada pengawasku cara membuat orang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Dia menjelaskan beberapa cara, dan aku mulai merenung, ingin melihat apa yang belum kulakukan. Kusadar aku tak mencari kebenaran dalam pekerjaanku, dan tak belajar dari saudara-saudariku. Saat ada yang tak datang ke pertemuan, aku tak ingin tahu alasannya, dan hanya memilih melepaskan mereka. Sikapku terhadap tugas terlalu lemah.

Itu membuatku ingat firman Tuhan, "Caramu memandang amanat Tuhan sangatlah penting, dan ini adalah hal yang sangat serius. Jika engkau tidak dapat menyelesaikan apa yang telah Tuhan percayakan kepada manusia, engkau tidak layak untuk hidup di hadirat-Nya dan harus dihukum. Adalah ditetapkan oleh Surga dan diakui oleh bumi bahwa manusia harus menyelesaikan amanat apa pun yang Tuhan percayakan kepada mereka; ini adalah tanggung jawab tertinggi mereka, dan sama pentingnya dengan hidup mereka sendiri. Jika engkau tidak memperlakukan amanat Tuhan dengan serius, artinya engkau sedang mengkhianati Dia dengan cara yang paling menyedihkan; dalam hal ini, engkau lebih disesalkan daripada Yudas dan harus dikutuk. Manusia harus mendapatkan pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana memandang apa yang Tuhan percayakan kepada mereka dan, setidaknya, harus memahami bahwa amanat yang Tuhan percayakan kepada manusia adalah peninggian dan kemurahan khusus dari Tuhan, semua ini adalah hal-hal yang paling mulia. Segala sesuatu yang lain dapat ditinggalkan; bahkan jika orang harus mengorbankan hidupnya sendiri, dia tetap harus memenuhi amanat Tuhan" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa malu. Sebagai salah satu ciptaan Tuhan, aku harus melakukan tugasku dengan baik. Ini adalah misi dan alasanku hidup. Jika tak bisa melakukan ini, aku akan kehilangan fungsiku diciptakan, dan tak layak hidup di hadapan Tuhan. Pada akhirnya aku akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan. Menyebarkan Injil kerajaan adalah keinginan Tuhan yang paling mendesak, dan Tuhan ingin aku mencurahkan hati dalam tugasku, tak ceroboh melakukannya. Aku teringat saat Tuhan memanggil Nuh untuk membangun bahtera. Meskipun itu tugas yang sangat sulit, Nuh tak menyerah. Dia tak bertanya kepada Tuhan kapan bahtera itu akan selesai, atau kapan banjir akan datang. Dia hanya mengikuti instruksi Tuhan dan membangun bahtera. Setelah mengenali ini, kusadar aku harus mengubah sikapku terhadap tugas, mengikuti teladan Nuh, dan berusaha yang terbaik saat melakukan tugasku. Suatu kali dalam pertemuan, yang lain berbagi pengalaman khotbah dan cara mereka menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah calon penerima Injil. Aku sangat tersentuh setelah mendengarkan mereka. Aku tak ingin bermalas-malasan lagi. Aku ingin bertanggung jawab. Aku ingin mengerahkan seluruh energiku untuk tugasku.

Aku sering mengamati orang mana yang tak datang ke pertemuan, segera hubungi mereka, lalu mempersekutukan firman Tuhan. Saat aku segenap hati memperhatikan setiap orang, kebanyakan dari mereka datang rutin ke pertemuan. Aku ingat ada satu orang yang tak datang selama beberapa hari. Aku mengiriminya pesan, tapi saat dia tak menanggapi selama beberapa hari, aku mulai khawatir. Aku menelepon Saudara Derly, seorang penyiram, menanyakan apa yang terjadi. Saudara Derly bilang saudari itu punya kesulitan di tempat kerja, jadi dia membagikan beberapa firman Tuhan dengannya. Setelah mendengar ini, aku merasa itu tak cukup, jadi kuminta Saudara Derly menelepon dia dan bersekutu melalui telepon. Tak disangka, setelah persekutuan, dia setuju menghadiri pertemuan pada hari yang sama, dan meminta maaf karena tak datang sebelumnya. Tak lama kemudian, dia bergabung dengan gereja. Hatiku sangat gembira. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan!

Aku melihat Tuhan juga berfirman, "Jika engkau benar-benar memiliki hati nurani dan akal sehat, maka ketika engkau melakukan sesuatu, engkau akan sedikit lebih sepenuh hati, serta memberikan sedikit lebih banyak kebaikan, tanggung jawab, dan pemikiran, dan engkau akan mampu mengerahkan lebih banyak upaya. Ketika engkau mampu mengerahkan lebih banyak upaya, hasil dari tugas yang kaulakukan akan meningkat. Hasilmu akan lebih baik, dan hal ini akan memuaskan baik Tuhan maupun orang lain" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, Bagian Tiga). "Engkau harus masuk memperoleh jalan masuk dari sisi yang positif. Jika engkau menunggu secara pasif, berarti engkau masih negatif. Engkau harus proaktif dalam bekerja sama dengan-Ku; rajinlah dan jangan pernah malas. Selalulah bersekutu dengan Aku dan peroleh keintiman yang lebih dalam dengan-Ku. Jika engkau tidak mengerti, jangan menjadi tidak sabar demi hasil yang cepat. Bukan berarti Aku tidak akan memberitahumu; itu karena Aku ingin melihat apakah engkau mengandalkan Aku ketika engkau berada dalam hadirat-Ku, dan apakah engkau memiliki keyakinan dalam pengandalanmu kepada-Ku. Engkau harus selalu tetap dekat dengan-Ku, dan menempatkan semua hal di tangan-Ku. Jangan kembali dengan sia-sia. Setelah tanpa kausadari engkau menjadi dekat dengan-Ku selama jangka waktu tertentu, maksud-maksud-Ku akan Kunyatakan kepadamu. Jika engkau memahami maksud-maksud-Ku, engkau akan benar-benar berhadapan muka dengan-Ku, dan engkau benar-benar telah menemukan wajah-Ku. Engkau akan memiliki banyak kejelasan dan keteguhan di dalam batinmu, dan engkau akan memiliki sesuatu untuk kauandalkan. Engkau juga akan memiliki kekuatan dan keyakinan, dan memiliki jalan ke depan. Segala sesuatu akan menjadi mudah bagimu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 9"). Sebelumnya, aku pasif dalam tugas dan tak punya inisiatif. Aku dengan gegabah melepaskan calon penerima Injil. Bimbingan firman Tuhan membuatku mengerti yang ada di hati kita sangat penting. Saat kita memperlakukan orang dengan kasih dan bersekutu dengan ketulusan, kita akan melihat bimbingan Tuhan. Setelah memahami ini, aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membantuku melakukan tugas dengan baik, dan secara sadar menerapkan firman-Nya. Setelah itu, aku aktif bicara dengan calon penerima Injil. Jika mereka memenuhi prinsip khotbah, aku akan terus mencari tahu situasi mereka sampai mereka menerima pekerjaan Tuhan. Saat melakukan ini, aku merasa Tuhan membimbingku sedikit demi sedikit, membantuku memahami cara melakukan tugasku, dan hatiku terasa sangat tenang. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Melepaskan Topeng

Oleh Saudari Ting Hua, Prancis Juni lalu, ketika baru saja mulai melakukan tugasku sebagai seorang pemimpin. Awalnya, karena aku fasih...