Alasan Aku Tidak Menerima Pengawasan

02 September 2022

Oleh Saudara Parfait, Afrika

Setahun lebih aku telah menyirami petobat baru di gereja. Dalam menjalankan tugas, aku secara bertahap menguasai beberapa prinsip, dan tugasku menyiram petobat baru pun meningkat. Rasanya aku telah berpengalaman dalam tugas ini, bahkan tanpa bantuan, aku dapat melakukan dengan baik. Saat petobat baru memiliki masalah dan kesulitan, kubantu menyelesaikannya dengan mencari kebenaran, jadi kupikir sudah tahu cara bertugas dengan baik. Kupikir tak butuh siapa pun untuk membimbingku, serta tak perlu orang lain mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaanku. Jadi, aku tak menerima pengawasan dan nasihat saudara-saudari, dan tak memberikan banyak umpan balik tentang situasi spesifik mereka yang kusirami. Aku hanya bekerja dengan caraku sendiri.

Pernah, pengawas, Pheolie, menanyaiku tentang beberapa petobat baru, serta ingin tahu tentang hal-hal lain. Misal, bagaimana kuberi tahu petobat baru tentang pertemuan? Kenapa saudara ini atau saudari itu tak menghadiri pertemuan? Seringkah kubersekutu dengan petobat baru untuk mengerti keadaan atau kesulitan mereka? Mendengar pertanyaan seperti ini, aku sangat menentang. Kupikir, "Apa dia pikir aku melakukan tugasku tanpa tanggung jawab? Apa dia tak memercayaiku?" Aku sangat menantang, mau tak mau kutunjukkan watak rusakku dan ingin mengabaikannya. Dia bertanya apakah petobat baru tertarik menghadiri pertemuan, acuh tak acuh kujawab "ya" dan tak menjelaskan lebih lanjut. Dia bertanya cara aku memberi tahu mereka tentang pertemuan, kubilang aku mengirimi mereka pesan teks, tanpa penjelasan terperinci cara kuberi tahu mereka, kesulitan apa yang dihadapi, dan sebagainya. Dia lalu bertanya aspek kebenaran apa yang kupersekutukan dengan mereka, dan tanpa sabar kubilang aku tahu cara bersekutu dengan petobat baru, tanpa detail tentang yang kukatakan, bagaimana respons mereka, atau apa pertanyaan mereka. Dia tak puas dengan jawabanku, dan ingin tahu lebih banyak tentang apa aku mendukung dan membantu para petobat baru ini. Kupikir dia meremehkanku, seolah aku tak tahu bagaimana melakukan tugasku, yang membuatku sangat tidak nyaman. Pernah, dia sadar aku tak pertimbangkan perasaan petobat baru saat bicara, jadi dia bilang, "Kau harus berpikir dari sudut pandang petobat baru. Jika kau petobat baru, apa kau senang dengan kata-kata ini? Apakah kau ingin menjawabnya?" Perkataannya bikin merinding. Kubilang aku paham, tapi tak sungguh menerimanya. Kupikir tak ada masalah dengan cara aku berbicara dengan petobat baru. Aku berkata pada diriku sendiri, "Aku tahu cara membuat mereka menghadiri pertemuan, jadi akan kulakukan dengan caraku." Di lain waktu, dia bertanya cara aku biasanya bersekutu dengan petobat baru, kubilang dengan mengirim pesan. Dia memintaku untuk menelepon mereka, katanya menelepon itu lebih mudah mengerti masalah nyata, membantu membangun ikatan. Tapi aku tak menerimanya saat itu, dan kupikir caraku lebih baik. Aku puas mengirim pesan ke petobat baru, dan tak ingin mendengarkan pengawas. Dalam diskusi kami, aku tak ingin bicara lagi, aku tetap diam atau menjawab singkat. Aku tahu jika ada yang ingin berdiskusi denganku tentang tugasku meyiram petobat baru, aku akan menjadi sangat negatif dan bermasalah. Kurasa mereka menertawakan, meremehkan, dan menganggapku tak berharga, seseorang yang tak tahu cara melakukan tugas atau tak dapat dipercaya. Kupikir aku melakukan tugasku dengan baik, bahwa aku tahu cara menyirami petobat baru, punya cara tindak lanjut sendiri, dan aku lebih berbakat daripada pengawas, makanya aku tolak nasihatnya. Meski secara lisan setuju, aku jarang memenuhi janjiku, dan tetap fokus menyirami dan bersekutu dengan mereka dengan caraku sendiri.

Dalam satu pertemuan, kubaca firman Tuhan yang akhirnya membuatku memahami diriku. Tuhan berfirman: "Beberapa orang tidak terima diri mereka dipangkas dan ditangani. Di dalam hatinya, mereka jelas tahu bahwa apa yang orang lain katakan sesuai dengan kebenaran, tetapi mereka tidak menerimanya. Orang-orang ini sangat congkak dan merasa dirinya benar! Dan mengapa Kukatakan bahwa mereka congkak? Karena jika mereka tidak terima diri mereka dipangkas dan ditangani, itu berarti mereka tidak taat—dan jika mereka tidak taat, bukankah mereka congkak? Mereka menganggap tindakan mereka baik, dan mereka tidak menganggap mereka telah melakukan kesalahan—yang berarti mereka tidak mengenal diri mereka sendiri; inilah yang dimaksud dengan kecongkakan" ("Natur Manusia yang Congkak adalah Akar dari Perlawanannya kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Janganlah ada orang yang menganggap diri mereka sempurna, atau terhormat dan mulia, atau berbeda dari orang lain; semua ini disebabkan oleh kebodohan dan watak manusia yang congkak. Selalu menganggap dirinya sendiri berbeda—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah bisa menerima kekurangan mereka, dan tidak pernah mampu menghadapi kesalahan dan kegagalan mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain lebih tinggi atau lebih baik daripada dirinya sendiri—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain menjadi lebih unggul atau lebih kuat daripada mereka—ini disebabkan oleh watak yang congkak; tidak pernah membiarkan orang lain untuk memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik daripada dirinya, dan, ketika orang lain memiliki pemikiran, saran, dan pandangan yang lebih baik, dia menjadi negatif, tidak ingin berbicara, merasa tertekan dan sedih, serta menjadi kesal—semua ini disebabkan oleh watak yang congkak. Watak yang congkak dapat membuatmu melindungi reputasimu, tidak dapat menerima bimbingan orang lain, tidak mampu menghadapi kekuranganmu sendiri, serta tidak mampu menerima kegagalan dan kesalahanmu sendiri. Selain itu, ketika seseorang lebih baik darimu, hal itu dapat menyebabkan kebencian dan kecemburuan muncul di dalam hatimu, dan engkau dapat merasa terkekang sehingga engkau tidak ingin melaksanakan tugasmu dan menjadi orang yang serampangan dalam pelaksanaan tugas tersebut. Watak yang congkak dapat menyebabkan perilaku dan perbuatan ini muncul dalam dirimu. Jika engkau semua, sedikit demi sedikit, menggali lebih dalam mengenai hal-hal ini, mencapai terobosan dalam semua hal ini dan mendapatkan pemahaman tentang semua itu; dan jika engkau kemudian mampu secara berangsur-angsur melepaskan semua pemikiran, dan melepaskan gagasan, pandangan dan bahkan perilaku yang keliru ini, serta tidak dikendalikan oleh semua itu; dan jika, dalam pelaksanaan tugasmu, engkau mampu menemukan posisi yang tepat untukmu dan bertindak berdasarkan prinsip, serta melaksanakan tugas yang dapat dan harus kaulakukan; seiring waktu, engkau akan dapat melaksanakan tugas-tugasmu dengan lebih baik. Inilah jalan masuk ke dalam kenyataan kebenaran. Jika engkau dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran, engkau akan terlihat oleh orang lain memiliki keserupaan dengan manusia, dan orang-orang akan berkata, 'Orang ini berperilaku sesuai dengan posisinya dan mereka melakukan tugasnya dengan rendah hati dan praktis. Mereka tidak bergantung pada natur, sifat terburu nafsu, atau watak rusak mereka dalam melaksanakan tugas. Mereka bertindak dengan pengendalian diri, memiliki hati yang menghormati Tuhan, memiliki cinta akan kebenaran, serta perilaku dan pengungkapan mereka menyingkapkan bahwa mereka telah meninggalkan daging dan pilihan diri sendiri.' Betapa indahnya berperilaku seperti itu! Pada saat orang lain menyingkapkan kekuranganmu, engkau tidak hanya dapat menerimanya, tetapi juga bersikap optimis, menghadapi kelemahan dan kekuranganmu dengan ketenangan. Keadaan pikiranmu sangat normal, bebas dari hal-hal ekstrem dan bebas dari sifat terburu nafsu. Bukankah inilah arti memiliki keserupaan dengan manusia? Hanya orang semacam itulah yang memiliki akal sehat" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dulu, kupikir aku tidak congkak, tapi melalui pengungkapan firman Tuhan, aku sadar bahwa aku sangat congkak. Saat pengawas memberitahuku beberapa cara yang baik untuk menyirami petobat baru, aku tak menerimanya sama sekali. Saat dia bertanya cara aku menyirami para petobat baru, aku diam atau menjawab singkat, karena aku tak ingin kehilangan muka atau orang melihat kekuranganku dalam menyirami petobat baru. Aku ingin orang melihat bahwa semuanya baik-baik saja denganku, tak ada masalah dalam tugasku, dan dapat melakukan tugasku tanpa pengawasan atau bantuan orang lain. Aku sungguh terlalu congkak. Aku pun merasa lebih berbakat dari saudari yang mengawasi pekerjaanku, tahu cara menyirami petobat baru, punya cara sendiri, dan mereka bekerja dengan baik, jadi aku enggan menerima sarannya. Di lubuk hatiku, aku percaya jika menerima sarannya, berarti kemampuanku lebih rendah darinya. Itu akan memalukan. Apa yang akan orang pikirkan tentangku? Jadi, dari luar menyetujui sarannya, tapi jarang kuterapkannya. Watak congkakku membuatku jauh dari kebenaran, menolak nasihat orang, dan membuatku berpaut kepada pandanganku sendiri. Inilah pemberontakan melawan Tuhan. Setelah itu, aku menenangkan diri dan memikirkan saran saudariku. Kupikir dia punya ide bagus, dan itu pantas untuk dicoba. Jadi, aku menelepon para petobat baru. Kurasa lebih mudah berkomunikasi dengan mereka di telepon, memahami masalah mereka, dan langsung membantu mereka. Saat aku menerapkan nasihatnya, dan melihat bahwa pekerjaanku menyiram petobat baru menjadi lebih efektif, aku merasa sangat malu. Dalam hal ini, kulihat meski telah lama bertugas, aku masih memiliki banyak kekurangan. Tanpa bantuan dan bimbingan saudariku, hasil pekerjaanku tidak akan meningkat. Aku pun sadar aku tak lebih baik dari orang lain, dan tak dapat melakukan tugas sendiri dengan baik.

Suatu hari, pengawas bertanya tentang situasi seorang petobat baru kenapa dia absen dari pertemuan berhari-hari. Setelah kujelaskan, dia menanyakan hal-hal lain, ingin tahu lebih mendetail tentang cara aku bekerja. Aku merasa malu, dan sangat menentang. Aku tak ingin menjawab pertanyaannya, karena aku tak mau menerima pengawasan dan pertanyaannya tentang pekerjaanku. Aku sadar ini adalah watak rusakku juga, jadi kuberdoa dalam hati memohon bimbingan Tuhan dalam belajar untuk menaati lingkungan seperti itu, mengakui kerusakanku, serta menerima pengawasan dan bimbingan orang lain. Setelah itu, kubaca beberapa firman Tuhan. "Antikristus melarang keterlibatan, pertanyaan, atau pengawasan orang lain, dan larangan ini diwujudkan dalam beberapa cara. Salah satunya adalah penolakan. 'Berhentilah ikut campur, bertanya, dan mengawasiku saat aku bekerja. Pekerjaan apa pun yang kulakukan adalah tanggung jawabku, aku sudah tahu bagaimana melakukannya dan aku tidak membutuhkan siapa pun untuk mengaturku!' Ini adalah penolakan secara langsung. Perwujudan lainnya adalah di luarnya terlihat mau menerima, dengan berkata, 'Baiklah, mari kita bersekutu sedikit dan melihat bagaimana pekerjaan harus dilakukan,' tetapi ketika orang lain benar-benar mulai mengajukan pertanyaan dan berusaha mencari tahu lebih banyak tentang pekerjaan mereka, atau menunjukkan beberapa masalah dan memberikan beberapa saran, bagaimana sikap mereka? (Mereka tidak mau menerimanya.) Benar—mereka sama sekali tidak mau menerimanya, mereka mencari dalih dan alasan untuk menolak saran orang lain, mereka mengubah yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi salah, tetapi sebenarnya, di dalam hatinya, mereka tahu bahwa mereka sedang memaksakan logika, bahwa mereka hanya omong kosong, bahwa ini adalah teori, bahwa perkataan mereka tidak memiliki kenyataan seperti yang orang lain katakan. Namun, untuk melindungi status mereka—meskipun tahu betul bahwa mereka salah dan orang lain benar—mereka tetap mengubah apa yang benar menjadi salah, dan mengubah yang salah menjadi benar, dan terus mengatakannya, tidak membiarkan hal-hal yang benar dan sesuai dengan kebenaran dilaksanakan atau diperkenalkan sebagaimana seharusnya. ... Apa tujuan mereka? Tujuan mereka adalah menghalangi orang lain agar tidak mencampuri, bertanya, atau mengawasi mereka, dan membuat saudara-saudari berpikir bahwa mereka bertindak sebagaimana mestinya, benar, sesuai dengan pengaturan pekerjaan rumah Tuhan, dan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam bertindak, bahwa, sebagai pemimpin, mereka mematuhi prinsip. Sebenarnya, hanya ada sedikit orang di gereja yang memahami kebenaran; kebanyakan orang tidak diragukan lagi tidak memiliki kearifan, mereka tidak mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai antikristus ini, dan tentu saja tertipu oleh mereka" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Ketika Iblis bertindak, dia tidak mengizinkan campur tangan orang lain, dia ingin menjadi penentu keputusan dalam segala hal yang dia lakukan dan mengendalikan segalanya, dan tak seorang pun boleh mengawasi atau mengajukan pertanyaan apa pun. Jika ada orang yang mencampuri atau mengintervensi, dia terlebih lagi tidak akan mengizinkannya. Beginilah cara antikristus bertindak; apa pun yang mereka lakukan, tak seorang pun diizinkan mengajukan pertanyaan, dan bagaimanapun cara mereka bekerja di balik layar, tak seorang pun diizinkan ikut campur. Inilah perilaku antikristus. Mereka bertindak seperti ini karena mereka memiliki watak yang sangat congkak dan sangat tidak berakal sehat. Mereka sama sekali tidak taat, dan tidak mengizinkan siapa pun mengawasi mereka atau memeriksa pekerjaan mereka. Semua ini benar-benar perbuatan setan, yang sama sekali berbeda dari perbuatan manusia normal. Siapa pun yang melakukan pekerjaan membutuhkan kerja sama orang lain, mereka membutuhkan bantuan, saran, dan kerja sama orang lain, dan meskipun ada orang yang mengawasi atau memantau, ini bukan hal yang buruk, ini hal yang diperlukan. Jika kesalahan terjadi di satu tempat, dan kesalahan itu diketahui oleh orang-orang yang memantau dan segera diperbaiki, bukankah ini sangat membantu? Jadi, ketika orang cerdas melakukan segala sesuatu, mereka senang jika diawasi, diamati, dan ditanyai oleh orang lain. Jika, secara kebetulan, kesalahan memang terjadi, dan orang-orang ini mampu menunjukkannya, lalu kesalahan itu dapat segera diperbaiki, bukankah ini keuntungan yang tak terduga? Tak seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan bantuan orang lain. Hanya orang yang menderita autisme atau depresi yang suka menyendiri. Ketika orang menderita autisme atau depresi, mereka tidak lagi normal. Mereka tidak mampu lagi mengendalikan diri mereka sendiri. Jika pikiran dan akal sehat orang dalam keadaan normal, dan mereka sama sekali tidak mau berkomunikasi dengan orang lain, jika mereka tidak ingin orang lain tahu tentang apa pun yang mereka lakukan, jika mereka ingin melakukannya secara rahasia, tersembunyi, secara tertutup, bekerja di balik layar, dan mereka tidak mendengarkan apa pun yang orang lain katakan, artinya orang-orang semacam itu adalah antikristus, bukan? Inilah antikristus itu" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Kurasa firman ini adalah penghakiman Tuhan bagiku. Aku sadar perilakuku seperti yang Tuhan singkapkan. Sangat sulit aku menerima nasihat dan pengawasan orang lain dalam tugasku. Bahkan saat alami kesulitan, tak pernah kuungkapkan ini atau kuberi tahu orang lain, karena pekerjaan ini diberikan kepadaku, aku bertanggung jawab, membuat keputusan akhir, dan bisa bekerja dengan caraku sendiri. Aku tahu cara melakukan tugasku, tak perlu seorang pengawas, juga tak butuh seseorang untuk mengawasi atau menasihatiku. Kuanggap nasihat orang lain sebagai kutukan atas kekuranganku atau keraguan atas kemampuanku, jadi aku tak mau mendengarnya. Kini kusadar bahwa ini adalah kecongkakan dan kebodohan. Ini bukanlah nalar yang harus dimiliki oleh manusia normal. Natur congkakku membuatku tak menuruti siapa pun, serta tak pernah menerima pengawasan dan nasihat orang lain. Aku selalu ingin membuat keputusan akhir dan menyirami petobat baru sesuai keinginanku. Dulu, aku hanya menindaklanjuti petobat baru dengan caraku sendiri, yang hanya mengirim pesan dan jarang bicara dengan mereka. Saat beberapa petobat baru tak membalas selama beberapa hari, aku mengesampingkannya, dan terus berkumpul dengan petobat baru yang ingin berkomunikasi denganku, dan akibatnya, beberapa petobat baru tak bisa disiram tepat waktu. Petobat baru sangat rapuh, dapat menarik diri dan berhenti percaya kapan saja, beberapa bahkan keluar dari kelompok berkumpul. Bukankah tindakanku sama dengan antikristus? Antikristus tak suka diawasi oleh orang lain dan tak pernah menerima saran orang lain. Mereka ingin mengendalikan segalanya sendiri, berbuat dengan cara sendiri atau menurut pendapat sendiri, mereka tak mematuhi siapa pun, tak bekerja sama dengan orang lain untuk bekerja dengan baik. Aku sadar bahwa aku sedang menempuh jalan antikristus, dan aku takut. Jika terus seperti ini, aku akan dibenci oleh Tuhan. Tiada nilai dalam kehidupan mereka yang dibenci Tuhan dan mereka itu musuh di mata-Nya. Aku pun belajar dari firman Tuhan bahwa tiap orang punya kelemahan dan kekurangan masing-masing, jadi kita membutuhkan saran dan bantuan orang lain. Kita perlu bekerja sama dengan orang untuk bertugas dengan baik. Pengawas membantuku dengan menindaklanjuti pekerjaanku dan memberiku saran. Aku tahu bahwa itu berguna saat aku menerapkannya, tapi tak mau kuterima, dan dengan cara ini aku merusak pekerjaan gereja. Ini masalah yang sangat serius.

Setelah itu, kubaca beberapa firman Tuhan. "Ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi dan mengamatimu, atau mengajukan pertanyaan mendalam kepadamu, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka menangani serta memangkasmu sedikit, mendisiplinkan dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau perasaan negatif terhadap hal ini. Apa artinya jika engkau mampu menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan orang lain? Artinya, di dalam hatimu, engkau menerima pemeriksaan Tuhan. Jika engkau tidak menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang dirimu—jika engkau menolak semua ini—mampukah engkau menerima pemeriksaan Tuhan? Pemeriksaan Tuhan jauh lebih mendetail, mendalam, dan akurat daripada pertanyaan orang; yang Tuhan tuntut jauh lebih spesifik, teliti, dan mendalam daripada ini. Jadi, jika engkau tak mampu menerima dirimu diawasi oleh umat pilihan Tuhan, bukankah pernyataanmu bahwa engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan adalah omong kosong? Agar engkau mampu menerima pemeriksaan dan pengujian Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mampu menerima pengawasan oleh rumah Tuhan, oleh para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 4, Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja). "Jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, engkau akan secara alami mampu menerima pengawasan Tuhan, tetapi, engkau juga harus belajar untuk menerima pengawasan dari umat pilihan Tuhan, yang mengharuskanmu untuk memiliki toleransi dan pikiran terbuka. Jika engkau melihat seseorang mengawasimu, memeriksa pekerjaanmu, atau memeriksamu tanpa sepengetahuanmu, dan jika engkau menjadi marah, memperlakukan orang ini seperti musuh dan membenci mereka, dan bahkan menyerang dan menangani mereka sebagai pengkhianat, mengharapkan agar mereka lenyap, maka ini adalah masalah. Bukankah ini sangat keji? Apa bedanya ini dengan setan? Seperti inikah memperlakukan orang secara adil? Jika engkau menempuh jalan yang benar dan bertindak secara benar, apa yang harus kautakutkan jika orang-orang memeriksamu? Ada sesuatu yang tersembunyi dalam hatimu. Jika engkau tahu dalam hatimu bahwa engkau memiliki masalah, maka engkau harus menerima penghakiman dan hajaran Tuhan. Ini masuk akal. Jika engkau tahu engkau memiliki masalah, tetapi engkau tidak izinkan siapa pun untuk mengawasimu, memeriksa pekerjaanmu, atau menyelidiki masalahmu, maka engkau bersikap sangat tidak masuk akal, engkau sedang memberontak dan menentang Tuhan, dan dalam hal ini, masalahmu bahkan lebih serius. Jika umat pilihan Tuhan melihat bahwa engkau adalah seorang pelaku kejahatan atau orang tidak percaya, maka konsekuensinya akan lebih merepotkan. Dengan demikian, mereka yang mampu menerima pengawasan, penyelidikan, dan pemeriksaan orang lain adalah orang yang paling masuk akal. Mereka memiliki toleransi dan kemanusiaan yang normal. Ketika engkau menemukan bahwa engkau melakukan kesalahan atau menyingkapkan watak rusak yang ada dalam dirimu, jika engkau mampu membuka diri dan berkomunikasi dengan orang-orang, ini akan membantu orang-orang di sekitarmu untuk mengawasimu. Menerima pengawasan tentu saja diperlukan, tetapi yang terutama engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, terus-menerus merenungkan dirimu sendiri. Khususnya ketika engkau telah menempuh jalan yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, atau ketika engkau hendak mengambil tindakan yang sewenang-wenang dan sepihak, dan seseorang di dekatmu memberitahu dan mengingatkanmu, engkau harus menerimanya dan segera merenungkan dirimu sendiri, dan mengakui kesalahanmu, lalu memperbaikinya. Ini dapat menghindarkanmu menempuh jalan antikristus. Jika ada seseorang yang membantu dan mengingatkanmu dengan cara ini, bukankah engkau sedang dilindungi tanpa menyadarinya? Ya—itulah perlindungan terhadap dirimu" ("Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan membuat sangat jelas pentingnya dan manfaat diawasi oleh orang lain. Sebelumnya, aku tidak begitu mengerti manfaat diawasi, yang membuatku melawan mereka yang mengawasiku. Aku pikir mereka mencoba mengendalikan pekerjaanku atau menghinaku; jika orang mendatangiku mencari tahu tentang pekerjaan, seolah mereka merasa aku tak bertanggung jawab, tak mampu bekerja, dan tak bisa bertugas dengan baik, atau sebaik orang lain. Jadi, aku sangat menentang pengawasan orang terhadapku. Tapi dari firman Tuhan, kulihat bahwa pendapatku salah dan tak sesuai dengan kebenaran. Ada kekuranganku dalam pekerjaanku, aku butuh bantuan saudara-saudari untuk berkembang, tapi aku tak menerima pengawasan. Bisakah aku memperbaiki kesalahan dalam pekerjaanku dan bekerja dengan lebih baik? Sangat penting bagi saudara-saudari untuk menanyakan pekerjaanku, karena mereka memikul beban pekerjaan dan melakukan tugas mereka. Aku seharusnya tak memiliki sikap diam dan penolakan. Aku harus terbuka dan memberi tahu mereka kesulitan dan situasi nyata pekerjaanku. Itu akan lebih baik untuk pekerjaan gereja. Dengan menerima pengawasan, aku bisa melihat kekuranganku dan merenungkan apa aku bertugas sesuai dengan prinsip. Kini, aku paham kehendak Tuhan. Orang yang sering mengawasi dan memeriksa pekerjaanku dapat menghentikanku dari menyesatkan, menyerah, atau menghancurkan petobat baru karena hasratku sendiri. Ini memang perlindungan Tuhan untukku.

Aku membaca bagian lain dari firman Tuhan, "Apakah engkau menganggap setiap orang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapapun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta. Inilah juga sikap yang harus orang miliki terhadap kekuatan dan kelebihan atau kesalahan mereka; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja bersama mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan dapat memasuki aspek kenyataan kebenaran ini, maka engkau dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, saling memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, Bagian Tiga). Melalui firman Tuhan, aku mengerti tiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Sekuat apa pun orang, mereka tetap punya kekurangan dan butuh bantuan orang lain. Tugas apa pun yang kita lakukan di gereja, itu tak terlepas dari bantuan dan kerja sama orang lain. Setelah dirusak begitu dalam oleh Iblis, kita selalu bertindak dengan watak rusak kita, jadi kita butuh peringatan dan pengawasan saudara-saudari kita agar tidak menyimpang dari prinsip dan mengurangi kesalahan kita. Saat orang mendatangiku untuk memahami masalah pekerjaanku, harusnya kugunakan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, belajar dari kelebihan mereka untuk menutupi kelemahanku. Ini akan membantuku dan pekerjaan gereja. Kulihat dengan jelas aku tak lebih baik dari orang lain, termasuk saudari yang mengawasi pekerjaanku. Aku harus menerima bimbingan dan nasihat orang lain, memperbaiki penyimpangan dan kesalahanku, berani mengungkapkan kelemahanku dan mencari bantuan orang lain. Inilah orang dengan nalar dan kemanusiaan yang normal. Mengetahui ini, aku mulai melepaskan pandanganku yang salah. Aku tak lagi merasa bisa menyirami petobat baru tanpa pengawasan siapa pun. Sebaliknya, aku merasa punya banyak kekurangan dan tak sempurna. Setelah itu, aku mulai menerima nasihat saudariku, dan saat dia ingin tahu tentang aspek apa pun dari keadaan petobat baru, kubahas secara terbuka dan kuperincikan kepadanya. Seperti ini, aku menjadi lebih efektif dalam tugasku.

Suatu hari, saudariku menanyakan situasi petobat baru. Aku menjawab pertanyaannya tanpa keberatan dan memerincikan alasan kehadiran tak teratur dari beberapa petobat baru. Dia mengingatkanku pada beberapa poin penting, lalu kutulis dan laksanakan. Aku melihat bahwa sangat baik menerima nasihat orang lain. Meski kadang saat dia menunjukkan kekuranganku, aku tak bisa langsung terima, aku paham dia ada di sini untuk membantuku, jadi aku tak boleh negatif dan menolak. Aku harus berdoa di hadapan Tuhan dan mencari, yang bermanfaat bagiku dan pekerjaan gereja. Tanggung jawabku menyirami petobat baru dengan baik, meletakkan fondasi mereka di jalan yang benar, bersedia menerima pengawasan orang dan bertugas dengan baik.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Aku Tidak Jujur dalam Imanku

Oleh Saudari Michelle, Kamerun Sejak dahulu keluargaku sangat miskin, dan aku bermimpi menjadi seorang eksekutif bank, memiliki status...