Perenungan Setelah Menentang Pengawasan

14 Desember 2022

Oleh Saudari Mi Hui, Tiongkok

Pada tahun 2021, aku memimpin pekerjaan penyiraman di gereja. Selama waktu itu, pemimpin kami sering menanyakan kemajuan pekerjaan kami untuk mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan kami. Pemimpin juga selalu bertanya kepadaku apakah ada masalah dalam pekerjaan. Awalnya, aku akan secara aktif menjawab, tapi setelah beberapa waktu, aku mulai menjadi tak sabar. Kupikir: "Sangat merepotkan jika harus terus memberitahu pemimpin tentang kemajuan kami dan itu membuang banyak waktu. Bukankah kinerjaku akan terpengaruh? Jika kinerjaku buruk, bukankah pemimpin akan memberhentikanku?" Menyadari hal ini, aku mulai bersikap sangat menentang pengawasan pemimpin terhadap pekerjaan kami.

Suatu kali, pemimpin mengirimiku surat menanyakan kemajuan pekerjaan. Dia bertanya berapa banyak orang yang telah menerima Injil bulan itu, berapa banyak jemaat yang tak berkumpul secara teratur dan mengapa, gagasan agamawi apa yang mereka pegang, dan bagaimana kami menyelesaikannya melalui persekutuan. Dihadapkan dengan semua pertanyaan ini, aku merasa sedikit terganggu. Ada begitu banyak hal yang dibahas dan aku harus mendiskusikan dan membahas semuanya dengan pekerja penyiraman. Ini akan sangat menunda pekerjaan kami, dan aku bersikap menolak: "Kau mengajukan begitu banyak detail dengan semua pertanyaan ini—berapa lama ini akan menunda kami? Jika kami tak membuahkan hasil dalam pekerjaan penyiraman kami, apakah kau akan berkata aku tak melakukan pekerjaan nyata dan tak kompeten?" Ketika kuperhatikan para Saudari yang bekerja sama denganku juga merasa ragu, kupikir dalam hatiku: "Jika mereka juga berpikir ini akan menyebabkan penundaan, mungkin kami bisa memberi saran bersama-sama, agar kelak pemimpin takkan bertanya secara rinci saat menindaklanjuti pekerjaan. Dengan begitu, kekurangan dalam pekerjaanku takkan banyak tersingkap." Jadi, aku setengah bercanda berkata: "Dengan bertanya secara terperinci, pemimpin pasti benar-benar memperhatikan kita." Segera setelah aku mengatakan itu, Saudari Li setuju, berkata "Ini seperti interogasi!" Segera setelah kudengar Saudari Li setuju denganku, sambil tertawa aku berkata: "Kita sudah cukup sibuk. Harus menjawab pertanyaan sedetail itu terlalu merepotkan. Bukankah itu akan memengaruhi hasil pekerjaan penyiraman kita?" Para Saudari lainnya mengangguk setuju. Aku diam-diam merasa senang: "Sepertinya bukan aku saja yang menentang hal ini. Kami dapat bersama-sama memberikan saran kepada pemimpin, dengan begitu dia takkan selalu menindaklanjuti pekerjaan kami." Dengan hasutanku, setiap kali pemimpin datang menindaklanjuti pekerjaan kami, rekan kerjaku akan memperlihatkan raut wajah yang masam dan bahkan ketika menjawab, mereka hanya menjawab seadanya. Mereka tak memberikan laporan yang rinci tentang masalah dan penyimpangan dalam pekerjaan kami dan akibatnya, pemimpin tak dapat memahami masalah yang kami hadapi dan pekerjaan penyiraman tidak membaik.

Di lain waktu, pemimpin mendapati kami tak berfokus untuk membina pekerja penyiraman, jadi dia mengirim surat kepada kami untuk mempersekutukan pentingnya aspek pekerjaan ini dan memberi kami beberapa jalan penerapan Dia juga menunjukkan bahwa kami tak terbeban untuk pekerjaan ini, berlambat-lambat dan tidak efektif. Akibatnya, petobat baru tak dibina dan ini secara langsung memengaruhi pekerjaan penyiraman. Dia meminta kami untuk mulai berfokus pada masalah ini. Dia juga menuntut agar hasil kami harus meningkat di bulan berikutnya dan kami harus dengan segera membina beberapa petobat baru sebagai penyiram. Aku agak bersikap menolak ketika membaca surat itu: "Ini menuntut terlalu banyak. Para petobat baru ini baru saja memulai tugas mereka—tak mudah untuk membina mereka! Kau punya banyak pengalaman dalam membina orang, kau tak boleh menuntut kami dengan standarmu sendiri!" Namun kemudian kupikir, "Jika aku mengeluh secara langsung, akankah dia berpikir aku bukan pekerja yang kompeten? Tidak! Aku harus memperlihatkan kepadanya bahwa seluruh tim kami tak mampu memenuhi tuntutan ini, dengan begitu dia tak punya pilihan selain mengalah dan aku takkan dimintai pertanggungjawaban seorang diri." Jadi, aku mengerutkan alisku dan, dengan nada suara khawatir, berkata: "Tuntutan pemimpin agak terlalu tinggi. Kita tak punya pengalaman sebanyak dia." Para Saudari lainnya segera mengangguk dan setuju. Salah seorang dari mereka berkata: "Pemimpin memiliki kualitas yang baik dan sangat efisien dalam pekerjaannya, bagaimana mungkin kita bisa dibandingkan dengan dia?" Yang lain berkata: "Pemimpin menuntut terlalu banyak dari kita. Bagaimana kita bisa menyelesaikan pekerjaan ini?" Aku sangat senang melihat semua orang setuju denganku. Pemimpin tak punya pilihan selain mengalah. Lagi pula, dia tak bisa mengabaikan seluruh tim! Keesokan harinya, aku menjawab surat pemimpin dan menjelaskan masalah yang kami hadapi dalam pekerjaan untuk berusaha memberinya gambaran tentang keadaan kami saat ini. Di akhir surat, aku menambahkan kalimat, yang berbunyi: "Inilah hasil kerja optimal kami untuk saat ini. Akan sulit untuk meningkatkannya lebih lanjut," dan aku menekankan kata "kami" dalam surat itu agar pemimpin tahu ini pendapat kami bersama. Dengan begitu, pemimpin takkan menuntut kami dengan standar yang tinggi. Namun, di luar dugaan, selama pertemuan berikutnya, pemimpin menangani dan menyingkapkanku, berkata aku tak terbeban dalam tugasku, tak termotivasi untuk mengalami kemajuan, menyebarkan ide-ide negatif di antara saudara-saudari, membentuk kelompok tertutup dan menghasut yang lain untuk menentang pemimpin bersamaku. Dia juga berkata aku berlambat-lambat dalam membina petobat baru, mengganggu pekerjaan gereja dan tak berperan apa pun dalam pekerjaan tim. Akhirnya aku diberhentikan setelah itu.

Setelah diberhentikan, aku merasa sangat bersalah dan sedih. Aku sadar telah membuat masalah, melakukan kejahatan dan menyinggung Tuhan. Aku tak mencari kebenaran ketika masalah muncul dan bahkan telah menyebarkan gagasan yang menyebabkan semua orang hidup dalam kenegatifan dan kepasifan. Aku benar-benar telah menghambat pekerjaan gereja. Kemudian, ketika merenung, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Karena, di dalam hatinya, antikristus selalu meragukan esensi ilahi Kristus, dan selalu memiliki watak yang tidak taat, ketika Kristus memercayakan mereka untuk melakukan sesuatu, mereka selalu memeriksa dan mendiskusikannya, dan meminta orang untuk menentukan apakah mereka benar atau salah. Ini adalah masalah yang menyedihkan, bukan? (Ya.) Mereka tidak memperlakukan hal-hal ini dari sudut pandang ketaatan pada kebenaran; sebaliknya, mereka memperlakukannya dengan sikap yang menentang terhadap Tuhan. Inilah watak antikristus. Ketika mereka mendengar perintah dan pengaturan kerja dari Kristus, mereka tidak menerima dan menaatinya, tetapi mulai berdiskusi. Dan apa yang mereka diskusikan? Mereka mendiskusikan apakah perkataan dan perintah Kristus itu benar atau salah, dan memeriksa apakah itu harus dilaksanakan atau tidak. Apakah sikap mereka adalah sikap yang benar-benar ingin melakukan hal-hal ini? Tidak—mereka ingin mendorong lebih banyak orang untuk menjadi seperti mereka, untuk tidak melakukan hal-hal ini. Dan apakah tidak melakukannya berarti mereka menerapkan kebenaran dalam hal ketaatan? Tentu saja tidak. Jadi apa yang mereka lakukan? (Memberontak.) Bukan mereka sendiri yang memberontak terhadap Tuhan, mereka juga mencari orang lain untuk memberontak bersama-sama dengan mereka. Ini adalah natur dari tindakan mereka, bukan? Mengajak orang lain untuk memberontak: membuat semua orang menjadi sama dengan mereka, membuat semua orang berpikir sama dengan mereka, mengatakan hal yang sama dengan mereka, memutuskan hal yang sama dengan mereka, secara bersama-sama menentang keputusan dan perintah Kristus. Inilah modus operandi antikristus. Keyakinan antikristus adalah, 'Bukanlah sebuah kejahatan jika semua orang melakukannya', dan karena itu mereka mendorong orang lain untuk memberontak terhadap Tuhan, berpikir bahwa jika demikian halnya, tidak akan ada yang bisa rumah Tuhan lakukan terhadap mereka. Bukankah ini bodoh? Kemampuan antikristus sendiri untuk menentang Tuhan sangat terbatas, mereka sendirian. Jadi mereka berusaha mengumpulkan orang untuk bersama-sama dengan mereka menentang Tuhan, berpikir di dalam hatinya, 'Aku akan mengumpulkan sekelompok orang, dan membuat mereka berpikir dan bertindak dengan cara yang sama seperti aku. Bersama-sama, kita akan menolak firman Kristus, dan menghalangi firman Tuhan, serta menghentikannya untuk tidak lagi berbuah. Dan ketika seseorang datang untuk memeriksa pekerjaanku, akan kukatakan bahwa semua orang memutuskan untuk melakukannya seperti ini—dan kita lihat saja nanti bagaimana Engkau akan menangani hal ini. Aku tidak akan melakukannya untuk-Mu, aku tidak akan melaksanakan pekerjaan ini—dan mari kita lihat apa yang Engkau lakukan terhadapku!' ... Bukankah hal-hal inilah yang terwujud dalam diri antikristus yang penuh kebencian? (Mereka sangat penuh kebencian.) Dan apa yang membuat mereka penuh kebencian? Antikristus ingin merebut kekuasaan di rumah Tuhan, dan di mana pun mereka berada, perkataan Kristus tidak boleh terlaksana, mereka tidak akan melaksanakannya. Tentu saja, situasi lain juga dapat terjadi ketika orang tidak mampu menaati firman Kristus: ada orang-orang yang memiliki kualitas yang buruk, mereka tidak mampu memahami firman Tuhan ketika mereka mendengarnya, dan tidak tahu bagaimana cara melaksanakannya; meskipun engkau mengajari mereka caranya, mereka tetap tidak tahu. Ini adalah masalah yang berbeda. Topik yang kita bahas saat ini adalah esensi antikristus, yang tidak berkaitan dengan apakah orang mampu melakukan sesuatu atau tidak, atau seperti apa kualitas mereka; ini berkaitan dengan watak dan esensi antikristus. Antikristus sepenuhnya menentang Kristus, pengaturan kerja rumah Tuhan, dan prinsip kebenaran. Mereka tidak memiliki ketaatan, hanya ada penentangan. Inilah yang dimaksud dengan antikristus" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). Firman Tuhan benar-benar menghunjam hatiku. Aku tak menyadari yang kulakukan adalah pelanggaran serius. Khususnya, aku memahami penjelasan Tuhan bahwa antikristus memiliki watak yang memberontak, tak sedikit pun menerima atau mau tunduk pada tuntutan Tuhan dan pengaturan pekerjaan rumah Tuhan, penuh dengan penentangan dan perlawanan dan bahkan menipu orang lain untuk menentang bersama mereka. Mengingat kembali yang telah terjadi, aku pun menyingkapkan perilaku seperti itu. Ketika pemimpin ingin menindaklanjuti pekerjaan kami secara rinci, aku menjadi terganggu dan khawatir itu akan memperlambat pelaksanaan tugas dan memengaruhi hasil kerjaku, jadi aku tak mau menerimanya dan menyebarkan prasangka terhadap pemimpin, dan mengumpulkan saudari lainnya untuk bangkit dan menentang dia bersamaku. Ketika pemimpin menunjukkan kemajuan kami terlalu lambat dan tak mendapatkan hasil, dan mempersekutukan cara meningkatkan efisiensi kerja kami, aku menentang, berdebat, dan tak mau tunduk. Menganggap pemimpin itu menuntut kami dengan standar yang terlalu tinggi dan tak memahami masalah kami yang sebenarnya. Ketika pemimpin mempersekutukan cara untuk meningkatkan efisiensi kami, aku tak mau mendengarkan. Untuk membuat pemimpin mengalah dan menurunkan standarnya bagi kami, dan memastikan dia tahu hasil buruk dalam pekerjaan kami bukan karena aku sendiri, aku menyebarkan gagasan di antara saudari lain bahwa tuntutan pemimpin terlalu tinggi, mendorong mereka untuk percaya bahwa pemimpin itu menuntut kami terlalu tinggi dan menghasut mereka untuk menentang bersamaku agar aku takkan dimintai pertanggungjawaban seorang diri. Aku sangat licik dan berbicara dengan motif tersembunyi dan tipu muslihat iblis. Yang bisa kupikirkan hanyalah bagaimana memperalat orang lain untuk mencapai motifku. Pemimpin menanyakan detail pekerjaan kami untuk mengetahui dan menyelesaikan masalah yang kami hadapi tepat waktu, membantu kami meningkatkan efisiensi kerja dan membina petobat baru untuk melaksanakan tugas mereka sesegera mungkin. Dia hanya bekerja menurut tuntutan Tuhan dan pengaturan gereja, tapi aku tak mau tunduk dan menentang. Ini bukanlah perbedaan pendapat dengan pemimpinku, melainkan penentangan terhadap pekerjaan gereja dan tuntutan Tuhan. Aku bertindak sangat berlawanan dengan Tuhan. Aku menipu dan menghasut semua orang untuk berdiri di pihakku, agar kami semua memiliki keyakinan yang sama dan sepakat dalam menentang Tuhan. Aku telah menyingkapkan watak antikristus dan bertindak sebagai antek Iblis. Aku berbicara secara negatif untuk menipu saudara-saudari, menyebabkan mereka kehilangan dorongan untuk maju, puas dengan level mereka saat ini dan hanya asal-asalan dalam pekerjaan mereka. Akibatnya, pekerjaan penyiraman selalu gagal membuahkan hasil. Hambatan dan penentangan terhadap pembinaan petobat baru ini adalah perbuatan jahat! Setelah menyadari hal ini, aku merasa sedikit takut. Jika terus seperti itu, aku hanya akan melakukan lebih banyak kejahatan dan pada akhirnya akan menjadi antikristus dan disingkapkan dan diusir. Pemberhentianku oleh gereja adalah tanda keadilan dan perlindungan Tuhan. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa: "Ya Tuhan, pemberhentianku adalah tanda keadilan-Mu. Dengan disingkapkan dan dihakimi oleh firman-Mu, Akhirnya aku telah menyadari watak antikristusku. Engkau sedang melindungi dan menyelamatkanku melalui pemberhentian ini dan aku bersyukur kepada-Mu!"

Setelah itu, aku menemukan dua bagian lain firman Tuhan yang menyingkapkan watak rusak semacam ini: "Antikristus sering menyebarkan teori untuk menipu orang. Pekerjaan apa pun yang antikristus lakukan, mereka harus selalu menjadi penentu keputusan. Mereka sepenuhnya bertentangan dengan prinsip kebenaran. Jadi, dilihat dari apa yang terwujud dalam diri antikristus, Seperti apa sebenarnya watak antikristus itu? Apakah mereka menyukai hal-hal positif, apakah mereka menyukai kebenaran? Apakah mereka memiliki ketaatan yang sejati kepada Tuhan? (Tidak.) Esensi mereka adalah ketidaksukaan dan kebencian akan kebenaran. Selain itu, mereka sedemikian congkaknya, sampai-sampai menjadi sama sekali tidak bernalar, dan bahkan tidak memiliki sedikit pun hati nurani dan akal sehat; mereka tidak layak disebut manusia. Yang bisa dikatakan hanyalah bahwa mereka adalah sejenis dengan Iblis—mereka adalah setan-setan. Tidak diragukan lagi, semua orang yang tidak menerima kebenaran adalah setan" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). "Di dalam hati antikristus, bagaimana sikap mereka dalam menerapkan kebenaran dan menaati Kristus? Satu kata: penentangan. Mereka terus saja menentang. Dan watak apa yang terkandung dalam penentangan ini? Apa yang menyebabkannya? Ketidaktaatanlah yang menyebabkannya. Dalam hal watak, ini adalah ketidaksukaan mereka akan kebenaran, ini berarti ada ketidaktaatan di dalam hati mereka, ini adalah sikap mereka yang tidak mau taat. Jadi, apa yang antikristus pikirkan, di dalam hati mereka, ketika rumah Tuhan meminta agar para pemimpin dan pekerja belajar untuk bekerja sama secara harmonis, alih-alih satu orang yang menjadi penentu keputusan, tetapi belajar bagaimana mendiskusikan segala sesuatu? 'Mendiskusikan segala sesuatunya dengan orang lain sangatlah merepotkan! Aku mampu mengambil keputusan mengenai hal-hal ini. Bekerja dengan orang lain, membicarakannya dengan mereka, melakukan segala sesuatu berdasarkan prinsip—betapa bodoh dan memalukan!' Antikristus menganggap dirinya memahami kebenaran, menganggap semuanya jelas bagi mereka, menganggap dirinya memiliki wawasan dan cara mereka sendiri dalam melakukan segala sesuatu, sehingga mereka tidak mampu bekerja dengan orang lain, mereka tidak mendiskusikan apa pun dengan orang lain, mereka melakukan segalanya dengan cara mereka sendiri, dan tidak mendengarkan orang lain! Meskipun mulut antikristus berkata mereka bersedia untuk taat, dan bersedia bekerja bersama orang lain, namun, terdengar sebagus apa pun jawaban mereka, semuluk apa pun perkataan mereka, mereka tak mampu mengubah keadaan mereka yang memberontak, tak mampu mengubah watak jahat mereka. Di dalam hatinya, mereka sebenarnya sangat memberontak—sampai sejauh mana? Jika dijelaskan dalam bahasa pengetahuan, ini adalah fenomena yang terjadi ketika dua hal yang sama sekali berbeda dipersatukan: penolakan, yang dapat kita artikan sebagai 'penentangan'. Inilah tepatnya watak antikristus: penentangan terhadap Yang di Atas. Mereka suka menentang Yang di Atas dan mereka tidak menaati siapa pun" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Empat)). Firman Tuhan bagaikan pisau yang menghunjam hatiku. Tuhan berkata natur dan substansi antikristus adalah membenci kebenaran dan menentang Tuhan. Aku sadar watakku sama dengan watak antikristus. Aku merasa terganggu dan menentang pengawasan pemimpin, berpikir itu akan memperlambat pekerjaanku dan menganggapnya menuntut terlalu banyak saat meminta kami meningkatkan hasil kerja, jadi aku tak mau tunduk dan terus membuat keributan dan memprotes. Sebenarnya, seharusnya aku bersikap menerima ketika pemimpin menunjukkan masalah dalam pekerjaan kami dan dengan patuh merenungkan mengapa kami gagal membuahkan hasil dalam pekerjaan kami, apakah itu karena kami terlalu santai dalam tugas kami, atau kurang wawasan dan tak mampu menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah saudara-saudari. Setelah mengidentifikasi masalah, aku seharusnya bergerak cepat untuk memperbaiki dan meningkatkannya. Namun, aku sama sekali tak menerima kebenaran atau merenung, aku juga tak menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah karena tak melakukan tugasku dengan baik. Agar tidak diberhentikan, aku berusaha keras menghasut orang lain agar menentang pemimpin bersamaku. Tindak lanjut dan pengawasan pemimpin adalah hal yang positif dan tuntutan Tuhan, tapi aku menentang dan memprotes. Di luarnya, aku mengungkapkan pendapat yang berbeda dengan pemimpin, tapi intinya, aku muak akan kebenaran dan membenci hal-hal positif. Aku telah mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Menyadari betapa aku muak akan kebenaran dan bahkan memberontak terhadap Tuhan, aku merasa takut dengan watak jahatku. Aku teringat dengan antikristus tertentu yang telah diusir dari gereja. Ketika orang mengkritik, membantu, memangkas dan menangani mereka, mereka tak pernah mau menerima kebenaran atau merenungkan diri mereka sendiri. Jika orang mengawasi pekerjaan mereka atau memberi saran, mereka selalu menjadi marah karena malu dan akan menganggap orang-orang itu sebagai musuh mereka. Mereka dengan keras kepala dan bersuara memprotes dan terus menentang. Bahkan ketika mereka melakukan kejahatan yang menyebabkan kerugian serius pada pekerjaan gereja, mereka tetap tak mau bertobat dan akhirnya diusir dari gereja. Semua ini karena watak antikristus mereka, yang muak dan membenci kebenaran. Bukankah watak yang kusingkapkan sama seperti watak antikristus? Jika tak bertobat, pada akhirnya aku akan disingkapkan dan diusir.

Kemudian, aku juga merenungkan mengapa aku menghasut yang lain untuk menentang pemimpin. Apa sumber penyebab di balik semua ini? Selama pencarianku, aku menemukan bagian firman Tuhan ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebelum manusia mengalami pekerjaan Tuhan dan memahami kebenaran, natur Iblislah yang mengendalikan dan menguasai mereka dari dalam. Secara spesifik, apa yang terkandung dalam natur itu? Misalnya, mengapa engkau egois? Mengapa engkau mempertahankan posisimu? Mengapa memiliki emosi yang begitu kuat? Mengapa engkau menikmati hal-hal yang tidak benar? Mengapa engkau menyukai kejahatan? Apakah dasar kesukaanmu akan hal-hal seperti itu? Dari manakah asal hal-hal ini? Mengapa engkau begitu senang menerimanya? Saat ini, engkau semua telah memahami bahwa alasan utama di balik semua hal ini adalah karena racun Iblis ada di dalam diri manusia. Jadi, apakah racun Iblis itu? Bagaimana racun Iblis dapat disingkapkan? Misalnya, jika engkau bertanya, 'Bagaimana seharusnya orang hidup? Untuk apa seharusnya orang hidup?' Orang akan menjawab: 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri.' Satu frasa ini mengungkapkan sumber penyebab masalahnya. Falsafah dan logika Iblis telah menjadi kehidupan manusia. Apa pun yang orang kejar, mereka melakukannya demi diri mereka sendiri—oleh karena itu, mereka hidup hanya demi dirinya sendiri. 'Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri'—ini adalah falsafah hidup manusia dan ini juga mewakili natur manusia. Perkataan ini telah menjadi natur manusia yang rusak, potret sebenarnya dari natur jahat manusia yang rusak, dan natur jahat ini telah menjadi dasar bagi keberadaan manusia yang rusak; selama ribuan tahun, manusia yang rusak telah hidup berdasarkan racun Iblis ini, hingga hari ini. Segala sesuatu yang Iblis lakukan adalah demi selera, ambisi dan tujuannya sendiri; dia ingin melampaui Tuhan, membebaskan diri dari Tuhan, dan menguasai segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan. Sekarang ini, sampai sedemikian rupa manusia telah dirusak oleh Iblis: mereka semua memiliki natur yang jahat, mereka semua berusaha menyangkal dan menentang Tuhan, mereka ingin mengendalikan nasib mereka sendiri dan mencoba menentang pengaturan dan penataan Tuhan—ambisi dan selera mereka sama persis dengan ambisi dan selera Iblis. Oleh karena itu, natur manusia adalah natur Iblis" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Menempuh Jalan Petrus"). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti kemampuanku untuk melakukan tindakan yang sangat menentang Tuhan bukan hanya penyingkapan watakku yang rusak, tapi terutama karena natur Iblis dan watak jahatku. Akibatnya, aku mampu menentang Tuhan setiap saat. Aku sadar telah sangat dirusak oleh Iblis. Aku hidup berdasarkan falsafah Iblis "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan telah menjadi sangat egois dan curang. Semua yang kulakukan dan katakan hanyalah untuk melindungi diriku dan menjaga kepentinganku. Ketika pemimpin menemukan masalah dan penyimpangan dalam pekerjaanku saat melakukan pengawasan, karena aku khawatir pemimpin akan berkata aku tak kompeten dan memberhentikanku, aku berkomplot dan bersekongkol, menyebarkan ketidakpuasan terhadap pemimpin lalu mengajak dan menghasut orang lain untuk bersatu melawan pemimpin, menentang pengawasan pemimpin dan membuat dia tahu aku bukan satu-satunya yang bekerja tak efisien, bahwa ini adalah masalah semua orang. Untuk melindungi statusku, aku merancang rencana yang rumit untuk melawan pemimpin dan melindungi diriku sendiri. Hal ini menyebabkan kerugian serius pada pekerjaan gereja. Makin kurenungkan, makin aku sadar betapa egois, hina, dan tak tahu malunya diriku selama ini. Mampu melakukan sesuatu yang begitu jahat—aku jelas tak punya kemanusiaan! Aku merasa sangat menyesal dan berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Aku telah melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja. Aku siap untuk bertobat sepenuhnya, menerima pengawasan dan bimbingan pemimpinku, dan dengan sungguh-sungguh melaksanakan tugasku sebagai makhluk ciptaan."

Setelah itu, aku membaca beberapa bagian firman Tuhan yang memperlihatkan kepadaku sikap yang benar yang harus dimiliki terhadap pengawasan dan bimbingan pemimpin. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Meskipun, sekarang ini, banyak orang melaksanakan tugas, hanya ada sedikit orang yang mengejar kebenaran. Jarang ada orang yang mengejar kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran pada saat mereka melaksanakan tugasnya; sebagian besar orang, masih tidak memiliki prinsip dalam cara mereka melakukan sesuatu, mereka tetaplah bukan orang yang benar-benar menaati Tuhan; mulut mereka saja yang mengatakan bahwa mereka mencintai kebenaran, bahwa mereka mau mengejar kebenaran dan mau berjuang untuk kebenaran, tetapi tetap saja tak seorang pun tahu berapa lama tekad tersebut akan bertahan. Orang yang tidak mengejar kebenaran cenderung menyingkapkan watak rusak mereka kapan saja atau di mana saja. Orang yang tidak mengejar kebenaran tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, mereka sering kali ceroboh dan asal-asalan, mereka bertindak sekehendak hatinya, dan bahkan tak mampu menerima diri mereka dipangkas dan ditangani. Orang yang tidak mengejar kebenaran, begitu mereka menjadi negatif dan lemah, mereka cenderung menyerah—ini sering terjadi, tidak ada yang lebih biasa terjadi daripada ini; demikianlah perilaku semua orang yang tidak mengejar kebenaran. Jadi, jika orang belum memperoleh kebenaran, mereka tidak dapat diandalkan dan tidak dapat dipercaya. Apa artinya mereka tidak dapat dipercaya? Itu berarti saat mereka menghadapi kesulitan atau kemunduran, besar kemungkinan mereka akan jatuh, juga menjadi negatif dan lemah. Apakah orang yang sering menjadi negatif dan lemah adalah orang yang dapat dipercaya? Tentu saja tidak. Namun, orang yang memahami kebenaran berbeda. Orang yang sungguh-sungguh memahami kebenaran pasti memiliki hati yang takut akan Tuhan dan hati yang menaati Tuhan, dan hanya orang yang memiliki hati yang takut akan Tuhan-lah yang bisa dipercaya; orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak dapat dipercaya. Bagaimana cara memperlakukan orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan? Mereka, tentu saja, harus diberi bimbingan dan dukungan penuh kasih. Mereka harus lebih sering diperiksa saat melakukan tugas mereka, dan diberi lebih banyak bantuan dan bimbingan; hanya dengan demikian, dapat dipastikan mereka akan melaksanakan tugas mereka dengan efektif. Lalu apa tujuan melakukan hal ini? Tujuan utamanya adalah menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan. Tujuan kedua adalah agar dapat dengan segera mengidentifikasi masalahnya, dengan segera membekali mereka, mendukung mereka, menangani dan memangkas mereka, meluruskan penyimpangan mereka, melengkapi kekurangan dan apa yang kurang pada diri mereka. Ini bermanfaat bagi orang-orang; tidak ada yang jahat mengenai hal ini. Mengawasi orang, mengamati mereka, mencari tahu lebih banyak tentang apa yang mereka lakukan—semua ini adalah untuk membantu mereka masuk ke jalur yang benar dalam iman mereka kepada Tuhan, memampukan mereka melaksanakan tugasnya sesuai perintah Tuhan dan sesuai dengan prinsip, sehingga mereka tidak menimbulkan gangguan atau kekacauan, sehingga mereka tidak membuang waktu. Tujuan melakukan ini sepenuhnya lahir dari rasa tanggung jawab terhadap mereka dan pekerjaan rumah Tuhan; tidak ada yang jahat dalam hal ini" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Rumah Tuhan mengawasi, mengamati, dan memeriksa mereka yang melaksanakan tugas. Apakah engkau semua mampu menerima prinsip rumah Tuhan ini? (Ya.) Adalah hal yang baik jika engkau memperbolehkan rumah Tuhan mengawasi, mengamati, dan memeriksa dirimu. Ini membantumu dalam tugasmu, melakukan tugas yang memuaskan dan memenuhi kehendak Tuhan. Hal itu juga bermanfaat dan membantu orang-orang, tanpa kerugian sama sekali. Setelah orang memahami prinsip-prinsip dalam hal ini, apakah mereka boleh atau tidak boleh lagi memiliki perasaan yang menentang atau membela diri terhadap pengawasan pemimpin, pekerja dan umat pilihan Tuhan? Kau mungkin diperiksa dan diamati sewaktu-waktu, dan pekerjaanmu mungkin dipantau, tetapi janganlah menganggap hal itu serangan terhadap pribadimu. Mengapa demikian? Sebab tugas-tugasmu sekarang, tugas yang kau kerjakan, dan pekerjaan apa pun yang kaulakukan bukanlah urusan pribadi atau pekerjaan pribadi seseorang; semua itu berkaitan dengan pekerjaan rumah Tuhan dan berkaitan dengan satu bagian dari pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi dan mengamatimu, atau mengajukan pertanyaan mendalam kepadamu, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka menangani serta memangkasmu sedikit, mendisiplinkan dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau perasaan negatif terhadap hal ini. Apa artinya jika engkau mampu menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan orang lain? Artinya, di dalam hatimu, engkau menerima pemeriksaan Tuhan. Jika engkau tidak menerima pengawasan, pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan tentang dirimu—jika engkau menolak semua ini—mampukah engkau menerima pemeriksaan Tuhan? Pemeriksaan Tuhan jauh lebih mendetail, mendalam, dan akurat daripada pertanyaan orang; yang Tuhan tuntut jauh lebih spesifik, teliti, dan mendalam daripada ini. Jadi, jika engkau tak mampu menerima dirimu diawasi oleh umat pilihan Tuhan, bukankah pernyataanmu bahwa engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan adalah omong kosong? Agar engkau mampu menerima pemeriksaan dan pengujian Tuhan, engkau harus terlebih dahulu mampu menerima pengawasan oleh rumah Tuhan, oleh para pemimpin dan pekerja, serta saudara-saudari" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). Melalui firman Tuhan aku sadar, karena watak rusak yang jahat ada di dalam diri kita, kita sering bertindak sesuka hati dalam pekerjaan kita. Selain itu, karena natur kita yang jahat dan malas, kita sering asal-asalan dalam tugas dan tak berusaha mendapatkan hasil yang baik. Selain itu, kita menentang prinsip dalam banyak hal, jadi kita membutuhkan pemimpin dan pekerja untuk mengawasi dan memeriksa untuk memastikan pekerjaan gereja mengalami kemajuan dengan lancar. Inilah yang Tuhan tuntut dari para pemimpin dan pekerja dan ini merupakan aspek penting dari pekerjaan mereka. Jadi, aku harus tunduk dan menerima pengawasan dan bimbingan pemimpin dan pekerja. Selain itu, aku memiliki gagasan yang keliru, berpikir pengawasan dan pemeriksaan pemimpin akan memperlambat tugasku dan memengaruhi kinerjaku. Namun sebenarnya, para pemimpin menyelidiki detail pekerjaan kami untuk menemukan masalah, membantu kami menyelesaikan masalah dan memperbaiki penyimpangan. Ini sebenarnya meningkatkan kinerja kami—ini tak memperlambat kemajuan kami. Misalnya, suatu ketika saat pemimpin memeriksa pekerjaan kami, dia mendapati kami tak menyirami para petobat baru dengan kasih dan kesabaran dan tuntutan kami terhadap mereka terlalu tinggi. Hal ini menyebabkan beberapa petobat baru menjadi negatif dan tak melaksanakan tugas. Hanya melalui persekutuan pemimpin, kami dapat mengenali penyimpangan yang ada dalam pekerjaan kami. Setelah itu, kami bersekutu dengan petobat baru menggunakan firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah mereka, memberi tahu mereka tentang arti melaksanakan tugas dan menugaskan pekerjaan kepada petobat baru berdasarkan tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya. Setelah itu, keadaan mereka membaik dan mampu melaksanakan tugas mereka secara normal. Aku sadar pengawasan dan bimbingan pemimpin bukan saja tak berdampak negatif pada pekerjaan kami, tapi akan membuatku memiliki pemahaman yang lebih baik tentang prinsip dalam tugasku. Semua ini manfaat dari menerima pengawasan dan bimbingan pemimpin atas pekerjaan kita. Akhirnya aku mengerti, menerima pengawasan pemimpin adalah sikap yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan gereja dan merupakan prinsip penerapan yang harus orang miliki dalam tugasnya.

Beberapa waktu kemudian, pemimpin menugaskanku untuk terus menyirami petobat baru dan aku merasa sangat bersyukur kepada Tuhan. Setelah itu, ketika pemimpin menindaklanjuti dan membimbing kami dalam pekerjaan kami, aku tak terlalu bersikap menentang dan mampu mencatat masalah yang pemimpin temukan dan secara aktif mendiskusikan dan merangkum masalah dalam tugas kami bersama rekan sekerjaku. Ketika kami menjadi makin jelas tentang masalah yang ada dalam pekerjaan kami, kinerja kami secara berangsur mulai meningkat. Aku benar-benar merasakan, hanya dengan menerima pengawasan dan bimbingan pemimpin dalam tugas kita, memiliki sikap menerima kebenaran dan melaksanakan pekerjaan berdasarkan prinsip, barulah kita dapat membuahkan hasil yang baik dalam tugas kita. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Iri Hati Membusukkan Tulang

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok Pada November 2020, aku terpilih menjadi pemimpin tim penyiraman—aku sangat senang. Terpilih sebagai pemimpin...