Pelajaran yang Dipetik dari Menyirami Petobat Baru

14 Desember 2022

Oleh Saudari Ye Cheng, Tiongkok

Pada Januari tahun ini, aku menyirami petobat baru di gereja. Saudari Liu dan suaminya adalah dua petobat baru yang menjadi tanggung jawabku. Pengawas memberitahuku suami Saudari Liu baru saja mulai menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, baru menghadiri beberapa pertemuan dan membutuhkan lebih banyak sokongan dan penyiraman.

Dua kali saat aku pergi ke rumah Saudari Liu, pertengkaran terjadi antara dia dan suaminya. Ketika kuselidiki, aku mengetahui, Saudari Liu memandang rendah suaminya karena mengikuti tren duniawi dan tidak menjadi orang percaya yang taat. Terpikir olehku bahwa tuntutannya yang tidak realistis dan kemarahan terhadap suaminya yang baru saja mulai menyelidiki jalan yang benar dapat menghambat kemajuan suaminya. Suatu kali, aku bersekutu dengannya tentang bagaimana kita harus memperlakukan orang dengan toleransi dan kesabaran. Di luar dugaan, saudari itu tersinggung dan berkata dia sudah sangat sabar. Dia bahkan berkata, "Jika dia tidak mau percaya biarkan saja. Setidaknya dengan begitu dia takkan memengaruhi keadaanku." Aku menjadi sangat khawatir suaminya akan keluar dari gereja setelah mendengar dia mengatakan itu. Aku mengeluh dalam hatiku, "Saudari ini sangat congkak. Dia hanya mementingkan dirinya sendiri dengan kemarahannya dan tidak memedulikan perasaan orang lain. Aku harus bersekutu dengannya dan memberi tahu dia betapa seriusnya keadaan ini." Namun, ketika aku selesai bicara, Saudari Liu membela diri dengan berkata: "Aku tak mau marah. Namun, dia menghabiskan sepanjang hari di acara sosial atau bermain mahyong dan tidak membaca firman Tuhan. Dia tak mau mendengarkan sebanyak apa pun aku menasihatinya." Aku agak marah setelah mendengar ini. Kupikir: "Kau jelas menyingkapkan kerusakan, tapi hanya mengkritik suamimu. Kau sama sekali tak mengenal dirimu sendiri!" Jadi aku membacakannya satu bagian penyingkapan Tuhan tentang watak congkak orang dan menganalisis kemarahannya sebagai akibat dari terlalu banyak mendambakan status. Marah dan kehilangan kesabaran untuk membuat suaminya tunduk saat tak melakukan apa yang dia katakan adalah watak rusak dan harus diubah. Pada waktu itu, saudari itu dengan enggan mengakui dia bersikap terlalu congkak, tapi setelah itu, dia tetap sama dan tak mengalami perubahan sedikit pun. Kemudian, aku bersekutu dengannya beberapa kali lagi dan menasihatinya agar memperlakukan suaminya dengan baik, jangan selalu melihat kekurangannya, dan mulai mengenal dirinya sendiri. Namun, saudari itu tetap terus berdalih. Aku tak tahu harus berbuat apa. Awalnya, aku ingin membuat suaminya menghadiri lebih banyak pertemuan untuk membantunya membangun dasar di jalan yang benar, tapi semua pertemuan itu tiba-tiba dibatalkan.

Pada waktu itu, aku hanya terus mengeluh dan mengkritik Saudari Liu: "Dia sangat congkak dan selalu menekan suaminya. Apakah dia memiliki kemanusiaan yang buruk? Aku sudah bersekutu dengannya berkali-kali, tapi dia tidak menerapkan kebenaran atau membantu mendukung pertemuan. Aku benar-benar tak mau lagi menyiraminya." Suatu kali, aku mendiskusikan masalah ini dengan saudari yang bekerja sama denganku dan melampiaskan semua keluhanku. Saudari itu merekomendasikan sebuah video kesaksian pengalaman untukku. Satu bagian firman Tuhan dalam video itu sangat menyentuhku. Firman Tuhan katakan: "Orang harus memiliki kepedulian dan kehati-hatian serta mengandalkan kasih dalam memperlakukan orang yang sedang menyelidiki jalan yang benar. Ini karena setiap orang yang menyelidiki jalan yang benar adalah orang tidak percaya—bahkan orang-orang beragama di antara mereka kurang lebih adalah orang-orang tidak percaya—dan mereka semua rapuh: jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan gagasan mereka, mereka cenderung akan menentangnya, dan jika ada frasa yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, mereka cenderung akan menyanggahnya. Oleh karena itu, mengabarkan Injil kepada mereka membutuhkan kesabaran kita, membutuhkan kasih yang luar biasa dari pihak kita, dan membutuhkan beberapa metode dan pendekatan. Namun, yang sangat penting adalah membacakan firman Tuhan kepada mereka, menyampaikan kepada mereka seluruh kebenaran yang Tuhan nyatakan untuk menyelamatkan manusia, dan membiarkan mereka mendengar suara Tuhan serta firman yang diucapkan Sang Pencipta. Dengan cara demikian, mereka akan mendapatkan manfaatnya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil"). Tuhan menuntut agar kita memperlakukan setiap calon penerima Injil dengan kasih, dan harus membantu dan menolong mereka dengan kesabaran dan kasih yang besar, mempersekutukan kebenaran dengan mereka dan membawa mereka ke hadapan Tuhan. Ini tanggung jawab dan tugas setiap penginjil. Aku dapat merasakan kasih Tuhan bagi hidup manusia dalam setiap perkataan-Nya. Inilah sebabnya Dia membuat tuntutan ini terhadap kita. Merenungkan kasih dan pengertian Tuhan terhadap manusia, aku merasa malu. Aku teringat bagaimana aku memperlakukan Saudari Liu. Ketika bersekutu dengannya beberapa kali karena marah terhadap suaminya dan dia tak berubah, aku menjadi marah, mencari bagian firman Tuhan untuk mengkritiknya sesuka hatiku, menganalisis masalahnya, melampiaskan rasa frustrasiku terhadapnya, dan tak sedikit pun memikirkan perasaan atau tingkat pertumbuhannya. Aku bahkan berkata dia memiliki kemanusiaan yang buruk di depan rekan sekerjaku. Di manakah kasihku? Saudari Liu baru saja menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman selama enam bulan dan masih tak memahami banyak kebenaran—jadi bukankah normal baginya untuk menyingkapkan kerusakan ketika menghadapi masalah? Aku bukan saja tak membimbingnya dengan kasih untuk membantunya menerapkan kebenaran, tapi aku malah meremehkannya. Aku benar-benar tak punya kemanusiaan. Merenungkan semua ini, aku sadar penyebab aku tak memperoleh hasil apa pun setelah bersekutu beberapa kali dengan Saudari Liu adalah karena aku tak memberikan persekutuan dengan kasih dan menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalahnya. Sebaliknya, aku dengan congkak meremehkan dan membatasi dia dan menegurnya dengan kemarahan. Bagaimana aku berharap untuk membantunya memahami kebenaran dan mengubah keadaannya jika bertindak seperti itu? Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa, siap untuk mengubah niatku dan berhenti memperlakukan Saudari Liu berdasarkan watakku yang rusak.

Suatu hari, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Engkau perlu memiliki pemahaman tentang berbagai keadaan yang akan orang alami ketika Roh Kudus bekerja dalam diri mereka. Khususnya, orang-orang yang bekerja sama untuk melayani Tuhan harus memiliki pemahaman yang bahkan lebih kuat tentang keadaan-keadaan ini. Jika engkau hanya membicarakan tentang banyak pengalaman atau cara-cara untuk memperoleh jalan masuk, itu menunjukkan bahwa pengalamanmu itu terlalu sepihak. Tanpa memahami keadaanmu yang sebenarnya dan tanpa memahami prinsip kebenaran, tidaklah mungkin untuk mencapai perubahan watak. Tanpa mengetahui prinsip-prinsip pekerjaan Roh Kudus atau tanpa memahami buah yang dihasilkannya, akan sulit bagimu untuk mengenali pekerjaan roh-roh jahat. Engkau harus menyingkapkan pekerjaan roh-roh jahat, juga gagasan manusia, dan menerobos langsung ke inti masalahnya; engkau juga harus menunjukkan berbagai penyimpangan dalam penerapan yang orang lakukan atau berbagai masalah yang mereka hadapi dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, sehingga mereka dapat menyadarinya. Paling tidak, engkau tidak boleh membuat mereka merasa negatif atau pasif. Namun, engkau harus memahami kesulitan yang secara objektif dialami oleh kebanyakan orang, engkau tidak boleh bersikap tak masuk akal atau bersikap ibarat 'mencoba mengajari babi bernyanyi'; itu adalah perilaku yang bodoh. Untuk menyelesaikan banyak kesulitan yang orang alami, engkau harus terlebih dahulu memahami dinamika pekerjaan Roh Kudus; engkau harus memahami cara Roh Kudus melakukan pekerjaan dalam diri orang yang berbeda, engkau harus memiliki pemahaman tentang berbagai kesulitan yang orang hadapi dan kekurangan mereka, dan engkau harus memahami pokok permasalahan yang sebenarnya dan mengetahui sumber masalahnya, tanpa penyimpangan atau melakukan kesalahan apa pun. Hanya orang semacam ini yang memenuhi syarat untuk berkoordinasi dalam melayani Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Dengan Apakah Seorang Gembala yang Cakap Harus Diperlengkapi"). Merenungkan firman Tuhan, aku sadar bahwa entah itu memberitakan Injil atau menyirami petobat baru, kita harus selalu memahami masalah dan keadaan orang yang sebenarnya, dan mempersekutukan kebenaran yang relevan untuk benar-benar menyelesaikan masalah mereka. Jika kau tak memahami kesulitan mereka dan hanya bersekutu berdasarkan keyakinanmu, kau bukan saja akan gagal menyelesaikan masalah, kau cenderung menyakiti atau menyinggung perasaan mereka. Terkadang, ketika petobat baru menyingkapkan kerusakan dan kenegatifan, dan persekutuan beberapa kali tak membantu mereka berubah, Kita harus terlebih dahulu merenungkan apakah kita telah mempersekutukan kebenaran dengan jelas tentang masalah mereka. Jika masalah mereka tetap tidak terselesaikan karena kita tak mempersekutukan kebenaran dengan jelas artinya kita belum melakukan tugas dan memenuhi tanggung jawab kita. Mau tak mau aku merenungkan caraku memperlakukan Saudari Liu. Sewaktu melihat Saudari Liu memarahi suaminya, aku hanya berasumsi dia congkak dan mengendalikan suaminya, jadi aku terus mengkritiknya dan memaksanya untuk mengenali watak rusaknya sendiri, tapi pada akhirnya, masalahnya tetap tidak diselesaikan. Hanya setelah menenangkan diri dan merenungkan masalah ini, barulah aku mengerti alasan Saudari Liu terus marah adalah karena dia ingin suaminya dapat segera membangun dasar di jalan yang benar, mulai menghadiri pertemuan secara konsisten, dan mendapat perlindungan Tuhan saat menghadapi masalah. Jadi, ketika dia melihat suaminya sibuk dengan acara sosial atau bermain mahyong, dan tidak membaca firman Tuhan, dia pasti menjadi marah. Aku belum bersekutu dengannya tentang masalah ini, jadi aku tak melihat hasil apa pun dari persekutuan. Sebenarnya, masalah utamanya ada pada diriku. Aku tak mengidentifikasi masalah petobat baru untuk bersekutu dengannya, dan bahkan mengkritik dia memiliki kemanusiaan yang buruk dan tidak menerima kebenaran, dan bahkan tak ingin menyiraminya. Aku benar-benar tak mengenal diriku sendiri dan tak memiliki kasih sedikit pun terhadap orang lain. Menyadari hal ini, aku merasa sangat malu dan bersalah. Aku harus mengubah sikapku terhadap Saudari Liu, bersekutu berdasarkan keadaan aktualnya dan menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalahnya.

Sehari kemudian, sudah waktunya untuk pertemuan kami. Ketika aku tiba, Saudari Liu mulai mengeluh, berkata suaminya telah berjanji akan datang ke pertemuan, tapi masih belum pulang ke rumah. Dia juga menganggap suaminya sebagai orang yang tak mau mencari dan ingin menyerah terhadapnya. Jadi, aku bersekutu dengannya berdasarkan keadaannya. Aku berkata: "Meminta suamimu datang ke pertemuan dan membaca firman Tuhan adalah niat yang baik, tapi kita tak boleh menetapkan harapan yang terlalu tinggi padanya. Jika kau marah saat dia tak mendengarkanmu, kemungkinan besar dia tak mau menerimanya. Manusia telah sedemikian dirusak oleh Iblis dan tak mencintai kebenaran, jadi pengejaran akan kebenaran dan jalan masuk kehidupan mereka bertumbuh sangat lambat. Ini membutuhkan banyak persekutuan, pengalaman, dan bahkan rintangan untuk mendapatkan sedikit wawasan atau pemahaman. Jadi kita harus membantu orang dengan kasih dan memberi mereka waktu untuk berubah. Kita telah memahami bahwa Tuhan menuntut orang mengubah watak mereka, tapi Dia tak pernah memaksa orang atau menetapkan tuntutan yang tidak realistis. Melihat kita hidup berdasarkan watak rusak dan tak mau mendengarkan firman Tuhan, Dia tak melepaskan murka-Nya atau meninggalkan kita, melainkan mencerahkan dan membimbing kita dengan firman-Nya, memungkinkan kita mengalami segala sesuatu sedikit demi sedikit dan secara berangsur memahami kebenaran dan mengalami perubahan. Kita merasakan pendekatan-Nya sangat lembut. Jadi, jika ingin membuat keluarga kita menghadiri pertemuan dan membaca lebih banyak firman Tuhan untuk membangun dasar sesegera mungkin, ini niat yang benar, tapi kita harus bersimpati dengan kesulitan mereka dan membimbing dan menyokong mereka dengan kesabaran. Hanya dengan cara demikianlah mereka akan lebih cenderung mau menerimanya." Mendengar apa yang kukatakan, Saudari Liu menghela napas panjang dan menjawab: "Aku selalu berusaha agar suamiku lebih banyak menghadiri pertemuan dan membaca firman Tuhan, menganggap inilah yang terbaik baginya dan berusaha membuatnya mau mendengarkanku. Ketika dia tak melakukan apa yang kukatakan, aku hanya marah kepadanya. Memperlakukannya seperti itu kemungkinan besar akan menyakitinya. Aku salah. Kelak, aku akan melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan dan berhenti memperlakukannya berdasarkan watakku yang rusak." Aku juga merasa senang melihat Saudari Liu telah mendapatkan beberapa pemahaman dan ada senyum di wajahnya. Setelah itu, kami membaca satu bagian firman Tuhan bersama-sama. "Caramu seharusnya memperlakukan orang lain dengan jelas diperlihatkan dan ditunjukkan dalam firman Tuhan; sikap yang dengannya Dia memperlakukan manusia merupakan sikap yang harus diambil manusia dalam perlakuan mereka terhadap satu sama lain. Bagaimana Tuhan memperlakukan masing-masing orang? Beberapa orang memiliki tingkat pertumbuhan yang belum dewasa; atau masih muda; atau belum lama percaya kepada Tuhan; atau bukan orang yang buruk atau jahat secara natur dan esensinya, tidak jahat, tetapi hanya kurang berpengetahuan atau tidak memiliki kualitas. Atau mereka tunduk pada terlalu banyak batasan, dan belum memahami kebenaran, belum masuk ke dalam hidup sehingga sulit bagi mereka untuk menjauhkan diri dari melakukan hal-hal yang bodoh atau melakukan tindakan bodoh. Namun, Tuhan tidak berfokus pada kebodohan sesaat manusia; Dia hanya melihat hati mereka. Jika mereka bertekad untuk mengejar kebenaran, artinya mereka benar, dan ketika inilah tujuan mereka, maka Tuhan akan mengamati mereka, menunggu mereka, dan memberi mereka waktu serta kesempatan yang akan memungkinkan mereka untuk masuk. Itu bukan berarti Tuhan akan membunuh mereka hanya karena satu pelanggaran. Itu adalah sesuatu yang sering orang lakukan; Tuhan tidak pernah memperlakukan orang seperti itu. Jika Tuhan tidak memperlakukan orang seperti itu, lalu mengapa orang memperlakukan orang lain dengan cara seperti itu? Bukankah ini menunjukkan watak mereka yang rusak? Engkau harus melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang-orang yang kurang berpengetahuan dan bodoh, bagaimana Dia memperlakukan orang yang tingkat pertumbuhannya belum dewasa, bagaimana Dia memperlakukan perwujudan normal dari watak manusia yang rusak, dan bagaimana Dia memperlakukan orang yang jahat. Tuhan memperlakukan orang dengan berbagai cara dan Dia juga memiliki berbagai cara untuk menangani berbagai keadaan orang yang tak terhitung banyaknya. Engkau harus memahami kebenaran-kebenaran ini. Begitu engkau telah memahami kebenaran-kebenaran ini, engkau akan tahu bagaimana mengalami hal-hal dan memperlakukan orang sesuai dengan prinsip" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Untuk Memperoleh Kebenaran, Orang Harus Belajar dari Orang-Orang, Peristiwa dan Hal-Hal di Sekitar Mereka"). Ketika kami selesai membaca, Saudari Liu berkata itu bagian yang bagus dan memintaku lebih banyak bersekutu dengannya. Aku bersekutu dengannya, berkata: "Dalam berinteraksi dengan orang, ketika kita melihat mereka memiliki kekurangan atau masalah, kita dapat bertanya kepada mereka dengan cara yang penuh kasih dan sabar dan tak menuntut terlalu banyak dari mereka. Kita harus memberi mereka waktu untuk menerima kebenaran dan menunggu mereka secara perlahan mengalami perubahan. Tuhan tahu kita telah sedemikian dirusak oleh Iblis, dan ada banyak hambatan dan kesulitan dalam menerima dan menerapkan kebenaran. Terkadang, meskipun memahami kebenaran, kita tak bisa segera menerapkannya. Tuhan harus bersekutu dengan kita berkali-kali. Terkadang Dia khawatir kita tidak mengerti, jadi Dia dengan sabar memberikan contoh untuk kita dan menggunakan segala macam cara untuk membimbing kita agar mendapatkan pemahaman. Terkadang Dia memimpin kita melalui firman-Nya, terkadang melalui petunjuk dari saudara-saudari kita. Terkadang, kita terlalu mati rasa dan memberontak dan tak ada persekutuan yang membuahkan hasil, jadi Tuhan mengatur keadaan nyata untuk menghajar, mendisiplinkan, memangkas dan menangani kita, untuk menyentuh hati kita. Tuhan bekerja dengan cara yang sangat lembut dan penuh kasih, yang Dia lakukan tak ada unsur paksaan. Meskipun terkadang Dia dengan tegas menghajar, mendisiplinkan, menghakimi dan menyingkapkan kita, kita tetap dapat merasakan kasih dan belas kasihan-Nya. Melalui pengalaman, kita melihat bagaimana Tuhan memperlakukan orang dengan cara yang sangat berprinsip, dan tak pernah gegabah meninggalkan kita hanya karena kita belum berubah setelah mendengar banyak kebenaran. Tuhan memiliki kasih dan kesabaran yang sangat besar terhadap manusia dan memiliki keinginan yang sangat tulus untuk menyelamatkan manusia."

Setelah bersekutu dengan Saudari Liu, tiba-tiba aku sadar: "Seberapa banyak dari tuntutan Tuhan yang telah aku terapkan? Aku hanya bersekutu dengan Saudari Liu tentang bagaimana memperlakukan suaminya dengan baik, tapi aku tak memperlakukan Saudari Liu dengan baik! Ketika melihat Saudari Liu marah pada suaminya dan dia tak berubah setelah bersekutu dengannya beberapa kali, Dalam hati, aku mengkritik dia congkak, tak punya kemanusiaan, hanya bicara dan tak melakukan, dan sebagainya." Mengingat kembali apa yang kusingkapkan, aku merasa sangat malu. Saudari Liu petobat baru dan tak punya banyak pengalaman, tapi aku memaksanya mengenali sifat congkaknya dan menuntut agar dia berubah. Ketika dia tak mengalami perubahan, aku menganggapnya sebagai orang yang tidak mencari ataupun menerima kebenaran, dan bahkan mengkritik dia memiliki kemanusiaan yang buruk. Aku jelas tak memahami keadaan Saudari Liu dan tak bersekutu dengannya berdasarkan keadaannya, tapi tetap memaksanya menerima, tunduk dan berubah. Aku benar-benar congkak dan tak bernalar. Pada saat itulah aku sadar telah menyingkapkan watakku yang rusak—Keadaan Saudari Liu hanyalah cermin, memungkinkanku melihat kerusakanku sendiri. Dia baru percaya kepada Tuhan selama setengah tahun, jadi normal jika tak mampu merenungkan dan mengenal dirinya sendiri. Aku telah percaya selama bertahun-tahun dan sering mempersekutukan kebenaran dengan orang lain untuk menyelesaikan masalah, tapi seberapa banyak kebenaran yang telah kuterapkan? Bukankah hanya bisa bicara tanpa menerapkan sama seperti orang Farisi yang hanya mengkhotbahkan doktrin? Pada saat itu, aku teringat satu bagian firman Tuhan. "Ada beberapa orang yang memperlengkapi dirinya dengan kebenaran hanya untuk bekerja dan berkhotbah, untuk membekali orang lain, bukan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, apalagi untuk menerapkannya. Persekutuan mereka mungkin merupakan pemahaman murni dan sejalan dengan kebenaran, tetapi mereka tidak menilai diri mereka sendiri berdasarkan kebenaran, mereka juga tidak menerapkan atau mengalami kebenaran. Apa masalahnya di sini? Sudahkah mereka benar-benar menerima kebenaran sebagai hidup mereka? Belum. Doktrin yang orang khotbahkan, betapapun murninya, tidak berarti bahwa orang itu telah memiliki kenyataan kebenaran. Untuk dapat diperlengkapi dengan kebenaran, orang harus memasukinya sendiri terlebih dahulu, dan menerapkannya setelah mereka memahaminya. Jika orang tidak berfokus pada jalan masuk mereka sendiri, tetapi bertujuan untuk pamer dengan mengkhotbahkan kebenaran kepada orang lain, maka niat mereka itu salah. Ada banyak pemimpin palsu yang bekerja seperti ini, tak henti-hentinya menyampaikan persekutuan kepada orang lain tentang kebenaran yang mereka pahami, membekali orang percaya baru, mengajar orang untuk menerapkan kebenaran, melaksanakan tugas dengan baik, tidak bersikap negatif. Perkataan ini semuanya baik dan bagus—bahkan indah—tetapi mengapa pembicaranya sendiri tidak menerapkan kebenaran? Mengapa mereka tidak memiliki jalan masuk kehidupan? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Apakah orang seperti ini benar-benar mencintai kebenaran? Sulit untuk mengatakannya. Beginilah cara orang Farisi Israel menjelaskan Alkitab kepada orang lain, padahal mereka sendiri tak mampu menaati perintah-perintah Tuhan. Ketika Tuhan Yesus muncul dan bekerja, mereka mendengar suara Tuhan tetapi menentang Tuhan. Mereka menyalibkan Tuhan Yesus dan dikutuk oleh Tuhan. Karena itu, semua orang yang tidak menerima atau menerapkan kebenaran akan dikutuk oleh Tuhan. Betapa malangnya mereka! Jika perkataan doktrin dan huruf-huruf tertulis yang mereka khotbahkan dapat membantu orang lain, mengapa itu tidak dapat membantu mereka sendiri? Orang seperti itu bisa kita sebut sebagai orang munafik yang tidak memiliki kenyataan. Mereka membekali orang lain dengan perkataan dan huruf-huruf kebenaran, mereka menyuruh orang lain untuk menerapkannya, tetapi mereka sendiri tidak menerapkannya sedikit pun. Bukankah orang seperti itu tidak tahu malu? Mereka tidak memiliki kenyataan kebenaran, tetapi dalam mengkhotbahkan perkataan dan huruf-huruf doktrin kepada orang lain, mereka berpura-pura. Bukankah ini berarti dengan sengaja menipu dan merugikan? Jika orang seperti itu disingkapkan dan diusir, mereka sendirilah yang harus disalahkan. Mereka tidak layak untuk dikasihani" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan menggambarkan dengan tepat keadaanku sendiri. Mengingat kembali waktu aku menyirami Saudari Liu, aku telah hidup berdasarkan watak rusak dan tak memperlakukannya dengan baik. Yang kulihat hanyalah bagaimana Saudari Liu menyingkapkan wataknya yang congkak dan tidak menerima kebenaran, tapi sama sekali tak merenungkan kerusakan apa yang telah kusingkapkan. Aku tak mengenali keburukanku sendiri, dan tanpa tahu malu mengkritik Saudari Liu dengan firman Tuhan, menuntut agar dia berubah. Seolah-olah orang lain harus merenungkan kerusakan mereka, sedangkan aku tidak rusak dan karenanya tak perlu merenungkan diri. Aku benar-benar tak mengenal diriku sendiri dan sangat tak tahu malu! Aku menggunakan firman Tuhan untuk bersekutu dengan orang lain dan menyelesaikan masalah mereka, tapi aku tak merenungkan diri atau mendapatkan jalan masuk sedikit pun. Apa bedanya ini dengan orang Farisi yang munafik? Bagaimana aku berharap bisa membantu orang jika melakukan tugasku dengan cara seperti ini?

Kemudian, ketika suami Saudari Liu pulang, dia berkata kepadanya: "Saudariku baru saja membacakan beberapa bagian firman Tuhan untukku dan aku sadar aku salah. Aku telah menekanmu dengan watak congkakku. Kelak, aku akan melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan dan akan berhenti memperlakukanmu dengan watak yang rusak." Melihat Saudari Liu mampu menerapkan firman Tuhan, aku merasa makin malu. Dahulu, aku telah menganggapnya sebagai orang yang tidak menerima kebenaran, tapi sekarang fakta keadaannya seperti tamparan di wajahku. Dalam perjalanan pulang, aku teringat tentang bagaimana aku membatasi dan mengkritik Saudari Liu dan merasa sangat bersalah. Aku teringat firman Tuhan yang berkata: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong! Untuk bisa mengatasi masalah melakukan kejahatan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah dalam natur mereka. Tanpa adanya perubahan watak, orang tidak mungkin mampu menyelesaikan masalah ini secara mendasar" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Merenungkan firman Tuhan, aku melihat watak rusakku sendiri dengan lebih jelas. Mengingat kembali waktu aku menyirami Saudari Liu, ketika dia tidak berubah setelah bersekutu beberapa kali, aku tak merenungkan diriku sendiri, bahkan mengira aku telah mengidentifikasi masalah dengan tepat dan mampu bersekutu serta menyelesaikan keadaannya. Jika Saudari Liu tidak mau menerima, itu karena dia tidak menerima kebenaran. Aku baru bertemu dengan Saudari Liu beberapa kali dan sebenarnya sama sekali tidak mengenalnya, tapi aku tetap dengan sembrono mengkritik dan membatasi dia, seolah-olah aku sangat memahami kebenaran dan mampu mengetahui yang sebenarnya mengenai esensi orang setelah baru bertemu beberapa kali. Setelah disingkapkan berkali-kali, aku sadar aku tak memahami sumber dan esensi masalah orang, dan tidak memperlakukan orang berdasarkan perilaku, natur, dan esensi mereka secara keseluruhan. Aku sebenarnya tidak memahami kebenaran tetapi sangat percaya pada diriku sendiri dan berpegang teguh pada keyakinanku. Aku sama sekali tak mengenal diriku sendiri. Aku sadar jika aku terus memperlakukan petobat baru berdasarkan watak congkakku, setidaknya, aku akan berprasangka terhadap mereka, dan akan cenderung membatasi dan merugikan mereka dan menunda jalan masuk kehidupan mereka. Paling buruk, aku mungkin mengkritik dan membatasi mereka dan mungkin bahkan dengan sembrono meninggalkan mereka. Ini adalah utang kepada mereka. Menyadari hal ini, aku sedikit takut, tapi sekaligus merasa lega. Ketika aku menyingkapkan kecongkakan, rekan sekerjaku menunjukkannya, yang membuatku mengenali masalahku dan melakukan perubahan tepat waktu. Ini perlindungan Tuhan! Kemudian, aku harus meninggalkan gereja untuk sementara waktu karena tuntutan pekerjaan. Sebulan kemudian, ketika kembali bertemu Saudari Liu, dia menceritakan tentang bagaimana dia telah mengalami dan bersaksi tentang firman Tuhan saat mengabarkan Injil. Sambil mendesah dengan penuh emosi, dia melanjutkan: "Namun baru-baru ini, melalui memberitakan Injil, aku telah memahami bahwa setiap orang memiliki berbagai gagasan tentang Tuhan. Tak mudah bagi orang untuk menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan datang ke hadapan-Nya. Dahulu, aku selalu menganggap suamiku tidak mencari, dan menuntut agar dia berhenti dari banyak hal. Aku menuntut terlalu banyak darinya—itu kesalahanku. Firman Tuhan benar-benar hebat dan aku masih perlu mengalaminya lebih banyak lagi." Ketika mendengar ini, aku merasa sangat bahagia untuknya, tapi sekaligu merasa sangat malu dan sangat tersentuh. Memang dibutuhkan waktu dan pengalaman bagi orang untuk menerima kebenaran. Setelah itu, ketika petobat baru menyingkapkan kerusakan selama proses penyiraman, aku selalu berfokus untuk mengenali sumber penyebab masalah mereka, dan mencari prinsip yang relevan untuk menangani mereka. Selama waktu itu, aku juga memahami bahwa datang ke hadapan Tuhan dan membangun dasar adalah proses yang membutuhkan waktu. Dalam proses penyiraman dan menyokong mereka, aku juga selalu merenungkan diriku sendiri dan mengubah keadaanku yang salah, menyokong mereka dengan kasih, memampukan mereka membangun dasar dan datang ke hadapan Tuhan sesegera mungkin. Melaksanakan tugasku dengan cara ini membuatku merasa benar-benar damai dan tenang.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait