Menyadari Bahwa Aku Telah Menelusuri Jalan Orang Farisi

17 September 2019

Saudari Wuxin Kota Taiyuan, Provinsi Shanxi

Hal yang selalu kita bahas dalam persekutuan-persekutuan sebelumnya adalah jalan yang ditelusuri oleh Petrus dan Paulus. Dikatakan bahwa Petrus berfokus untuk mengenal dirinya sendiri dan Tuhan, dan ia adalah seorang yang diperkenan oleh Tuhan, sementara Paulus hanya berfokus pada pekerjaan, reputasi dan statusnya, dan ia adalah seorang yang dibenci Tuhan. Aku selalu takut bahwa aku telah mengambil jalan Paulus, dan karena itulah, aku seringkali membaca firman Tuhan mengenai pengalaman-pengalaman Petrus untuk melihat bagaimana ia dapat mengenal Tuhan. Setelah hidup seperti ini selama beberapa waktu, aku merasa lebih taat daripada sebelumnya, hasratku akan reputasi dan status telah meredup, dan aku mulai sedikit mengenal diriku sendiri. Pada waktu itu, aku percaya bahwa meskipun tidak sepenuhnya berada di jalan Petrus, dapat dikatakan bahwa aku sudah menyentuh tepiannya, dan setidaknya itu berarti aku tidak sedang menapaki jalan Paulus. Akan tetapi, aku akan merasa malu mendengar pengungkapan firman Tuhan.

Suatu pagi, saat aku sedang bersaat teduh, aku membaca firman Tuhan berikut: "Pekerjaan Petrus adalah pelaksanaan tugas makhluk ciptaan Tuhan. Ia bukan bekerja dalam peran seorang rasul, tetapi bekerja sambil mengejar kasih kepada Tuhan. Perjalanan pekerjaan Paulus juga mengandung pengejaran pribadinya .... Tidak ada pengalaman pribadi dalam pekerjaannya—semua itu hanya demi dirinya sendiri, dan tidak dilaksanakan di tengah pengejarannya akan perubahan. Segala sesuatu dalam pekerjaannya adalah sebuah transaksi, sama sekali tidak mengandung unsur tugas atau ketundukan seorang makhluk ciptaan Tuhan. Dalam perjalanan pekerjaannya, tidak terjadi perubahan pada watak lama Paulus. Pekerjaannya hanyalah pelayanan kepada orang lain, dan tidak dapat mendatangkan perubahan dalam wataknya. ... Petrus berbeda: ia adalah seorang yang telah melalui pemangkasan dan penanganan, dan telah mengalami pemurnian. Tujuan dan motivasi pekerjaan Petrus pada dasarnya berbeda dengan tujuan dan motivasi Paulus. Meskipun Petrus tidak melakukan sejumlah besar pekerjaan, wataknya mengalami banyak perubahan, dan hal yang dicarinya adalah kebenaran, dan perubahan yang sesungguhnya. Pekerjaannya tidak dilakukan semata-mata demi pekerjaan itu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Firman Tuhan menyentuh jiwaku dan aku pun terdiam: Petrus adalah seseorang yang menunaikan tugasnya sebagai mahkluk ciptaan. Ia bekerja melalui proses pencariannya untuk mengasihi Tuhan, bukan melalui perannya sebagai seorang rasul. Tetapi apakah aku ini orang yang menunaikan tugasnya sebagai mahkluk ciptaan atau semata-mata melakukan pekerjaanku dari kedudukan statusku? Pada waktu itu, aku mengingat-ingat berbagai situasi yang terjadi di masa lalu: saat gereja menghadapi banyak pekerjaan, saudara-saudari lainnya akan berkata: Kau benar-benar terbeban oleh pekerjaan Tuhan. Aku pun akan menimpali: kami para pemimpin tidak punya pilihan selain menanganinya. Terkadang, di keluarga tuan rumah atau di depan rekan-rekan kerja, aku ingin memanjakan tubuh jasmaniku dan bersantai, tetapi lalu aku akan berpikir: tidak, aku ini seorang pemimpin, dan harus hidup dalam kemanusiaanku yang normal dan menjauhi kesenangan berlebihan seperti itu. Ketika aku merasa sedang tidak ingin makan dan minum firman Tuhan, aku juga akan berpikir: sebagai seorang pemimpin, kalau aku tidak makan dan minum firman Tuhan, bagaimana aku akan bisa menyelesaikan masalah orang-orang? Terkadang aku akan pergi dengan seorang rekan kerja untuk mengunjungi keluarga tuan rumahnya, dan saat aku melihat seorang saudari tuan rumah memperlakukan aku tidak sama antusiasnya dengan ia memperlakukan rekan kerjaku, aku menjadi kecewa, dan berpikir: kau mungkin tidak tahu siapa aku, tapi aku adalah pemimpin saudari ini. Terkadang, untuk alasan yang tidak jelas, aku merasa tidak ingin berkomunikasi dengan saudara saudari tuan rumah, tapi aku akan berpikir: Sebagai seorang pemimpin, bagaimana aku akan dilihat orang jika aku datang tetapi tidak berkomunikasi dengan mereka? Karena aku seorang pemimpin, aku harus berkomunikasi dengan keluarga tuan rumah. ... Berbagai perilaku seperti ini membuatku sadar bahwa: aku sedang bekerja oleh karena statusku. Baik saat berkomunikasi dengan orang-orang, menghadiri pertemuan maupun menangani masalah umum, semuanya itu hanya karena aku seorang pemimpin yang merasa wajib menunaikan sedikit tugas dan melakukan sedikit pekerjaanku. Aku tidak menunaikan tugasku sebagai mahkluk ciptaan, dan lebih dari itu aku tidak bekerja melalui prosesku untuk mengasihi Tuhan layaknya Petrus. Jika hal ini terus berlanjut, pada saat dirumahkan dan diganti, aku mungkin tidak akan terus menunaikan tugasku seperti yang kulakukan sekarang. Baru pada saat itulah aku menyadari bahwa aku bukanlah orang yang menerapkan kebenaran atau memikirkan kehendak Tuhan. Sebaliknya, aku adalah orang jahat yang hina, yang bekerja hanya demi reputasi dan status. Mustahil untuk setia kepada Tuhan jika bekerja seperti yang kulakukan dan itu sekadar bersikap yang acuh tak acuh. Ini karena aku tidak bersedia menerapkan kebenaran dan memperhatikan kehendak Tuhan. Sebagaimana Tuhan katakan, "Tidak ada pengalaman pribadi dalam pekerjaannya—semua itu hanya demi dirinya sendiri, dan tidak dilaksanakan di tengah pengejarannya akan perubahan." Bagaimana mungkin pelayanan seperti itu dapat memuaskan kehendak Tuhan? Paulus bekerja dalam jabatannya sebagai seorang rasul; pekerjaannya penuh dengan transaksi. Aku bekerja dan mengorbankan diri dalam jabatanku sebagai seorang pemimpin. Apa bedanya niat dan tujuan percayaku kepada Tuhan yang seperti itu dengan apa yang Paulus lakukan?

Pada saat itulah, aku langsung bersujud di hadapan Tuhan: Ya Tuhan! Syukur kepada-Mu atas keselamatan-Mu yang tepat pada waktunya, yang membangunkan aku dari ketidaksadaran, membuatku menyadari keadaanku yang sebenarnya, dan menyadari bahwa aku masih menelusuri jalan Paulus orang Farisi. Pekerjaan dan caraku menunaikan tugas persis sama seperti orang Farisi, yang tentunya menjijikkan bagi-Mu. Oh, Tuhan Yang Mahakuasa! Aku bersedia berpaling dari niat dan gagasanku yang salah di bawah tuntunan firman-Mu. Aku bersedia menunaikan tugasku sebagai mahkluk ciptaan dan mengikuti teladan Petrus dalam melakukan apa yang harus kulakukan melalui proses mengasihi Tuhan, dan tidak lagi bekerja dalam jabatanku sebagai seorang pemimpin, dan aku akan berusaha sekeras mungkin untuk mencari dan menelusuri jalan Petrus!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait