Bertekun di Tengah Kesulitan

16 Desember 2024

Pada Mei 2022, penduduk dari beberapa desa menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Namun, tak lama setelah itu, banyak petobat baru tidak lagi menghadiri pertemuan. Setelah menyelidikinya, kami tahu bahwa tentara bersenjata sedang melakukan patroli malam dan akan menangkap siapa pun yang mengadakan pertemuan. Di daerah lain, ada saudara-saudari yang sudah didenda, ditangkap, dan dipenjara karena kepercayaan mereka kepada Tuhan. Para petobat baru di desa-desa tersebut sangat ketakutan sehingga mereka tidak berani menghadiri pertemuan. Saat itulah pemimpin menugaskanku dan Isa untuk menyokong para petobat baru. Saat itu, aku dan Isa sedang menyirami petobat baru secara terpisah.

Suatu malam sebelum aku kembali ke rumah, Isa tiba-tiba meneleponku dan berkata bahwa saudari yang menerima kami di rumahnya takut didenda atau dipenjara jadi dia menyuruh kami pindah. Kupikir, "Sudah selarut ini, di mana kami bisa menemukan keluarga yang mau menerima kami di rumahnya?" Kemudian, akhirnya kami berusaha menghubungi Saudari Yana, tapi Yana pun tidak berani menerima kami di rumahnya karena dia dan putranya takut ditangkap, jadi kami dibiarkan menjadi tunawisma di tengah malam. Aku merasa sangat sedih dan diperlakukan tak adil. Malam itu hujan turun. Aku dan Isa tidak tahu harus pergi ke mana dan kami ingin meninggalkan tempat itu, tapi masih banyak petobat baru yang memerlukan penyiraman dan sokongan. Jika kami pergi dari sana dan para petobat baru tidak menerima penyiraman, akan jauh lebih kecil kemungkinannya mereka bisa mandiri dan dengan begitu, kami akan melalaikan tanggung jawab kami. Menyadari hal ini, kuputuskan untuk tinggal, siapa tahu ada orang lain yang bersedia menerima kami di rumahnya. Kemudian, ada petobat baru yang bersedia mengizinkan kami tinggal di rumahnya, tapi kami hanya boleh menginap semalam di sana. Pada saat itu aku menangis sambil berpikir, "Aku hanya boleh tinggal semalam di sana, setelah itu aku akan menjadi tunawisma. Aku ingin bekerja, tapi menghadapi kendala besar; kami tidak mengenal daerah tersebut, dan jika pemerintah tahu kami memberitakan Injil, kami akan ditangkap dan dianiaya." Aku merasa putus asa dan ingin menyerah. Ketika pengawasku mendengar bahwa aku ingin pergi, dia berkata, "Para petobat baru tidak memahami kebenaran dan hidup dipenuhi rasa takut—mereka membutuhkan penyiraman dan sokongan. Kita tidak boleh menyerah demi para petobat baru, siapa tahu kalian dapat menemukan cara untuk tetap tinggal. Kita harus belajar mengandalkan Tuhan, Dia akan menyiapkan tempat bagi kalian." Nasihatnya menyadarkanku bahwa aku harus lebih mengandalkan Tuhan selama masa sulit ini. Jadi, aku berdoa memohon Tuhan untuk membuka jalan bagi kami. Setelah itu, saat membaca beberapa pesan di obrolan grup kami, aku menemukan bagian firman Tuhan ini: "Sejak saat Tuhan memercayakan pembangunan bahtera ini kepada Nuh, dia tidak pernah berpikir, 'Kapan Tuhan akan memusnahkan bumi? Kapan Dia akan memberiku tanda bahwa Dia akan melakukannya?' Alih-alih merenungkan hal-hal semacam itu, Nuh dengan sungguh-sungguh menghayati setiap hal yang telah Tuhan firmankan kepadanya, dan kemudian melaksanakan setiap hal tersebut. Setelah menerima apa yang Tuhan percayakan kepadanya, Nuh mulai melaksanakan dan menjalankan pembangunan bahtera yang Tuhan katakan sebagai hal terpenting dalam hidupnya, tanpa sedikit pun berpikir untuk mengabaikannya. Hari-hari berlalu, tahun-tahun berlalu, hari demi hari, tahun demi tahun. Tuhan tidak pernah mengawasi Nuh dan mendorongnya, tetapi di sepanjang waktu ini, Nuh bertekun dalam melakukan tugas penting yang Tuhan percayakan kepadanya. Setiap kata dan frasa yang Tuhan ucapkan telah terukir di hati Nuh seperti firman yang diukir di atas loh batu. Tanpa menghiraukan perubahan di dunia luar, ejekan orang-orang di sekitarnya, kesukaran yang ada, atau kesulitan yang dia hadapi, dia bertekun, dengan sepenuh hati melakukan apa yang telah Tuhan percayakan kepadanya, tidak pernah berputus asa atau berpikir untuk menyerah. Firman Tuhan terukir di hati Nuh, dan itu telah menjadi kenyataan Nuh sehari-hari. Nuh mempersiapkan setiap bahan yang dibutuhkan untuk membangun bahtera, dan bentuk serta spesifikasi bahtera yang diperintahkan oleh Tuhan secara bertahap mulai terbentuk dengan setiap pukulan palu dan pahat Nuh yang teliti. Sekalipun menghadapi angin atau hujan, dan sekalipun orang-orang mengejek atau memfitnahnya, kehidupan Nuh berjalan dengan cara ini, tahun demi tahun. Tuhan secara diam-diam mengawasi setiap tindakan Nuh, tanpa pernah mengucapkan firman lagi kepadanya, dan hati-Nya tersentuh oleh Nuh. Namun, Nuh tidak mengetahui atau merasakan hal ini; dari awal sampai akhir, dia hanya membangun bahtera dan mengumpulkan segala jenis makhluk hidup, dengan kesetiaan yang tidak tergoyahkan kepada firman Tuhan. Dalam hati Nuh, tidak ada perintah yang lebih tinggi yang harus dia ikuti dan laksanakan: firman Tuhan adalah arah dan tujuannya seumur hidup. Jadi, apa pun yang Tuhan katakan kepadanya, apa pun yang Tuhan minta atau perintahkan kepadanya, Nuh menerima sepenuhnya, dan menghayatinya; dia menganggapnya sebagai hal yang terpenting dalam hidupnya, dan memperlakukannya dengan benar. Dia bukan saja tidak lupa, dia bukan saja menyimpannya di dalam hatinya, tetapi dia juga mewujudkannya dalam kehidupannya sehari-hari, menggunakan hidupnya untuk menerima dan melaksanakan amanat Tuhan. Dan dengan cara ini, papan demi papan, bahtera itu dibangun. Setiap tindakan Nuh, setiap harinya, didedikasikan untuk melaksanakan firman dan perintah Tuhan. Mungkin kelihatannya, Nuh tidak sedang melakukan pekerjaan yang sangat penting, tetapi di mata Tuhan, semua yang Nuh lakukan, bahkan setiap langkah yang dia ambil untuk mencapai sesuatu, setiap pekerjaan yang dilakukan oleh tangannya—semuanya berharga, dan layak untuk dikenang, dan layak diteladani oleh umat manusia ini. Nuh mematuhi apa yang telah Tuhan percayakan kepadanya. Dia tidak tergoyahkan dalam kepercayaannya bahwa setiap firman yang Tuhan ucapkan adalah benar; akan hal ini, dia sama sekali tidak memiliki keraguan. Dan sebagai hasilnya, bahtera itu selesai dibangun, dan segala jenis makhluk hidup dapat hidup di dalamnya" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Lampiran Dua: Bagaimana Nuh dan Abraham Menaati Firman Tuhan dan Tunduk kepada-Nya (Bagian Satu)"). Nuh mendengar firman Tuhan, lalu menyimpan firman dan amanat-Nya di dalam hatinya; dia menganggap pembangunan bahtera sebagai aspek terpenting dalam hidupnya, dan penyelesaian bahtera sebagai tanggung jawab terbesarnya. Selama berhari-hari, bertahun-tahun, dan meskipun mengalami penderitaan, kelelahan, kesulitan, cuaca buruk, umpatan, cemoohan dan diabaikan oleh orang lain, dia bertekun dalam amanat yang Tuhan berikan dan tidak pernah sekali pun berpikir untuk menyerah. Dia melakukan ini karena dia memiliki hati yang takut akan Tuhan, sehingga setiap firman Tuhan terukir di hatinya. Bila membandingkan perilaku Nuh dengan perilakuku, aku selalu ingin tugasku berjalan dengan lancar dan tidak pernah menghadapi kesukaran. Ketika kesulitan muncul dalam tugasku dan aku tidak punya tempat tinggal serta berisiko ditangkap, aku selalu ingin mundur dan tidak mau menderita serta tidak mau membayar harga. Aku sadar bahwa aku tidak memedulikan kehendak Tuhan dan tidak benar-benar ingin memuaskan Tuhan. Pengalaman Nuh sangat memotivasiku dan juga membuatku merasa malu. Aku tidak mau lagi memuaskan dagingku dan memutuskan untuk tetap tinggal untuk menyokong para petobat baru. Jika tak ada seorang pun yang mau menerimaku di rumahnya, aku akan tidur di ladang, tapi aku akan tekun memberitakan Injil dan menyirami para petobat baru.

Kemudian, aku dan Isa menghubungi seorang petobat baru bernama Nevin dan bertanya apakah kami boleh tinggal di pondok di ladangnya. Nevin dan orang tuanya menyetujuinya. Aku tahu bahwa Tuhan telah membuka jalan bagi kami. Setelah itu, aku mengundang semua petobat baru di desa itu untuk berkumpul dan bersekutu bersama mereka: "Saat Tuhan melakukan pekerjaan-Nya untuk menyelamatkan manusia, Iblis selalu menyebabkan gangguan. Tuhan mengizinkan gangguan dan penganiayaan oleh Iblis untuk menyempurnakan iman dan kasih manusia, juga untuk menyingkapkan dan mengusir orang-orang serta menguji iman mereka. Jika kita orang-orang percaya ingin mengejar kebenaran dan hidup, kita tidak boleh menghindar dari penderitaan. Karena penganiayaan, kita tidak bisa mengadakan pertemuan di rumah, jadi kita harus melakukannya di pegunungan. Meskipun kondisi ini sulit, penderitaan yang kita alami sangatlah berarti. Jika kita menunggu sampai rezim Iblis runtuh dan penganiayaan berhenti, lalu percaya kepada Tuhan, pekerjaan Tuhan sudah selesai dan kita akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Mengapa kita harus memberitakan Injil? Karena sekarang adalah akhir zaman dan tahap terakhir dalam pekerjaan penyelamatan manusia oleh Tuhan. Jika kita melewatkan waktu ini, kita tidak akan pernah diselamatkan. Kelak, bencana akan makin dahsyat dan tak tertahankan." Kami bersekutu cukup banyak pada waktu itu, dan setelah itu, ada di antara petobat baru yang berkata, "Kita tidak dapat melindungi diri kita sendiri dari bencana ini, dan tak ada seorang pun, bahkan pemerintah, yang dapat menyelamatkan kita. Hanya Tuhanlah yang dapat menyelamatkan kita, jadi kita harus percaya kepada Tuhan dan menghadiri pertemuan." Ada di antara petobat baru yang berkata, "Kita tidak boleh takut ditangkap atau didenda oleh pemerintah, semuanya berada di tangan Tuhan dan kita harus terus berkumpul." Setelah itu, kami mempersekutukan kebenaran tentang inkarnasi dan pekerjaan penghakiman. Setelah menyirami mereka selama sepuluh hari, mereka semua dapat menghadiri pertemuan secara rutin.

Setelah sekitar sepuluh hari, polisi memerintahkan patroli malam lagi. Nevin takut terlibat dan tidak ingin kami tinggal di pondoknya lebih lama lagi. Mau tak mau aku mengeluh ketika menghadapi situasi ini. Ada begitu banyak petobat baru yang harus disirami dan disokong, ada begitu banyak kesulitan dalam pekerjaan kami, dan kami bahkan tidak punya tempat tinggal. Aku sangat tidak senang dan merasa tidak ingin menyelesaikan masalah petobat baru. Kemudian, seorang saudari mengirimiku satu bagian firman Tuhan: "Karena ketika seseorang menerima apa yang Tuhan percayakan kepadanya, Tuhan punya standar untuk menilai apakah tindakan orang itu baik atau buruk, apakah orang itu sudah tunduk atau belum, apakah orang itu sudah memuaskan maksud Tuhan atau belum, dan apakah yang mereka kerjakan itu sudah memenuhi syarat atau belum. Yang Tuhan pedulikan adalah hati manusia, bukan tindakan mereka di permukaan. Tidaklah benar bahwa Tuhan harus memberkati seseorang selama mereka melakukan sesuatu, terlepas dari bagaimana mereka melakukannya. Ini adalah kesalahpahaman yang orang miliki tentang Tuhan. Tuhan tidak hanya memandang hasil akhir dari sesuatu, tetapi lebih menekankan pada bagaimana hati orang tersebut dan bagaimana sikap orang tersebut selama perkembangan dari sesuatu tersebut, dan Ia memandang apakah ada ketundukan, pertimbangan, dan keinginan untuk memuaskan Tuhan di hati mereka atau tidak" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merenungkan diriku sendiri: Ketika aku baru memulai menyokong para petobat baru, kupikir saat melaksanakan tugasku, tugas itu seharusnya berjalan dengan lancar, dan bahwa para petobat baru pasti mengerti, menerimaku di rumah mereka, dan melindungiku. Namun, ketika aku menghadapi penganiayaan, tak ada seorang pun yang mau menerimaku di rumahnya, dan beberapa masalah muncul dalam pekerjaan kami, aku hanya mengeluh tentang betapa sulitnya situasi yang kualami, dan para petobat baru tidak mendambakan kebenaran. Aku merasa pekerjaan ini terlalu sulit sehingga aku ingin pulang. Ketika harus menderita dan membayar harga, aku tidak mau tunduk. Aku hanya memikirkan kepentingan dagingku dan sama sekali tidak memedulikan kehendak Tuhan. Dengan memikirkan ini, aku merasa sangat malu. Kemudian, seorang saudari mengingatkanku lewat pesan: "Mengapa kau tidak mampu tunduk ketika harus menderita dan membayar harga? Mengapa kau hanya selalu memikirkan kepentingan dagingmu? Watak rusak apa yang menyebabkan hal ini?" Aku terus merenungkan pertanyaan saudari itu.

Kemudian, aku menemukan satu bagian firman Tuhan: "Dapatkah hal-hal yang kauhadapi yang tidak sesuai dengan gagasanmu memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Sebagai contoh, terkadang pekerjaan menjadi sibuk, dan orang dituntut untuk menanggung sedikit kesukaran dan sedikit membayar harga untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga ada orang-orang yang memiliki gagasan tertentu di pikiran mereka dan penentangan pun muncul dalam diri mereka, dan mereka mungkin menjadi negatif dan kendur dalam pekerjaan mereka. Terkadang, pekerjaan sedang tidak sibuk, dan tugas orang menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan, sehingga ada orang-orang yang merasa senang akan hal ini dan berpikir, 'Alangkah bagusnya jika melaksanakan tugas selalu semudah ini.' Orang-orang macam apakah mereka? Mereka adalah para pemalas yang sangat mendambakan kenyamanan daging. Apakah orang-orang seperti itu setia dalam melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Orang-orang seperti itu mengaku bahwa mereka mau tunduk kepada Tuhan, tetapi ketundukan mereka disertai dengan syarat—segala sesuatu harus sesuai dengan gagasan mereka sendiri dan tidak membuat mereka harus menanggung kesukaran untuk tunduk. Jika mereka harus menghadapi kesengsaraan dan perlu menanggung kesukaran, mereka banyak mengeluh dan bahkan memberontak dan melawan Tuhan. Orang seperti apakah mereka? Mereka adalah orang yang tidak mencintai kebenaran. Jika perbuatan Tuhan sesuai dengan gagasan dan keinginan mereka sendiri, dan mereka tidak perlu menanggung kesukaran atau membayar harga, mereka mampu tunduk. Namun, jika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan atau kesukaan mereka, dan menuntut mereka untuk menanggung kesukaran dan membayar harga, mereka tidak mampu tunduk. Sekalipun mereka tidak secara terang-terangan menentang, di dalam hatinya, mereka menentang dan merasa kesal. Mereka menganggap diri mereka sedang menanggung kesukaran berat dan hati mereka dipenuhi keluhan. Masalah apakah ini? Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mencintai kebenaran" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa ada orang-orang yang ingin segala sesuatu berjalan lancar dalam tugas mereka. Begitu mereka menghadapi kesulitan dan harus menderita atau membayar harga, mereka menentang dan mengeluh. Orang-orang semacam itu malas, menginginkan kenyamanan daging, tidak setia melaksanakan tugasnya, tidak peduli sedikit pun pada kehendak Tuhan, dan tidak mencintai kebenaran. Aku sadar, aku pun seperti itu. Aku hanya ingin tugas yang mudah dan pekerjaan berjalan dengan lancar. Aku tidak bersedia menderita atau membayar harga. Saat menghadapi penganiayaan, ketika para petobat baru tidak berani menerima kami di rumah mereka atau datang ke pertemuan karena takut ditangkap dan tidak hanya dagingku yang menderita karena tidak mempunyai tempat tinggal, tetapi aku juga harus membayar harga yang lebih mahal untuk mencari petobat baru dan mempersekutukan firman Tuhan serta membantu mereka, aku mengeluh tentang betapa sulitnya mengalami penganiayaan, betapa takutnya para petobat baru dan aku hanya ingin berhenti dari tugasku lalu pergi. Begitu aku menemui kesulitan, aku mulai memikirkan kepentingan dagingku sendiri dan tidak memiliki sedikit pun kesetiaan dan ketundukan. Tuhan mengizinkan situasi ini terjadi dan ingin agar aku mencari kebenaran dan menimba pelajaran dari pengalaman ini, tapi aku tidak menghargai jalan masuk kehidupan, selalu menginginkan kenyamanan daging dan memandang tugasku berdasarkan kesukaanku sendiri. Aku bukanlah orang yang mencintai kebenaran. Ada bagian lain firman Tuhan yang mempunyai dampak mendalam bagiku. Tuhan berfirman: "Sekarang ini, engkau tidak percaya pada firman yang Kuucapkan, dan engkau tidak menghiraukannya; ketika tiba saatnya pekerjaan ini disebarluaskan, dan engkau menyaksikan seluruhnya, engkau akan menyesal, dan saat itulah engkau akan tercengang. Ada berbagai berkat, tetapi engkau tidak tahu cara menikmatinya, dan ada kebenaran, tetapi engkau tidak mengejarnya. Bukankah engkau menghina dirimu sendiri? Sekarang ini, sekalipun langkah pekerjaan Tuhan berikutnya belum dimulai, tidak ada tambahan apa pun tentang tuntutan yang diminta darimu dan apa yang harus kauhidupi. Ada begitu banyak pekerjaan dan begitu banyak kebenaran; apakah semua itu tidak layak engkau ketahui? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membangkitkan rohmu? Apakah hajaran dan penghakiman Tuhan tidak mampu membuatmu membenci diri sendiri? Apakah engkau puas hidup di bawah pengaruh Iblis, dengan kedamaian dan sukacita, dan sedikit kenyamanan daging? Bukankah engkau yang paling hina dari semua orang? Tidak ada yang lebih bodoh selain mereka yang telah melihat keselamatan tetapi tidak berupaya mendapatkannya; mereka inilah orang-orang yang mengenyangkan daging mereka sendiri dan menikmati Iblis. Engkau berharap bahwa imanmu kepada Tuhan tidak akan mendatangkan tantangan atau kesengsaraan, ataupun kesulitan sekecil apa pun. Engkau selalu mengejar hal-hal yang tidak berharga, dan tidak menghargai hidup, melainkan menempatkan pikiran yang terlalu muluk-muluk di atas kebenaran. Engkau sungguh tidak berharga! Engkau hidup seperti babi—apa bedanya antara engkau, babi, dan anjing? Bukankah mereka yang tidak mengejar kebenaran, melainkan mengasihi daging, adalah binatang buas? Bukankah mereka yang mati, tanpa roh, adalah mayat berjalan? ... Aku memberikan kehidupan manusia yang nyata kepadamu, tetapi engkau tidak mengejarnya. Apakah engkau tidak ada bedanya dari babi atau anjing? Babi tidak mengejar kehidupan manusia, mereka tidak berupaya supaya ditahirkan, dan mereka tidak mengerti makna hidup. Setiap hari, setelah makan sampai kenyang, mereka hanya tidur. Aku telah memberimu jalan yang benar, tetapi engkau belum mendapatkannya. Tanganmu kosong. Apakah engkau bersedia melanjutkan kehidupan ini, kehidupan seekor babi? Apa pentingnya orang-orang seperti itu hidup? Hidupmu hina dan tercela, engkau hidup di tengah-tengah kecemaran dan kecabulan, dan tidak mengejar tujuan apa pun; bukankah hidupmu paling tercela? Apakah engkau masih berani memandang Tuhan? Jika engkau terus mengalami dengan cara demikian, bukankah engkau tidak akan memperoleh apa-apa? Jalan yang benar telah diberikan kepadamu, tetapi apakah pada akhirnya engkau dapat memperolehnya, itu tergantung pada pengejaran pribadimu sendiri" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). Firman Tuhan menyadarkanku bahwa Tuhan mengungkapkan firman-Nya, menyirami dan membekali manusia serta memberi kita kesempatan untuk melaksanakan tugas kita dengan harapan bahwa kita akan mengejar dan memperoleh kebenaran dalam tugas kita, mencapai perubahan watak dan diselamatkan. Inilah keagungan dan kasih karunia Tuhan. Orang yang mencintai kebenaran sangat menghargai kesempatan seperti itu. Dalam melaksanakan tugasnya, mereka mengejar dan memperoleh kebenaran. Namun, aku tidak mencintai kebenaran dan ketika menemui kesulitan dalam tugasku, aku selalu bersikap menentang dan mengeluh tentang situasiku. Aku merasa semuanya terlalu melelahkan dan sulit, aku tidak rela menderita atau membayar harga dan hanya ingin menghindar. Mengingat betapa malas dan enggannya aku mengejar kebenaran, meskipun mengikuti Tuhan sampai akhir, aku tidak pernah memperoleh kebenaran atau mencapai perubahan watak dan pada akhirnya akan diusir serta dihukum. Aku harus berhenti menuruti dagingku, aku harus memberontak terhadapnya dan melaksanakan tugasku dengan baik. Aku menyadari bahwa para petobat baru ini pengecut dan penakut karena mereka baru saja percaya kepada Tuhan, belum berakar pada jalan yang benar dan belum memahami kebenaran. Jika aku tidak membayar harga dan tidak mengalami sedikit penderitaan untuk menyirami dan menyokong mereka, kemungkinan besar para petobat baru ini tidak akan mampu mandiri dan aku akan ditandai karena melakukan pelanggaran. Entah ada keluarga yang mau menerima kami atau tidak, dan entah kami akan mengalami penderitaan atau tidak, aku bersedia tekun dalam tugasku dan memenuhi tanggung jawabku. Hari itu, ibu Saudari Nevin menemuiku di ladang dan memberitahuku, "Sekarang para anggota milisi sedang memulai patroli malam mereka, kami khawatir kalian akan bertemu dengan mereka karena kalian adalah orang luar yang keluar masuk desa." Aku bersekutu bersamanya dan berkata, "Ketika Tuhan bersiap untuk menghancurkan Sodom, orang-orang Sodom ingin mencelakai dua malaikat yang Tuhan utus ke sana. Lot selamat karena dia menerima kedua malaikat itu di rumahnya. Sekarang, Tuhan sedang melakukan tahap terakhir pekerjaan penyelamatan manusia. Orang-orang yang menganiaya orang-orang percaya ini sama jahatnya dengan orang-orang Sodom. Merasa khawatir itu wajar, tapi kita harus punya keyakinan. Entah kami akan ditemukan oleh milisi atau tidak, itu tergantung pada Tuhan. Kita harus lebih banyak berdoa kepada Tuhan, Dia akan melindungi pekerjaan-Nya sendiri. Jika kau tidak menerima kami di rumahmu dan kami harus pergi, kami tidak akan bisa menyiramimu. Jika kau menerima kami di rumahmu saat kami memberitakan Injil di sini, ini adalah perbuatan baikmu, dan Tuhan akan mengingatnya." Setelah persekutuanku, rasa takutnya berkurang dan dia bahkan sangat senang. Setelah itu, dia mengurus kami dengan baik jadi aku bisa menetap dan bersekutu bersama para petobat baru serta mengadakan pertemuan siang dan malam. Setelah memahami beberapa kebenaran, para petobat baru mengundang teman dan keluarga mereka untuk mendengarkan Injil. Hanya dalam dua bulan, 120 penduduk desa menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Aku sangat bahagia melihat semua petobat baru ini menghadiri pertemuan. Meskipun sebenarnya itu adalah proses yang sulit dan aku sedikit menderita, aku merasa tenang mengetahui bahwa aku telah melaksanakan tugasku. Setelah menyaksikan bimbingan Tuhan, aku memperoleh keyakinan.

Kemudian, pengawas menugaskan kami untuk menyokong para petobat baru di desa lain. Pertama-tama kami pergi ke rumah seorang petobat baru, Saudara John. John relatif proaktif dalam tugasnya dan mampu membawa para petobat baru untuk menghadiri pertemuan, tetapi kemudian dia berhenti menghadiri pertemuan karena takut ditangkap. Kami ingin terlebih dahulu menyokong John dan kemudian melalui dia, kami menyokong petobat baru lainnya, tapi John tidak mau berbicara dengan kami. Istrinya berkata, "Dalam sebuah pertemuan di desa kami, mereka memperingatkan kami agar tidak mendengarkan khotbah atau percaya kepada Tuhan. Milisi melakukan patroli malam dan akan menangkap siapa pun yang kedapatan mendengarkan khotbah. Mereka telah melarang kami mendengarkan khotbah, kami takut ditangkap; kami juga sangat sibuk dan tidak punya waktu untuk mendengarkan khotbah." Setelah berkata demikian, dia mulai mengabaikan kami begitu saja. Karena petobat baru ini bahkan tidak membiarkan kami bicara dan menghindari kami, menurutku, masalah ini sangat sulit ditangani. Perjalanan dari dan ke desa merupakan perjalanan yang panjang dan melelahkan, jadi aku berhenti menyokong para petobat baru dan terus melakukan pekerjaan lain. Setelah beberapa saat, pengawas kembali mengingatkanku bahwa para petobat baru selalu sibuk di siang hari jadi aku bisa pergi di malam hari. Kupikir, "Mereka menghindari kami dan tidak mau mendengarkan khotbah; meskipun aku pergi, aku tidak tahu harus berbuat apa. Perjalanan untuk sampai ke sana sangat lama dan akan lebih sulit lagi di malam hari." Jadi, aku tidak ingin pergi. Kemudian, aku menyadari bahwa aku sedang melalaikan tanggung jawabku kepada para petobat baru dengan terus menunda perjalanan. Aku teringat akan penyingkapan Tuhan tentang cara kerja pemimpin palsu. Firman Tuhan berkata: "Misalkan ada pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu satu bulan oleh satu orang. Jika dibutuhkan waktu enam bulan untuk melakukan pekerjaan ini, bukankah lima bulan ini mewakili kerugian? Biar Kuberikan contoh dalam hal mengabarkan Injil. Ada seseorang yang mau menyelidiki jalan yang benar dan hanya perlu waktu satu bulan untuk mempertobatkan orang tersebut, setelah itu dia bergabung dengan gereja dan terus disirami dan dibekali. Hanya dibutuhkan waktu enam bulan untuk membangun dasar. Namun, jika sikap orang yang mengabarkan Injil adalah sikap yang acuh tak acuh dan asal-asalan, dan para pemimpin dan pekerja tidak memiliki rasa tanggung jawab, dan akhirnya membutuhkan waktu setengah tahun untuk mempertobatkan orang tersebut, bukankah setengah tahun ini merupakan kerugian dalam kehidupan orang tersebut? Jika dia menghadapi bencana besar dan belum memiliki dasar di jalan yang benar, dia akan berada dalam bahaya, dan bukankah engkau akan berutang sesuatu kepadanya? Kerugian semacam itu tidak dapat diukur dengan uang atau barang-barang materi. Engkau telah menunda pemahamannya akan kebenaran selama setengah tahun, engkau telah menundanya dalam membangun dasar dan melaksanakan tugasnya selama setengah tahun. Siapa yang harus bertanggung jawab atas hal ini? Apakah para pemimpin dan pekerja mampu bertanggung jawab akan hal ini? Tanggung jawab untuk mempertahankan hidup seseorang berada di luar kemampuan siapa pun untuk memikulnya. Karena tak seorang pun mampu memikul tanggung jawab ini, apa yang sepantasnya dilakukan oleh para pemimpin dan pekerja? Tiga kata: kerahkan segenap kemampuanmu. Kerahkan segenap kemampuanmu untuk melakukan apa? Untuk memenuhi tanggung jawabmu sendiri, melakukan semua yang mampu kaulihat dengan matamu, yang mampu kaupikirkan dengan hatimu sendiri, dan yang mampu kaucapai dengan kualitasmu sendiri. Inilah yang dimaksud dengan mengerahkan segenap kemampuanmu, inilah yang dimaksud dengan setia dan bertanggung jawab, dan inilah tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh para pemimpin dan pekerja" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (4)"). Melalui firman Tuhan, aku memahami bahwa apa pun pekerjaan yang orang lakukan, jika itu bisa diselesaikan dalam waktu satu bulan, tetapi akhirnya memakan waktu enam bulan untuk menyelesaikannya, ini merupakan kerugian yang sangat besar. Sebagai contoh, dalam hal pemberitaan Injil, jika ada orang yang bersedia menyelidiki jalan yang benar, dalam sebulan, mereka dapat dituntun untuk percaya kepada Tuhan dan masuk ke rumah Tuhan tepat waktu jika penginjil memenuhi tanggung jawab mereka. Ini akan membuat mereka memahami kebenaran lebih awal dan berakar pada jalan yang benar. Jika kita tidak membayar harga dalam tugas kita, jika kita memiliki sikap yang santai dan asal-asalan dan membutuhkan waktu enam bulan membawa orang tersebut untuk percaya kepada Tuhan, ini akan menjadi kerugian besar bagi hidup mereka sendiri. Jika bencana terjadi, dan orang-orang ini belum menerima pekerjaan Tuhan, serta tidak menerima penyiraman dan pembekalan kebenaran, lalu mati, tak ada seorang pun yang mampu memikul tanggung jawab atas kematian seperti itu. Jadi, hal ini mengharuskan agar kita tidak menunda tugas kita dan harus berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi tanggung jawab kita agar kita memiliki hati nurani yang bersih. Saat menyokong para petobat baru dan memberitakan Injil, aku tidak bersedia membayar harga dan tidak ingin menderita. Ketika ditugaskan untuk menyokong para petobat baru dan memberitakan Injil di desa itu, serta menghadapi kesulitan dan perjalanan yang panjang, aku menuruti dagingku dan tidak ingin pergi, menunda sampai berhari-hari. Para petobat baru ini merasa takut dan tidak berani menghadiri pertemuan karena penganiayaan pemerintah; mereka sangat membutuhkan penyiraman dan sokongan agar mereka mampu memahami kebenaran dan terbebas dari kendala yang mereka hadapi. Jika pekerjaan Tuhan telah berakhir dan orang-orang ini belum terbebas dari kekuatan kegelapan, serta tidak berkumpul dan mendengarkan firman Tuhan, mereka tidak akan memahami kebenaran, tidak memperoleh keselamatan dari Tuhan dan akan dihancurkan dalam bencana. Selain itu, masih banyak orang di desa tersebut yang belum mendengar suara Tuhan. Jika orang lain menuruti daging mereka seperti aku, berhenti memberitakan Injil di tengah kesulitan, orang-orang itu tidak akan mendengar suara Tuhan dan tidak menerima keselamatan dari Tuhan. Aku harus berhenti menunda dan mengesampingkan kekhawatiranku. Dalam situasi apa pun, aku harus melewatinya dan memenuhi tanggung jawabku.

Kemudian, aku teringat bagian lain firman Tuhan: "Sebagai makhluk ciptaan, sebagai salah seorang dari mereka yang mengikuti Tuhan, berapa pun umurmu, apa pun jenis kelamin, atau seberapa muda atau tua seseorang, mengabarkan Injil adalah sebuah misi dan tanggung jawab yang harus diterima semua orang. Jika misi ini menghampirimu dan menuntutmu untuk mengorbankan dirimu, membayar harga, atau bahkan menyerahkan nyawamu, apa yang harus kaulakukan? Engkau harus menerimanya sebagai kewajibanmu. Ini adalah kebenaran, ini adalah hal yang harus kaupahami. Ini bukanlah doktrin yang sederhana—ini adalah kebenaran. Mengapa Kukatakan bahwa ini adalah kebenaran? Karena, berapa kali pun waktu telah berubah, berapa dekade pun waktu telah berlalu, bagaimanapun tempat dan ruang berubah, mengabarkan Injil dan bersaksi bagi Tuhan akan selalu merupakan hal yang positif. Makna dan nilainya tidak akan pernah berubah: mengabarkan Injil sama sekali tidak dipengaruhi oleh perubahan waktu atau lokasi geografis. Mengabarkan Injil dan bersaksi bagi Tuhan adalah hal yang kekal, dan sebagai makhluk ciptaan, engkau harus menerima dan menerapkannya. Ini adalah kebenaran yang kekal" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Satu: Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang"). Firman Tuhan sangat menyentuh hatiku. Berkat kasih karunia Tuhan, aku bisa mendengar suara-Nya. Memberitakan Injil dan menyirami petobat baru adalah tugasku dan aku harus menyelesaikan pekerjaan ini. Ketika aku harus menderita dan membayar harga, aku harus menerimanya tanpa syarat. Kesulitan atau situasi apa pun yang kuhadapi, aku harus tunduk dan melaksanakan tugasku. Setelah menyadari hal ini, aku pergi ke desa itu seorang diri. Ketika aku berangkat, hari sudah senja dan hujan mulai turun. Sepanjang jalan aku berdoa kepada Tuhan. Kemudian, aku bertemu dengan seorang wanita tua di jalan. Aku memberitahunya bahwa aku sedang dalam perjalanan ke desanya, jadi kami berjalan sambil kuikuti dia dari belakang. Sesampainya di desa itu, aku tidak lagi melihat wanita tua itu. Saat itu sudah gelap. Aku tidak kenal jalan di sana dan tidak tahu harus pergi ke mana, jadi aku hanya duduk di pinggir jalan. Aku merasa sangat cemas, khawatir harus berkata apa jika bertemu dengan petugas patroli malam, jadi aku terus berseru kepada Tuhan dalam hatiku. Tepat pada saat itu, seorang wanita pulang dari bekerja di ladang dan, melihatku duduk sendirian, dia bertanya padaku, "Mengapa kau hanya duduk di situ? Kau bisa pulang bersamaku." Aku mengikutinya pulang ke rumahnya, dan ketika aku memberitakan Injil kepadanya, dia menerimanya. Kemudian, dia mengajak orang lain untuk mendengarkan Injil. Ketika orang-orang mendengar bahwa aku sedang memberitakan Injil, ada orang-orang yang mencariku secara pribadi dan memintaku datang ke rumah mereka untuk memberitakan Injil. Aku memberikan kesaksian tentang pekerjaan akhir zaman Tuhan Yang Mahakuasa dan mereka sangat senang mendengarnya. Ada di antara mereka yang berkata, "Tuhan Yang Mahakuasa adalah Tuhan Yesus yang datang kembali, Mereka adalah Tuhan yang esa. Kita harus terus mendengarkan firman Tuhan Yang Mahakuasa." Yang lain berkata, "Meskipun pemerintah menganiaya kami, kami akan terus mendengarkan firman." Ada di antara petobat baru yang sangat antusias menghadiri pertemuan, mereka selalu datang pagi dan malam, dan sangat haus serta ingin berkumpul dan mendengarkan khotbah. Aku sangat heran. Sebelumnya, aku selalu menuruti dagingku dan tidak mau menderita serta membayar harga, tetapi setelah memperbaiki keadaanku dan bersedia bekerja sama, aku menyadari bahwa apa yang Tuhan lakukan di luar imajinasi kita. Kemampuan kami untuk memperluas pemberitaan Injil melalui wanita itu adalah tanda Tuhan sedang melakukan pekerjaan-Nya. Hal ini memungkinkanku untuk bisa melihat otoritas Tuhan dan menguatkan tekadku untuk terus memberitakan Injil. Setelah sekitar satu bulan, kami telah memberitakan Injil ke seluruh desa. Para petobat baru yang sebelumnya takut ditangkap kini mulai berkumpul kembali. Lebih dari 80 penduduk desa berkumpul secara rutin dan kami dapat memulai sebuah gereja. Syukur kepada Tuhan!

Melalui pengalaman ini, aku memahami bahwa sikap orang dalam melaksanakan tugasnya sangatlah penting. Saat kita tunduk dan peduli terhadap kehendak Tuhan, kita melihat bahwa sekeras apa pun pekerjaan kita, asalkan kita bekerja sama dengan tulus, bimbingan Tuhan akan terlihat jelas. Meskipun memperlihatkan kerusakan, bersikap negatif dan lemah serta ingin menyerah, melalui bimbingan dan pembekalan firman Tuhan, aku tidak menyerah dalam memberitakan Injil dan tidak meninggalkan penyesalan. Semua ini adalah berkat perlindungan Tuhan. Melalui pengalaman ini aku memperoleh keyakinan dan mengalami kemajuan dalam hidupku. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait