Pemimpin Gereja Bukanlah Pejabat

31 Januari 2022

Oleh Saudara Matthew, Prancis

Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman tiga tahun yang lalu. Aku terpilih sebagai pemimpin gereja pada Oktober 2020. Aku sadar itu adalah tanggung jawab yang besar dan merasa sedikit stres, tetapi sekaligus sangat bangga. Aku merasa dipilih untuk tugas yang penting itu karena aku memiliki kualitas yang lebih baik daripada orang lain. Aku melaksanakan tugasku dengan sangat serius, berupaya sebaik mungkin untuk bersekutu dengan saudara-saudari dan membantu mereka dengan masalah dan kesulitan yang mereka hadapi. Aku ingin membuktikan kepada semua orang bahwa aku adalah pemimpin yang hebat dan mampu melakukan pekerjaan nyata.

Kemudian, seorang pelaku kejahatan mulai menyebarkan kabar bohong di gereja. Dia menyebarkan kebohongan Partai Komunis Tiongkok yang memfitnah dan menghujat Tuhan dalam pertemuan memutarbalikkan fakta dan membalikkan keadaan, serta mengkritik pekerjaan rumah Tuhan. Dia ingin menyesatkan para petobat baru agar meninggalkan gereja dan mengkhianati Tuhan. Jadi, aku mengadakan pertemuan dan bersekutu dengan saudara-saudari sebanyak mungkin, dan merasa seperti seorang komandan militer, memimpin pasukan melawan faksi musuh. Aku mau membuktikan bahwa aku mampu melindungi saudara-saudari, untuk memperlihatkan kepada mereka bahwa aku mampu memikul beban berat, bahwa aku bertanggung jawab. Namun kenyataannya, aku merasa sangat lemah. Aku sendiri tidak tahu bagaimana menyanggah beberapa kekeliruan dan semua itu bahkan memengaruhiku juga. Namun, aku tidak mau mengungkapkan kelemahanku kepada orang lain. Kupikir bahwa sebagai pemimpin gereja, aku harus kuat, seperti presiden atau komandan militer. Aku tak boleh membiarkan siapa pun melihat kelemahanku! Jadi, aku tak pernah membuka diri kepada saudara-saudari tentang keadaanku sendiri. Aku tidak saja menyamarkan diriku dalam hal ini, tetapi saat mendiskusikan pemahaman kami tentang firman Tuhan dalam pertemuan, aku juga suka berbicara tentang pemahaman yang mendalam sehingga orang lain selalu berpikir aku memahami firman Tuhan dengan sangat baik. Namun, aku hanya menutupi kelemahan dan kerusakanku sendiri, dengan segera mengubah topik pembicaraan kepada hal-hal yang kulakukan dengan benar. Sebagai contoh, jika aku mengantuk dalam pertemuan, aku tak mau mengakuinya, dan ketika aku menghadapi masalah, aku selalu menyembunyikannya alih-alih membicarakannya dengan orang lain.

Saudari Marinette, yang bekerja bersamaku, sangat mengagumiku karena aku selalu membantunya dengan firman Tuhan yang relevan dengan keadaannya. Aku tahu dia agak menghormatiku, dan aku sangat senang dan puas ketika dia mengungkapkan kekagumannya. Saudara-saudari yang menyirami para petobat baru juga sangat mengagumiku. Suatu kali, seorang saudari memberitahuku bahwa dia telah belajar dari persekutuan dan bantuanku. Aku sangat senang mendapatkan pujian dari orang lain. Dalam pertemuan, beberapa saudara-saudari secara aktif menanggapi dengan berkata "Amin" setelah persekutuanku, dan beberapa orang bahkan berkata, "Sebagaimana Saudara Matthew katakan." Tampak bagiku bahwa mereka berbicara kepadaku dengan nada bicara yang memuja, dan aku merasa menempati posisi penting di hati mereka. Aku tahu itu tidak pantas, tetapi aku menyukai perasaan dihormati tersebut. Lalu suatu hari, aku menonton video kesaksian yang berjudul "Bahaya yang Ditimbulkan dari Pamer". Video itu benar-benar sangat menyentuhku. Seorang saudari, yang juga seorang pemimpin, selalu meninggikan dirinya dan pamer dalam tugasnya. Dia menyinggung watak Tuhan dan didisiplinkan dengan penyakit. Inti masalahnya adalah, perilakunya menjijikkan Tuhan. Setelah menonton video itu, aku sadar bahwa dengan aku menyombongkan diri dan pamer untuk mendapatkan kekaguman orang lain, aku sedang menentang dan melawan Tuhan. Aku berada di jalan antikristus. Aku tak pernah menyadari bahwa meninggikan diri sendiri dan pamer bisa menjadi masalah yang sangat serius. Aku merasa sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa.

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini yang memberiku pemahaman tentang kerusakanku. Firman Tuhan katakan: "Persekutuan hari ini adalah tentang poin keempat dari berbagai perwujudan antikristus: Meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri mereka sendiri, memamerkan diri, berusaha membuat orang kagum terhadap mereka dan memuja mereka—umat manusia yang rusak mampu melakukan hal-hal ini. Inilah cara orang bereaksi secara naluriah ketika mereka dikuasai oleh natur Iblis dalam diri mereka, dan ini umum dilakukan oleh semua manusia yang rusak. Bagaimana biasanya orang meninggikan dan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri? Bagaimana mereka mencapai tujuan, yaitu membuat orang meninggikan dan memuja mereka? Mereka bersaksi tentang berapa banyak pekerjaan yang telah mereka lakukan, berapa banyak mereka telah menderita, berapa banyak mereka telah mengorbankan diri, dan berapa harga yang telah mereka bayarkan. Mereka meninggikan diri dengan membicarakan modal mereka, yang memberikan kepada mereka tempat yang lebih tinggi, lebih mantap, lebih aman di dalam pikiran orang, sehingga lebih banyak orang akan menghargai, menghormati, mengagumi, dan bahkan memuja, menganggap penting dan mengikuti mereka. Untuk mencapai tujuan ini, orang melakukan banyak hal sehingga di luarnya mereka bersaksi tentang Tuhan, padahal pada dasarnya mereka meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri. Apakah bertindak seperti ini masuk akal? Mereka sama sekali tidak masuk akal dan tidak tahu malu, yang berarti, mereka tanpa malu-malu memberi kesaksian tentang apa yang telah mereka lakukan bagi Tuhan dan berapa banyak mereka telah menderita bagi Dia. Mereka bahkan memamerkan karunia, bakat, pengalaman, keterampilan khusus, teknik-teknik cerdas mereka dalam berinteraksi dengan orang lain, cara-cara yang mereka gunakan untuk mempermainkan orang, dan sebagainya. Metode mereka untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri adalah dengan memamerkan diri dan menganggap rendah orang lain. Mereka juga menyamarkan dan menyembunyikan diri mereka yang sebenarnya, menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan ketidakmampuan mereka dari orang-orang sehingga mereka hanya bisa melihat kehebatan mereka. Mereka bahkan tidak berani untuk menceritakan kepada orang lain ketika mereka merasa negatif; mereka tidak berani untuk terbuka dan bersekutu dengan orang lain, dan ketika mereka melakukan kesalahan, mereka melakukan upaya terbaik untuk menyembunyikan dan menutupinya. Tidak pernah mereka menyebutkan kerugian yang mereka timbulkan terhadap pekerjaan gereja selama pelaksanaan tugas mereka. Namun, ketika mereka membuat kontribusi kecil atau memperoleh sedikit keberhasilan kecil, mereka segera memamerkannya. Mereka tidak sabar ingin segera memberi tahu seluruh dunia tentang betapa mampunya mereka, betapa tingginya kualitas mereka, betapa istimewanya mereka, dan betapa mereka jauh lebih baik daripada orang normal. Bukankah ini suatu cara untuk meninggikan dan bersaksi tentang diri mereka sendiri? Apakah meninggikan dan memberi kesaksian tentang diri sendiri adalah sesuatu yang dilakukan oleh orang yang berhati nurani dan bernalar? Tidak. Jadi ketika orang melakukan hal ini, watak apa yang biasanya mereka perlihatkan? Watak congkak. Ini adalah salah satu watak utama yang mereka perlihatkan, diikuti dengan watak licik, yang termasuk di dalamnya melakukan apa pun yang memungkinkan untuk membuat orang lain menghormati mereka. Perkataan mereka sepenuhnya tanpa cela dan jelas mengandung motivasi dan tipu muslihat, mereka memamerkan diri mereka sendiri, tetapi mereka ingin menyembunyikan fakta ini. Hasil dari apa yang mereka katakan adalah orang-orang pun jadi merasa bahwa mereka lebih baik dari yang lain, bahwa tidak ada yang dapat menandingi mereka, bahwa semua orang lain lebih rendah daripada mereka. Dan bukankah hasil ini diperoleh melalui cara-cara licik? Watak apa di balik cara-cara semacam itu? Dan apakah ada unsur-unsur kejahatan? (Ya.) Ini adalah sejenis watak jahat" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Empat: Mereka Meninggikan dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri"). Membaca firman Tuhan rasanya seperti hunjaman langsung ke hatiku. Aku bisa melihat apa yang tersembunyi di lubuk hatiku. Aku selalu ingin membangun citra diriku sebagai pria yang kuat, orang yang sempurna. Aku suka membicarakan pemahamanku yang meningkat dan pengalaman suksesku agar orang-orang memiliki kesan positif tentangku, tetapi aku hampir tak pernah membicarakan kelemahan atau kesulitanku yang sebenarnya. Jika aku merasa lemah atau negatif, atau menghadapi beberapa masalah, atau bahkan ketika aku sedang berada dalam keadaan terburukku, aku selalu bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja untuk melindungi harga diri dan reputasiku. Namun sebenarnya, aku sangat menderita. Melihat kekaguman dan pemujaan orang lain terhadap diriku, aku memiliki sedikit kesadaran akan hal itu, dan aku tahu ini tidak baik. Namun, aku tidak mengatakan kepada orang-orang agar jangan memujaku karena aku menginginkan kekaguman, pemujaan, dan pujian semua orang. Bukankah aku sama congkaknya dengan penghulu malaikat? Aku tidak sedang membawa orang lain ke hadapan Tuhan, tetapi membawa mereka ke hadapan diriku sendiri. Ketika sadar bahwa aku dapat menggantikan kedudukan Tuhan di hati saudara-saudari, aku gemetar ketakutan dan tahu dalam hatiku bahwa Tuhan membenci perilakuku. Aku penuh penyesalan dan berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku telah pamer, ingin semua orang melihatku sebagai pemimpin yang baik, di atas semua orang. Aku sedang merampas kemuliaan-Mu. Ya Tuhan, aku mau bertobat kepada-Mu." Lalu aku menulis surat pertobatan yang mengungkapkan betapa aku telah pamer dan meninggikan diriku sendiri dan mengirimkan surat itu ke semua kelompok pertemuan. Aku juga dengan tegas mengatakan kepada semua orang bahwa mereka tidak boleh memujaku. Aku mengenal beberapa saudara-saudari yang sangat memujaku, jadi aku mengirimi mereka pesan pribadi, membuka diri dan menganalisis diriku sendiri. Beberapa hari kemudian, Saudari Marinette memberitahuku dengan jujur bahwa dia memujaku sebelumnya dan bahwa aku telah menduduki tempat penting di hatinya. Aku benar-benar merasa malu mendengar hal ini dan merasa itu adalah bukti kejahatanku. Aku melihat keburukanku sendiri pada waktu itu, dan merasa telah kehilangan semua nalarku, membuat orang lain memujaku. Bagaimana itu bisa disebut melakukan tugas? Apakah itu yang Tuhan harapkan ketika Dia memberiku tugas ini? Aku merasa sangat tidak nyaman dan malu. Namun, aku tetap tidak benar-benar mencari kebenaran untuk menyelesaikan kerusakanku, jadi dengan segera, aku kembali ke jalanku yang lama.

Suatu hari, aku pergi ke sebuah pertemuan yang juga dihadiri oleh para pemimpin gereja lainnya. Aku merasa persekutuan saudara-saudari itu sederhana dan merasa gelisah. Aku merasa persekutuan mereka dangkal dan aku agak memandang rendah mereka. Aku ingin memperlihatkan kepada mereka bahwa persekutuanku lebih praktis daripada persekutuan mereka. Jadi dalam benakku, aku mempersiapkan apa yang ingin kukatakan. Aku berpikir untuk mengatakan sesuatu yang lebih mencerahkan agar aku terlihat lebih menonjol daripada orang lain dan menyampaikan persekutuan yang berbobot. Aku mengatur kalimat yang akan kukatakan untuk memperkaya persekutuanku. Aku benar-benar mau membuktikan bahwa aku memiliki pemahaman yang lebih baik sehingga orang lain akan menghargai wawasanku. Selama persekutuanku, aku menggunakan banyak contoh agar mereka tahu bahwa persekutuanku kaya dan terperinci. Setelah selesai, aku sangat puas mendengar semua orang berkata "Amin". Lalu aku segera memeriksa kolom obrolan untuk melihat apakah saudara-saudari telah mengatakan sesuatu yang baik tentang persekutuanku. Ketika kami hampir selesai, Saudara Zen menyampaikan sedikit persekutuan. Alih-alih mengutip firman Tuhan dan berbicara tentang bagaimana kami harus melakukan penerapan berdasarkan firman Tuhan seperti biasanya, dia merujuk pada persekutuanku. Aku sadar aku kembali sedang meninggikan diri dan pamer. Aku merasa sangat marah pada diriku sendiri pada waktu itu. Dalam pertemuan itu, kami baru saja menyampaikan sebagian firman Tuhan kepada semua orang yang menyatakan bahwa kami harus berbicara dari hati kami. Bagaimana mungkin aku menyombongkan diri dan pamer? Aku sama sekali tidak percaya bahwa aku bisa bertindak seperti itu. Aku mencari bagian-bagian firman Tuhan yang telah kami baca dalam pertemuan itu sehingga aku dapat merenungkannya dengan saksama. Tuhan berfirman: "Jika saudara-saudari ingin dapat saling percaya, saling membantu, dan saling membekali, maka setiap orang harus menceritakan pengalaman nyatanya masing-masing. Jika tidak ada yang dapat kaukatakan tentang pengalaman nyatamu sendiri—jika engkau hanya mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin yang manusia pahami, jika engkau hanya mengkhotbahkan sedikit doktrin tentang kepercayaan kepada Tuhan dan mengatakan basa-basi yang dangkal, dan tidak membuka diri tentang apa yang ada dalam hatimu—engkau bukan orang yang jujur, dan engkau tidak mampu menjadi orang yang jujur" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur"). "Ketika bersaksi bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, dan ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah kauperlihatkan dalam pengalamanmu, berapa banyak engkau telah menderita, berapa banyak hal yang kaulakukan yang menentang Tuhan, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan. Berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus memberikan kesaksian tentang Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih nyata; berbicaralah dari hati. Dengan cara inilah engkau harus mengalaminya. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu, dan berbicaralah lebih banyak dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Dari firman Tuhan aku mengerti bahwa aku harus membuka hatiku kepada saudara-saudariku, berbicara tentang apa yang ada di hatiku, menceritakan pengalaman nyataku, dan menghindari pamer dengan mengucapkan kata-kata kosong. Memikirkan kembali diriku, aku hanya menyampaikan beberapa teori kosong untuk memamerkan diri sendiri dan mendapatkan kekaguman orang lain. Akibat dari hal ini sangat jelas. Orang lain memuja dan menghormatiku dan tidak bersaksi tentang firman Tuhan, melainkan menggunakan persekutuanku sebagai referensi mereka. Dalam pertemuan, terkadang aku akan mendengar orang-orang mengatakan hal-hal seperti, "Berkat persekutuan Saudara Matthew" atau "Sebagaimana Saudara Matthew katakan". Aku teringat Paulus selalu suka meninggikan dirinya sendiri dan suka pamer serta tidak memberi kesaksian tentang firman Tuhan Yesus. Hal itu membuat orang-orang percaya memuja Paulus dan memberi kesaksian tentang perkataannya selama 2.000 tahun. Bukankah aku sedang melakukan hal yang sama seperti Paulus, dan berada di jalan antikristus yang sama yang menentang Tuhan? Aku merasa sangat takut dan membenci diriku sendiri. Aku berdoa, "Ya Tuhan, Aku kembali melakukan kesalahan yang sama. Firman-Mu menunjukkan jalan kepadaku, tetapi aku tetap mengikuti Iblis, memuaskan kesombonganku. Aku kembali memainkan peran Iblis. Tuhan, aku membutuhkan pertolonganmu, kumohon selamatkan aku!"

Suatu malam, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Tahukah engkau apa larangan terbesar dalam pelayanan manusia kepada Tuhan? Ada para pemimpin dan pekerja yang selalu ingin tampil beda, ingin lebih menonjol dibandingkan yang lain, ingin pamer, dan menemukan kiat-kiat baru, agar Tuhan melihat betapa cakap mereka sebenarnya. Namun, mereka tidak memfokuskan diri untuk memahami kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan. Ini adalah cara bertindak yang sangat bodoh. Bukankah ini justru adalah perwujudan dari watak yang congkak? ... Dalam melayani Tuhan, orang ingin mencapai kemajuan yang besar, ingin melakukan hal-hal besar, menyampaikan khotbah luar biasa, melaksanakan pekerjaan besar, mengadakan pertemuan besar-besaran, dan menjadi pemimpin yang hebat. Jika engkau selalu memiliki ambisi besar semacam itu, engkau akan melanggar ketetapan administratif Tuhan; orang-orang yang melakukan ini akan cepat mati. Jika engkau tidak berperilaku dengan baik, tidak setia, dan bijak dalam pelayananmu kepada Tuhan, cepat atau lambat, engkau akan menyinggung watak-Nya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Membaca firman dari Tuhan ini membuatku gemetar ketakutan. Melalui penyingkapan firman Tuhan, ini aku melihat ambisi dan keinginan liarku untuk mencapai hal-hal besar. Aku ingin memimpin pertemuan dan menyampaikan pidato yang hebat. Aku suka pamer dalam pertemuan dan menginginkan pemujaan saudara-saudari, berharap mereka akan berpikir aku memiliki kualitas yang baik dan pemahaman yang mendalam. Didorong oleh keinginan ini, aku ingin berkhotbah dan pamer di setiap pertemuan yang kuhadiri, berharap orang lain akan mengagumiku. Aku menyukai kepemimpinan seperti itu. Namun, ketika membaca "Jika engkau selalu memiliki ambisi besar semacam itu, engkau akan melanggar ketetapan administratif Tuhan; orang-orang yang melakukan ini akan cepat mati," hatiku gemetar, dan merasakan rasa takut di lubuk hatiku. Kupikir aku telah memuaskan Tuhan sebelumnya, tetapi kini aku sadar bahwa aku sedang membuat-Nya jijik. Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang hebat, mengadakan pertemuan besar, mengkhotbahkan sesuatu yang muluk-muluk. Aku tidak memberi kesaksian tentang Tuhan ataupun menerapkan kebenaran, dan tidak terbeban untuk kehidupan saudara-saudari. Aku sedang meninggikan diriku sendiri untuk mendapatkan tempat di hati mereka. Ini pasti menyinggung watak Tuhan Dalam "Sepuluh Ketetapan Administratif yang Harus Ditaati Umat Pilihan Tuhan pada Zaman Kerajaan", dikatakan:

1. Manusia tidak boleh membesarkan atau meninggikan dirinya sendiri. Dia harus menyembah dan meninggikan Tuhan.

............

8. Orang yang percaya kepada Tuhan harus tunduk kepada Tuhan dan menyembah-Nya. Jangan meninggikan atau memuja orang lain; jangan menempatkan Tuhan di urutan pertama, orang yang kaupuja di urutan kedua, dan dirimu sendiri di urutan ketiga. Tak seorang pun boleh memiliki tempat di hatimu, dan engkau tidak boleh menganggap orang—terutama mereka yang kauhormati—sejajar dengan Tuhan, atau setara dengan-Nya. Ini tidak bisa ditoleransi oleh Tuhan.

—Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan

Setelah membaca firman Tuhan, aku sangat menderita di dalam hatiku, dan kupikir Tuhan tidak mungkin mengampuniku karena telah menyinggung watak-Nya. Aku berdoa, "Ya Tuhan, aku benar-benar dalam kesakitan dan menderita. Aku tidak tahu bahwa aku sedang membangkitkan murka-Mu, dan aku mau bertobat. Ya Tuhan! Aku mencari pencerahanmu untuk memahami kehendak-Mu."

Dalam kengerianku, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia. Jika engkau hanya tahu bahwa engkau memiliki status yang rendah, sudah rusak, dan pemberontak, tetapi tidak tahu bahwa Tuhan ingin menyatakan keselamatan-Nya dengan jelas melalui penghakiman dan hajaran yang dilakukan-Nya di dalam dirimu hari ini, berarti engkau tidak tahu cara mengalaminya, apalagi mampu terus maju. Tuhan tidak datang untuk membunuh, atau membinasakan, tetapi menghakimi, mengutuk, menghajar, dan menyelamatkan. Sebelum kesudahan dari rencana pengelolaan-Nya selama 6.000 tahun—sebelum Dia menyatakan akhir dari setiap kategori manusia—pekerjaan Tuhan di bumi adalah demi keselamatan, semua itu bertujuan agar orang-orang yang mengasihi Dia sempurna sepenuhnya, dan menuntun mereka supaya berserah di bawah kekuasaan-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Maksud Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"). Membaca ini memberiku rasa damai. Kupikir aku telah menyinggung Tuhan sampai tidak terampuni, tetapi itu tidak benar. Meskipun Tuhan sedang menggunakan firman-Nya untuk menghakimi dan menyingkapkanku, Dia tidak membenci atau mengutukku. Dia ingin aku bertobat dan berubah. Aku bisa melihat watak benar Tuhan, serta belas kasihan dan dan toleransi-Nya. Aku tahu kali ini aku harus mencari kebenaran dan menyelesaikan watakku yang rusak.

Kemudian, aku membaca bagian lain firman Tuhan: "Untuk menjadi orang yang jujur, engkau harus terlebih dahulu membuka hatimu sehingga semua orang dapat memeriksa isi hatimu, mengetahui semua yang kaupikirkan, dan mengetahui dirimu yang sebenarnya. Engkau tidak boleh berusaha menyamarkan dirimu atau menutupi dirimu. Baru setelah itulah, orang lain akan memercayaimu dan menganggapmu orang yang jujur. Inilah penerapan yang paling mendasar dan prasyarat untuk menjadi orang yang jujur. Jika engkau selalu bersandiwara, selalu berpura-pura suci, penuh kesalehan, hebat, dan berkarakter tinggi; jika engkau tidak membiarkan orang lain melihat kerusakan dan kelemahanmu; jika engkau menampilkan citra yang palsu sehingga orang-orang menganggapmu orang yang berintegritas, orang yang hebat, orang yang menyangkal diri, adil, dan tidak mementingkan diri sendiri—bukankah ini adalah kecurangan dan kepalsuan? Bukankah orang akan dapat mengetahui yang sebenarnya tentang dirimu seiring berjalannya waktu? Jadi, jangan menyamar, atau menutupi dirimu. Sebaliknya, ungkapkan dirimu dan ungkapkan isi hatimu agar orang lain dapat melihatnya. Jika engkau mampu mengungkapkan isi hatimu agar orang lain dapat melihatnya, jika engkau mampu mengungkapkan semua pemikiran dan rencanamu—baik yang positif maupun yang negatif—bukankah itu berarti engkau sedang bersikap jujur? Jika engkau mampu memberitahukan yang sebenarnya tentang dirimu agar orang lain dapat melihatnya, maka Tuhan juga akan melihatmu. Dia akan berkata, 'Jika engkau telah memberitahukan yang sebenarnya tentang dirimu agar orang lain dapat melihatnya, engkau tentu jujur di hadapan-Ku.' Namun jika engkau hanya memberitahukan yang sebenarnya tentang dirimu kepada Tuhan ketika tidak dilihat orang lain, dan selalu berpura-pura hebat dan penuh kebajikan dan tidak mementingkan diri sendiri saat bersama-sama dengan mereka, lalu apa yang akan Tuhan pikirkan tentang dirimu? Apa yang akan Dia katakan? Dia akan berkata: 'Kau orang yang sangat licik. Kau sangat munafik dan keji; dan kau bukan orang yang jujur.' Tuhan akan mengutukmu karenanya. Jika engkau ingin menjadi orang yang jujur, maka entah engkau berada di hadapan Tuhan atau di hadapan orang lain, engkau harus dapat memberikan penjelasan yang murni dan terbuka tentang keadaan di dalam dirimu, dan tentang perkataan di dalam hatimu. Apakah ini mudah dicapai? Ini mengharuskanmu untuk berlatih selama jangka waktu tertentu, dan mengharuskanmu untuk terus-menerus berdoa dan mengandalkan Tuhan. Engkau harus melatih dirimu untuk mengatakan isi hatimu dengan apa adanya dan terbuka mengenai segala hal. Dengan berlatih seperti ini, engkau akan dapat mengalami kemajuan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penerapan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur"). Membaca bagian firman Tuhan ini membantuku memahami apa yang Tuhan inginkan dariku. Dia ingin aku menjadi orang yang jujur. Artinya, aku harus belajar mengungkapkan kerusakan dan pemikiranku yang sebenarnya kepada orang lain sehingga mereka bisa melihat kelemahan dan kekuranganku. Jika aku terus meninggikan diriku sendiri tanpa mengungkapkan kelemahan dan kegagalanku, dan malah selalu menggunakan persekutuan dan pertemuan untuk pamer, itu berarti sangat tidak jujur. Itu berarti menipu saudara-saudari. Aku sadar bahwa aku benar-benar harus menjadi orang yang jujur. Aku juga memperoleh sedikit pemahaman tentang gagasanku yang keliru. Kupikir seorang pemimpin harus menjadi orang yang heroik tanpa kelemahan, seperti beberapa pemimpin di dunia, lebih unggul daripada yang lain, lebih baik daripada yang lain. Namun, itu bukanlah jenis pemimpin yang Tuhan inginkan. Tuhan menginginkan orang yang sederhana dan jujur. Orang semacam itu dapat membuka diri tentang kerusakan dan kekurangan mereka, dan mereka mencintai dan menerapkan kebenaran. Tujuan dari persekutuan mereka bukan untuk pamer, tetapi menggunakan pengalaman mereka untuk membantu saudara-saudari. Aku teringat yang Tuhan Yesus katakan: "Janganlah engkau dipanggil Rabi: sebab hanya satu Tuanmu, yaitu Kristus; dan engkau sekalian adalah saudara. ... Janganlah pula dirimu disebut pemimpin: karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Kristus. Tetapi siapa yang terbesar di antara engkau sekalian, hendaklah ia menjadi hambamu. Dan siapa yang meninggikan diri akan direndahkan dan ia yang merendahkan diri akan ditinggikan" (Matius 23:8-12). Aku sadar bahwa seorang pemimpin berperan sebagai hamba, seorang hamba dengan tanggung jawab yang berat. Apa pun yang terjadi, mereka harus selalu mengingat tanggung jawab mereka, dan tanggung jawab ini adalah menyirami dan menyokong saudara-saudari mereka, dan mencari kebenaran untuk membantu mereka menyelesaikan masalah. Pemimpin bukanlah pejabat dan posisinya tidak berada di atas orang lain. Namun, selama menjadi seorang pemimpin, aku telah berpura-pura, berharap orang akan mengagumi dan memujaku. Bukankah ini bertentangan dengan tuntutan Tuhan? Tuhan adalah Sang Pencipta, dan semua manusia, setinggi atau serendah apa pun kedudukan mereka, adalah makhluk ciptaan dan harus menyembah Sang Pencipta. Aku mengetahui peran dan tanggung jawabku, bahwa aku harus berdiri pada posisi sebagai makhluk ciptaan dan melaksanakan tugasku dengan benar. Sejak saat itu, pola pikirku mengalami perubahan dan mulai dengan sadar berlatih untuk bersikap jujur. Ketika menyadari bahwa aku sedang meninggikan diriku sendiri dan pamer, aku selalu membuka diri dan dengan sadar mengungkapkan kerusakan dan kekuranganku. Terkadang itu menyakitkan, tetapi itu memperlihatkan kepadaku betapa tidak jujurnya diriku sebenarnya. Aku sadar bahwa aku telah banyak mengelabui saudara-saudariku. Semakin aku membuka diri, semakin kulihat diriku dan tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Aku sadar aku tak pernah setinggi dan sehebat yang kukira. Sebelumnya, dalam semua persekutuanku dengan saudara-saudari, aku telah memosisikan diriku di posisi yang tinggi, mendorong dan membantu orang dengan doktrin. Namun, kini aku mulai menceritakan keadaanku yang sebenarnya kepada saudara-saudariku, membuka hatiku kepada mereka dalam persekutuan. Ketika melakukan hal ini, aku tidak merasa lebih cerdas daripada orang lain. Sebaliknya, aku mampu belajar dari pengalaman mereka dan mendapatkan penerangan dan pencerahan dari persekutuan orang lain. Sebelumnya, aku hampir tidak memperhatikan persekutuan orang lain, dengan congkak berasumsi bahwa akulah orang yang memberikan penerangan bagi orang lain. Kini, setelah membuka diri dengan jujur kepada semua orang, aku mampu benar-benar mendengarkan pengalaman dan pengetahuan yang dipersekutukan oleh saudara-saudari. Aku semakin tidak angkuh dan merasa diri penting dan bisa hidup rukun dengan saudara-saudari secara setara. Nalarku menjadi normal, dan aku mampu membuka hatiku selama persekutuan dalam pertemuan. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan atas perubahan dalam diriku ini.

Kini, terkadang, aku masih mendapati diriku sedang pamer dan itu memperlihatkan kepadaku betapa dalamnya Iblis telah merusakku, bahwa ini bukan hanya sesuatu yang terjadi sesekali, tetapi sesuatu yang ada dalam naluriku dan tertanam dalam karakterku. Aku harus lebih banyak membaca firman Tuhan, mengalami penghakiman dan penyingkapan firman-Nya, mulai mengenal kerusakan dan kekeliruanku, berusaha membuang watak Iblis dalam diriku, dan diselamatkan oleh Tuhan. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Hidup di Hadapan Tuhan

Oleh Saudari Yong Sui, KoreaTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Untuk memasuki realitas, orang harus mengarahkan semuanya ke kehidupan nyata....