Apa yang Kupetik dari Kegagalan

14 Desember 2022

Oleh Saudara Shi Fang, Korea

Pada tahun 2014, aku dilatih sebagai produser video untuk gereja. Pada waktu itu, sebuah video baru mulai dibuat. Selama tahap persiapan, ada beberapa tugas dan teknik yang aku belum terbiasa. Jika ada kesulitan aku mempersekutukan prinsip dengan orang lain, dan mencari solusi. Setelah beberapa waktu, aku secara berangsur menjadi lebih terbiasa dan mahir dalam teknik ini. Ketika orang lain menghadapi kesulitan, mereka semua akan datang mendiskusikannya denganku. Kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin kelompok, dan mampu menyelesaikan beberapa masalah kelompok. Kupikir aku sangat cakap dalam pekerjaanku; jika tidak, mengapa aku terpilih sebagai pemimpin kelompok? Ketika kelompok membahas pekerjaan, aku selalu mengambil peran sentral. Ketika terjadi perbedaan pendapat dalam suatu diskusi, aku selalu menceritakan pengalaman kerjaku sebelumnya dengan kelompok, agar semua orang tahu dasar perspektifku, dan pada akhirnya, kami selalu melakukan segala sesuatu dengan caraku.

Kemudian, gereja memilih dua pengawas baru. Aku melihat mereka adalah rekan sekerjaku sebelumnya, Claire dan Lily. Aku terkejut, "Keterampilan mereka berdua rata-rata, dan tak punya banyak pengalaman. Mampukah mereka menangani pekerjaan pengawas? Keterampilanku jauh lebih baik daripada mereka. Jadi siapa mengarahkan siapa?" Selanjutnya, ketika para pengawas menindaklanjuti pekerjaan kami, aku memandang rendah mereka. Suatu ketika, Claire menemuiku untuk berbicara, berkata video dari kelompok yang menjadi tanggung jawabku ada beberapa masalah, dan menyarankan beberapa perubahan. Aku agak tersinggung mendengar hal ini, dan berkata dengan tidak sabar, "Perubahan yang kauusulkan takkan berhasil. Jika kami mengikuti usulmu, awal dan akhirnya takkan cocok. Kau harus terlebih dahulu melihat keseluruhan gagasan saat mengusulkan sesuatu, bukan hanya satu bagian ini. Kau harus belajar lebih banyak tentang pekerjaan ini, dan belajar lebih sering." Mendengan ini, wajah saudari itu memerah, dan sangat malu sehingga tak mampu berbicara. Dua saudara lainnya mendukung pandanganku. Melihat semua orang setuju denganku membuatku merasa sangat bangga, "Lihat, proses berpikir kami sebelumnya lebih baik dari proses berpikirmu. Dalam hal produksi video, keterampilanku jelas lebih baik daripada keterampilanmu!" Setelah itu, ketika mereka memberi saran tentang video yang kubuat, aku makin enggan menerima semua saran, dan memandang rendah mereka, berpikir, "Keterampilan kalian lebih rendah dari keterampilanku. Kalian sebaiknya tak menyesatkanku dengan saran kalian." Akibatnya, kedua pengawas itu merasa terkekang olehku. Suatu kali, seorang pengawas datang untuk bersekutu denganku dan berkata, "Kami cukup terkekang olehmu ketika bekerja sama denganmu. Kami tahu kami kurang dalam keterampilan kerja, jadi ketika kau melihat kekurangan di pihak kami, kau bisa membantu dengan menunjukkannya. Kemudian, kita bisa bekerja sama secara harmonis. Selain itu, kuharap kau tidak selalu berpegang pada pandanganmu sendiri. Jika kau dapat mencari lebih banyak ketika dihadapkan dengan pendapat yang berbeda, kita dapat mempersekutukan prinsip bersama-sama, melengkapi kelemahan satu sama lain, dan membuat video dengan baik." Mendengar ini, di luarnya aku mengakui telah menyingkapkan watak congkak, tapi dalam hatiku, aku tak menerimanya. Kupikir, "Aku memahami lebih banyak prinsip daripadamu, jadi jika kau salah, aku harus mengoreksimu. Aku memang menyingkapkan sedikit watak congkak, tapi itu demi pekerjaan. Kau merasa terkekang karena kau terlalu sombong." Dalam hal ini, aku tak merenungkan diriku sendiri, tapi malah berubah menjadi makin buruk.

Suatu malam, kelompok itu mendiskusikan ide-ide produksi untuk sebuah video. Karena ide-ide video itu relatif rumit dan sulit, tak ada yang diputuskan, bahkan setelah beberapa jam diskusi. Aku mulai tak sabar, berpikir, "Ada apa dengan kalian para pengawas? Tak mengapa jika tak mampu mengarahkan pekerjaan profesional kami, tapi kalian bahkan tak mampu memutuskan sebuah rencana berdasarkan prinsip?" Jadi, aku berkata kepada para pengawas, "Ada apa dengan kalian? Kalian telah menunda selama berjam-jam, bagaimana mungkin tak memiliki ide? Kalian pengawas tak berguna!" Mendengar keluhanku, beberapa orang lainnya menimpali dengan berkata, "Ya, kami semua menunggu. Jangan buang-buang waktu kami." Yang lain berkata, "Cepatlah buat keputusan. Ini sudah larut malam." Keluhan kami membuat para pengawas makin gugup, dan tak mampu berkata-kata.

Kemudian, pemimpin gereja mengetahui perilakuku, dan menanganiku, berkata, "Watakmu terlalu congkak, dan suka mengendalikan orang lain. Kau tak mampu bekerja sama dengan orang lain secara normal. Kau pemimpin kelompok, tapi tak melindungi pekerjaan gereja. Kau malah mulai mengeluh dan mengkritik orang lain, menabur perpecahan dalam kelompok, dan menghalangi pengawas melakukan pekerjaan mereka, menyebabkan penundaan dalam produksi video. Tindakanmu mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja." Setelah pemimpin menanganiku, aku sangat terguncang, kupikir, "Apa? Aku mengganggu dan mengacaukan pekerjaan? Jelas para pengawas yang keterampilannya tak sesuai standar yang diharapkan dan yang tak mampu melakukan pekerjaan nyata. Kemampuan kerjaku lebih baik daripada mereka, dan aku memahami lebih banyak prinsip. Aku melihat mereka melakukan segala sesuatu secara keliru, jadi aku mengoreksi. Ini disebut mengganggu dan mengacaukan?" Pemimpin itu melihatku keras kepala dan menentang, jadi dia membacakan beberapa bagian firman Tuhan kepadaku. Tuhan berfirman: "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberi tahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan merebut posisi Tuhan di hatimu, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, dan membuatmu memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sendiri sebagai kebenaran. Begitu banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya").

"Ada banyak jenis watak rusak yang termasuk watak Iblis, tetapi watak yang paling jelas dan paling menonjol adalah watak congkak. Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan tidak ada rasa takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Mendengar firman Tuhan menyentuh hatiku. Aku sadar orang yang memiliki natur Iblis tanpa sadar akan melakukan segala sesuatu berdasarkan watak yang rusak, dan bahkan dapat mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja. Watak congkakku terlalu ekstrem. Kupikir aku berpengalaman dalam produksi video dan memahami prinsip, jadi aku sangat percaya pada diriku sendiri. Aku merasa harus menjadi penentu keputusan dalam segala hal, dan orang lain harus mendengarkanku. Ketika bekerja sama dengan para pengawas, aku bahkan mengabaikan mereka, berpikir aku lebih baik daripada mereka dalam segala hal. Setiap kali ada perbedaan pendapat, hal pertama yang kupikirkan adalah, "Kalian tak mengerti, tapi aku mengerti", atau "Kalian tak memenuhi syarat", dan mencemooh saran mereka. Terkadang, aku bahkan membantah tanpa berpikir terlebih dahulu, tanpa sedikit pun sikap mencari dan menerima, menyebabkan para pengawas merasa terkekang olehku dan takut memberiku saran. Orang lain mengikutiku dalam berpandangan negatif tentang para pengawas, membuat sulit bagi mereka untuk menindaklanjuti pekerjaan kelompok. Bagaimana mungkin ini tak mengganggu pekerjaan gereja? Ketika aku dan pengawas bekerja sama, apa pun saran yang mereka berikan, aku tak pernah mencari cara untuk melakukannya sesuai prinsip. Aku hanya berpegang pada sudut pandangku sendiri. Bagaimana mungkin perspektifku selalu benar? Mungkinkah segala sesuatu yang kupikirkan semuanya benar dan sesuai prinsip kebenaran? Sebenarnya, aku hanya memandang segala sesuatu berdasarkan bakat dan pengalamanku. Sebagian besar pandanganku tak sesuai prinsip. Dan makin aku hidup berdasarkan hal-hal ini, makin aku menganggap aku memiliki modal dan benar. Ketika bekerja sama dengan orang, aku selalu meremehkan mereka dan pamer. Aku sampai tidak masuk akal congkaknya! Ketika melaksanakan tugas, aku selalu melakukannya dengan caraku. Aku berpegang teguh pada pandangan dan pemahamanku sendiri seolah-olah itu kebenaran, tak menerima saran orang lain, ataupun membiarkan ide mereka mengalahkan ideku, seolah-olah aku penguasa kebenaran. Bagaimana ini bisa disebut percaya kepada Tuhan? Aku jelas percaya kepada diriku sendiri. Ketika menyadari hal ini, aku merasa takut dan dipenuhi dengan penyesalan. Karena naturku sangat congkak, tanpa sadar aku melakukan hal-hal jahat yang menentang Tuhan ini. Aku sadar melaksanakan tugasku dengan watak congkak sangat berbahaya bagiku.

Beberapa waktu kemudian, produksi video selesai, tapi karena tak mampu bekerja sama dengan orang lain, mengendalikan orang, dan mengganggu pekerjaan video, aku diberhentikan. Setelah itu, sejumlah video lain harus dibuat, tapi aku tidak dilibatkan. Aku mulai merasakan sikap yang menentang, dan berpikir, "Aku memiliki sedikit pemahaman tentang natur congkakku sejak pengalaman terakhirku. Mengapa mereka tak mengizinkanku berpartisipasi?" Bahkan yang lebih mengejutkan, aku juga bukan salah satu produser untuk video lain. Ini benar-benar sulit untuk kuterima. Jika segala sesuatu berlanjut seperti ini, bukankah aku tak berguna bagi gereja? Satu bagian firman Tuhan tiba-tiba terlintas di benakku. "Jika engkau memiliki kualitas yang baik tetapi selalu congkak dan sombong, selalu berpikir bahwa apa pun yang kaukatakan adalah benar dan apa pun yang orang lain katakan salah, menolak saran apa pun yang orang lain berikan, dan bahkan tidak mau menerima kebenaran, bagaimanapun kebenaran itu dipersekutukan, tetapi selalu menentangnya, lalu dapatkah orang semacam dirimu mendapatkan perkenanan Tuhan? Akankah Roh Kudus bekerja dalam diri orang semacam dirimu? Tidak. Tuhan akan menganggapmu memiliki watak yang buruk dan tidak layak menerima pencerahan-Nya, dan jika engkau tidak bertobat, Dia bahkan akan mengambil apa yang pernah engkau miliki. Inilah yang dimaksud dengan disingkapkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Aku sangat terkejut. Firman Tuhan berbicara langsung kepada keadaanku. Selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, aku selalu melaksanakan tugasku dengan watak congkak. Pada waktu itu, aku telah banyak dipangkas dan ditangani. Namun, aku tak pernah mencari kebenaran, dan watakku tak berubah. Kini, aku telah mengganggu pekerjaan gereja dan melakukan pelanggaran serius. Apakah aku akan disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan? Ketika mengingat kembali tentang perilakuku, ke mana pun aku pergi, aku selalu ingin menonjol. Jika aku lebih cakap daripada orang lain, aku selalu merasa bangga, dan merendahkan saudara-saudariku. Ketika orang lain lebih cakap daripadaku, aku selalu memikirkan bagaimana aku bisa mengalahkan mereka. Ketika saranku tak digunakan, aku tak bisa menerimanya, dan memeras otakku untuk membantahnya, agar semua orang akan menggunakan saranku. Ketika orang lain menunjukkan kekuranganku, aku selalu diam, tapi di dalam hati, aku selalu bersikap menentang. Kuanggap mereka bukan siapa-siapa dan tak memenuhi syarat, seolah-olah aku orang penting. Makin kupikirkan, makin aku merasa takut. Aku telah melaksanakan tugasku dengan watak congkak selama bertahun-tahun. Aku tak menerima kebenaran, dan tak merenungkan atau mengenal diriku sendiri, menyebabkan watakku yang rusak makin memburuk. Diberhentikan adalah penyingkapan keadilan Tuhan! Dalam penderitaanku, aku berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan! Aku tahu aku tak mencari kebenaran selama bertahun-tahun percaya kepada-Mu. Ketika dipangkas dan ditangani, aku tak merenungkan atau mengenal diriku sendiri. Akibatnya, aku melakukan kejahatan yang mengganggu pekerjaan gereja. Tuhan, kumohon bimbinglah aku untuk memahami kerusakanku, menempuh jalan mencari kebenaran, dan menebus dosa-dosa dan utangku."

Dalam salah satu perenunganku, aku menemukan satu bagian firman Tuhan. "Jika pengenalan manusia tentang dirinya sendiri terlalu dangkal, mereka akan mendapati bahwa mustahil bagi mereka untuk menyelesaikan masalah, dan watak hidup mereka sama sekali tidak akan berubah. Manusia perlu mengenal dirinya sendiri pada tingkat yang mendalam, yang berarti mengenal naturnya sendiri: unsur-unsur apa yang termasuk dalam natur tersebut, bagaimana hal-hal ini bermula, dan dari mana datangnya semua itu. Selain itu, apakah engkau benar-benar dapat membenci hal-hal ini? Sudahkah engkau melihat jiwamu yang buruk dan naturmu yang jahat? Jika engkau benar-benar dapat melihat kebenaran tentang dirimu, engkau akan membenci dirimu sendiri. Ketika engkau membenci dirimu sendiri dan kemudian menerapkan firman Tuhan, engkau akan dapat meninggalkan daging dan memiliki kekuatan untuk menerapkan kebenaran tanpa menganggapnya berat. Mengapa banyak orang mengikuti keinginan daging mereka? Karena mereka menganggap diri mereka cukup baik, merasa bahwa tindakan mereka benar dan dapat dibenarkan, bahwa mereka tidak memiliki kesalahan, dan bahkan merasa diri mereka sepenuhnya benar, oleh karena itulah, mereka mampu bertindak dengan asumsi bahwa keadilan ada di pihak mereka. Ketika seseorang mengenali seperti apa natur dirinya yang sebenarnya—betapa buruk, hina, dan menyedihkan naturnya—maka orang itu tidak terlalu bangga akan dirinya sendiri, tidak terlalu sombong, dan tidak begitu senang dengan dirinya sendiri seperti sebelumnya. Orang seperti itu merasa, 'Aku harus bersungguh-sungguh dan rendah hati dalam menerapkan beberapa firman Tuhan. Jika tidak, aku tidak akan memenuhi standar menjadi manusia, dan akan malu untuk hidup di hadirat Tuhan.' Dia kemudian benar-benar memandang dirinya sendiri tidak berharga, benar-benar tidak berarti. Pada saat ini, menjadi mudah baginya untuk melakukan kebenaran, dan dia akan tampak seperti manusia yang seharusnya. Hanya ketika manusia benar-benar membenci dirinya sendiri barulah mereka dapat meninggalkan daging. Jika mereka tidak membenci dirinya sendiri, mereka tidak akan dapat meninggalkan daging. Benar-benar membenci diri sendiri bukanlah perkara mudah. Ada beberapa hal yang harus ditemukan dalam diri mereka: pertama, mengenal naturnya sendiri; dan kedua, melihat dirinya sendiri miskin dan menyedihkan, melihat dirinya sendiri sangat kecil dan tidak penting, dan melihat jiwanya yang menyedihkan dan kotor. Ketika dia sepenuhnya melihat siapa dirinya yang sebenarnya, dan hasil ini dicapai, barulah dia benar-benar mendapatkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, dan dapat dikatakan bahwa dia telah mengenal dirinya sepenuhnya. Baru pada saat itulah, dia dapat benar-benar membenci dirinya sendiri, bahkan sampai mengutuk dirinya sendiri, dan benar-benar merasa bahwa dia telah sangat dirusak oleh Iblis, sedemikian rupa sampai-sampai dia bahkan tidak menyerupai manusia" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan, aku merasa malu. Tuhan berkata hanya dengan mengenali naturmu sendiri, melihat dengan jelas bagaimana kerusakan, kemelaratan dan kesengsaraanmu, kau bisa muak akan diri sendiri, membenci diri sendiri, dan bertobat kepada Tuhan. Jadi, aku mulai merenung mengapa aku begitu congkak. Aku teringat setelah aku bergabung dengan kelompok video, membuat beberapa video penting, dan menerima rasa hormat dan pujian dari semua orang, kupikir aku memiliki pengalaman dan memahami banyak prinsip. Aku juga menganggap diriku memiliki kualitas yang baik, mampu belajar dengan cepat, dan orang yang sangat berbakat di gereja. Hal ini menyebabkan watak congkakku makin memburuk. Aku teringat betapa sedikitnya pengetahuanku saat pertama kali memulai pembuatan video, dan bagaimana saudara-saudariku membimbing dan mengajariku. Terkadang, aku tetap tak mampu melakukannya dengan benar meskipun mereka menjelaskan detailnya dengan jelas dan aku harus terus dibimbing sebelum aku mampu membuat video dengan benar. Melalui ini, aku sadar aku bukanlah orang yang pandai atau berkualitas tinggi, hanya saja aku memiliki banyak kesempatan untuk berlatih dan telah mengumpulkan beberapa pengalaman. Namun, aku memandangnya sebagai modal, dan tak melaksanakan tugasku dengan kerendahhatian. Terutama ketika agak efektif dalam tugasku, kupikir aku benar-benar mahir. Jadi aku dengan congkak memandang rendah orang lain dan tak mau bekerja sama dengan mereka. Di mana kemanusiaan dan nalarku? Memikirkan dua pengawas yang bekerja sama denganku, aku selalu memandang rendah mereka. Sebenarnya, melalui interaksiku dengan mereka, aku mendapati mereka memiliki banyak kelebihan. Meskipun mereka relatif kurang dalam keterampilan dan pengalaman pembuatan video, niat mereka baik, dan proaktif dalam mengatasi kesulitan. Mereka juga memiliki pikiran yang tajam dan tidak kaku. Mereka berani berinovasi dan mau belajar hal baru. Ketika menghadapi kesulitan atau masalah, mereka mampu mengesampingkan diri mereka sendiri dan meminta saran dari orang lain. Namun, watakku terlalu congkak dan tak seorang pun cukup baik bagiku. Aku tak bisa melihat kelebihan orang lain. Aku teringat betapa Paulus sangat congkak. Dia mengira memiliki kualitas, karunia, dan hatinya tak tertuju kepada siapa pun. Dia selalu bersaksi bahwa dia lebih tinggi daripada murid-murid lainnya, bahkan mengatakan perkataan yang memuakkan bahwa baginya hidup adalah Kristus. Dia congkak sampai tak bernalar. Aku merenungkan bahwa naturku sama dengan natur Paulus. Aku selalu memandang rendah para pengawas, dan selalu memaksa orang lain melakukan apa yang kukatakan. Aku mengikuti jalan Paulus. Ketika menyadari hal ini, aku sangat menyesal. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan! Baru sekarang aku memiliki sedikit pemahaman tentang natur dan esensiku. Selama bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, rumah Tuhan selalu menyiramiku dan membekali kebenaran. Namun, aku tak mencari kebenaran dan menempuh jalan antikristus, mengabaikan perhatianmu yang baik. Engkau mengatur begitu banyak orang, peristiwa, dan hal-hal untuk mengingatkanku, tapi aku keras kepala dan tidak mau bertobat. Aku mengikuti natur congkakku ke jalan yang salah, dan membuat-Mu membenciku. Tuhan, aku mau bertobat. Pengaturan apa pun yang dibuat gereja setelah ini, aku akan taat."

Ketika menyadari hal ini, di luar dugaan, keesokan harinya, seorang saudari membawa kabar, pekerjaan beberapa anggota kelompok baru tak sesuai standar yang diharapkan, dan dia berharap aku akan melatih mereka. Dia bertanya apakah aku bersedia. Hatiku sangat bersyukur kepada Tuhan. Baru saja aku hendak bertobat, gereja memberiku kesempatan untuk melaksanakan tugasku. Aku harus menghargainya kali ini, jadi kuterima dengan senang hati. Yang lebih tak terduga, beberapa hari kemudian, pemimpin mengaturku untuk terlibat dalam pembuatan video baru. Aku benar-benar bersyukur kepada Tuhan!

Memikirkan bagaimana aku akan segera bekerja sama dengan orang lain, aku mencari jalan untuk bekerja sama dengan orang lain. Aku melihat firman Tuhan berkata, "Ketika engkau bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugasmu, apakah engkau mampu bersikap terbuka terhadap pendapat yang berbeda? Mampukah engkau membiarkan orang lain berbicara? (Aku sedikit mampu sekarang. Sebelumnya, aku sering kali tidak mau mendengar saran saudara-saudari dan selalu bersikeras melakukan semuanya dengan caraku sendiri. Baru kemudian, setelah fakta membuktikan aku salah, aku sadar bahwa kebanyakan saran mereka itu benar, bahwa itu adalah hasil diskusi semua orang yang sebenarnya sesuai, bahwa pandanganku sendiri ternyata salah dan kurang. Setelah mengalami hal ini, aku sadar betapa pentingnya kerja sama yang harmonis itu.) Dan apa yang bisa kita pahami dari hal ini? Setelah mengalami hal ini, apakah engkau menerima manfaat dan memahami kebenaran? Apakah engkau menganggap setiap orang sempurna? Sekuat apa pun orang, atau betapapun cakap dan berbakatnya mereka, mereka tetap saja tidak sempurna. Orang harus menyadari hal ini, ini adalah fakta. Inilah juga sikap yang harus orang miliki terhadap kekuatan dan kelebihan atau kesalahan mereka; inilah rasionalitas yang harus orang miliki. Dengan rasionalitas seperti itu, engkau dapat menangani kekuatan dan kelemahanmu sendiri juga kekuatan dan kelemahan orang lain dengan tepat, dan ini akan memampukanmu untuk bekerja bersama mereka secara harmonis. Jika engkau telah memahami aspek kebenaran ini dan dapat memasuki aspek kenyataan kebenaran ini, maka engkau dapat hidup secara harmonis bersama saudara-saudarimu, saling memanfaatkan kekuatan satu sama lain untuk mengimbangi kekurangan apa pun yang kaumiliki. Dengan cara ini, tugas apa pun yang sedang kaulakukan atau apa pun yang sedang kaulakukan, engkau akan selalu menjadi lebih baik dalam hal itu dan diberkati Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Firman Tuhan membuatku mengerti, tak seorang pun sempurna. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelemahan. Apa pun bakat atau pengalaman seseorang, bukan berarti mereka memiliki kebenaran, atau tindakan mereka selalu sesuai dengan kebenaran. Semua orang harus bekerja sama secara harmonis dan melengkapi kelemahan satu sama lain. Apalagi saat ada perbedaan pendapat, kau harus menyingkirkan egomu dan bersekutu dan menyelidiki masalah bersama-sama dengan sikap mencari. Inilah satu-satunya cara untuk memiliki kemanusiaan dan nalar, menerima pekerjaan Roh Kudus, mengurangi kelalaian dalam tugasmu, dan pada akhirnya melaksanakan tugasmu dengan baik. Kita tak memahami kebenaran. Jadi kita harus bekerja sama dan saling melengkapi kekurangan. Inilah satu-satunya cara untuk berperilaku secara masuk akal. Setelah memahami hal ini, aku akan melanjutkan dengan menerapkan jalan ini. Jika ada perbedaan pendapat lagi ketika menyelidiki bersama orang lain, aku secara sadar akan menyangkali pandanganku demi mendengarkan pendapat orang lain. Jika ada ketidaksepakatan, aku akan mempersekutukan prinsip yang berlaku dengan semua orang, dan akhirnya menerapkan dengan cara yang mematuhi prinsip. Setelah beberapa waktu, hubunganku dengan orang lain meningkat pesat, dan aku memahami bahwa hanya dengan mengesampingkan egoku dan bekerja sama secara harmonis barulah aku dengan mudah memperoleh pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus, dan menjadi efektif saat melaksanakan tugasku.

Dengan mengalami keadaan-keadaan ini, aku mendapatkan pemahaman tentang watak congkakku dan membuat beberapa perubahan. Hasil ini semuanya berkat makan dan minum firman Tuhan! Aku sangat bersyukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Di Persimpangan Jalan

Oleh Saudara Li Yang, Tiongkok Aku lahir di pedesaan dan dibesarkan dalam keluarga miskin. Orang tuaku petani sederhana yang sering...

Mengapa Aku Begitu Congkak

Oleh Saudari Cheng Xin, Korea Suatu hari pimpinan gereja melaporkan masalah kepadaku. Kata mereka, Saudari Zhang, yang menangani pekerjaan...