Aku Sekarang Berani Menghadapi Masalahku

07 April 2025

Suatu hari di bulan September 2023, aku menerima sepucuk surat dari pemimpin tingkat atas, yang menyatakan bahwa berbagai poin dalam pekerjaan gereja kami membuahkan hasil yang buruk, dan mereka menanyakan bagaimana kami selama ini menindaklanjuti pekerjaan itu dan masalah apa yang kami temui dalam bidang-bidang seperti pekerjaan penginjilan, pekerjaan pembersihan, dan pekerjaan tulis-menulis. Mereka juga menanyakan bagaimana kami telah mengatasi masalah-masalah ini dan apa rencana kami ke depannya. Saat membaca pertanyaan-pertanyaan dalam surat itu, aku berpikir, "Aku terutama bertanggung jawab untuk menindaklanjuti sebagian pekerjaan yang pemimpin tanyakan, tetapi selama ini aku hidup dalam keadaan menikmati kenyamanan. Setiap kali aku berpikir bahwa untuk melakukan pekerjaan yang terperinci atau menyelesaikan masalah nyata, aku harus mencari kebenaran, mengerahkan usaha, serta mempertimbangkan, dan harus berpikir keras, aku merasa enggan mengerahkan upaya dan energi untuk menyelesaikan itu semua. Aku hanya puas dengan menindaklanjuti dan mendorong kemajuan berbagai hal dalam pekerjaan serta jarang menindaklanjuti pekerjaan terperinci. Namun jika aku mengatakan ini dalam umpan balikku kepada pemimpin lalu mereka melihat bahwa aku tidak memahami hal tertentu dalam pekerjaan yang kuawasi, atau bahwa aku tidak melaksanakan tugas tertentu, apa yang akan mereka pikirkan tentangku? Mereka pasti akan berpikir bahwa aku tidak memiliki rasa beban terhadap tugasku dan bahwa aku tidak melakukan pekerjaan nyata, mereka bahkan mungkin akan memberhentikanku. Jika saudara-saudari mengetahuinya, aku akan merasa sangat malu! Tidak, vsebaiknya aku bicara lebih banyak tentang pekerjaan yang kuketahui, agar pemimpin melihat bahwa walaupun hasil pekerjaan kami buruk, kami telah melakukan beberapa hal. Dengan begitu, aku tidak perlu khawatir akan diberhentikan." Namun kemudian aku berpikir, "Beberapa tugas masih belum selesai, dan memang itulah yang terjadi. Jika aku hanya menyebutkan hal yang baik dan tidak pernah menceritakan yang buruk, bukankah aku licik? Tidak, aku tidak boleh melakukan itu." Aku merasa sangat bimbang, seolah-olah ada batu berat yang menindihku. Aku bertanya pada diriku sendiri, "Bagaimana aku harus merespons surat ini?" Jadi aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, para pemimpin telah menulis surat untuk menanyakan bagaimana jalannya pekerjaanku. Aku belum melakukan pekerjaan nyata dan khawatir bahwa pemimpin akan memberhentikanku jika mereka mengetahuinya. Aku mengkhawatirkan harga diri dan statusku, dan ini membuatku ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Aku tidak tahu bagaimana harus bertindak. Tolong cerahkan dan bimbing aku."

Keesokan paginya, aku teringat akan satu bagian dari persekutuan Tuhan tentang pemimpin yang mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan, jadi aku mencari dan membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Adalah hal yang baik jika engkau dapat menerima rumah Tuhan untuk mengawasi, mengamati, dan berusaha memahamimu. Ini membantumu dalam melaksanakan tugasmu, dalam mampu melaksanakan tugasmu dengan cara yang memenuhi standar dan memenuhi maksud-maksud Tuhan. Hal itu bermanfaat dan membantumu, tanpa kerugian sama sekali. Setelah engkau memahami prinsip ini, bukankah seharusnya engkau tidak lagi memiliki perasaan penolakan atau kewaspadaan terhadap pengawasan pemimpin, pekerja dan umat pilihan Tuhan? Meskipun terkadang seseorang berusaha untuk memahamimu, mengamatimu, dan mengawasi pekerjaanmu, hal itu bukanlah sesuatu yang harus dianggap pribadi. Mengapa Aku mengatakan ini? Sebab tugas-tugasmu sekarang, tugas yang kau kerjakan, dan pekerjaan apa pun yang kaulakukan bukanlah urusan pribadi atau pekerjaan pribadi seseorang; semua itu berkaitan dengan pekerjaan rumah Tuhan dan berkaitan dengan satu bagian dari pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi atau mengamatimu, atau berusaha memahamimu secara mendalam, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka sedikit memangkas, mendisiplinkan, dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap serius dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau emosi negatif sedikit pun terhadap hal ini" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa walaupun kami melaksanakan tugas kami, watak rusak kami belum berubah. Kami sering melaksanakan tugas kami dengan sikap asal-asalan, dan melakukan sesuatu sesuka hati. Tanggung jawab pemimpin adalah mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan, serta menemukan dan menyelesaikan masalah tepat waktu, dan ini sepenuhnya bertujuan untuk melindungi pekerjaan gereja. Aku telah bersikap asal-asalan dan tidak memperhatikan tugasku. Para pemimpin mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan kami, lalu meminta kami untuk merangkum penyimpangan kami serta melaksanakan tugas kami berdasarkan prinsip-prinsip kebenaran, yang bermanfaat bagi tugas kami. Namun aku tidak bisa memperlakukannya dengan benar dan tetap waspada. Kupikir dengan memeriksa pekerjaanku, pemimpin bermaksud menemukan masalahku dan memberhentikan aku. Untuk melindungi harga diri dan statusku, aku berbuat licik, hanya mau menyebutkan pekerjaan yang telah kulakukan dan menulis lebih sedikit tentang apa yang belum kulakukan untuk menutupi fakta bahwa aku belum melakukan pekerjaan nyata. Aku benar-benar licik! Aku tidak boleh melakukan ini. Aku harus menjelaskan aspek mana dari tanggung jawabku yang kutangani saat ini, dan mana yang belum bisa kupahami atau tindak lanjuti. Aku harus memberikan umpan balik kepada pemimpin berdasarkan situasi nyata, sehingga pemimpin dapat memberikan persekutuan dan bimbingan terkait penyimpangan kami. Hal ini akan membantuku dalam melaksanakan tugasku. Jadi, aku melaporkan situasi pekerjaan penindaklanjutan kami dengan jujur dan aku juga menjelaskan rencana kami untuk pekerjaan yang belum kami tindak lanjuti. Kemudian, aku fokus memeriksa dan menindaklanjuti detail pekerjaan yang belum kutindaklanjuti sebelumnya. Melalui komunikasi, beberapa saudara-saudari juga merenungkan penyimpangan dan kekurangan mereka dalam melaksanakan tugas mereka, lalu mereka bersedia untuk berubah dan berusaha keras untuk memperoleh jalan masuk. Karena pemimpin telah menindaklanjuti dan memeriksa pekerjaan itu, aku menemukan beberapa masalahku sendiri. Aku mendapatkan arah dan tujuan dalam melaksanakan tugasku, dan efisiensi dalam melaksanakan tugasku pun meningkat.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan, dan memperoleh pemahaman mengenai rasa takutku akan para pemimpin yang mengawasi pekerjaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Jika engkau adalah pemimpin atau pekerja, apakah engkau takut rumah Tuhan akan mengajukan pertanyaan dan mengawasi pekerjaanmu? Apakah engkau takut rumah Tuhan akan menemukan penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanmu dan memangkasmu? Apakah engkau takut setelah Yang di Atas mengetahui kualitas dan tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, Dia akan memandangmu secara berbeda dan tidak mempertimbangkanmu untuk dipromosikan? Jika engkau memiliki semua ketakutan ini, terbukti bahwa motivasimu bukanlah demi pekerjaan gereja, engkau sedang bekerja demi reputasi dan status, yang membuktikan bahwa engkau memiliki watak antikristus. Jika engkau memiliki watak antikristus, engkau akan cenderung menempuh jalan antikristus dan melakukan semua kejahatan yang dilakukan oleh antikristus. Jika di dalam hatimu engkau tidak takut rumah Tuhan mengawasi pekerjaanmu, mampu memberikan jawaban yang jujur atas pertanyaan dan pemeriksaan Yang di Atas tanpa menyembunyikan apa pun, serta mengatakan sebanyak yang kauketahui, entah yang kaukatakan itu benar atau salah, kerusakan apa pun yang kauperlihatkan—meskipun engkau memperlihatkan watak antikristus—engkau sama sekali tidak akan dianggap sebagai antikristus. Yang terpenting adalah apakah engkau mampu mengetahui watak antikristus dalam dirimu sendiri, dan apakah engkau mampu mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini. Jika engkau adalah orang yang menerima kebenaran, watak antikristus dalam dirimu dapat dibereskan. Jika engkau tahu betul bahwa engkau memiliki watak antikristus, tetapi tidak mencari kebenaran untuk membereskannya; jika engkau bahkan berusaha menyembunyikan atau berbohong tentang masalah yang terjadi dan mengelak dari tanggung jawab; dan jika engkau tidak menerima kebenaran ketika mengalami pemangkasan, ini adalah masalah serius, dan engkau tidak ada bedanya dengan antikristus. Jika engkau tahu bahwa engkau memiliki watak antikristus, mengapa engkau tidak berani menghadapinya? Mengapa engkau tak mampu memperlakukan hal itu dengan jujur dan berkata, 'Jika Yang di Atas menanyakan tentang pekerjaanku, aku akan mengatakan semua yang kutahu. Meskipun hal-hal buruk yang telah kulakukan tersingkap, Yang di Atas tidak memakaiku lagi begitu Dia mengetahuinya, dan aku kehilangan statusku, aku akan tetap mengatakan dengan jelas apa yang harus kukatakan'? Ketakutanmu akan pengawasan dan pertanyaan tentang pekerjaanmu di rumah Tuhan membuktikan bahwa engkau lebih menghargai statusmu daripada kebenaran. Bukankah ini watak antikristus? Menghargai status di atas segalanya adalah watak antikristus" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Dua)). Tuhan mengatakan bahwa orang-orang takut mengungkapkan kekurangan dan masalah mereka, sehingga mereka tak mau menerima bahwa pengawasan adalah dari Yang di Atas, dan demi reputasi serta status mereka, mereka bahkan menyembunyikan masalah, menutupi kekurangan mereka, dan mencoba menipu rumah Tuhan. Hal ini menyingkapkan watak antikristus. Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa kewaspadaanku terhadap pengawasan dan penindaklanjutan pemimpin terhadap pekerjaan disebabkan oleh kekhawatiranku yang berlebihan akan reputasi dan statusku. Aku khawatir jika pemimpin tahu bahwa aku belum melakukan pekerjaan nyata dan tidak memiliki rasa beban terhadap tugasku, mereka akan memberhentikanku, dan aku khawatir tentang pandangan saudara-saudariku terhadapku. Untuk melindungi reputasi dan statusku, aku berusaha sebaik mungkin untuk menutupi fakta bahwa aku belum melakukan pekerjaan nyata, dan bahkan mempertimbangkan menggunakan kebohongan serta kelicikan untuk menutupinya, semuanya demi melindungi citraku di mata para pemimpin. Aku berpikir tentang bagaimana orang jujur bisa bersikap sederhana dan terbuka, serta tentang bagaimana mereka mampu dengan jujur mengungkapkan setiap penyimpangan atau kekurangan dalam tugas mereka dan menerima pengawasan para pemimpin, bahkan jika para pemimpin menemukan masalah mereka lalu memangkas mereka, asalkan pekerjaan gereja dapat berjalan dengan lancar, mereka tidak masalah dengan hal itu. Namun aku tidak memikirkan pekerjaan gereja. Aku hanya khawatir dengan reputasi dan statusku. Aku benar-benar licik dan tercela! Aku tidak melaporkan pekerjaanku dengan jujur atau mengatakan yang sebenarnya kepada para pemimpin, dan bahkan jika aku tidak diberhentikan untuk saat ini dan berhasil menipu mereka, Tuhan memeriksa lubuk hati manusia, dan tidak ada yang bisa menipu Tuhan, sedangkan hal-hal yang orang lakukan secara sembunyi-sembunyi suatu saat pasti akan tersingkap. Sama seperti antikristus yang, demi melindungi reputasi dan statusnya, hanya melaporkan kabar baik dan tidak pernah melaporkan yang buruk, tidak pernah menyebutkan penyimpangan dan masalah dalam tugas mereka, bahkan berbohong dan berbuat licik, sehingga sangat merugikan pekerjaan. Pada akhirnya, mereka tersingkap dan tersingkir. Selama ini aku hidup dalam keadaan menikmati kenyamanan, tak mau menderita atau membayar harga dalam tugasku, dan hanya melakukan berbagai hal demi penampilan, yang membuat pekerjaan tertunda. Aku seharusnya melaporkan situasi yang sebenarnya dalam tugasku kepada pemimpin, tetapi demi melindungi statusku, aku ingin berbohong dan menipu. Aku benar-benar licik! Jika aku tidak bertobat dan berubah, pada akhirnya aku akan tersingkap dan tersingkir.

Kemudian aku membaca bagian lain dalam firman Tuhan: "Ada orang-orang yang tidak yakin bahwa rumah Tuhan mampu memperlakukan orang dengan adil. Mereka tidak yakin bahwa Tuhan berkuasa di rumah-Nya, bahwa kebenaran berkuasa di sana. Mereka yakin bahwa tugas apa pun yang dikerjakan, jika masalah muncul dalam tugas itu, rumah Tuhan akan segera menanganinya, mencabut haknya dalam melaksanakan tugas, mengusir mereka, atau bahkan mengeluarkan mereka dari gereja. Benarkah seperti itu? Tentu saja tidak. Rumah Tuhan memperlakukan setiap orang sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Tuhan itu benar dalam memperlakukan setiap orang. Dia tidak hanya melihat bagaimana orang berperilaku dalam satu kali peristiwa; Dia melihat esensi natur orang itu, melihat niatnya, sikapnya, dan Dia terutama melihat apakah orang itu mampu merenungkan dirinya sendiri ketika melakukan kesalahan, apakah mereka menyesal, apakah mereka mampu memahami esensi masalahnya berdasarkan firman-Nya, memahami kebenaran, membenci dirinya sendiri, dan sungguh-sungguh bertobat. Jika seseorang tidak memiliki sikap yang benar ini, dan sepenuhnya dipalsukan oleh niat pribadi, dipenuhi dengan rencana licik dan penyingkapan watak yang rusak, dan berpura-pura ketika masalah muncul, menyesatkan, dan membenarkan diri sendiri, serta dengan keras kepala menolak untuk mengakui perbuatannya, artinya orang tersebut tidak dapat diselamatkan. Mereka sama sekali tidak menerima kebenaran dan telah tersingkap sepenuhnya. Orang yang tidak benar dan orang yang tidak bisa menerima kebenaran sedikit pun pada hakikatnya adalah orang yang tidak beriman dan hanya bisa disingkirkan. ... Katakan pada-Ku, jika seseorang melakukan kesalahan, tetapi mampu memiliki pemahaman yang benar dan mau bertobat, apakah rumah Tuhan tidak akan memberinya kesempatan? Karena rencana pengelolaan Tuhan selama 6.000 tahun akan segera berakhir, ada begitu banyak tugas yang harus dilaksanakan. Namun, jika orang tidak memiliki hati nurani atau nalar, dan melalaikan tugas mereka, jika mereka telah memperoleh kesempatan untuk melaksanakan tugas tetapi tidak tahu bahwa mereka harus menghargainya, tidak sedikit pun mengejar kebenaran, membiarkan waktu yang optimal berlalu begitu saja, maka mereka akan disingkapkan. Jika engkau selalu bersikap asal-asalan dalam melaksanakan tugasmu, dan engkau sama sekali tidak tunduk ketika menghadapi pemangkasan, akankah rumah Tuhan tetap memakaimu untuk melaksanakan tugas? Di rumah Tuhan, kebenaranlah yang berkuasa, bukan Iblis. Tuhan-lah yang menjadi penentu keputusan atas segalanya. Dialah yang melakukan pekerjaan menyelamatkan manusia, Dialah yang berdaulat atas segala sesuatu. Tidak perlu bagimu untuk menganalisis apa yang benar dan apa yang salah; tugasmu hanyalah mendengarkan dan tunduk. Ketika menghadapi pemangkasan, engkau harus menerima kebenaran dan mampu memperbaiki kesalahanmu. Jika engkau melakukannya, rumah Tuhan tidak akan mencabut hakmu dalam melaksanakan tugas. Jika engkau selalu takut disingkirkan, selalu mencari-cari alasan, selalu membenarkan dirimu, itu berarti masalah. Jika engkau membiarkan orang lain melihat bahwa engkau tidak sedikit pun menerima kebenaran, dan engkau tidak mau menerima penalaran apa pun, engkau berada dalam masalah. Gereja akan berkewajiban untuk menanganimu. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu dan selalu takut dirimu disingkapkan dan disingkirkan, artinya ketakutanmu ini dinodai oleh niat manusia dan watak Iblis yang rusak dalam dirimu, dan oleh kecurigaan, sikap waspada, dan kesalahpahaman. Orang tidak boleh memiliki satu pun dari sikap-sikap ini" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan, aku memahami mengapa aku takut diberhentikan. Itu karena aku tidak memahami watak benar Tuhan. Rumah Tuhan dikuasai oleh kebenaran. Tuhan tidak menilai orang hanya berdasarkan kinerja mereka dalam satu hal, tetapi mempertimbangkan sikap yang terus mereka perlihatkan terhadap kebenaran dan jalan yang mereka tempuh, dan apakah mereka benar-benar bertobat ketika melakukan kesalahan. Jika seseorang dapat membenci dirinya sendiri dan bersedia bertobat, rumah Tuhan masih memberi kesempatan untuk bertobat. Aku belum melakukan pekerjaan nyata dan ingin berbuat licik demi menutupi kekuranganku, tetapi ketika aku bisa merenungkan dan mengenal diriku sendiri serta bersedia berubah, rumah Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bertobat, dan para pemimpin tidak mengatakan bahwa mereka akan memberhentikan aku. Sebaliknya, jika seseorang tidak mengejar kebenaran sama sekali, dan menyebabkan kekacauan serta gangguan tanpa bertobat, pada akhirnya dia akan kehilangan kesempatan untuk melaksanakan tugasnya. Sama seperti seorang saudara yang kukenal. Dia melaksanakan tugasnya dengan sikap asal-asalan, lalai, dan cenderung melaksanakan tugasnya sesuka hati. Para pemimpin dan pekerja bersekutu dan membantunya berkali-kali, dan walaupun dia berjanji dengan baik dan mengatakan bahwa dia bersedia untuk bertobat, dia tetap melaksanakan tugasnya dengan cara yang sama, dan pada akhirnya, dia diberhentikan. Beberapa saudara-saudari mungkin juga memiliki penyimpangan selama melaksanakan tugas mereka, tetapi ketika para pemimpin menunjukkan masalahnya, mereka dapat menerimanya, mencari kebenaran, dan secara sadar memperbaiki serta menyelesaikan masalah ini. Orang-orang ini tidak diberhentikan. Aku menyadari bahwa melakukan kesalahan tidaklah menakutkan, tetapi hidup dengan watak yang rusak dan tidak bertobatlah yang benar-benar menakutkan. Aku memikirkan bagaimana orang jujur bersikap sederhana dan terbuka serta menerima kebenaran, dan bagaimana mereka dapat tunduk dan memetik pelajaran dalam situasi yang diatur oleh Tuhan dan dengan demikian memperoleh keuntungan dan berkembang. Kemudian aku melihat diriku sendiri, dan aku menyadari bahwa ketika menghadapi masalah, aku tidak memiliki hati yang sederhana dan tunduk, tetapi aku justru dipenuhi kecurigaan dan keraguan, serta memiliki cara licikku sendiri, dan hal ini membuatku sangat kesulitan untuk memperoleh kebenaran.

Kemudian, aku berusaha merenungkan masalah yang kumiliki dalam tugasku selama waktu ini dan aku membaca satu bagian firman Tuhan: "Orang harus belajar mengerahkan segenap hati mereka untuk melaksanakan tugas mereka, dan orang yang memiliki hati nurani mampu melakukannya. Jika orang tak pernah mengerahkan segenap hati mereka untuk melaksanakan tugas mereka, itu artinya mereka tidak memiliki hati nurani, dan orang yang tidak berhati nurani tidak mampu memperoleh kebenaran. Mengapa Kukatakan mereka tidak mampu memperoleh kebenaran? Karena mereka tidak tahu cara berdoa kepada Tuhan dan mencari pencerahan Roh Kudus, juga tidak tahu bagaimana memperhatikan maksud Tuhan, tidak tahu bagaimana mengerahkan segenap hati mereka untuk merenungkan firman Tuhan, juga tidak tahu bagaimana mencari kebenaran, bagaimana berusaha untuk memahami tuntutan Tuhan dan keinginan-Nya. Inilah yang dimaksud dengan tidak mampu mencari kebenaran. Apakah engkau semua mengalami keadaan ketika, apa pun yang terjadi, atau tugas seperti apa pun yang kaulaksanakan, engkau mampu untuk sering kali menenangkan dirimu di hadapan Tuhan, dan mengerahkan segenap hatimu untuk merenungkan firman-Nya, dan mencari kebenaran, dan memikirkan bagaimana engkau harus melaksanakan tugas itu agar sesuai dengan maksud Tuhan dan memikirkan kebenaran mana yang harus kaumiliki agar dapat melaksanakan tugas itu dengan memuaskan? Apakah engkau sering kali mencari kebenaran dengan cara seperti ini? (Tidak.) Mengerahkan segenap hati untuk melaksanakan tugasmu dan mampu mengambil tanggung jawab mengharuskanmu untuk menderita dan membayar harga—tidaklah cukup untuk hanya membicarakan tentang hal-hal ini. Jika engkau tidak mengerahkan segenap hatimu untuk tugasmu, sebaliknya, selalu ingin bekerja keras, maka tugasmu tentu tidak akan terlaksana dengan baik. Engkau hanya akan melaksanakan tugasmu dengan asal-asalan, dan tidak lebih dari itu, dan engkau tidak akan tahu apakah engkau telah melaksanakan tugasmu dengan baik atau tidak. Jika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melaksanakan tugasmu, engkau akan secara berangsur memahami kebenaran; jika tidak, engkau tidak akan memahami kebenaran. Ketika engkau mengerahkan segenap hatimu untuk melaksanakan tugasmu dan mengejar kebenaran, engkau akan secara berangsur mampu memahami maksud Tuhan, mengetahui kerusakan dan kekuranganmu sendiri, dan menguasai semua keadaanmu yang beraneka ragam. Jika engkau hanya berfokus mengerahkan upayamu, tetapi engkau tidak mengerahkan segenap hatimu untuk merenungkan dirimu sendiri, engkau tidak akan mampu mengenali keadaan batinmu yang sebenarnya serta berbagai reaksi dan perwujudan kerusakan yang kauperlihatkan di berbagai lingkungan. Jika engkau tidak tahu apa akibatnya jika masalah tidak diselesaikan, engkau akan berada dalam banyak masalah. Inilah sebabnya, tidak baik percaya kepada Tuhan dengan cara yang bingung seperti itu. Engkau harus hidup di hadapan Tuhan kapan pun dan di mana pun; apa pun yang menimpamu, engkau harus selalu mencari kebenaran, dan sementara mencari kebenaran, engkau juga harus merenungkan dirimu sendiri dan mengetahui masalah apa yang ada di dalam keadaanmu, segeralah mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Hanya dengan cara demikianlah, engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan baik dan tidak menunda pekerjaan. Engkau bukan saja akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, tetapi yang terpenting adalah engkau juga akan memiliki jalan masuk kehidupan dan mampu membereskan watak rusakmu. Hanya dengan cara demikianlah, engkau dapat masuk ke dalam kenyataan kebenaran" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Orang Jujur yang Mampu Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati"). Dari firman Tuhan, aku memahami bahwa orang yang bertanggung jawab dapat melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati dan bersikap rajin serta bertanggung jawab terhadap setiap tugas, sedangkan orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab melaksanakan tugas mereka dengan setengah hati, hanya bersikap asal-asalan. Mereka tidak mau menderita atau membayar harga dalam tugas mereka, dan pada akhirnya, mereka bukan hanya gagal memperoleh jalan masuk kehidupan, melainkan juga menunda pekerjaan gereja. Sikapku terhadap tugasku persis seperti yang diungkapkan Tuhan. Kupikir untuk menyelesaikan masalah saudara-saudariku, akan harus berpikir secara mendalam dan mencari kebenaran untuk menemukan solusi, yang tampaknya terlalu merepotkan dan membutuhkan upaya, jadi aku tidak mau membayar harga, dan aku hanya puas dengan menindaklanjuti kemajuan dari luar saja dan melakukan beberapa pekerjaan sederhana, dan ketika menghadapi masalah, aku tidak mau memikirkannya secara mendalam atau mencari solusi, pun tidak merangkum penyimpangan atau kekuranganku, yang menyebabkan keterlambatan dalam pekerjaan. Aku hidup berdasarkan racun Iblis "Isi harimu dengan kesenangan karena hidup ini singkat" dan "Belajarlah berbaik hati pada dirimu sendiri". Aku menganggap bahwa memanjakan diri dalam kenikmatan fisik itu sangat penting, dan dalam segala hal yang kulakukan, aku terlebih dahulu mempertimbangkan apakah itu akan membuatku menderita secara fisik atau kelelahan. Aku selalu melaksanakan tugasku dengan sikap asal-asalan, tanpa memikirkan tanggung jawab, kewajibanku, atau pekerjaan gereja, dan setiap hari aku melaksanakan tugasku dengan cara linglung dan bingung, bahkan tidak mengerahkan upaya yang diperlukan, apalagi mencurahkan sepenuh hati. Tuhan mengetahui kekuranganku dan menggunakan pengawasan pemimpin untuk menyingkapkan kerusakanku, mendorongku mencari kebenaran untuk mengatasi keadaanku yang bersikap asal-asalan dan menikmati kenyamanan dalam tugasku, agar aku dapat teliti dan fokus pada detail tugasku. Maksud Tuhan yang sungguh-sungguh ada di sini, dan ini adalah keselamatan-Nya untukku.

Kemudian, dengan membaca firman Tuhan, aku mulai memahami sedikit lebih banyak tentang pentingnya pekerjaan pengawasan oleh pemimpin. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Mereka yang mampu menerima pengawasan, penyelidikan, dan pemeriksaan orang lain adalah orang yang paling masuk akal. Mereka memiliki toleransi dan kemanusiaan yang normal. Ketika engkau menemukan bahwa engkau melakukan kesalahan atau memperlihatkan watakmu yang rusak, jika engkau mampu membuka diri dan berkomunikasi dengan orang-orang, ini akan membantu orang-orang di sekitarmu untuk mengawasimu. Menerima pengawasan tentu saja diperlukan, tetapi yang terutama engkau harus berdoa kepada Tuhan dan mengandalkan Dia, terus-menerus memeriksa dirimu sendiri. Khususnya ketika engkau telah menempuh jalan yang salah atau melakukan sesuatu yang salah, atau ketika engkau hendak bertindak sewenang-wenang dan sepihak, dan seseorang di dekatmu memberi tahu dan mengingatkanmu, engkau harus menerimanya dan segera merenungkan dirimu sendiri, serta mengakui kesalahanmu, lalu memperbaikinya. Hal ini dapat mencegahmu agar tidak menempuh jalan antikristus. Jika ada seseorang yang membantu dan mengingatkanmu dengan cara seperti ini, bukankah engkau terlindungi tanpa menyadarinya? Engkau terlindungi—itulah perlindunganmu" (Firman, Jilid 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Dari firman Tuhan, aku mulai memahami bahwa seseorang yang memiliki kemanusiaan yang normal dapat menerima pengawasan dan pemeriksaan orang lain, dan ketika dia mendapati bahwa dirinya telah melakukan kesalahan atau memperlihatkan kerusakan dalam tugasnya, dia dapat membuka hatinya dan bersekutu dengan orang lain. Pada kenyataannya, mampu menerima pengawasan semua orang bermanfaat bagi kita dalam melaksanakan tugas, karena itu membantu kita agar tidak menempuh jalan yang salah dan melindungi kita. Sebelumnya, aku tidak memahami pentingnya pekerjaan pengawasan pemimpin, dan aku selalu hidup dalam keadaan waspada dan salah paham, tetapi sekarang aku bisa memperlakukannya dengan benar. Karena pemimpin mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan, aku mendapatkan arah tentang cara memperbaiki tugasku, dan aku bisa mempertimbangkan pekerjaan penindaklanjutan secara lebih menyeluruh serta memahami kesulitan dan keadaan saudara-saudariku untuk mempersekutukan solusi atas masalah nyata. Dengan benar-benar menindaklanjuti pekerjaan seperti ini, aku dapat melaksanakan tugas secara lebih efisien, dan aku merasa jauh lebih tenang. Sekarang aku tidak lagi terlalu khawatir seperti sebelumnya tentang pengawasan dan penindaklanjutan pemimpin atas pekerjaanku, dan untuk setiap pekerjaan yang belum kulakukan atau setiap penyimpangan yang kumiliki dalam poin tertentu pada pekerjaanku, aku bisa melaporkannya dengan jujur dan memperlakukannya dengan benar. Ketika para pemimpin menunjukkan penyimpangan dan kekuranganku dalam tugasku, aku terlebih dahulu tunduk, mengakui hal-hal itu, menerimanya, dan secara sadar mencoba melakukan perubahan serta melaksanakan tanggung jawabku. Sejak aku mulai menerapkan seperti ini, aku merasa jauh lebih tenang. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Iman: Sumber Kekuatan

Oleh Saudara Randy, MyanmarPada bulan Agustus 2020, aku menyelidiki pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman secara online....

Kurangi Ukuran Huruf
Tambah Ukuran Huruf
Masuk Layar Penuh
Keluar Layar Penuh