Apakah Penyelamatan Membutuhkan Status?

10 April 2022

Oleh Saudari Yi Xun, Tiongkok

Selama bertahun-tahun, aku melayani sebagai pemimpin jauh dari rumah, mengelola beberapa gereja. Aku punya penyakit jantung bawaan, tapi tidak pernah punya masalah kesehatan serius. Tapi seiring bertambahnya usia, mental dan fisikku tidak sama. Tidur sedikit larut membuatku kelelahan esok harinya, sekujur tubuhku lemas, dan jantungku terasa tidak baik. Agustus lalu, pemimpin melihat kondisiku dan takut tubuhku tidak kuat menanggung stres tinggi sebagai pemimpin lagi, jadi dia menyuruhku pulang untuk merawat kesehatanku dan melakukan tugas apa pun yang kubisa. Mendengar itu membuatku sangat sedih. Aku merasa ini waktu penting untuk memupuk perbuatan baik dalam tugas. Dipindahkan, hanya menjadi orang percaya biasa alih-alih pemimpin, kesempatanku menerapkan akan lebih sedikit, lebih lambat mempelajari kebenaran dan memasuki kenyataan, jadi kesempatanku diselamatkan akan berkurang. Tidak seperti pemimpin, selalu menyelesaikan masalah saudara-saudari, memasuki dan mempelajari kebenaran dengan cepat, punya peluang diselamatkan lebih besar. Aku bertanya-tanya apa Tuhan menggunakan situasi itu untuk menyingkap dan menyingkirkanku. Aku makin sedih saat memikirkannya dan tidak bisa menahan tangis.

Seorang saudari bersekutu denganku setelah tahu perasaanku, dia berkata kehendak baik Tuhan ada di dalamnya, dan saat tidak memahami kehendak Tuhan, pertama, kita harus tunduk, lebih banyak berdoa dan mencari, bukan salah paham atau mengeluh. Persekutuannya mengingatkanku, ini tidak terjadi secara acak, pasti ada kebenaran yang harus kucari dan masuki, aku juga harus tunduk. Tapi meskipun berkata akan tunduk, aku masih sangat sedih. Saat terjaga di malam hari dan teringat, aku akan gelisah, sulit tidur, berpikir berulang-ulang, "Aku telah lama percaya, dan saat pekerjaan Tuhan ada pada saat genting, aku kehilangan kesempatan untuk melakukan tugas pemimpin. Aku hanya orang percaya biasa. Apa aku masih punya harapan diselamatkan dan disempurnakan?" Aku merasa makin kacau dan tidak ingin menghadapi ini. Aku tak ingin pergi dan terus melayani sebagai pemimpin, tapi takut jika kondisiku memburuk, itu bisa menghambat pekerjaan gereja. Aku tidak boleh egois, hanya memikirkan diriku, bukan pekerjaan gereja.

Dalam saat teduhku, aku membaca kutipan firman Tuhan tentang cara antikristus menangani perubahan dalam tugas mereka, lalu sedikit memahami natur dan pengejaranku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Dalam keadaan normal, orang harus menerima dan tunduk pada perubahan dalam tugas mereka. Namun, mereka harus merenungkan diri mereka sendiri, mengenali esensi masalah, dan mengenali kekurangan mereka sendiri. Ini adalah hal yang sangat baik dan tidak ada rintangan yang tidak dapat diatasi. Ini tidak rumit; ini sangat sederhana dan siapa pun dapat mempertimbangkan hal ini dengan jelas. Ketika sesuatu seperti ini terjadi pada orang normal, setidaknya mereka akan belajar sesuatu, mendapatkan pemahaman dan penilaian yang lebih akurat tentang diri mereka sendiri. Namun, tidak demikian bagi para antikristus—mereka berbeda dari orang normal apa pun yang terjadi pada diri mereka. Di manakah letak perbedaannya? Mereka tidak tunduk; mereka tidak secara proaktif dan sukarela bekerja sama, apalagi menerimanya dengan tulus. Sebaliknya, mereka merasa jijik akan hal ini, dan mereka menolaknya, menganalisisnya, merenungkannya, dan memutar otak mereka dengan berspekulasi: 'Mengapa aku dipindahkan untuk bekerja di tempat lain? Mengapa aku tidak bisa terus melakukan tugasku yang sekarang? Apakah aku benar-benar tidak layak? Apakah mereka akan memberhentikanku, atau menyingkirkanku?' Dalam pikirannya, mereka terus memikirkan apa yang telah terjadi, tanpa henti menganalisis dan merenungkannya. Jika tidak ada apa pun yang terjadi, mereka baik-baik saja, tetapi jika sesuatu terjadi, mulailah muncul gejolak dalam hati mereka seolah-olah berada di lautan badai, dan benak mereka dipenuhi dengan pertanyaan. Di luarnya mungkin mereka terlihat lebih baik daripada orang lain dalam hal merenungkan masalah, tetapi kenyataannya, antikristus sebenarnya lebih jahat daripada orang kebanyakan. Bagaimana kejahatan ini diwujudkan? Pertimbangan mereka ekstrem, rumit, dan penuh rahasia. Hal-hal yang tidak akan terjadi pada orang normal, pada orang yang berhati nurani dan bernalar, adalah hal yang biasa bagi seorang antikristus. Ketika penyesuaian sederhana dibuat terhadap tugasmu, lakukanlah seperti yang rumah Tuhan perintahkan, dan lakukanlah apa yang engkau mampu, dan apa pun yang kaulakukan, lakukanlah itu sebaik mungkin dengan tenaga yang kaumiliki, dengan segenap hati dan segenap kekuatanmu. Apa yang telah Tuhan lakukan tidaklah salah. Bahkan kebenaran yang sesederhana ini tidak ada di hati para antikristus. Apa yang mereka miliki di dalam hati mereka? Kecurigaan, keraguan, penentangan, sikap menyelidiki. Dengan perkataan dan tindakannya, mereka memeriksa reaksi orang terhadap suatu rencana sebelum memutuskan untuk menggunakannya, dan mereka bahkan bisa saja berpura-pura dalam upaya untuk mengetahui yang sebenarnya dari orang lain. ... Masalah yang begitu sederhana—tetapi seorang antikristus meributkannya, dan memikirkannya terus menerus, sampai-sampai mereka tidak tertidur sekejap pun. Mengapa cara berpikir mereka seperti itu? Mengapa mereka berpikir sedemikian rumit tentang hal yang sederhana? Hanya ada satu alasan: setiap pengaturan yang dibuat oleh rumah Tuhan yang ada sangkut pautnya dengan mereka, mereka akan menghubungkan hal tersebut erat-erat dengan pengharapan akan berkat dan tempat tujuan mereka kelak. Itulah sebabnya mereka berpikir, 'Aku harus berhati-hati; satu langkah yang salah akan membuat setiap langkah menjadi salah, dan keinginanku untuk mendapatkan berkat tidak akan terjadi—dan itu akan menjadi kesudahanku. Aku tidak boleh ceroboh! Rumah Tuhan, saudara-saudari, pemimpin tingkat atas, bahkan Tuhan—mereka semua tidak dapat diandalkan. Aku tidak menaruh kepercayaanku kepada salah seorang pun dari mereka. Orang yang paling dapat diandalkan dan paling dapat dipercaya adalah diri sendiri; jika engkau tidak membuat rencana untuk dirimu sendiri, siapa lagi yang akan menjagamu? Siapa lagi yang akan mempertimbangkan prospekmu dan apakah engkau akan mendapatkan berkat atau tidak? Jadi, aku harus membuat persiapan yang cermat dan bekerja sangat keras untuk membuat rencana bagi diriku sendiri; aku tidak boleh membuat kesalahan, dan aku tidak boleh ceroboh sedikit pun—jika tidak, akan mudah bagi orang-orang untuk menipu dan memanfaatkanku.' Seorang antikristus memandang berkat sebagai sesuatu yang lebih besar daripada surga itu sendiri, lebih besar daripada hidup, lebih penting daripada perubahan watak atau keselamatan pribadi, dan lebih penting daripada menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar. Mereka berpikir bahwa menjadi makhluk ciptaan yang memenuhi standar, melakukan tugas mereka dengan baik dan diselamatkan, semua itu adalah hal-hal remeh yang hampir tidak layak disebutkan, sedangkan mendapatkan berkat adalah satu-satunya hal di sepanjang hidup mereka yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Oleh karena itu, dalam apa pun yang mereka hadapi, sebesar atau sekecil apa pun, mereka sangat berhati-hati dan penuh perhatian, serta selalu mencadangkan jalan keluar untuk diri mereka sendiri. Jadi ketika tugas mereka disesuaikan, jika itu adalah promosi, seorang antikristus akan berpikir ada harapan untuk mereka diberkati. Jika itu adalah penurunan jabatan, dari pemimpin tim menjadi asisten pemimpin tim, atau dari asisten pemimpin tim menjadi anggota kelompok biasa, mereka akan merasa segala sesuatunya tampak tidak menyenangkan. Jika mereka dipindahkan dari tugas yang mengundang kekaguman ke tugas yang sama sekali tidak penting, tugas di mana mereka tidak akan berhubungan dengan kepemimpinan tingkat atas, tidak diperhatikan, atau tidak bisa pamer, mereka merasa kesempatan mereka untuk diberkati telah semakin berkurang. Pandangan macam apa ini? Apakah itu pandangan yang tepat? Orang semacam itu tidak masuk akal, dan sama sekali tidak memiliki pemahaman akan kebenaran!" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Antikristus menyamakan seberapa tinggi atau rendah status mereka dengan seberapa besar atau kecil berkat mereka. Apakah itu di antara keluarga Tuhan atau kelompok lain mana pun, bagi mereka, status dan kelas orang diukur dan disamakan dengan ketat, seperti juga kesudahan akhir mereka; seberapa tinggi kedudukan seseorang dan seberapa besar kuasa yang mereka miliki di rumah Tuhan dalam kehidupan ini setara dengan berkat, penghargaan, dan mahkota yang mereka terima di dunia berikutnya—mereka terikat secara langsung. Tuhan tidak pernah mengatakan ini, Dia juga tidak pernah menjanjikan hal seperti itu, tetapi pemikiran seperti inilah yang akan muncul dalam diri seorang antikristus. ... Bukankah menurutmu orang-orang seperti antikristus memiliki sedikit masalah kesehatan mental? Mereka benar-benar jahat sampai kelewat batas! Apa pun yang Tuhan katakan, mereka tidak mengindahkan, juga tidak menerimanya" ("Mereka Ingin Mundur Ketika Tidak Ada Status atau Harapan untuk Memperoleh Berkat" dalam "Menyingkapkan Antikristus").

Firman Tuhan menunjukkan antikristus hanya punya iman untuk berkat dan upah. Mereka memeringkatkan berbagai tugas, menghubungkan status tinggi atau rendah dengan banyaknya berkat. Mereka pikir tanpa status, kesempatan mereka diselamatkan minim, sehingga salah paham, menyalahkan, bahkan melawan Tuhan. Mereka hanya memedulikan kepentingan dan berkat sendiri, tapi tak mencari kebenaran atau memetik pelajaran. Mereka tidak punya rasa hormat atau ketundukan kepada Tuhan, naturnya jahat dan keji. Berdasarkan perilaku, aku seperti antikristus. Aku menghubungkan statusku dengan berkatku, jadi aku tidak bisa menerima perubahan tugas biasa dengan baik. Banyak yang kupikirkan, jika aku tidak bisa menjadi pemimpin, tanpa status, peluangku untuk selamat lebih kecil. Tapi rumah Tuhan mengatur tugas setiap orang sesuai dengan prinsip dan situasi mereka sesungguhnya. Aku punya masalah kesehatan. Pemimpin punya banyak pekerjaan, ada banyak stres, dan tubuhku tidak kuat menanggungnya. Tugasku akan terdampak. Memulangkanku dan mengerjakan apa pun yang kubisa baik untukku dan gereja. Tapi aku salah paham dan curiga. Saat pemimpin bilang aku harus pulang, pikiran pertamaku adalah statusku rendah jika aku bukan pemimpin, aku takkan bisa diselamatkan atau diberkati. Rasanya satu-satunya harapanku akan iman hilang jika tidak diberkati. Aku tiba-tiba kehilangan semua motivasiku. Kulihat sudut pandangku tidak didasari prinsip kebenaran, tapi didasari kepentingan pribadi. Saat hasratku tidak terpenuhi, kupikir Tuhan menggunakan situasi itu untuk menyingkap dan menyingkirkanku. Aku lihat naturku jahat dan licik. Aku membayangkan Tuhan sama dengan manusia yang rusak, tanpa kejujuran atau keadilan, seolah Dia mengukur dan menentukan kesudahan kita berdasarkan status atau tugas. Kupikir jika punya status, Tuhan akan menyelamatkan kita, tapi tidak jika tak punya. Bukankah itu menyangkal kebenaran Tuhan dan menghujat-Nya? Setelah bertahun-tahun beriman, aku tidak memahami atau menaati Tuhan sama sekali. Jika Tuhan tidak memakai situasi itu untuk menyingkapku, aku takkan sadar betapa keliru pengejaranku. Aku akan disingkirkan Tuhan seperti antikristus jika terus seperti itu.

Aku kemudian membaca beberapa kutipan firman Tuhan yang membantuku melihat sudut pandangku yang salah. Firman Tuhan katakan: "Ada orang yang tidak tahu dengan jelas apa artinya diselamatkan. Ada orang yang yakin bahwa semakin lama mereka percaya kepada Tuhan, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan. Ada orang yang berpikir bahwa semakin banyak doktrin rohani yang mereka pahami, semakin besar kemungkinan mereka untuk diselamatkan, atau ada yang berpikir bahwa para pemimpin dan pekerja gereja pasti akan diselamatkan. Semua ini adalah gagasan dan imajinasi manusia. Hal yang sangat penting adalah engkau semua harus mengerti apa arti keselamatan. Diselamatkan terutama berarti dibebaskan dari pengaruh Iblis, dibebaskan dari dosa, dan dengan sungguh-sungguh berbalik kepada Tuhan dan menaati-Nya. Apa yang harus kaumiliki untuk bebas dari dosa dan pengaruh Iblis? Kebenaran. Jika orang berharap untuk memperoleh kebenaran, mereka harus diperlengkapi dengan banyak firman Tuhan, mereka harus dapat mengalami dan menerapkannya, sehingga mereka dapat memahami kebenaran. Hanya dengan demikianlah, mereka dapat diselamatkan. Apakah orang dapat diselamatkan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan berapa tahun orang telah percaya kepada Tuhan, berapa banyak pengetahuan yang mereka miliki, berapa banyak mereka menderita, atau karunia atau kekuatan apa yang mereka miliki. Satu-satunya hal yang berhubungan langsung dengan keselamatan adalah apakah seseorang mampu memperoleh kebenaran atau tidak. Berapa banyak kebenaran yang benar-benar engkau pahami, dan berapa banyak firman Tuhan yang telah menjadi hidupmu? Dari semua persyaratan Tuhan, ke manakah engkau telah berhasil masuk? Selama bertahun-tahun engkau percaya kepada Tuhan, berapa banyak jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan yang telah engkau capai? Jika engkau tidak tahu, atau jika engkau belum mencapai jalan masuk ke dalam kenyataan firman Tuhan, maka sesungguhnya, engkau tidak ada harapan untuk diselamatkan. Engkau tidak mungkin bisa diselamatkan. Bukan masalah apakah engkau memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, atau apakah engkau telah lama percaya kepada Tuhan, memiliki penampilan yang baik, dapat berbicara dengan baik, atau telah menjadi pemimpin atau pekerja selama beberapa tahun. Jika engkau tidak mengejar kebenaran, atau menerapkan, dan mengalami firman Tuhan dengan benar, dan engkau tidak punya pengalaman nyata dan kesaksian, maka tidak ada harapan bagimu untuk diselamatkan" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). "Aku memutuskan tempat tujuan setiap orang bukan berdasarkan usia, senioritas, jumlah penderitaan, dan yang utama, bukan berdasarkan sejauh mana mereka mengundang rasa kasihan, tetapi berdasarkan apakah mereka memiliki kebenaran. Tidak ada pilihan lain selain ini. Engkau semua harus menyadari bahwa semua orang yang tidak mengikuti kehendak Tuhan juga akan dihukum. Ini adalah fakta yang tak dapat diubah. Jadi, semua orang yang dihukum pasti akan dihukum oleh karena keadilan Tuhan dan sebagai ganjaran atas banyaknya tindakan jahat mereka" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Persiapkan Perbuatan Baik yang Cukup demi Tempat Tujuanmu"). Aku sangat tersentuh oleh kutipan ini. Aku lihat diselamatkan tidak ada kaitannya dengan menjadi pemimpin atau punya status. Penyelamatan adalah membuang watak rusak Iblis dan tunduk kepada Tuhan. Hanya mereka yang menerapkan kebenaran, kerusakannya ditahirkan, tunduk kepada Tuhan, dan hidup berdasarkan firman-Nya yang bisa diselamatkan. Apa pun tugas kita, selama bisa menerima kebenaran, fokus merenung saat ditangani, mengetahui kerusakan dan kesalahan melalui firman Tuhan, bertobat dan berubah, maka melalui pengejaran itu kita bisa mendapat kebenaran dan diselamatkan. Setinggi apa pun status seseorang atau sebanyak apa pun menderita, jika tidak mengejar kebenaran, mereka akan disingkirkan. Sama seperti Paulus. Dia punya status dan martabat yang tinggi, serta mencapai banyak hal, tapi dia tidak pernah mengejar kebenaran atau perubahan watak. Pada akhirnya dia tidak memahami dirinya atau Tuhan. Semua upayanya hanya untuk mendapatkan berkat, diupahi, dan selalu menjadi saksi bagi dirinya, betapa menderitanya dia untuk Tuhan. Dia bersumbar dirinya tak kurang dari para rasul terkemuka, dan tanpa malu menyombong, "Sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran." Bisa mengucapkan hujatan seperti itu, bahwa dia Kristus yang hidup, menyinggung watak Tuhan dan dia dihukum Tuhan. Tapi Petrus berbeda. Petrus tidak pernah memedulikan status dalam imannya. Dia hanya berupaya mengenal dan tunduk kepada Tuhan. Dia berusaha menerapkan dan mengalami firman Tuhan, mengetahui kerusakannya, lalu akhirnya disalibkan untuk Tuhan. Dia tunduk sampai mati, mengasihi Tuhan sepenuhnya, dan Tuhan menyempurnakan dia. Ini memberi tahu kita, menjadi pemimpin atau punya status bukanlah syarat untuk penyelamatan. Orang berstatus yang tidak mengejar kebenaran, justru menentang Tuhan, tidak punya kesaksian nyata tentang hidup dalam firman Tuhan pasti akan disingkirkan. Jika seseorang tidak punya status, tapi ada di jalan yang benar dan mengejar kebenaran, dia masih bisa mendapatkan kebenaran dan diselamatkan Tuhan. Aku merasa jauh lebih baik saat menyadari itu. Aku siap tunduk pada pengaturan dan penataan Tuhan, menerima perubahan dengan tenang.

Aku membaca kutipan lain yang membantuku lebih memahami kehendak Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Mereka yang dipromosikan dan dibina tidak jauh lebih tinggi daripada yang lain. Mereka semua baru saja mulai mengalami firman Tuhan. Mereka yang belum dipromosikan atau dibina juga harus mengejar kebenaran saat menjalankan tugas mereka. Tidak seorang pun boleh merampas hak orang lain untuk mengejar kebenaran. Beberapa orang lebih bersemangat dalam mengejar kebenaran dan memiliki kualitas tertentu, sehingga mereka dipromosikan dan dibina. Ini karena persyaratan yang dituntut oleh pekerjaan rumah Tuhan. Karena perbedaan kualitas dan kemanusiaan dari berbagai tipe orang, jalan kepercayaan kepada Tuhan yang mereka pilih juga berbeda. Ada orang-orang yang dapat diselamatkan, sedangkan yang lain tidak. Karena itu, rumah Tuhan membina dan menggunakan orang-orang berdasarkan apakah mereka mengejar kebenaran, dan berdasarkan kepribadian mereka. Apakah ada perbedaan dalam hierarki berbagai tipe orang? Tidak ada hierarki dalam hal status, kedudukan, nilai, atau gelar. Setidaknya selama kurun waktu ketika Tuhan menyempurnakan dan memimpin orang, dan selama perluasan pekerjaan, tidak ada perbedaan antara pangkat, kedudukan, nilai, atau status orang. Satu-satunya yang berbeda adalah dalam hal pembagian kerja dan peran tugas yang dijalankan. Tentu saja, selama kurun waktu ini, ada pengecualian, yakni beberapa orang dipromosikan dan dibina, dan melakukan beberapa pekerjaan khusus, sementara beberapa orang tidak menerima kesempatan seperti itu karena berbagai masalah seperti kualitas atau lingkungan keluarga mereka. Namun, apakah Tuhan tidak menginginkan mereka yang belum menerima kesempatan seperti itu? Apakah nilai dan kedudukan mereka lebih rendah daripada orang lain? Tidak. Setiap orang sama di hadapan kebenaran, setiap orang memiliki kesempatan untuk mengejar dan mendapatkan kebenaran, dan Tuhan memperlakukan setiap orang secara adil dan sewajarnya" (Mengenali Para Pemimpin Palsu (5)). Firman Tuhan menunjukkan, di rumah-Nya, tidak ada status tinggi atau rendah untuk tugas. Setiap orang mengemban tugas berbeda sesuai kebutuhan pekerjaan, tapi semua orang sama di hadapan kebenaran. Di mana pun kita melakukan tugas, entah punya status atau tidak, firman Tuhan menopang kita semua. Dia tidak punya bias terhadap siapa pun karena status mereka. Tuhan mengatur segala macam situasi, peristiwa, dan orang untuk setiap orang berdasarkan kebutuhan mereka, agar mengalami pekerjaan-Nya dan memasuki kenyataan kebenaran. Dia tidak pernah melucuti kesempatan siapa pun untuk menerapkan dan masuk ke dalam kebenaran. Tuhan itu adil dan benar kepada semua orang. Mendapatkan kebenaran atau diselamatkan Tuhan tidak ditentukan oleh tugas, tapi pengejaran kita sendiri. Menjadi pemimpin tidak berarti Tuhan akan secara khusus memberkati dan mencerahkanmu seraya mengabaikan orang percaya biasa. Tuhan mencerahkan dan menopang orang berdasarkan pengejaran dan sikap mereka terhadap kebenaran. Kita bisa melihat kebenaran-Nya dalam hal ini. Setiap orang punya tugas berbeda dan menghadapi hal berbeda, tapi watak rusak congkak dan licik yang mereka tunjukkan sama. Selama mereka mau mengejar dan menerapkan kebenaran, serta membuang kerusakan, mereka bisa mendapat kebenaran dan diselamatkan Tuhan. Sebaliknya, jika seseorang tidak mengejar kebenaran, tidak mencari atau menerapkan kebenaran saat menghadapi masalah, apa pun tugas atau bagaimanapun mereka menerapkan, mereka tidak akan pernah mendapatkan kebenaran dan tidak bisa diselamatkan Tuhan. Seperti aku, setelah bertahun-tahun menjadi pemimpin, dengan segala kesempatanku, berapa banyak kebenaran yang benar-benar kudapat? Perubahan tugasku membuatku tertekan, salah paham, dan mengeluh. Aku jauh dari taat kepada Tuhan dan tak punya kenyataan kebenaran. Aku contoh yang sempurna. Meski begitu, dengan bodohnya aku terus berpikir diperlukan status untuk penyelamatan. Status tertanam kuat di kepalaku. Beberapa saudara-saudari tidak pernah menjadi pemimpin, tapi mereka terus mengejar kebenaran, menanggung beban dalam tugas, mencari kebenaran saat ada masalah, dan menerapkan kebenaran yang mereka tahu. Kerusakan yang mereka tunjukkan perlahan berkurang dan makin tunduk kepada Tuhan. Mereka punya kesaksian nyata tentang hidup dalam firman Tuhan. Itulah mendapat perkenanan dan sukacita Tuhan. Itu mengingatkanku pada firman Tuhan: "Jika engkau mengejar dengan hati yang murni, Aku bersedia mengaruniakan kepadamu jalan kehidupan dalam segala keutuhannya, dan membuatmu bagaikan ikan yang kembali ke air. Jika engkau tidak mengejar dengan hati yang murni, Aku akan mengambil kembali semua itu. Aku tidak mau mengaruniakan firman dari mulut-Ku ini kepada orang-orang yang serakah akan kenyamanan duniawi, yang kelakuannya seperti babi dan anjing!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Tuhan Yesus juga berfirman, "Karena kepada setiap orang yang memiliki akan diberikan, dan dia akan berkelimpahan: tetapi dia yang tidak memiliki, darinya akan diambil bahkan apa yang dia miliki" (Matius 25:29). Tuhan adil dan benar kepada kita, kebenaran pun tidak memihak. Orang percaya biasa dan pemimpin sama-sama berpeluang mendapatkan kebenaran. Kuncinya adalah apa seseorang punya tekad untuk mengejar kebenaran, apa bisa menerapkannya. Memahami ini sangat mencerahkanku. Sebelumnya, aku selalu khawatir takkan punya banyak kesempatan untuk menerapkan jika bukan pemimpin, lalu harapanku akan penyelamatan menyusut. Aku bahkan berpikir Tuhan ingin menyingkirkanku, tidak akan menyelamatkanku lagi. Itu adalah gagasan dan imajinasiku tentang Tuhan, dan itu penghujatan. Aku tidak memahami maksud Tuhan sesungguhnya. Jika dicermati, selama bertahun-tahun beriman, aku didorong oleh pengejaran yang keliru, hanya melakukan tugas agar diberkati, berpikir pengejaranku hebat. Aku teperdaya citra palsuku sendiri, dan tidak merenungkan atau mengenal diriku. Perubahan tugas ini menyingkap sudut pandangku yang salah tentang iman, lalu akhirnya aku datang ke hadapan Tuhan untuk merenung dan mengenal diriku. Aku mendapat pemahaman tentang kerusakanku dan masalah dalam sudut pandangku, serta melihat kebenaran Tuhan. Aku juga belajar tentang siapa yang Tuhan selamatkan dan singkirkan. Aku mendapatkan ketundukan kepada Tuhan. Situasi ini adalah perlindungan dan penyelamatan Tuhan bagiku.

Aku kemudian membaca kutipan lain dari firman Tuhan yang membantuku melihat jalan masukku. Firman Tuhan katakan: "Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus berupaya untuk melakukan tugas seorang makhluk ciptaan Tuhan, dan berusaha untuk mengasihi Tuhan tanpa mengajukan pilihan lain, sebab Tuhan layak menerima kasih manusia. Mereka yang berusaha untuk mengasihi Tuhan tidak boleh mencari keuntungan pribadi atau mencari apa yang mereka sendiri dambakan; inilah cara pengejaran yang paling benar. Jika hal yang kaucari adalah kebenaran, jika hal yang kaulakukan adalah kebenaran, dan jika hal yang kaucapai adalah perubahan pada watakmu, maka jalan yang kautapaki adalah jalan yang benar. ... Apakah engkau akan disempurnakan ataukah disingkirkan, itu tergantung pada pengejaranmu sendiri, yang juga berarti bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada jalan yang manusia jalani" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Aku menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan. Aku adalah makhluk ciptaan, jadi apa pun yang Tuhan atur, aku harus tunduk pada pengaturan dan penataan-Nya. Aku tidak bisa beriman dan melakukan tugas hanya demi berkat dan upah. Entah bisa diselamatkan atau tidak, diberkati atau tidak, selama aku hidup, aku harus mengejar kebenaran dan pengetahuan tentang Tuhan. Bahkan jika ditolak, pada akhirnya disingkirkan Tuhan, itu adalah kebenaran-Nya. Setelah memahami kehendak Tuhan, aku tidak terlalu terpengaruh oleh tugas yang kulakukan. Aku bisa dengan tenang menerima pengaturan gereja.

Dari yang disingkap situasi ini, aku tahu tentang perspektif keliruku dalam pengejaran imanku. Aku juga tahu apakah seseorang bisa diselamatkan tidak bergantung pada status mereka atau sebanyak apa pekerjaan yang dilakukan. Kuncinya adalah apa mereka sudah mendapatkan kebenaran, apa mereka benar-benar tunduk pada Tuhan. Apakah seseorang bisa mendapat kebenaran dan mengubah watak hidupnya dalam iman adalah hal yang paling penting. Sejak itu, aku hanya ingin membumi dan melakukan tugasku untuk memuaskan Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait