Melaksanakan Tugas Mengharuskan Kita Mengejar Kebenaran
Beberapa tahun yang lalu, aku mulai berlatih mengabarkan Injil. Aku tahu, mampu melaksanakan tugas ini adalah peninggian dari Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku karena memberiku kesempatan seperti itu, dan bertekad mengandalkan Tuhan untuk melaksanakan tugas ini dengan baik. Jadi, kuhabiskan banyak waktu setiap hari membaca firman Tuhan untuk memperlengkapi diriku dengan kebenaran dan berusaha memahami prinsip. Jika tak memahami sesuatu, aku cukup bertanya kepada seseorang. Dengan segera, aku mampu melaksanakan tugasku sendiri. Selama waktu itu, aku sangat termotivasi dalam tugasku, dan hasilnya menjadi makin baik. Setelah beberapa waktu, aku terpilih sebagai pemimpin tim. Aku sangat senang, dan berpikir, "Aku harus membayar harga lebih mahal, melipatgandakan upayaku, dan berusaha menyebarkan pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kepada lebih banyak orang. Hanya inilah yang akan memperlihatkan bahwa aku bertanggung jawab, efektif dalam tugas, dan mengejar kebenaran. Dengan begitu, saudara-saudariku pasti akan memuji dan mengagumiku."
Dalam beberapa bulan berikutnya, aku sibuk dengan tugasku segera setelah bangun tidur. Terkadang aku sangat sibuk sehingga bahkan lupa makan. Aku biasanya juga tak bersaat teduh ataupun membaca firman Tuhan. Aku merasa saat teduh dan membaca firman Tuhan menghabiskan waktu yang kubutuhkan untuk tugasku, dan bahwa ini memengaruhi efektivitas tugasku. Di pertemuan, saat mendengarkan saudara-saudari membacakan firman Tuhan dan mempersekutukan pengalaman mereka, aku hanya memikirkan tugasku. Aku tak mampu menenangkan hati dan berfokus merenungkan firman Tuhan, apalagi mendengarkan orang lain menyampaikan pengalaman dan pemahaman mereka. Aku tak mengenali watak rusak yang sedang kusingkapkan. Aku menjadi makin congkak dan tak mampu bekerja sama secara harmonis dengan orang lain dalam tugasku. Ketika melihat pekerjaan saudari yang bekerja sama denganku tak dilakukan dengan baik, aku memandang rendah dirinya. Aku merasa dia telah mengabarkan Injil selama dua tahun, tetapi dia tak sebaik diriku, seorang pemula. Jika berlatih lebih lama, aku pasti akan lebih baik darinya. Terkadang, ketika kupikir aku benar, aku mau mengikuti gagasanku sendiri, jadi aku tak mau memberi tahu dia atau berbicara dengannya tentang segala sesuatu. Ketika dia ingin mengetahui kemajuan pekerjaanku, aku juga tak mau memberitahunya, takut ketika para pemimpin kami datang untuk menanyakan pekerjaan itu, dialah yang akan memberi tahu detail kemajuan pekerjaan, dan akan mencuri pusat perhatian dariku. Aku pun selalu mengatakan di depan para pemimpin kami bahwa saudari yang bekerja sama denganku tak bertanggung jawab dalam tugasnya. Ketika para pemimpin mengetahui tentang keadaanku, mereka bersekutu denganku tentang kebenaran mengenai kerja sama yang harmonis, mengatakan bahwa sikapku yang tak mendiskusikan segala sesuatu dengan rekan sekerjaku, memandang rendah dirinya, dan berfokus pada kekurangannya, adalah perwujudan dari kecongkakan. Namun, aku sama sekali tak mengenal diriku sendiri. Aku tetap merasa alasan mengapa kami tak mampu bekerja sama dengan baik adalah karena dia tak bertanggung jawab, jadi aku memandang rendah dirinya. Para pemimpin melihat bahwa aku tak memetik pelajaran ketika sesuatu terjadi padaku, jadi mereka menanganiku karena bersikap sangat congkak dan tak bernalar, dan mengatakan bahwa terus seperti ini akan memengaruhi tugasku. Mereka memintaku untuk merenungkan diriku sendiri. Aku merasa sangat dirugikan, berpikir, "Aku bergadang setiap hari untuk melaksanakan tugasku, dan efektif dalam tugasku. Apakah masalah jika aku menyingkapkan sedikit watak yang rusak? Mengapa aku diperlakukan seperti ini padahal aku begitu efektif dalam tugasku?" Aku merasa sangat sedih, jadi aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa memohon Tuhan membimbingku untuk memahami kehendak-Nya.
Suatu hari, selama perenunganku, aku membaca firman Tuhan: "Bagaimana seharusnya engkau menilai apakah orang mengejar kebenaran atau tidak? Hal utama yang harus dilihat adalah apa yang mereka singkapkan dan wujudkan dalam pelaksanaan tugas dan tindakan mereka. Dari sini, engkau dapat melihat watak seseorang. Dari watak mereka, engkau dapat melihat apakah mereka telah mencapai perubahan atau memperoleh jalan masuk kehidupan. Jika orang tidak menyingkapkan apa pun selain watak yang rusak ketika mereka bertindak dan sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, berarti mereka pasti bukan orang yang mengejar kebenaran. Apakah orang yang tidak mengejar kebenaran memiliki jalan masuk kehidupan? Tidak, sama sekali tidak. Hal-hal yang mereka lakukan setiap hari, kesibukan, pengorbanan, penderitaan, harga yang mereka bayar, apa pun yang mereka lakukan, semuanya itu adalah pelayanan, dan mereka adalah para pelaku pelayanan. Seberapapun lamanya orang telah percaya kepada Tuhan, yang terpenting adalah apakah mereka mencintai kebenaran. Apa yang orang cintai dan kejar dapat dilihat dari apa yang paling suka mereka lakukan. Jika sebagian besar hal yang orang lakukan sesuai dengan prinsip kebenaran dan tuntutan Tuhan, berarti orang ini adalah orang yang mencintai dan mengejar kebenaran. Jika mereka mampu menerapkan kebenaran, dan segala sesuatu yang mereka lakukan setiap hari ada dalam pelaksanaan tugas mereka, berarti mereka memiliki jalan masuk kehidupan dan memiliki kenyataan kebenaran. Tindakan mereka mungkin tidak tepat dalam hal-hal tertentu, atau mereka mungkin tidak memahami prinsip-prinsip kebenaran secara akurat, atau mereka mungkin memiliki prasangka, atau terkadang mereka mungkin congkak dan merasa diri benar, bersikeras dengan pandangan mereka sendiri, dan tidak mau menerima kebenaran, tetapi jika mereka kemudian mampu bertobat dan menerapkan kebenaran, ini membuktikan tanpa keraguan bahwa mereka memiliki jalan masuk kehidupan dan mengejar kebenaran. Jika apa yang orang perlihatkan selama melaksanakan tugasnya hanyalah watak yang rusak, mulut yang penuh kebohongan, sikap yang sombong, sikap yang manja, kecongkakan yang berlebihan, bertindak sekehendak hatinya, dan melakukan apa pun yang mereka suka, jika, seberapapun lamanya mereka percaya kepada Tuhan atau sebanyak apa pun khotbah yang mereka dengar, tidak ada perubahan sedikit pun dalam watak-watak rusak ini pada akhirnya, maka orang ini pasti bukan orang yang mengejar kebenaran. Ada banyak orang yang telah percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun, yang di luarnya bukanlah pelaku kejahatan dan yang melakukan beberapa perbuatan baik. Mereka percaya kepada Tuhan dengan cukup bersemangat, tetapi watak hidup mereka sama sekali tidak berubah, dan mereka bahkan tidak memiliki sedikit pengalaman atau kesaksian untuk dibagikan. Bukankah orang-orang semacam itu menyedihkan? Setelah bertahun-tahun percaya kepada Tuhan, mereka bahkan tidak memiliki pengalaman dan kesaksian sedikit pun. Ini murni para pelaku pelayanan. Mereka benar-benar menyedihkan!" ("Hanya di Dalam Mengejar Kebenaran Terdapat Jalan Masuk Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan menjadi jelas bagiku bahwa orang yang tidak mengejar kebenaran tak memiliki jalan masuk kehidupan. Setiap hari, mereka hanya menyingkapkan watak yang rusak. Meskipun mereka mampu mengerahkan upaya dalam pekerjaan mereka, menderita, dan membayar harga, mereka hanya memberikan pelayanan. Orang semacam itu takkan berubah, selama apa pun mereka percaya. Mereka sedang memberikan pelayanan. Ketika kupahami bahwa Tuhan berkata orang yang tak mengejar kebenaran hanya memberikan pelayanan, aku merasa sangat sedih. Aku tak mampu menghentikan air mataku. Aku merasa bahwa akulah jenis orang yang Tuhan singkapkan. Aku mampu menderita dan membayar harga setiap hari dalam tugasku, tetapi tidak mengejar kebenaran atau berfokus untuk mengubah watakku. Aku merasa membaca firman Tuhan dan berdoa kepada Tuhan secara teratur adalah membuang waktu. Di pertemuan dengan saudara-saudariku, aku tak mampu menenangkan hatiku dan merenungkan firman Tuhan, apalagi berfokus mendengarkan orang lain menyampaikan pengalaman dan pemahaman mereka tentang firman Tuhan. Ketika menyingkapkan watak congkak dalam tugasku, aku tidak datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran dan menyelesaikannya. Sebaliknya, aku memfokuskan pandanganku pada rekan sekerjaku, memanfaatkan kekurangannya, dan sama sekali tak mengenal diriku sendiri. Ketika pemimpinku menunjukkan masalahku, aku berdebat dan membela diri. Aku bahkan merasa karena aku melaksanakan tugasku secara efektif, meskipun aku menyingkapkan watak rusak, para pemimpin seharusnya tidak menanganiku. Melihat tindakan dan perilakuku, aku tak melihat perwujudan mengejar kebenaran. Ketika sesuatu terjadi padaku, aku tak menerimanya dari Tuhan atau memetik pelajaran, dan tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan watak rusakku sendiri. Yang kuhidupi hanyalah watak Iblis. Meskipun saat ini aku efektif dalam tugasku, di mata Tuhan, aku hanya mengerahkan upaya dan memberikan pelayanan. Dahulu, kupikir asalkan membayar harga yang mahal dan berhasil dalam tugasku, ini berarti aku mengejar kebenaran, dan bahwa Tuhan pasti memperkenanku. Aku tak sadar ini hanyalah angan-anganku sendiri. Tuhan menilai apakah orang mengejar kebenaran atau tidak bukan berdasarkan pada penderitaan dan pengorbanan lahiriah mereka, melainkan pada apakah mereka menerapkan firman Tuhan dan bertindak berdasarkan prinsip atau tidak. Jika watakku yang rusak tetap tak diselesaikan, dan tetap bergaul dengan orang berdasarkan watak congkakku, dan hanya melaksanakan tugasku untuk mengejar ketenaran dan status, Tuhan pasti takkan memperkenan tindakan atau perilakuku. Menyadari hal ini, aku makan dan minum firman Tuhan tentang bagaimana menyelesaikan watak congkak, bagaimana bekerja sama secara harmonis, dan bagaimana melepaskan diri dari ikatan ketenaran dan status. Melalui penyingkapan firman Tuhan, akhirnya aku sadar bahwa watakku memang sangat congkak. Aku selalu membandingkan kelebihanku dengan kelemahan rekan sekerjaku. Aku selalu merasa lebih baik darinya dan memandang rendah dirinya. Kesukaanku mendiskusikan kekurangannya di depan para pemimpin kami dan meremehkannya adalah caraku bersaing dengannya untuk ketenaran dan status. Begitu menyadari hal ini, aku secara proaktif membuka diri dengan rekan sekerjaku untuk mempersekutukan kerusakanku. Berangsur-angsur, aku dan rekan sekerjaku mampu bekerja sama dengan harmonis, dan pekerjaan juga berjalan makin lancar. Aku pun sadar bahwa melalui bimbingan Tuhan-lah aku bisa efektif dalam bekerja. Aku tak boleh mengambil pujian ini untuk diriku sendiri demi memuaskan ambisiku mengejar ketenaran dan status. Aku harus memberikan semua kemuliaan ini kepada Tuhan. Setelah pengalaman ini, aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Tanpa penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan, dan pemangkasan dan penanganan, aku pasti sama sekali tidak merenungkan diriku sendiri, dan pasti tak menyadari konsekuensi serius dari bekerja untuk ketenaran dan status, dan tak berfokus pada jalan masuk kehidupan. Jika terus seperti itu, watakku hanya akan menjadi makin congkak. Ketika menyadari hal-hal ini, aku mulai berkonsentrasi penuh pada jalan masuk kehidupan, menuliskan apa yang kusingkapkan dan kupikirkan dalam tugasku, dan mencari untuk makan dan minum firman Tuhan yang relevan. Setelah beberapa waktu menerapkan seperti ini, aku merasa hubunganku dengan Tuhan makin dekat, aku mampu memperoleh upah dalam tugasku, dan aku merasa sangat puas.
Kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin. Aku tahu aku memiliki banyak kekurangan, pemahaman yang dangkal akan kebenaran, dan tak punya realitasnya, jadi aku khawatir tak mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah, yang dapat menunda jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Jadi, aku sering membawa masalah dan kesulitanku ke hadapan Tuhan dalam doa, mencari kebenaran, berusaha mengetahui kerusakanku, dan menemukan prinsip penanganan masalah dari firman Tuhan. Selama waktu itu, aku merasa mencapai banyak hal dalam tugasku. Kemudian, aku mengetahui beberapa pemimpin dan pekerja telah dipangkas dan ditangani karena tak bertanggung jawab dan tidak efektif dalam tugasnya, dan ada pemberhentian lanjutan terhadap beberapa rekan sekerjaku karena mereka tidak melakukan pekerjaan nyata, dan ketika mereka diberhentikan, semua orang diberi tahu alasannya. Aku sangat khawatir bahwa, suatu hari, jika aku tak melaksanakan tugasku dengan baik, aku pasti diberhentikan dan disingkapkan oleh saudara-saudariku, dan semua orang akan tahu dengan tepat orang seperti apakah diriku. Itu akan sangat memalukan! Bagaimana kelak aku bisa menghadapi saudara-saudariku? Aku tak mau dipermalukan dengan disingkapkan dan diberhentikan. Tanpa disadari, sikapku mulai berubah, dan aku merasa bahwa sebagai seorang pemimpin, mata saudara-saudarimu selalu tertuju padamu, dan rekan sekerjamu juga mengawasimu. Hanya dengan menjadi efektif dalam tugasmu, barulah kau mampu bertahan sebagai pemimpin dan mendapatkan dukungan dan pujian semua orang. Jika kau tidak efektif, hanya masalah waktu sampai kau disingkapkan dan disingkirkan. Jadi, aku bekerja lebih keras untuk melaksanakan tugasku. Setiap hari, begitu bangun di pagi hari, aku selalu berbicara kepada saudara-saudariku tentang pekerjaan mereka. Aku memantau kemajuan pekerjaan mereka, menyelidiki masalah atau penyimpangan di setiap bidang pekerjaan, menemukan mana kemajuan yang kurang, mencari bagaimana menyelesaikan masalah, dan sebagainya. Perlahan-lahan, aku mulai membaca firman Tuhan, makin dekat dengan Tuhan, membuat catatan renungan, merenungkan diriku sendiri, dan mengenali watakku yang rusak setiap hari. Terkadang aku sadar bahwa aku menyingkapkan beberapa watak rusak, dan bahwa aku perlu datang ke hadapan Tuhan, makan dan minum firman-Nya, dan merenungkan diriku sendiri, tetapi kupikir membaca firman Tuhan, perenungan, dan kontemplasi membutuhkan waktu, jadi untuk menghibur diri sendiri, kupikir dalam hatiku, "Watak yang rusak telah berakar begitu dalam dan tak bisa diselesaikan hanya dalam beberapa hari. Ini proses yang panjang. Membiarkan kerusakan yang kusingkapkan tidak diselesaikan takkan memengaruhi tugasku untuk saat ini. Saat ini, melaksanakan tugasku secara efektif dan efisien adalah hal yang terpenting. Aku akan membaca firman Tuhan untuk menyelesaikan masalah jika ada waktu. Tak perlu terburu-buru untuk segera menyelesaikan watakku yang rusak." Dengan cara ini, aku menyibukkan diri dengan pekerjaanku setiap hari. Setelah beberapa waktu, rumah Tuhan mengharuskan para pemimpin dan pekerja berlatih menulis artikel kesaksian pengalaman hidup, tetapi aku tak menganggapnya serius. Aku merasa ini tidak penting. Aku melaksanakan pekerjaanku dengan baik dan efektif, yang merupakan kesaksian itu sendiri. Selain itu, aku sibuk dengan tugasku dan tak punya waktu menulis artikel. Terkadang, aku sadar bahwa keadaanku salah, bahwa aku tak boleh terus-menerus sibuk dengan pekerjaan dan mengabaikan pengejaran akan kebenaran dan jalan masuk kehidupan. Jika aku telah melakukan begitu banyak pekerjaan tetapi tak memperoleh kebenaran, dan tak membuat kemajuan dalam jalan masuk kehidupan, bukankah itu kerugian? Menyadari masalah ini, aku menjadi sangat bersemangat. Aku mempertahankan latihan perenungan sehari-hari selama jangka waktu tertentu, dan makan dan minum firman Tuhan untuk menyelesaikan kerusakan yang kusingkapkan. Namun, setelah melakukannya selama beberapa waktu, ketika kulihat dua rekan sekerjaku diberhentikan karena tak melakukan pekerjaan nyata dan mendambakan kenyamanan duniawi, hatiku tiba-tiba kembali gelisah. Aku segera mulai memberikan upaya 120% dalam pekerjaan untuk melihat apakah ada penyimpangan atau kelalaian dalam tugasku, dan mulai bekerja tanpa henti. Dengan begitu, ketika para pemimpin menanyakan berbagai tugas, aku mampu langsung menjawab dan mereka akan melihat bahwa aku sedang melakukan pekerjaan nyata.
Karena aku selalu sibuk dengan pekerjaan, dan tak berfokus pada pemeriksaan dan penyelesaian watakku yang rusak, aku menjadi makin congkak, tidak mencari kebenaran ketika sesuatu terjadi, dan melakukan semuanya sesuai dengan gagasanku sendiri. Salah satu pengawas pekerjaan video yang menjadi tanggung jawabku sering menunda-nunda tugasnya dan bertindak sesuka hatinya dalam kelompok, jadi atasanku memintaku untuk memberhentikannya. Namun, kupikir dia punya beberapa bakat dan kualitas, dan bahwa menggantikannya akan memengaruhi kemajuan dan hasil kerja video, jadi aku tak memberhentikannya untuk waktu yang lama. Akibatnya, video yang mereka hasilkan harus diperbaiki berulang kali, yang menunda pekerjaan rumah Tuhan. Pada akhirnya, atasanku langsung memberhentikannya. Ketika kusadari bahwa kecongkakan dan kekeraskepalaanku memengaruhi secara langsung pekerjaan rumah Tuhan, akhirnya aku mendapatkan sedikit kesadaran. Bagaimana aku bisa begitu congkak dan bersikeras dengan caraku sendiri dalam masalah besar seperti itu? Mengapa aku tidak mau berdoa kepada Tuhan dan mencari prinsip? Kemudian aku teringat tentang keadaanku selama waktu ini. Aku sangat sibuk bekerja setiap hari sehingga sama sekali tidak mendekat kepada Tuhan. Aku setengah hati dan sembarangan membaca firman Tuhan. Aku menyingkapkan kerusakan, tetapi tidak mencari kebenaran atau segera menyelesaikannya, dan ketika tiba saatnya untuk menangani masalah, aku sama sekali tidak berdoa kepada Tuhan, dan hanya mengandalkan penilaian subjektifku sendiri untuk menyelesaikan segala sesuatu.
Menyadari bahwa aku kembali hidup dalam keadaan hanya bekerja dan tidak mencari kebenaran, aku sangat tertekan, tetapi aku tak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Suatu hari, aku membaca dalam firman Tuhan, "Hikmat yang terbesar adalah mencari Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu" ("Orang Beriman Pertama-tama Perlu Memahami yang Sebenarnya Mengenai Tren Kejahatan di Dunia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Benar. Aku bisa berdoa kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan, dan memohon Dia membimbingku untuk mengenal diriku sendiri. Karena itu, aku sering membawa kesulitanku ke hadapan Tuhan dalam doa. Aku juga terus-menerus merenungkan mengapa masalah ini masih belum terselesaikan. Suatu kali, selama perenunganku, aku membaca dalam firman Tuhan, "Dalam konteks pekerjaan pada zaman sekarang, orang masih akan melakukan hal-hal yang sama jenisnya dengan yang direpresentasikan oleh perkataan, 'Bait Suci lebih besar daripada Tuhan.' Sebagai contoh, orang memandang pelaksanaan tugas mereka sebagai mata pencaharian; mereka memandang tindakan bersaksi bagi Tuhan dan bertarung melawan si naga merah yang sangat besar sebagai gerakan politik demi membela hak asasi manusia, demi demokrasi dan kebebasan; mereka mengubah tugas mereka menggunakan keterampilan mereka menjadi karier, tetapi memperlakukan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan tidak lebih dari sekadar doktrin keagamaan untuk ditaati; dan lain sebagainya. Bukankah perilaku ini pada dasarnya sama dengan menganggap 'Bait Suci lebih besar daripada Tuhan?' Perbedaannya hanyalah bahwa dua ribu tahun lalu, orang melakukan urusan pribadi mereka di dalam bangunan fisik Bait Suci, sedangkan pada zaman sekarang, orang sibuk melakukan urusan pribadi mereka dalam Bait Suci yang tak kasatmata. Orang-orang yang mencintai aturan, memandang aturan sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, orang-orang yang mencintai status, memandang status sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, mereka yang mencintai karier, memandang karier sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, dan lain sebagainya—semua pengungkapan mereka membuat-Ku mengatakan: 'Melalui perkataan, orang-orang memuji Tuhan sebagai yang terbesar, tetapi di mata mereka, segala sesuatu lebih besar daripada Tuhan.' Ini karena begitu orang menemukan peluang dalam perjalanan mengikuti Tuhan untuk memamerkan bakat mereka sendiri, atau untuk mengerjakan urusan atau karier mereka sendiri, mereka pun menjauhkan diri dari Tuhan dan menerjunkan diri dalam karier yang mereka cintai. Sedangkan untuk hal yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka, dan kehendak-Nya, hal-hal tersebut telah lama mereka tanggalkan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III"). Dari firman Tuhan aku memahami sumber penyebab mengapa aku terus-menerus disibukkan dengan pekerjaan adalah karena aku mengejar ketenaran dan status. Ketika aku melihat beberapa pimpinan dan rekan sekerja diberhentikan karena tak mampu melaksanakan pekerjaan nyata, aku selalu berpikir bahwa jika aku melaksanakan lebih banyak pekerjaan nyata, aku pasti tak diberhentikan, aku dapat mempertahankan kedudukanku sebagai pemimpin, aku pasti tidak disingkapkan dan dianalisis oleh orang lain, dan aku takkan menjadi malu. Aku menganggap reputasi dan statusku lebih penting daripada mengejar kebenaran, jadi aku ingin melaksanakan lebih banyak tugas dan bekerja lebih banyak. Kupikir, asalkan saudara-saudari melihat bahwa aku menindaklanjuti pekerjaan dan menyelesaikan masalah, dan bahwa aku adalah pemimpin yang baik yang mampu melakukan pekerjaan nyata, semua orang pasti akan mendukung dan memujiku, dan aku bisa mendapatkan posisi di gereja. Saat aku bersemangat dalam mengejar ketenaran dan status, aku tidak terlalu memikirkan tuntutan Tuhan. Tuhan menuntut manusia untuk mengejar kebenaran dan jalan masuk kehidupan, tetapi aku sama sekali tak menganggapnya serius. Aku berpegang teguh pada apa yang kupikir benar, dan secara keliru memikirkan hal-hal seperti "Watak yang rusak telah berakar begitu dalam, tak perlu terburu-buru menyelesaikan watak yang rusak", dan "Sedikit kerusakan ini takkan memengaruhi tugasku, yang terpenting hasilnya", dan "Aku terlalu sibuk dengan tugasku sekarang, aku tak ada waktu, aku akan makan dan minum firman Tuhan dan mengejar kebenaran jika ada waktu". Aku menggunakan perkataan ini sebagai pembenaran dan alasan untuk tak berfokus mengejar jalan masuk kehidupan, dan sebagai dalihku untuk bekerja dalam pengejaran reputasi dan status. Aku mengerjakan urusanku sendiri dengan alasan melaksanakan tugasku, dan menghabiskan sepanjang hari berpikir tentang bekerja lebih banyak dan menghasilkan lebih banyak. Aku ingin menggunakan metode ini untuk melindungi status dan kepentinganku, dan memuaskan ambisi dan keinginanku. Ini sangat hina dan memalukan!
Kemudian, aku membaca beberapa bagian lain firman Tuhan yang memberiku sedikit pemahaman tentang pengejaranku yang keliru. Tuhan berfirman, "Setelah mengalami pekerjaan Roh Kudus selama bertahun-tahun, perubahan dalam diri Paulus hampir tidak ada. Ia hampir tetap sama dengan keadaan asli dirinya, dan ia masih tetap Paulus yang sama seperti sebelumnya. Hanya saja setelah mengalami kesukaran pekerjaan selama bertahun-tahun, ia telah belajar cara 'bekerja,' dan telah belajar bertekun, tetapi natur lamanya—yakni naturnya yang sangat suka bersaing dan seperti tentara bayaran—masih tetap ada. Setelah bekerja selama bertahun-tahun, ia tidak menyadari wataknya yang rusak, ia juga tidak membebaskan diri dari wataknya yang lama, dan semua itu masih terlihat jelas dalam pekerjaannya. Di dalam dirinya, ia hanya memiliki lebih banyak pengalaman kerja, tetapi pengalaman yang sedikit seperti itu tak mampu mengubah dirinya dan tak dapat mengubah pandangannya mengenai keberadaan atau makna penting pengejarannya. ... Dapat tidaknya manusia diselamatkan bukan tergantung pada berapa banyak pekerjaan yang ia lakukan, atau berapa banyak ia mengabdi, melainkan ditentukan oleh apakah ia mengetahui pekerjaan Roh Kudus atau tidak, apakah ia mampu menerapkan kebenaran atau tidak, dan apakah pandangannya terhadap pengejaran sesuai dengan kebenaran atau tidak" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Jika engkau melakukan banyak pekerjaan, dan orang lain memperoleh pengajaran darimu, tetapi engkau sendiri tidak berubah, dan tidak memiliki kesaksian apa pun, atau tidak memiliki pengalaman yang sejati, sampai-sampai pada akhir hidupmu, masih tak ada apa pun yang telah engkau lakukan menjadi kesaksian, lalu apakah engkau seorang yang telah diubahkan? Apakah engkau seorang yang mengejar kebenaran? Pada waktu itu, Roh Kudus memakaimu, tetapi pada saat Dia memakaimu, Dia memakai bagian dari dirimu yang dapat digunakan untuk bekerja, dan Dia tidak memakai bagian dari dirimu yang tidak dapat digunakan untuk bekerja. Jika engkau berusaha untuk berubah, engkau akan berangsur-angsur disempurnakan selama proses engkau sedang dipakai. Meski demikian, Roh Kudus tidak bertanggung jawab tentang apakah engkau pada akhirnya akan didapatkan atau tidak, dan ini tergantung pada cara pengejaranmu. Jika tidak ada perubahan dalam watak pribadimu, itu adalah karena sudut pandangmu tentang pengejaran salah. Jika engkau tidak dikaruniai upah, itu adalah masalahmu sendiri, dan itu adalah karena engkau tidak menerapkan kebenaran, dan tak mampu memenuhi keinginan Tuhan. Jadi, tak ada yang lebih penting daripada pengalaman pribadimu, dan tak ada yang lebih penting daripada jalan masukmu sendiri! Ada orang-orang yang pada akhirnya akan berkata: 'Aku sudah melakukan begitu banyak pekerjaan bagi-Mu, dan meskipun Aku tidak memiliki pencapaian yang patut dirayakan, tetap saja aku sudah rajin dalam upayaku. Tidak dapatkah Engkau mengizinkanku masuk ke dalam surga untuk memakan buah pohon kehidupan?' Engkau harus tahu orang-orang macam apa yang Aku inginkan; mereka yang tidak murni tidak diizinkan masuk ke dalam kerajaan, mereka yang tidak murni tidak diizinkan mencemarkan tanah yang kudus. Meskipun engkau mungkin sudah melakukan banyak pekerjaan, dan telah bekerja selama bertahun-tahun, pada akhirnya, jika engkau masih sangat kotor, maka menurut hukum Surga tidak dapat dibenarkan jika engkau berharap dapat masuk ke dalam kerajaan-Ku! Semenjak dunia dijadikan sampai saat ini, tak pernah Aku menawarkan jalan masuk yang mudah ke dalam kerajaan-Ku kepada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan perkenanan-Ku. Ini adalah peraturan surgawi, dan tak seorang pun dapat melanggarnya! Engkau harus mencari hidup. Sekarang ini, orang-orang yang disempurnakan adalah mereka yang sejenis dengan Petrus. Mereka adalah orang-orang yang mengusahakan perubahan pada wataknya sendiri, dan bersedia menjadi kesaksian bagi Tuhan serta melaksanakan tugasnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hanya orang-orang seperti inilah yang akan disempurnakan. Jika engkau hanya mencari upah, dan tidak berusaha mengubah watak hidupmu sendiri, maka semua upayamu akan sia-sia—ini adalah kebenaran yang tak dapat diubah!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Dari perbedaan hakikat Petrus dan Paulus, engkau seharusnya memahami bahwa semua orang yang tidak mengejar hidup, berjerih lelah dengan sia-sia! Engkau percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan, jadi di dalam hatimu, engkau harus mengasihi Tuhan. Engkau harus menyingkirkan watakmu yang rusak, engkau harus berusaha memenuhi keinginan Tuhan, dan engkau harus melaksanakan tugas seorang makhluk ciptaan Tuhan. Karena engkau percaya kepada Tuhan dan mengikuti Tuhan, engkau harus memberikan segalanya kepada Tuhan, dan tidak boleh membuat pilihan atau tuntutan pribadi, dan engkau harus memenuhi keinginan Tuhan. Karena engkau diciptakan, engkau harus menaati Tuhan yang menciptakanmu, karena engkau pada dasarnya, tidak memiliki kuasa atas dirimu sendiri, dan tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan nasibmu sendiri. Karena engkau seorang yang percaya kepada Tuhan, engkau harus mengejar kekudusan dan perubahan. Karena engkau makhluk ciptaan Tuhan, engkau harus mematuhi tugasmu, dan menyadari batas peranmu, dan tidak boleh melangkahi tugasmu. Hal ini bukan untuk membatasimu, atau menekanmu melalui doktrin, melainkan inilah jalan agar engkau dapat melakukan tugasmu, dan jalan ini dapat dicapai—dan yang harus dicapai—oleh semua orang yang menerapkan kebenaran" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). Setelah membaca firman Tuhan, akhirnya aku sadar bahwa pandanganku tentang apa yang harus dikejar dalam kepercayaanku sangat keliru. Apakah seseorang mendapatkan perkenanan Tuhan atau tidak bukan tergantung pada seberapa banyak pekerjaan yang mereka lakukan atau seberapa tinggi status mereka di gereja. Yang terpenting adalah apakah mereka mengejar kebenaran dan mencapai perubahan dalam watak hidup mereka. Jika kau hanya bekerja untuk reputasi dan status, meskipun kau mempertahankan statusmu untuk sementara waktu, tanpa memahami kebenaran dan memiliki pengalaman hidup yang nyata, tak mungkin bertahan lama di rumah Tuhan. Cepat atau lambat, kau akan disingkirkan. Renungkan tentang Paulus. Meskipun dia berkeliling dan mengorbankan dirinya selama bertahun-tahun, banyak menderita, memberitakan Injil dan memenangkan banyak orang, semua pekerjaannya adalah demi ketenaran, status, upah, dan mahkota. Dia sama sekali tidak mengejar kebenaran dan wataknya yang rusak tidak berubah. Paulus sangat congkak dan kompetitif, dan memandang rendah semua rasul lainnya. Dia selalu bersaksi bahwa dia berada di atas rasul-rasul lainnya, dan begitu congkak sehingga kehilangan nalar. Paulus tak pernah berusaha mengubah watak hidupnya, dan dia tak memiliki pemahaman tentang naturnya yang menentang Tuhan. Dia juga menganggap pekerjaan dan penderitaannya sendiri sebagai modal untuk bertransaksi dengan Tuhan. Wataknya menjadi makin congkak, dan dia bahkan bersaksi bahwa hidupnya adalah Kristus. Paulus menempuh jalan antikristus yang menentang Tuhan. Pada akhirnya, dia menyinggung watak Tuhan, dan menghadapi hukuman Tuhan. Aku selalu mengejar ketenaran dan status, dan tak berfokus mengubah watak hidupku. Bukankah aku menempuh jalan yang persis sama dengan Paulus? Ketika melihat rekan sekerjaku diberhentikan satu demi satu, aku takut akan diberhentikan juga, jadi aku terus bekerja makin keras. Ketika pekerjaanku menghasilkan sedikit hasil, aku merasa telah melaksanakannya dengan baik, dan menjadi makin congkak, dan melaksanakan tugasku tanpa mencari prinsip kebenaran. Atasan memintaku untuk memberhentikan pengawas pekerjaan video berdasarkan prinsip, tetapi aku bersikeras untuk tetap berpegang pada gagasanku sendiri, dan tak mau memberhentikannya, mengakibatkan penundaan dalam kemajuan pekerjaan, dan pekerjaan rumah Tuhan dirugikan. Kecongkakan dan ketegaran pada pandanganku sendiri berkaitan langsung dengan pengejaranku yang terus-menerus akan ketenaran dan status, dan tak berfokus pada jalan masuk kehidupan. Makin aku mengejar ketenaran dan status, makin sedikit tempat yang kumiliki untuk Tuhan di hatiku. Aku tidak mencari kebenaran ketika sesuatu terjadi. Aku mengandalkan diriku sepenuhnya. Dahulu, kupikir jika aku melakukan lebih banyak pekerjaan nyata, aku pasti tidak diberhentikan. Namun, sekarang aku sadar bahwa dengan hanya berfokus pada pekerjaan dan mengejar reputasi dan status, dan tak menyelesaikan watakku yang rusak, aku justru bisa menjadi makin congkak dan makin menentang Tuhan. Jika terus seperti ini, aku pasti disingkapkan dan disingkirkan oleh Tuhan seperti Paulus. Tuhan memperlakukan semua orang dengan adil. Mereka yang dapat masuk ke dalam kerajaan Tuhan adalah semua orang yang mengejar dan menerapkan kebenaran, dan mengubah watak hidup mereka. Jika kau percaya kepada Tuhan selama bertahun-tahun tanpa perubahan sedikit pun dalam watak hidup, tanpa memperoleh sedikit pun pengenalan akan Tuhan, atau tanpa mendapatkan kesaksian pengalaman hidup yang nyata, orang semacam itu tidak bisa masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Ini ditentukan oleh watak benar Tuhan. Mengingat kembali diriku sendiri, aku hanya berfokus pada pekerjaan untuk menjaga reputasi dan statusku, aku membuat alasan untuk tidak mengejar kebenaran, seperti "Watak yang rusak telah berakar begitu dalam dan tak bisa diselesaikan dalam semalam" dan "Sedikit kerusakan ini takkan memengaruhi tugasku, yang terpenting hasilnya". Tak satu pun dari perkataan ini sesuai dengan kebenaran. Watak yang rusak telah mendarah daging dan tak bisa langsung diubah, tetapi semua itu harus digali sedikit demi sedikit dengan mengejar kebenaran, dianalisis dengan menerapkan firman Tuhan, dan kemudian jalan penerapan harus ditemukan dalam firman Tuhan. Hanya dengan menerapkan dan mengalami firman Tuhan, barulah kita berangsur-angsur mampu memperoleh kebenaran dan menyelesaikan kerusakan. Jika watak rusak kita tidak diselesaikan, kita dapat melakukan hal-hal yang mengganggu pekerjaan rumah Tuhan kapan pun dan di mana pun. Bagaimana mungkin watak yang rusak ini tidak memengaruhi tugas kita? Karena kecongkakan dan keinginanku untuk melaksanakan tugasku sesuai dengan gagasanku sendiri, kegagalanku untuk segera memberhentikan pengawas yang tidak melakukan pekerjaan nyata menyebabkan kerugian besar pada pekerjaan. Bukankah ini contoh yang jelas? Selain itu, aku selalu menggunakan tugasku sebagai alasan untuk tidak makan dan minum firman Tuhan atau datang ke hadapan Tuhan untuk merenungkan diri sendiri. Bukankah ini menipu diriku sendiri dan juga orang lain? Proses melaksanakan tugas sebenarnya adalah cara terbaik untuk mengalami pekerjaan Tuhan. Jalan masuk kehidupan dimulai dengan melaksanakan tugas. Berbagai keadaan tersingkap saat kau melaksanakan tugasmu, serta gagasan dan sudut pandang yang dihasilkan, dapat dibawa ke hadapan Tuhan untuk merenung, mencari kebenaran, dan memetik pelajaran. Ini sebenarnya tidak memakan banyak waktu. Aku hanya berfokus pada pekerjaan, mengejar ketenaran dan status, dan tak mengejar jalan masuk kehidupan. Aku sangat buta dan bodoh! Menyadari hal ini, aku berjanji di hadapan Tuhan bahwa aku tak mau lagi bekerja untuk ketenaran dan statusku sendiri, dan selalu lebih mengejar kebenaran dan jalan masuk kehidupan.
Aku membaca firman Tuhan yang berkata, "Berkenaan dengan imanmu kepada Tuhan, selain melaksanakan tugasmu dengan benar, hal terpenting adalah memahami kebenaran, memasuki kenyataan kebenaran, dan lebih berupaya untuk masuk ke dalam hidup. Apa pun yang terjadi, ada pelajaran yang bisa dipetik, jadi jangan biarkan hal itu berlalu begitu saja. Engkau harus mempersekutukan hal itu satu sama lain, dan kemudian engkau akan dicerahkan dan diterangi oleh Roh Kudus, dan engkau akan mampu memahami kebenaran. Melalui persekutuan, engkau akan memiliki jalan penerapan dan tahu bagaimana mengalami pekerjaan Tuhan, dan tanpa kausadari, beberapa masalahmu akan terselesaikan, hal-hal yang tak mampu kaulihat dengan jelas akan semakin sedikit, dan engkau akan semakin memahami kebenaran. Dengan cara ini, tingkat pertumbuhanmu akan bertumbuh tanpa kausadari. Engkau harus berinisiatif mencurahkan upaya untuk berfokus pada kebenaran dan mengerahkan segenap hatimu ke dalam kebenaran. ... Orang yang selalu mengkhotbahkan perkataan doktrin yang kosong, mengulang-ulang slogan, mengatakan hal-hal yang muluk-muluk, mengikuti aturan, dan tidak pernah berfokus untuk menerapkan kebenaran, mereka tidak akan mendapatkan apa pun, seberapapun lamanya mereka percaya. Siapakah orang yang mendapatkan sesuatu? Orang yang melaksanakan tugasnya dengan tulus dan yang mau menerapkan kebenaran, yang memperlakukan apa yang Tuhan percayakan kepada mereka sebagai misi mereka, yang dengan senang hati menghabiskan seluruh hidup mereka mengorbankan diri untuk Tuhan dan tidak membuat rencana untuk kepentingan mereka sendiri, yang rendah hati dan menaati pengaturan Tuhan. Mereka mampu memahami prinsip-prinsip kebenaran saat melaksanakan tugas mereka dan berusaha keras untuk melakukan segala sesuatu dengan benar, memampukan diri mereka untuk mencapai dampak dari kesaksian mereka tentang Tuhan, dan memuaskan kehendak Tuhan. Ketika mereka menghadapi kesulitan saat melaksanakan tugasnya, mereka berdoa kepada Tuhan dan berusaha memahami kehendak Tuhan, mereka mampu menaati pengaturan dan penataan yang berasal dari Tuhan, dan dalam semua yang mereka lakukan, mereka mencari dan menerapkan kebenaran. Mereka tidak mengulang-ulang slogan atau mengatakan hal yang muluk-muluk, tetapi hanya berfokus untuk melakukan segala sesuatu dengan kerendahhatian, dan mengikuti prinsip dengan cermat. Mereka berusaha keras dalam segala sesuatu yang mereka lakukan, dan berusaha keras untuk memahami segala sesuatu, dan dalam banyak hal, mereka mampu menerapkan kebenaran, yang mana setelah itu mereka pun memperoleh pengetahuan dan pemahaman, dan mereka mampu memetik pelajaran dan benar-benar mendapatkan sesuatu. Dan ketika mereka memiliki pemikiran yang keliru, mereka berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya; kebenaran apa pun yang mereka pahami, mereka memiliki penghargaan di dalam hati mereka, dan mampu menyampaikan pengalaman dan kesaksian mereka. Orang-orang semacam itu pada akhirnya memperoleh kebenaran" ("Jalan Masuk Kehidupan adalah Hal Terpenting Dalam Kepercayaan Kita kepada Tuhan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dalam firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan untuk mengejar kebenaran. Ketika sesuatu terjadi, kita harus datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, merenung, mencari kebenaran, dan mengenal diri kita sendiri. Kita harus memperlakukan setiap masalah dengan sungguh-sungguh dan memetik pelajaran darinya. Aku berlatih memasuki hal-hal ini. Pada waktu itu, rumah Tuhan bersekutu bahwa para pemimpin dan pekerja harus berlatih menulis artikel pengalaman hidup, dan jika mereka tak mampu menyampaikan kesaksian pengalaman mereka, maka meskipun mereka memiliki status, mereka tidak berguna, dan cepat atau lambat akan disingkirkan. Aku makin memahami tentang kehendak Tuhan. Rumah Tuhan menuntut para pemimpin dan pekerja untuk mengejar kebenaran dan memiliki jalan masuk kehidupan. Pemimpin yang tidak mengejar kebenaran tak mampu bertahan lama, dan cepat atau lambat akan tersingkap dan disingkirkan. Dahulu, aku hanya sibuk dengan pekerjaan, dan tak berfokus pada jalan masuk kehidupanku sendiri. Aku bahkan belum pernah menulis satu pun artikel kesaksian yang memenuhi syarat. Bahkan, aku telah melewati beberapa kemunduran dan kegagalan, beberapa penanganan dan pemangkasan dalam pelaksanaan tugasku. Aku telah banyak menyingkapkan watak yang rusak. Jika mau mengejar kebenaran dan berfokus pada jalan masuk kehidupanku, maka aku harus terlebih dahulu memulai dengan menulis artikel. Pertama, aku memilih pemangkasan dan penanganan yang telah meninggalkan kesan terdalam padaku dan merenungkan alasan sebenarnya aku telah dipangkas dan ditangani. Ketika makan, mencuci pakaian, dan sebelum tidur, aku merenungkan watak rusak apa yang kusingkapkan, bagian firman Tuhan mana yang kumakan dan minum, pemikiran dan sudut pandang keliru apa yang mulai kukenali dari firman Tuhan, dan jalan penerapan apa yang kutemukan. Makin kupikirkan, makin jelas jadinya, yang membuat pelajaran yang harus kupetik lebih jelas, dan kuperoleh pemahaman yang lebih nyata tentang watakku yang rusak. Dengan menulis artikel, aku merasa mampu menenangkan diri di hadapan Tuhan, makan dan minum firman-Nya, serta merenungkan dan mengenali diriku sendiri, semuanya sangat bermanfaat untuk jalan masuk kehidupanku. Dahulu aku begitu bodoh. Kupikir mengejar jalan masuk kehidupan dan menulis artikel hanya akan membuang-buang waktuku dan memengaruhi keefektifan dalam tugasku. Sekarang aku mengerti bahwa itu tidak membuatku tak efektif, sebaliknya itu bermanfaat untuk tugasku. Dahulu, aku selalu bekerja untuk reputasi dan status, sering takut kehilangannya. Aku takut jika aku melakukan kesalahan, para pemimpinku akan memiliki kesan buruk terhadapku. Ketika ada penyimpangan dan kelalaian dalam tugasku, dan kemudian pemimpinku menunjukkan masalahku atau memangkas dan menanganiku, aku mengakui bahwa dipangkas dan ditangani adalah demi kebaikanku sendiri, untuk membantuku mengenal diriku sendiri, tetapi itu selalu membuatku merasa sedih. Aku juga curiga bahwa para pemimpinku pasti berpikir aku tak memiliki kualitas, tak memiliki kecakapan untuk bekerja, dan tak punya kemampuan untuk melakukan pekerjaan apa pun, atau jika pemimpinku menemukan terlalu banyak masalahku, itu akan menjadi akhir dari tugasku. Sering kali aku merasa membawa beban berat di pundakku. Ketika berfokus pada jalan masuk kehidupan dan berfokus memetik pelajaran dari lingkunganku setiap hari, aku tidak begitu tertekan lagi ketika para pemimpin menunjukkan penyimpangan dan kesalahan dalam pekerjaanku, dan aku tak selalu khawatir tentang bagaimana pemimpinku memandangku. Sebaliknya, aku pasti selalu merenungkan mengapa aku memiliki penyimpangan dalam tugasku dan watak rusak atau pandangan keliru mana yang menyebabkan kesalahan, dan begitu aku memahaminya, aku dapat merasakan penyesalan, mencari jalan dalam firman Tuhan dan membalikkan keadaan dengan cepat. Ketika menerapkan dengan cara ini, tugasku tak terasa melelahkan seperti sebelumnya.
Aku merasakan manisnya berfokus pada jalan masuk kehidupan, jadi aku pergi ke hadapan Tuhan dan berdoa, berkata bahwa aku mau merenungkan diriku berdasarkan firman Tuhan dan lebih mengejar kebenaran. Terkadang, jika tugasku agak sibuk, dan aku tak ada waktu untuk makan dan minum firman Tuhan di pagi hari, maka saat makan atau sebelum tidur, aku merenungkan keadaanku baru-baru ini, kerusakan apa yang kusingkapkan, dan bagian firman Tuhan mana yang harus kubaca untuk merenungkan diriku sendiri. Setelah merenungkan hal-hal ini, aku membaca bagian firman Tuhan yang relevan jika ada waktu. Aku tak berpikir seperti dahulu, bahwa tak apa-apa jika masalah watakku yang rusak tak diselesaikan untuk saat ini dan bahwa aku mampu menyelesaikannya secara berangsur nanti jika aku ada waktu. Setelah beberapa waktu, aku mendapati bahwa aku menjadi lebih sensitif terhadap pemikiran yang kusingkapkan, aku terus melihat beberapa penyimpangan yang muncul dalam tugasku, dan mampu menemukan jalan penerapan dalam firman Tuhan. Aku makin merasa bahwa mengejar kebenaran sangat penting dalam kepercayaanku kepada Tuhan. Sangat penting bagi kita untuk mengalami pekerjaan Tuhan secara nyata dan berusaha keras untuk memahami segalanya. Asalkan kita berusaha sebaik mungkin, menanggung beban kita dalam jalan masuk kehidupan, dan memiliki kerinduan akan kebenaran, kita akan mampu menerima bimbingan Tuhan. Kita juga mampu mencari kebenaran dan memetik pelajaran dari segala sesuatu yang terjadi di sekitar kita.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.