Disadarkan dari Kecongkakanku

08 Maret 2022

Oleh Saudara Xiang Xin, Italia

Aku mulai bekerja mengabarkan Injil pada tahun 2015. Dalam waktu singkat, aku mencapai sedikit keberhasilan dengan bimbingan Tuhan. Terkadang aku bertemu dengan orang-orang yang sangat dipenuhi gagasan agamawi yang tidak mau menyelidiki pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Jadi, aku mengandalkan Tuhan dan dengan sabar mempersekutukan kebenaran, dan mereka selalu dengan cepat menerimanya. Setelah mencapai sedikit hasil, aku mulai merasa cukup mampu, merasa sebagai orang yang sangat dibutuhkan.

Kemudian, aku dan Saudara Liu masing-masing melakukan pekerjaan penyiraman untuk sebuah gereja. Gereja yang kupimpin cukup besar dan banyak jemaatnya, jadi ketika memulai, aku selalu berdoa kepada Tuhan dan mendiskusikan segala sesuatu dengan saudara-saudari. Dalam waktu singkat, segala sesuatunya mulai berjalan dengan baik. Sebagian besar jemaat gereja menghadiri pertemuan seperti biasa dan benar-benar proaktif dalam tugas mereka. Aku merasa sedikit bangga pada diriku sendiri. Kupikir, meskipun gerejanya begitu besar dan jemaatnya banyak, aku mendapatkan hasil dengan begitu cepat, jadi aku pasti memiliki sedikit kualitas. Aku juga melihat bahwa pekerjaan penyiraman Saudara Liu tidak berjalan dengan baik, dan beberapa pekerja di gerejanya harus diganti, dan beberapa pekerja membutuhkan persekutuan karena berada dalam keadaan negatif. Aku agak memandang rendah dirinya. Kupikir aku mampu melakukan yang lebih baik. Setelah itu, aku mulai terlibat dengan pekerjaannya, menyimpulkan kekeliruan dalam pertemuan, mempersekutukan firman Tuhan untuk membantu menyelesaikan keadaan negatif orang lain, mengubah tugas mereka yang melakukan penyiraman jika diperlukan. Pekerjaan itu segera membuahkan hasil. Kupikir aku telah menyelesaikan masalah kami dengan cukup cepat, jadi aku makin merasa diriku sangat berbakat. Aku makin congkak. Saat meringkas pekerjaan kami, aku melihat banyak kekurangan dan kekeliruan mereka, dan mau tidak mau menegur mereka. Aku berkata, "Ada penundaan dalam pekerjaan penyiraman. Apakah ada satu orang yang berusaha melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikannya? Kalian semua tidak bertanggung jawab. Untung ada sedikit kemajuan dalam beberapa minggu terakhir ini, kalau tidak, siapa yang dapat bertanggung jawab atas penundaan ini?" Tak seorang pun yang menjawab pada waktu itu. Aku sebenarnya bertanya-tanya apakah reaksiku sedikit berlebihan. Namun kemudian kupikir, mereka takkan peduli kecuali nada bicaraku keras.

Aku sering memandang rendah mereka dan menangani mereka karena kesalahan mereka, menyuruh mereka melakukan apa yang kukatakan. Jadi seiring waktu, kuperhatikan mereka menjauh dariku dan hampir tidak berbicara kepadaku tentang apa pun kecuali hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Terkadang mereka berbicara dan tertawa bersama, tetapi begitu aku muncul mereka bubar, seolah-olah takut kepadaku. Dan karena takut melakukan kesalahan dan dikritik, mereka selalu bertanya kepadaku setiap kali sesuatu terjadi, dan menunggu keputusanku. Aku merasa agak tidak nyaman ketika melihat situasi tersebut. Aku bertanya-tanya apakah aku sedang bersikap sewenang-wenang, otoriter. Namun kemudian kupikir, aku harus tegas dalam bekerja. Tak seorang pun yang akan mendengarkan jika aku tidak sedikit keras terhadap mereka. Lalu bagaimana kita bisa efektif? Aku merasa sepertinya dengan langsung menunjukkan masalah berarti aku memiliki rasa keadilan. Setelah itu, kecongkakanku jadi makin meningkat dan aku harus menjadi penentu keputusan dalam segala hal, besar atau kecil. Aku sendiri yang mengatur setiap bagian dari pekerjaan kami karena merasa tak seorang pun dalam tim yang cakap seperti diriku. Bahkan ketika mendiskusikan segala sesuatu dengan mereka, kami akhirnya selalu melakukan apa yang kuinginkan, jadi jika aku segera memutuskan, menurutku kami bisa menghemat waktu. Bahkan sekalipun seorang pemimpin datang ke pertemuan, aku tetap tidak memedulikannya, berpikir, "Memangnya kenapa jika kau seorang pemimpin? Mampukah kau memberitakan Injil dan memberi kesaksian? Mampukah kau melakukan pekerjaan ini? Hanya mempersekutukan kebenaran dalam pertemuan tidak menyelesaikan pekerjaan nyata. Kau tidak secakap diriku." Jadi, setiap kali pemimpin bertanya kepadaku bagaimana kemajuan pekerjaan kami, aku akan lebih banyak menjelaskan jika sedang ingin, tetapi jika tidak, aku menutupinya. Kupikir tidak perlu membicarakannya, karena pada akhirnya akulah yang akan melakukannya. Pemimpin menyingkapkan kecongkakanku, mengatakan aku selalu menjadi penentu keputusan dan tidak bekerja secara harmonis dengan saudara-saudari. Dikritik seperti ini, aku mengakui di hadapannya bahwa aku congkak, tetapi aku sama sekali tidak memedulikannya. Kupikir aku memiliki kualitas yang baik dan cakap, jadi selama aku melakukan pekerjaanku dengan baik, siapa yang peduli jika aku sedikit congkak? Selain itu, akulah orang yang melaksanakan sebagian besar pekerjaan gereja, jadi apa yang akan mereka lakukan—memberhentikanku? Aku sama sekali tidak menerima umpan balik dari pemimpin dan terus melakukan tugasku sesuka hatiku, memegang kendali penuh. Kemudian suatu kali, sebuah gereja baru membutuhkan lebih banyak orang untuk melakukan penyiraman, dan tanpa mendiskusikannya dengan siapa pun, aku langsung mengatur agar seorang saudari pergi membantu mereka. Kupikir biasanyanya mereka setuju dengan apa yang kusarankan, jadi tidak masalah bagiku jika memutuskannya sendiri. Namun di luar dugaanku, belakangan kuketahui bahwa saudari itu tidak terlalu memahami kebenaran dan tidak mampu melakukan pekerjaan nyata, yang merupakan hambatan serius. Namun, aku tetap tidak merenungkan diriku sendiri. Dan karena kecongkakanku yang terus-menerus dan kegagalanku untuk mencari prinsip-prinsip kebenaran atau membimbing orang lain untuk mengikuti prinsip-prinsip dalam tugas mereka, semua orang hanya terlihat sangat sibuk tanpa hasil yang nyata. Ini benar-benar menghambat kemajuan kami. Namun meski begitu, aku tetap tidak melihat masalahku sendiri, tetapi hanya menyalahkan orang lain karena tidak terbeban. Selama beberapa waktu, sepertinya aku sedang menyelesaikan segala sesuatu, tetapi aku memiliki firasat aneh, seperti sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Aku tidak tahu harus berkata apa dalam pertemuan atau doa, dan mulai mengantuk dalam rapat kerja dan tidak memiliki wawasan tentang apa pun. Aku merasa otakku kusut dan tidak punya tenaga untuk apa pun, tetapi hanya ingin beristirahat. Aku sadar bahwa aku telah kehilangan pekerjaan Roh Kudus, tetapi tidak tahu penyebabnya. Aku berdoa kepada Tuhan, memohon Dia untuk membantuku mengenal diriku sendiri.

Disadarkan dari Kecongkakanku

Seorang pemimpin datang ke sebuah pertemuan dan menyingkapkan tentang caraku berperilaku. Dia berkata, "Kau telah bersikap congkak dalam tugasmu. Kau selalu dengan angkuh menegur orang, mengendalikan mereka, dan memamerkan senioritasmu. Kau sulit untuk diajak bekerja sama dan tidak pernah mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Kau melakukan apa pun yang kauinginkan, sewenang-wenang dan bersikap semaunya. Itu adalah watak antikristus. Berdasarkan perilakumu, kami telah memutuskan untuk memberhentikanmu." Setiap perkataannya menghunjam langsung ke hati. Aku mengingat kembali bagaimana aku telah bertindak. Aku tak pernah mendiskusikan segala sesuatu dengan siapa pun, tetapi memutuskan sendiri dan sewenang-wenang. Bukankah itu sama seperti antikristus? Pemikiran itu benar-benar membuatku takut. Apakah Tuhan memakai situasi itu untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku? Seperti itukah tahun-tahun imanku akan berakhir? Selama beberapa hari, aku merasa seperti mayat hidup. Aku dipenuhi dengan ketakutan sejak bangun tidur, dan tidak tahu bagaimana menjalani hari itu. Aku terus berdoa kepada Tuhan, berkata, "Tuhan, aku tahu kehendak-Mu yang baik ada dalam hal ini, tetapi aku tidak tahu bagaimana melewatinya. Ya Tuhan, aku sangat tertekan dan menderita. Kumohon cerahkan aku untuk mengetahui kehendak-Mu." Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Tuhan tidak peduli akan apa yang terjadi pada dirimu setiap hari, atau seberapa banyak pekerjaan yang kaulakukan, seberapa banyak upaya yang kauberikan—yang Dia lihat adalah bagaimana sikapmu terhadap hal-hal ini. Dan berkaitan dengan apa sikapmu dalam melakukan hal-hal ini dan caramu melakukannya? Sikapmu berkaitan dengan apakah engkau mengejar kebenaran atau tidak, dan juga berkaitan dengan jalan masukmu ke dalam kehidupan. Tuhan melihat jalan masukmu ke dalam kehidupan, melihat jalan yang kautempuh. Jika engkau menapaki jalan menuju jalan masuk ke dalam kehidupan, maka dalam pelaksanaan tugasmu, engkau akan menempuh jalan penerimaan. Namun jika, saat melaksanakan tugasmu, engkau selalu menekankan bahwa engkau memiliki modal, bahwa engkau memahami bidang pekerjaanmu, bahwa engkau memiliki pengalaman, dan memperhatikan kehendak Tuhan, serta mengejar kebenaran lebih daripada orang lain, dan jika kemudian engkau berpikir bahwa karena hal-hal ini, engkau harus menjadi penentu keputusan, dan engkau tidak mendiskusikan apa pun dengan orang lain, serta selalu bertindak sekehendak hatimu sendiri, dan berusaha menjalankan urusanmu sendiri, dan selalu ingin menjadi orang yang paling menonjol, maka apakah itu berarti engkau sedang menapaki jalan menuju jalan masuk ke dalam kehidupan? (Tidak.) Tidak—ini adalah pengejaran akan status, ini berarti sedang menempuh jalan Paulus, ini bukan jalan menuju jalan masuk ke dalam kehidupan" ("Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Ada seseorang yang berbakat dalam mengabarkan Injil. Dia mengalami banyak kesulitan saat mengabarkan Injil, dan bahkan dipenjara dan dijatuhi hukuman penjara selama bertahun-tahun. Setelah bebas, dia terus mengabarkan Injil dan mempertobatkan beberapa ratus orang, beberapa di antaranya ternyata adalah orang penting; bahkan ada yang terpilih sebagai pemimpin atau pekerja. Akibatnya, orang ini yakin bahwa dirinya layak mendapatkan pujian yang besar, dan menggunakan ini sebagai modal yang dia bangga-banggakan ke mana pun dia pergi, pamer dan bersaksi tentang dirinya sendiri: 'Aku dipenjara selama delapan tahun, dan aku berdiri teguh dalam kesaksianku. Aku telah mempertobatkan banyak orang, beberapa di antaranya sekarang menjadi pemimpin atau pekerja. Di rumah Tuhan, aku layak mendapat pujian, aku telah memberikan kontribusi.' Di mana pun dia mengabarkan Injil, dia pasti akan membual kepada para pemimpin atau pekerja setempat. Dia juga selalu berkata, 'Engkau semua harus mendengarkan apa yang kukatakan; bahkan para pemimpin seniormu bersikap sopan saat berbicara denganku. Siapa pun yang tidak bersikap sopan terhadapku akan kuberi pelajaran!' Orang ini adalah seorang perundung, bukan? Jika orang seperti ini tidak mengabarkan Injil dan mempertobatkan orang-orang itu, akankah mereka berani bersikap begitu congkak? Seperti itulah natur dan esensi mereka: sedemikian congkaknya sampai-sampai mereka tidak memiliki akal sedikit pun. Setelah mengabarkan Injil dan mempertobatkan beberapa orang, natur mereka yang congkak membesar, dan mereka menjadi semakin congkak. Orang-orang semacam itu membual tentang modal mereka ke mana pun mereka pergi, mereka berusaha mengeklaim pujian ke mana pun mereka pergi, dan bahkan menekan para pemimpin di berbagai tingkat, berusaha menjadi setara dengan mereka, dan bahkan berpikir bahwa mereka sendiri seharusnya menjadi pemimpin senior di rumah Tuhan. Berdasarkan pada apa yang diwujudkan oleh perilaku orang semacam ini, kita semua seharusnya tahu dengan jelas tentang natur seperti apa yang mereka miliki, dan seperti apa kemungkinan kesudahan mereka. Ketika setan menyelinap ke dalam rumah Tuhan, mereka melakukan sedikit pelayanan sebelum menunjukkan diri mereka yang sebenarnya; mereka tidak mendengarkan siapa pun yang menangani atau memangkas mereka, dan bersikeras menentang rumah Tuhan. Apa natur dari tindakan mereka? Di mata Tuhan, mereka sedang membunuh diri mereka sendiri, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka telah membunuh diri mereka sendiri. Inilah satu-satunya cara yang tepat untuk menjelaskannya" ("Semua Orang Percaya Terikat Secara Moral pada Tugas untuk Menyebarkan Injil" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca bagian ini benar-benar membuat hatiku takut. Rasanya seperti Tuhan sedang menyingkapkanku, berhadapan muka, menyingkapkan keadaanku dan rahasia yang belum pernah kukatakan kepada seorang pun. Aku mencapai hasil yang baik dalam bertahun-tahun memberitakan Injil, jadi kupikir aku telah memberikan kontribusi yang sangat besar, bahwa aku sangat dibutuhkan, dan memperhitungkan semua yang telah kulakukan. Aku merasa seperti memiliki posisi terhormat di gereja, bahwa aku adalah tiang penopang gereja. Aku menganggap itu sebagai modal pribadi, dengan congkak memandang rendah semua orang. Aku juga suka menegur orang dengan sikap menghina, yang mengekang saudara-saudari. Aku tidak kooperatif dalam tugasku, tetapi bersikap semaunya dan melakukan apa pun yang kuinginkan, dan sangat menunda pekerjaan gereja. Bahkan ketika pemimpin menanganiku, aku tidak memedulikannya. Aku bahkan memamerkan kualifikasiku. Kupikir dia tak lebih baik daripada diriku dan tidak mau menerima bantuan apa pun. Aku ingin memutuskan semuanya sendiri. Aku menegur saudara-saudari ketika mereka tidak mendengarkanku, mengancam akan memberhentikan mereka jika tidak melakukan tugas dengan baik. Itu membuat mereka terobsesi untuk menyelesaikan tugas, takut kehilangan tugas jika mereka melakukan kesalahan, dan hidup dalam penderitaan. Bagaimana itu bisa disebut melakukan tugas? Bukankah itu melakukan kejahatan, menentang Tuhan? Pemikiran itu benar-benar membuatku takut. Aku tak pernah membayangkan akan melakukan kejahatan seperti itu, sangat merugikan dan mengendalikan saudara-saudari, menghalangi pekerjaan kami sampai taraf itu. Aku sedang menentang Tuhan, tetapi mengira sedang melakukan tugasku untuk memuaskan-Nya. Aku sedang bersikap tidak rasional! Aku membaca dalam firman Tuhan bahwa bertindak seperti itu berarti sedang membunuh dirimu sendiri. Mendengar perkataan dalam firman Tuhan, terutama kalimat "membunuh diri mereka sendiri", aku merasakan betapa jijiknya Tuhan dengan orang semacam itu. Ini menyayat hati, seolah-olah Tuhan telah menghukum mati diriku. Kupikir aku mampu mengorbankan segalanya untuk tugasku, bahwa aku selalu berhasil di dalamnya, jadi Tuhan pasti memperkenan diriku dan sedikit kecongkakan tidak masalah. Namun kemudian aku sadar, jika aku tidak mengejar kebenaran, Sebanyak apa pun yang kucapai dalam tugasku atau berapa banyak pengalaman yang kukumpulkan, itu menjijikkan bagi Tuhan. Dia takkan mengakuinya. Penghakiman dan hajaran firman Tuhan memperlihatkan kepadaku watak benar-Nya yang tidak boleh disinggung. Tuhan sangat berprinsip dalam tindakan-Nya. Jika aku mencapai beberapa hal di dunia, aku mungkin memiliki sedikit modal dan pengaruh. Namun di rumah Tuhan, kebenaran berkuasa Menggunakan modal dan pengaruh berarti membunuh dirimu sendiri dan itu menyinggung watak-Nya.

Kemudian, aku bertanya-tanya mengapa aku merasa memiliki begitu banyak pengaruh setelah mencapai beberapa hal dalam tugasku dan mulai bersikap sangat sewenang-wenang. Oleh natur apa aku dikendalikan? Aku membaca sesuatu dalam firman Tuhan. "Jika, di dalam hatimu, engkau benar-benar memahami kebenaran, engkau akan tahu bagaimana menerapkan kebenaran dan menaati Tuhan, dan secara alami engkau akan mampu memulai jalan mengejar kebenaran. Jika jalan yang kautempuh adalah jalan yang benar dan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka pekerjaan Roh Kudus tidak akan meninggalkanmu—dan dengan demikian akan semakin kecil kemungkinan engkau mengkhianati Tuhan. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika engkau memiliki watak yang congkak dan sombong, maka diberitahu untuk tidak menentang Tuhan tidak ada bedanya, engkau tidak mampu menahan diri, itu berada di luar kendalimu. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri; itu akan membuatmu memandang rendah orang lain dan hanya memikirkan dirimu sendiri; itu akan membuatmu menganggap dirimu lebih hebat daripada orang lain dan Tuhan, dan akhirnya menyebabkanmu mengambil posisi Tuhan dan menuntut agar orang tunduk kepadamu, memuja pemikiran, ide, dan gagasanmu sebagai kebenaran. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong!" ("Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Kecongkakan adalah akar dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak yang congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk dari semuanya, mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan. Meskipun, secara lahiriah, beberapa orang mungkin tampak percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan" (persekutuan Tuhan). Firman Tuhan mengajariku bahwa sumber pemberontakan terhadap Tuhan adalah kecongkakan. Ketika seseorang memiliki natur yang congkak, mereka tak berdaya selain menentang Tuhan. Perilakuku adalah hasil dari dikendalikan oleh natur congkakku. Aku sangat senang setelah mencapai beberapa hal, berpikir aku memiliki kualitas, cakap, dan sangat dibutuhkan, bahwa gereja tidak dapat melakukannya tanpa diriku. Aku memandang rendah orang lain, menggunakan kedudukanku untuk menegur dan mengekang mereka, tidak memikirkan orang lain. Aku sewenang-wenang dan bertindak semaunya dalam tugasku, tidak mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Aku merasa mampu melakukannya sendiri dan bisa membuat keputusan sepihak. Aku tidak menghargai rekan sekerjaku. Aku sangat congkak dan tidak punya rasa hormat kepada Tuhan. Ketika pemimpin menanganiku, aku memang mengakui kecongkakanku, tetapi tidak benar-benar peduli akan hal itu. Aku bahkan merasa kecongkakan tidaklah seburuk itu, bahwa disingkapkan berarti aku memiliki beberapa keterampilan, jika tidak, apa yang akan membuatku congkak? Aku sangat tidak bernalar dan benar-benar tidak tahu malu. Aku hidup menurut racun Iblis "Di seluruh alam semesta ini, akulah yang berkuasa", bertindak seperti raja di gereja, tidak memikirkan orang lain. Apa bedanya aku dengan Partai Komunis? Partai Komunis congkak dan jahat, menggunakan cara kekerasan termodern yang menindas siapa pun yang tidak mendengarkan mereka. Aku sewenang-wenang dan keras kepala di gereja, tidak menerima pengawasan siapa pun. Bukankah itu sama seperti si naga merah yang sangat besar? Kemudian aku menyadari betapa congkaknya diriku dan tidak peduli dengan orang lain atau bahkan Tuhan, dan berada di jalan yang menentang Tuhan. Jika aku tidak bertobat, pada akhirnya aku pasti akan dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Lalu aku benar-benar menyadari betapa seriusnya konsekuensi dari naturku yang congkak, bahwa masalahku tidak sesederhana memperlihatkan kerusakan kecil. Pemikiran itu mengingatkanku tentang betapa aku telah meremehkan orang lain dan meninggikan diriku sendiri, dan berbicara serta menampilkan diriku seolah-olah aku tidak ada bandingannya di dunia. Aku merasa agak mual, jijik pada diriku sendiri. Aku memutuskan bahwa aku harus mulai mengejar kebenaran, mencari prinsip dalam segala sesuatu, untuk berhenti hidup secara congkak dan menentang Tuhan.

Dan kemudian, ketika aku sedang mencari bagaimana memperlakukan dengan benar kesuksesan yang mungkin kumiliki, aku membaca satu bagian firman Tuhan. "Dalam proses melaksanakan tugasmu, apakah engkau dapat merasakan bimbingan Tuhan dan pencerahan Roh Kudus? (Ya.) Jika engkau dapat merasakan pekerjaan Roh Kudus dan tetap menganggap tinggi dirimu sendiri, dan merasa bahwa engkau memiliki kenyataan, lalu apa yang sedang terjadi di sini? (Ketika pelaksanaan tugas kami telah membuahkan sedikit hasil, kami perlahan-lahan mulai berpikir bahwa setengah dari pujian adalah milik Tuhan, dan setengahnya lagi adalah milik kami. Kami membesar-besarkan kerja sama kami sampai sejauh mungkin, dengan berpikir bahwa tidak ada yang lebih penting daripada kerja sama kami, dan bahwa pencerahan Tuhan tidak akan mungkin terjadi tanpa kerja sama kami.) Jadi, mengapa Tuhan mencerahkanmu? Bisakah Tuhan mencerahkan orang lain juga? (Ya.) Ketika Tuhan mencerahkan seseorang, ini adalah anugerah Tuhan. Dan apa istimewanya bagian kerja sama di pihakmu yang sedikit itu? Apakah kerja samamu yang sedikit itu adalah sesuatu yang membuatmu patut menerima pujian—atau apakah itu merupakan tugasmu, tanggung jawabmu? (Tugas dan tanggung jawab.) Ketika engkau menyadari bahwa itu adalah tugas dan tanggung jawab, inilah pola pikir yang benar, dan engkau tidak akan berpikir untuk menuntut pujian untuk itu. Jika apa yang selalu kauyakini adalah 'Ini adalah modalku. Mungkinkah pencerahan Tuhan terjadi tanpa kerja samaku? Ini membutuhkan kerja sama manusia; kerja sama manusia menyumbang sebagian besar dari hal ini', maka keyakinan ini keliru. Bagaimana mungkin engkau mampu bekerja sama jika Roh Kudus tidak mencerahkanmu, jika Tuhan tidak melakukan apa pun, dan jika tak seorang pun yang mempersekutukan prinsip-prinsip kebenaran kepadamu? Engkau juga pasti tidak tahu apa yang Tuhan tuntut; engkau bahkan tidak akan mengetahui jalan penerapannya. Sekalipun engkau ingin menaati Tuhan dan bekerja sama dalam pekerjaan Tuhan, engkau pasti tidak tahu caranya. Bukankah 'kerja sama'-mu ini adalah omong kosong? Tanpa kerja sama yang benar, engkau hanya bertindak menurut gagasanmu sendiri—dalam hal ini, dapatkah tugas yang kaulaksanakan memenuhi standar? (Tidak.) Tidak, dan ini menunjukkan adanya masalah. Masalah apa yang ditunjukkan oleh hal ini? Apa pun tugas yang seseorang lakukan, baik mencapai hasil untuk memuaskan Tuhan dan mendapatkan perkenanan-Nya maupun melakukan tugas mereka sesuai dengan standar, semua itu bergantung pada tindakan Tuhan. Jika engkau menjalankan tanggung jawabmu, jika engkau melakukan tugasmu, tetapi Tuhan tidak bertindak dan Tuhan tidak memberitahumu apa yang harus dilakukan, engkau tidak akan mengetahui jalan, arah, atau tujuanmu. Apa yang akhirnya dihasilkan dari semua itu? Itu akan menjadi upaya yang sia-sia, engkau tidak akan mendapatkan apa pun. Oleh sebab itu, melakukan tugasmu sesuai dengan standar dan mampu berdiri teguh di dalam rumah Tuhan, mendidik kerohanian saudara-saudari serta mendapatkan perkenanan Tuhan, semua itu sepenuhnya bergantung pada Tuhan! Manusia hanya dapat melakukan hal-hal yang secara pribadi mampu mereka lakukan, yang seharusnya mereka lakukan, dan yang sesuai dengan kemampuan hakiki mereka—tidak lebih dari itu. Oleh karena itu, hasil yang akhirnya dituai dari tugasmu ditentukan oleh bimbingan firman Tuhan dan pencerahan dari Roh Kudus, yang membuatmu mengerti jalan, tujuan, arah, dan prinsip yang disediakan oleh Tuhan" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dari firman Tuhan aku memahami bahwa mencapai sedikit hasil dalam tugasku sepenuhnya karena kasih karunia Tuhan dan pencerahan Roh Kudus. Itu juga berkat persekutuan Tuhan bagi kita tentang kebenaran dan prinsip, sama sekali bukan karena aku memiliki kualitas yang baik atau mampu melakukan beberapa pekerjaan. Tanpa bimbingan firman Tuhan atau pencerahan Roh Kudus, sebagus apa pun kualitasku atau sefasih apa pun diriku, aku takkan pernah mencapai apa pun. Dan pekerjaan kecil yang kulakukan ini adalah aku sedang melakukan tugas sebagai makhluk ciptaan. Ini tanggung jawabku. Apa pun tugasnya, inilah yang harus makhluk ciptaan lakukan. Apa pun yang dicapai bukanlah kontribusi atau modal pribadi kita. Namun, aku tidak mengenal diriku sendiri. Kupikir mencapai beberapa prestasi berarti aku cakap dalam pekerjaanku dan menganggap itu sebagai sesuatu yang bisa kumanfaatkan. Aku sangat bangga pada diriku sendiri, berusaha mencuri kemuliaan Tuhan. Aku sangat congkak dan tak bernalar! Apa pun yang kita capai dalam tugas kita benar-benar berasal dari pencerahan Roh Kudus dan firman Tuhan. Kita tak mampu melakukan apa pun sendirian. Mengingat kembali, aku bukan hanya tidak mencapai apa pun ketika bekerja dengan kecongkakanku, tetapi juga menunda pekerjaan kami. Seperti ketika aku menempatkan orang yang salah ke dalam tugas penyiraman, yang membuat banyak saudara-saudari tidak dapat memperoleh pembekalan yang mereka butuhkan. Itu sangat mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Dan aku tidak mencari prinsip kebenaran atau memimpin orang lain untuk mengikuti prinsip-prinsip dalam tugas mereka. Itu berarti kami tidak menyelesaikan segala sesuatu dalam tugas dan itu menunda kemajuan pekerjaan. Namun, aku tidak pernah merenungkan semua itu. Sebaliknya, aku menghargai diriku sendiri dan menjadi makin congkak, seolah-olah gereja tidak bisa berjalan tanpa diriku. Namun, jika Tuhan bisa mencerahkanku, tentu saja Dia bisa mencerahkan orang lain, jadi pekerjaan gereja bisa berjalan seperti biasa setelah aku diberhentikan. Kupikir gereja tidak dapat berjalan tanpa diriku karena aku merasa diri penting. Aku teringat Paulus pada Zaman Kasih Karunia. Dia mengira punya modal setelah melakukan beberapa pekerjaan, sehingga tidak memikirkan orang lain. Dia secara langsung mengatakan dia tidak berada di bawah rasul lain mana pun, dan dia memandang rendah Petrus dan sering meremehkannya. Pada akhirnya, dia berusaha menggunakan pekerjaannya untuk meminta mahkota kepada Tuhan. Dia congkak sampai kehilangan nalar. Aku menyadari aku sama seperti Paulus, bahwa aku berada di jalan yang sama dengannya. Tanpa penghakiman dan hajaran Tuhan yang keras, aku pasti tetap tidak menyadari masalahku, berpikir aku hebat. Menyadari semua ini, aku benar-benar membenci diriku sendiri. Aku ingin mengaku dan bertobat kepada Tuhan.

Kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Adakah yang tahu sudah berapa tahun Tuhan bekerja di antara seluruh umat manusia dan segala sesuatu? Tak seorang pun yang tahu dengan pasti sudah berapa tahun Tuhan bekerja sampai sekarang dan mengelola seluruh umat manusia; Dia tidak melaporkan hal-hal semacam itu kepada manusia. Namun, jika Iblis yang melakukan hal ini sebentar saja, akankah dia mengumumkannya? Dia pasti akan mengumumkannya. Iblis ingin memamerkan dirinya sendiri, bahwa dia dapat menipu lebih banyak orang dan meminta lebih banyak dari mereka untuk memberinya pujian. Mengapa Tuhan tidak melaporkan upaya ini? Ada aspek esensi Tuhan yang rendah hati dan tersembunyi. Hal-hal apa yang berlawanan dengan kerendahhatian dan ketersembunyian? Kecongkakan, kelancangan, dan ambisi. ... Dalam membimbing umat manusia, Tuhan melakukan pekerjaan yang begitu besar, dan Dia memimpin seluruh alam semesta. Otoritas dan kuasa-Nya begitu besar, tetapi Dia tidak pernah berkata, 'Kemampuan-Ku luar biasa.' Dia tetap tersembunyi di antara segala sesuatu, mengendalikan segalanya, memelihara dan membekali umat manusia, memungkinkan seluruh umat manusia untuk terus berlanjut dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, lihatlah udara dan sinar matahari, atau semua hal materi yang terlihat yang diperlukan untuk keberadaan manusia—semuanya mengalir tanpa henti. Bahwa Tuhan membekali manusia, itu tidak diragukan lagi. Jadi, jika Iblis melakukan sesuatu yang baik, apakah dia akan diam saja, dan membiarkan perbuatannya tersebut tidak dipuji? Tidak akan pernah. Sama seperti beberapa antikristus di gereja yang telah melakukan pekerjaan berbahaya, atau pernah melakukan pekerjaan yang merugikan kepentingan diri mereka sendiri, yang bahkan mungkin sampai masuk penjara; ada juga mereka yang pernah berkontribusi pada satu aspek pekerjaan rumah Tuhan. Mereka tidak pernah melupakan hal-hal ini, mereka pikir mereka pantas mendapatkan pujian seumur hidup, mereka pikir itu adalah modal seumur hidup mereka—yang memperlihatkan betapa kecilnya manusia! Manusia itu kecil, dan Iblis tidak tahu malu" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). "Tuhan mengasihi umat manusia, memedulikan umat manusia, dan menunjukkan perhatian kepada umat manusia, dan secara terus menerus serta tanpa berhenti menyediakan bagi umat manusia. Di dalam hati-Nya, Ia tidak pernah merasa bahwa ini adalah pekerjaan tambahan atau sesuatu yang layak mendapatkan banyak pujian. Dia juga tidak merasa bahwa menyelamatkan manusia, menyediakan bagi mereka, dan menganugerahkan segala sesuatu kepada mereka adalah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk umat manusia. Ia hanya menyediakan bagi umat manusia secara diam-diam, dengan cara-Nya sendiri dan melalui esensi-Nya, apa yang dimiliki-Nya dan siapa diri-Nya. Tidak peduli seberapa banyak penyediaan dan seberapa banyak pertolongan yang umat manusia terima dari-Nya, Tuhan tidak pernah berpikir atau berusaha untuk memperoleh pujian. Ini ditentukan oleh esensi Tuhan, dan juga merupakan ungkapan yang sebenarnya dari watak Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). Aku merenungkan firman Tuhan dan melihat betapa baik watak dan esensi-Nya. Tuhan adalah Sang Pencipta yang memerintah dan menopang segala sesuatu secara mutlak. Dia menjadi daging sekali lagi, mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan umat manusia, membayar harga yang mahal untuk kita. Namun, Dia tidak pernah berpikir itu adalah kontribusi besar bagi umat manusia. Dan Dia tidak pernah menyombongkan diri atau membual tentang apa pun. Dia hanya secara diam-diam melakukan semua pekerjaan-Nya sendiri tanpa pamer dan bersikap congkak sedikit pun. Dia lebih dari layak untuk menerima kasih dan pujian kita selama-lamanya. Aku sama sekali seperti manusia yang tidak berharga. tetapi sangat congkak. Aku merasa bangga dengan sedikit keberhasilan, seolah-olah itu karya besar, kontribusi besar. Aku memandang rendah semua orang dan bertindak semauku. Aku sangat tak bernalar, sangat jahat, sangat dangkal. Tuhan begitu rendah hati dan tersembunyi, dan memiliki esensi yang begitu baik. Aku makin merasakan betapa menjijikkannya watak congkakku dan benar-benar ingin segera memahami kebenaran untuk segera menyingkirkannya, untuk hidup dalam keserupaan dengan manusia.

Kemudian selama satu pertemuan, aku membaca bagian firman Tuhan ini. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Kehendak Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"). Aku benar-benar tersentuh oleh firman Tuhan dan memahami kehendak-Nya sedikit lebih baik. Aku melakukan tugasku dengan congkak, menimbulkan masalah dalam pekerjaan rumah Tuhan, jadi aku diberhentikan berdasarkan prinsip. Kurasa Tuhan menggunakan keadaan ini untuk menyingkapkan dan menyingkirkanku, jadi kupikir Dia menghukumku dan aku tidak bisa diselamatkan. Akhirnya aku sadar bahwa Tuhan telah memberhentikanku dari tugasku dan menggunakan penghakiman firman-Nya agar aku dapat melihat kerusakanku, dan bahwa aku berada di jalan yang salah. Tuhanlah yang menyelamatkanku! Aku sedikit menderita melewati penghakiman dan hajaran itu, tetapi itu sangat berharga dan bermakna, dan melindungiku. Itulah kasih Tuhan yang paling sejati untukku. Bagaimanapun Tuhan mendisiplinkan kita, itu semua adalah keselamatan dan kasih-Nya.

Setelah itu, Aku membuka diri dalam sebuah pertemuan tentang bagaimana aku telah bersikap congkak dalam tugasku, betapa aku telah merugikan saudara-saudari, dan apa yang kurenungkan setelah diberhentikan. Kupikir yang lain akan merasa jijik denganku karena bersikap sangat tidak manusiawi dan tidak mau lagi berhubungan denganku, tetapi anehnya, mereka tidak menyerangku. Aku merasa makin berutang kepada mereka pada waktu itu. Aku telah merugikan orang lain dengan kecongkakanku, Aku sangat tidak manusiawi. Ketika kembali melaksanakan tugas bersama saudara-saudari, aku jauh lebih rendah hati. Aku berhenti memandang rendah orang karena kesalahan mereka dan memiliki pendekatan yang lebih baik terhadap segala sesuatu, dengan sadar mendengarkan saran orang lain tentang masalah, dan berhenti terlalu percaya diri. Ketika para pemimpin datang untuk memeriksa pekerjaanku, aku bekerja sama dan menerimanya dengan rendah hati. Setelah beberapa waktu, keadaanku makin membaik dan aku menjadi pengawas lagi. Aku tahu Tuhanlah yang mengangkat dan memberkatiku. Sebelumnya, aku sangat congkak dan mengganggu dalam tugasku, tetapi Tuhan tidak menyingkirkanku. Dia memberiku kesempatan lagi untuk melakukan tugas penting seperti itu. Aku benar-benar mengalami kemurahan dan kesabaran Tuhan bagi kita. Dalam tugasku setelah itu, aku berhenti bertindak sewenang-wenang karena congkak, tetapi memiliki rasa takut akan Tuhan, dan selalu berdoa kepada-Nya. Ketika menghadapi sesuatu yang membingungkan, aku mendiskusikannya dengan yang lain sehingga kami bisa mencari kebenaran bersama-sama. Setelah melakukan itu selama beberapa waktu, aku menyadari bahwa kinerja seluruh tim kami meningkat sedikit. Ketika melakukan semuanya sendiri, itu sangat melelahkan bagiku. Aku tidak mempertimbangkan segala sesuatunya dan tidak mendapatkan hasil yang baik. Namun sekarang, aku mendiskusikan masalah yang muncul dengan saudara-saudari serta saling membantu, dan menjadi jauh lebih mudah menyelesaikan masalah. Dan dengan bekerja sama dengan orang lain, aku bisa melihat mereka benar-benar memiliki sedikit kelebihan. Beberapa dari mereka bekerja keras dan mengerahkan upaya. Beberapa orang mungkin berkualitas rendah, tetapi mereka rajin dan menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan. Itulah kelebihan yang tidak kumiliki. Aku juga bisa belajar banyak hal dari saudara-saudari untuk melengkapi kekuranganku sendiri. Inilah cara hidup yang jauh lebih bebas dan mudah.

Sekitar setahun kemudian, seorang pemimpin gereja mengatur pertemuan umum agar setiap orang dapat menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dan alami selama tahun itu. Aku memiliki waktu perenungan yang tenang, merenungkan semua yang telah kupelajari. Kemudian aku menyadari bahwa Tuhan menyelamatkan hidupku dengan memberhentikanku, itu adalah upah terbesarku. Jika bukan karena itu, aku pasti tetap tidak melihat betapa seriusnya kecongkakanku, bahwa aku congkak dan sewenang-wenang hanya karena memiliki beberapa bakat. Tuhanlah yang mendisiplinkan dan menghakimi serta menghajarku, yang memperlihatkan natur jahatku. Itu juga mengajariku sedikit tentang keadilan Tuhan dan memberiku rasa takut akan Tuhan. Aku sangat bersyukur atas keselamatan Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Memberikan Hatiku Kepada Tuhan

Oleh Saudari Xin Che, KoreaBulan Juni 2018, aku ikut dalam latihan untuk pertunjukan paduan suara Kidung Kerajaan. Berpikir aku akan naik...

Tugasmu Bukan Kariermu

Oleh Saudari Cheng Nuo, Prancis Tahun lalu aku bertanggung jawab atas pekerjaan dua gereja untuk pendatang baru. Terkadang orang perlu...