Mengapa Aku Begitu Congkak

16 September 2022

Oleh Saudari Cheng Xin, Korea

Suatu hari pimpinan gereja melaporkan masalah kepadaku. Kata mereka, Saudari Zhang, yang menangani pekerjaan Injil, tak berprinsip dalam tindakannya, dia tak pernah berdiskusi dengan pimpinan gereja, tapi seenaknya menugaskan orang mewartakan Injil. Hal ini memengaruhi pekerjaan yang dilakukan saudara-saudari, dan mengganggu pekerjaan gereja. Aku langsung menjawab tanpa pikir panjang, "Saudari Zhang mengubah tugas orang untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan." Salah satu pimpinan berkata, "Saudari Zhang kurang berkualitas dan tidak cakap dalam bekerja. Pengaturan staf tidak dilakukan dengan benar dan yang lain kesal karenanya. Hal ini membuat orang jadi negatif dan memengaruhi pekerjaan Injil. Bukankah dia tak laik menangani pekerjaan ini?" Aku sangat kesal saat mendengar dia akan diberhentikan, dan aku membalas, "Apa? Jika Saudari Zhang tidak menangani pekerjaan Injil, apakah ada yang lebih baik dari dia? Apakah kita punya orang yang cocok? Masalah yang kau ungkit ini memang benar, tapi tidak terlalu penting. Pekerjaan Injil terlaksana dengan baik. Kita tak bisa mengabaikannya karena hal kecil ini! Kita harus menjaga pekerjaan gereja." Saat menyangkal pimpinan gereja, aku berpikir bahwa mereka hanya cari kesalahan, dan tak ada yang sempurna! Kita semua rusak dan punya salah, mustahil bisa melakukan segalanya dengan benar. Mengapa mereka tak mengutamakan hasil kerja? Apa jadinya jika dia dipecat dan hasil kerja menurun? Itu membuatku seolah tak bisa melakukan pekerjaan nyata, seperti pemimpin palsu. Apa pandangan orang lain tentang diriku? Akankah pemimpin atasan memecatku jika tahu? Kedua pemimpin gereja terdiam oleh bantahanku, dan berkata tanpa daya, "Kita pertahankan dia dulu saat ini." Beberapa hari kemudian, pemimpin atasan menghubungiku dan menanyai keadaan Saudari Zhang dalam tugasnya. Kujawab, "Dia baik-baik saja. Dia berhasil menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan dengan baik." Lalu pemimpin menanyaiku kembali, "Keberhasilan apa yang kau maksud? Apakah kau tahu berapa banyak orang yang dia peroleh melalui pekerjaan Injil? Apakah kau tahu dia memalsukan angka dalam laporan? Dia berkualitas rendah dan tak terlalu cakap. Dia tak bisa mengatasi masalah. Apakah kau sadar hal itu? Apakah kau tahu dia telah menugaskan orang tanpa prinsip, dan mengganggu pekerjaan Injil?" Dicecar bertubi-tubi, jantungku berdebar kencang dan pikiranku kosong. Melihatku tak bisa menjawab, pemimpin melanjutkan ucapannya: "Kau terlalu percaya diri! Orang yang terlalu percaya diri sulit menyadari dirinya sendiri. Jika kau sungguh mengenal dirimu, mengapa tidak meninggalkan diri? Mengapa tidak menyangkal diri? Orang lain telah mengungkit masalah ini, tapi kau belum menerimanya. Betapa congkaknya dirimu. Apakah kau tak punya realita kebenaran? Orang yang sungguh punya realita kebenaran tak percaya pada dirinya sendiri. Mereka mampu mendengarkan saat orang lain benar. Mereka bisa menerima dan tunduk pada kebenaran. Itu rasa kemanusiaan orang yang normal. Orang macam apa yang begitu congkak dan percaya diri? Bisakah mereka menerima kebenaran? Orang congkak tidak menerima kebenaran, dan tak akan pernah tunduk pada kebenaran. Orang congkak dan terlalu percaya diri tak mengenal siapa dirinya, mereka tak bisa meninggalkan dirinya sendiri, dan tak bisa menerapkan kebenaran atau menaati prinsip kebenaran. Mereka tak bisa bergaul dengan orang. Orang congkak tidak mengubah wataknya. Dari hal ini kita dapat lihat bahwa orang congkak adalah Iblis tua yang tak pernah berubah. Kau harus mengoreksi diri apakah salah satunya." Aku tercengang saat itu, seolah tersambar petir. Setelah tidak terhubung, aku hanya terdiam. Mengulang-ulang ucapannya dalam pikiranku: "tidak menerima kebenaran," "tak akan tunduk pada kebenaran," "tak bisa bergaul dengan orang," "tak bisa mengubah watak," dan "Iblis tua yang tak pernah berubah." Makin memikirkannya, makin aku merasa buruk, dan tak bisa berhenti menangis. Dalam kesakitanku, aku berdoa sambil menangis. "Ya Tuhan! Tak pernah kusangka diriku congkak, terlalu percaya diri, yang tak mau terima kebenaran. Bimbinglah agar aku mengoreksi dan mengenal diriku sendiri."

Suatu hari, dalam kebaktian, aku membaca firman Tuhan ini: "Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan tidak ada rasa takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan dan sama sekali tidak memiliki rasa takut akan Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada titik di mana mereka menghormati Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah watak mereka yang congkak. Semakin teliti engkau menyelesaikan masalah watakmu yang congkak, semakin engkau akan memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan baru setelah itulah, engkau mampu tunduk kepada-Nya dan memperoleh kebenaran serta mengenal Dia. Hanya mereka yang memperoleh kebenaran yang merupakan manusia sejati" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan cukup mencerahkan diriku. Benar. Kecongkakan penyebab watak yang rusak. Karena congkak, aku tak hanya meremehkan orang lain, tapi lebih buruk lagi, meremehkan Tuhan. Saat ada masalah, aku tidak menghadap Tuhan dan mencari kehendak-Nya, atau mencari prinsip kebenaran, tapi aku tak peduli dan hanya ingin didengar semua orang. Aku mengingat kembali tanggapan pimpinan gereja terkait Saudari Zhang. Aku membantah semua ucapan mereka tanpa pikir panjang. Kata mereka, Saudari Zhang tidak berprinsip, seenaknya menugaskan orang tanpa berdiskusi dengan pimpinan gereja, hanya mengganggu sampai orang tak tahu tugas yang harus dilakukan. Aku menyangkal masalah ini dan tak mau mendengarkannya. Aku membela Saudari Zhang, dengan berkata bahwa tindakannya itu karena pekerjaan Injil sangat membutuhkan orang. Pimpinan gereja menganggap dia kurang berkualitas, tidak cakap bekerja, dan kurang cocok menangani pekerjaan Injil. Aku tidak mencari tahu yang sebenarnya atau memikirkan apakah dia perlu dipindahkan berdasarkan prinsip. Aku malah menolak dan merasa kesal. Aku menanyai pimpinan gereja mengapa dia tak boleh bertanggung jawab, dan apakah ada pengawas yang lebih baik darinya. Aku menolak dan menekan mereka. Dengan mengungkit masalah ini, pimpinan gereja bertanggung jawab dan menaati pekerjaan gereja, tapi aku merasa lebih memahami kebenaran dan punya wawasan kuat. Mereka tak punya pemahaman mendalam akan kebenaran dan tak melihat masalah dengan benar. Jadi aku mengabaikan mereka. Aku begitu congkak dan percaya diri! Aku kukuh dengan pendirianku, menolak menerima kebenaran dan tak akan menerima pernyataan yang benar. Aku membantah semua ucapan mereka, berdebat hingga mereka berhenti bicara. Aku congkak hingga di luar nalar dan tidak menghormati Tuhan. Aku tidak menggunakan orang sesuai prinsip dan telah merugikan pekerjaan gereja, dan aku tidak hanya gagal mengakui kesalahan, tapi juga menyalahkan pimpinan gereja saat mengungkit hal ini. Aku menegur karena mereka pilih kasih dan tidak adil terhadap Saudari Zhang. Bukankah aku seperti Iblis tua yang tak pernah mengubah watak? Bagaimana aku bisa bergaul dengan orang dan bekerja sama secara harmonis? Aku merasa sangat bersalah saat memikirkannya, dan berdoa kepada Tuhan untuk bertobat dan mencari tahu masalah Saudari Zhang. Setelah mencari tahu, aku sadar bahwa Saudari Zhang mengakali laporan kerjanya dan berbuat kesalahan, dan banyak petobat baru tidak hadir di pertemuan karena dia belum menugaskan penyiram. Saudari Zhang berkualitas buruk, congkak dan sewenang-wenang, dan tak pernah mendiskusikan pekerjaannya. Saat ada masalah, dia tak bisa mengatasinya dan menolak saran orang lain, jadi banyak masalah yang tak segera ditangani, yang menghambat pekerjaan Injil. Dengan adanya fakta ini, aku mengakui telah salah memihak orang. Saat pimpinan gereja menyarankan agar dia diganti, aku tak setuju, bahkan menegur dan menekan mereka. Aku makin merasa buruk saat memikirkannya, dan membenci diriku karena begitu congkak dan percaya diri. Aku menghadap Tuhan dalam doa, meminta bimbingan-Nya agar aku memahami esensi masalahku.

Setelah itu, aku membaca bagian firman Tuhan yang membahas kecongkakanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Kecongkakan dan merasa diri benar adalah watak Iblis dalam diri manusia yang paling jelas terlihat, dan jika mereka tidak menerima kebenaran, mereka tak mungkin dapat ditahirkan. Manusia memiliki watak yang congkak dan merasa dirinya benar, mereka selalu yakin bahwa mereka benar dan dalam semua yang mereka pikirkan, katakan dan apa pun pendapat mereka, mereka selalu yakin bahwa pandangan dan pola pikir merekalah yang benar, apa pun yang orang lain katakan tidaklah sebaik atau sebenar apa yang mereka katakan. Mereka selalu berpegang erat pada pendapat mereka sendiri, dan tidak mendengarkan apa pun yang orang lain katakan; bahkan sekalipun apa yang orang lain katakan benar dan sesuai dengan kebenaran, mereka tidak menerimanya, mereka hanya kelihatannya saja mendengarkan, padahal mereka tidak mau menerima apa pun. Ketika tiba saatnya bertindak, mereka tetap bertindak dengan cara mereka sendiri; mereka selalu menganggap diri mereka benar dan dapat dibenarkan. Engkau mungkin saja benar dan dapat dibenarkan, atau engkau mungkin melakukan hal yang benar, tanpa ada masalah, tetapi watak apakah yang kausingkapkan? Bukankah watak yang congkak dan merasa dirimu benar? Jika engkau tak mampu menyingkirkan watak congkak dan merasa diri benar ini, akankah ini memengaruhi pelaksanaan tugasmu? Akankah ini memengaruhi kemampuanmu untuk menerapkan kebenaran? Jika engkau tak mampu menyelesaikan watak congkak dan merasa diri benar semacam ini, apakah kemungkinan besar engkau akan mengalami banyak kemunduran nantinya? Tentu saja, ini pasti akan kaualami. Bisakah Tuhan melihat hal-hal ini terwujud dalam diri manusia? Dia bisa, bahkan dengan sangat jelas; Tuhan bukan saja menyelidiki lubuk hati manusia, tetapi Dia juga selalu mengawasi setiap perkataan dan tindakan mereka. Lalu apa yang akan Tuhan katakan begitu Dia melihat hal-hal ini terwujud dalam dirimu? Tuhan akan berkata, 'Engkau ini keras kepala! Berpegang erat pada pendapatmu ketika engkau tidak tahu bahwa engkau salah, masih bisa dimengerti, tetapi jika engkau tetap berpegang erat pada pendapatmu padahal engkau tahu betul bahwa engkau salah, dan tidak mau bertobat, itu berarti engkau orang bodoh yang keras kepala, dan engkau berada dalam masalah. Jika, terhadap saran siapa pun, engkau bereaksi dengan sikap negatif dan menentang, dan sama sekali tidak menerima kebenaran—jika di dalam hatimu hanya ada sikap yang menentang, tertutup, menolak—itu berarti engkau orang bodoh yang konyol dan tidak masuk akal! Engkau terlalu sulit untuk ditangani.' Hal apakah mengenai dirimu yang sulit ditangani? Hal yang sulit ditangani mengenai dirimu adalah perilakumu itu bukan sekadar cara yang salah dalam melakukan sesuatu atau cara berperilaku yang salah, melainkan perilakumu itu menyingkapkan sejenis watak tertentu. Watak seperti apa yang perilakumu singkapkan? Engkau muak akan kebenaran dan membenci kebenaran. Begitu engkau telah dianggap membenci kebenaran, maka di mata Tuhan, engkau berada dalam masalah; Tuhan akan menolakmu dan tidak akan memedulikanmu. Di mata manusia, yang terburuk yang bisa terjadi adalah, mereka mungkin berkata, 'Watak orang ini tidak baik—mereka keras kepala, tegar tengkuk, dan kurang ajar! Mereka sulit rukun dengan orang lain dan mereka tidak mencintai kebenaran, juga tidak akan pernah menerima kebenaran ataupun menerapkannya.' Yang terburuk yang bisa terjadi adalah semua orang akan memberimu penilaian semacam ini tetapi apakah penilaian semacam ini mampu menentukan nasibmu? Manusia tak akan mampu menentukan nasibmu dengan memberimu suatu penilaian, tetapi ada sesuatu yang tidak boleh kaulupakan, yaitu bahwa Tuhan melihat lubuk hati manusia, dan pada saat yang sama, Dia juga mengawasi semua yang manusia lakukan dan katakan. Jika Tuhan telah menentukan bahwa dirimu seperti ini dan menganggapmu membenci kebenaran, bukan sekadar menganggapmu memiliki watak rusak tertentu dan kurang taat—apakah ini adalah masalah yang serius? (Ya.) Jika engkau dianggap demikian, engkau berada dalam masalah. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan bagaimana orang memandangmu atau bagaimana mereka menilaimu, melainkan berhubungan dengan bagaimana Tuhan memandang watak rusakmu yang membenci kebenaran. Lalu, bagaimana Tuhan akan memandangmu? Apakah Tuhan hanya akan menganggapmu orang yang membenci dan tidak mencintai kebenaran, dan tidak lebih dari itu? Apakah sesederhana itu? Dari manakah kebenaran berasal? Merepresentasikan siapakah kebenaran itu? (Merepresentasikan Tuhan.) Jadi, engkau semua harus merenungkan hal ini baik-baik, jika orang membenci kebenaran, bagaimana Tuhan akan memandang mereka? (Mereka akan dipandang sebagai musuh Tuhan.) Bukankah ini masalah yang serius? Orang yang membenci kebenaran, pasti membenci Tuhan di dalam hatinya" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya dengan Sering Hidup di Hadapan Tuhanlah Orang Dapat Memiliki Hubungan yang Normal dengan-Nya). Wahyu firman Tuhan berdampak besar bagiku. Aku melihat kerusakan dari kecongkakan dan kebenaran diriku. Beberapa saudari memberiku saran tentang orang yang kupilih, tapi aku tidak menerimanya karena merasa diriku benar. Aku bahkan tak memberi mereka kesempatan bicara, hanya memarahi dan menahan mereka. Aku mengatakan hal yang congkak, membantah mereka sampai berhenti bicara. Itu bukan hanya kesalahan dalam pendekatan dan perilakuku, tapi watak Iblis yang muak dan membenci kebenaran. Memikirkan ucapan dan tindakanku saat membalas perkataan pimpinan sama jijiknya seperti makan cacing. Aku merasa sangat malu dan bodoh. Tidak suka dan membenci kebenaran berarti membenci Tuhan dan menjadi musuh-Nya, dan semua musuh Tuhan adalah iblis. Pemimpin atasan yang menyebutku Iblis tua yang tak pernah berubah sepenuhnya benar. Itulah natur dan esensiku. Saat ada masalah, aku hanya melawan, menantang, dan menolak kebenaran, menjalankan tugas sesuai watakku yang rusak dan jahat. Bagaimana mungkin aku tak melawan Tuhan dan menyinggung watak-Nya? Bagaimana bisa aku menghindari kritik? Saat itu aku sadar bahwa dipangkas dan ditangani seperti itu adalah kebenaran Tuhan. Meskipun disingkap dan dikritik melukai harga diriku dan aku sulit menerimanya, ini membantu melihat naturku yang congkak dan memberi sedikit rasa hormat kepada Tuhan.

Lalu, aku membaca beberapa firman Tuhan yang memberiku pemahaman dan penegasan akan keadaanku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Apa pun yang sedang mereka lakukan, antikristus selalu memiliki tujuan dan niat mereka sendiri, mereka selalu bertindak sesuai dengan rencana mereka sendiri, dan sikap mereka terhadap pengaturan dan pekerjaan rumah Tuhan adalah, 'Engkau boleh punya seribu rencana, tapi aku punya satu aturan'; semua ini ditentukan oleh natur antikristus. Dapatkah antikristus mengubah mentalitas mereka dan bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran? Itu sama sekali tidak mungkin, kecuali Yang di Atas memaksa mereka, dan jika itulah yang terjadi, mereka mampu melakukannya sedikit, dengan rasa enggan dan terpaksa. Hanya ketika mereka merasa akan tersingkap dan diganti jika mereka tidak melakukan apa pun, barulah mereka dapat melakukan sedikit pekerjaan nyata. Inilah sikap antikristus terhadap penerapan kebenaran: jika itu bermanfaat bagi mereka, jika semua orang akan memuji dan mengagumi mereka karenanya, mereka pasti akan menerapkannya, dan akan berusaha keras demi penampilan mereka. Jika menerapkan kebenaran tidak bermanfaat bagi mereka, jika tidak seorang pun melihatnya, dan pemimpin tingkat tinggi tidak hadir, maka pada saat-saat seperti itu mereka sama sekali tidak akan menerapkan kebenaran. Dalam hal menerapkan kebenaran, mereka melakukannya berdasarkan konteks dan waktu, berdasarkan apakah hal itu bisa dilakukan di depan umum atau tidak, berdasarkan seberapa besar manfaatnya; mereka sangat cerdik dan cerdas dalam hal-hal seperti itu, dan jika sesuatu tidak ada manfaatnya bagi mereka atau mereka tak bisa memamerkan diri, itu tidak bisa diterima. Mereka tidak melakukan pekerjaan apa pun jika upaya mereka tidak diakui, jika tak seorang pun melihat seberapa banyak yang telah mereka lakukan. Jika pekerjaan itu diatur langsung oleh rumah Tuhan, dan mereka tidak punya pilihan selain melakukannya, mereka tetap akan mempertimbangkan apakah ini akan menguntungkan status dan reputasi mereka. Jika itu baik untuk status dan dapat meningkatkan reputasi, mereka pun mengerahkan semua yang mereka miliki ke dalam pekerjaan ini dan mengerjakannya dengan baik; mereka merasa seperti pepatah sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui, Jika tidak bermanfaat bagi status atau reputasi mereka, dan jika melakukannya dengan buruk dapat merusak citra mereka, mereka memikirkan cara atau alasan untuk menghindarinya. Tugas apa pun yang mereka laksanakan, mereka selalu berpegang pada prinsip yang sama: mereka harus mendapatkan keuntungan. Jenis pekerjaan yang paling antikristus sukai adalah ketika mereka tidak dirugikan, ketika mereka tidak perlu menderita atau membayar harga apa pun, dan ada manfaat bagi reputasi dan status mereka. Singkatnya, apa pun yang mereka lakukan, antikristus terlebih dahulu memikirkan kepentingan mereka sendiri, dan mereka hanya bertindak setelah mereka memikirkan semuanya; mereka tidak menaati kebenaran dengan sungguh-sungguh, dengan tulus, dengan mutlak dan dengan tidak berkompromi, tetapi melakukannya secara selektif dan bersyarat. Lalu apa syaratnya? Syaratnya status dan reputasi mereka harus terlindungi, dan tidak boleh sedikit pun dirugikan. Hanya setelah syarat ini dipenuhi, barulah mereka akan memutuskan dan memilih apa yang harus dilakukan. Artinya, antikristus memikirkan dengan serius bagaimana cara memperlakukan prinsip-prinsip kebenaran, amanat Tuhan, dan pekerjaan rumah Tuhan, atau bagaimana menangani hal-hal yang mereka hadapi. Mereka tidak memikirkan bagaimana memenuhi kehendak Tuhan, bagaimana menjaga agar tidak merugikan kepentingan rumah Tuhan, bagaimana memuaskan Tuhan, atau bagaimana memberi manfaat bagi saudara-saudari; semua ini bukanlah hal-hal yang mereka pikirkan. Apa yang antikristus pikirkan? Mereka memikirkan apakah status dan reputasi mereka sendiri akan terpengaruh, dan apakah gengsi mereka akan menurun atau tidak. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan prinsip kebenaran bermanfaat bagi pekerjaan gereja dan saudara-saudari, tetapi akan menyebabkan reputasi mereka sendiri dirugikan dan menyebabkan banyak orang menyadari tingkat pertumbuhan mereka yang sebenarnya serta mengetahui natur dan esensi seperti apa yang mereka miliki, mereka pasti tidak akan bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran. Jika melakukan pekerjaan nyata akan membuat lebih banyak orang mengagumi, menghormati, dan memuja mereka, atau memungkinkan perkataan mereka memiliki otoritas dan membuat lebih banyak orang tunduk kepada mereka, maka mereka akan memilih untuk melakukannya dengan cara itu; jika tidak, mereka tidak akan pernah memilih untuk mengabaikan kepentingan mereka sendiri karena memikirkan kepentingan rumah Tuhan atau saudara-saudari. Inilah natur dan esensi antikristus" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Tiga)). Firman Tuhan menunjukkanku bahwa menentang dan tersinggung saat masalah Saudari Zhang diungkit, dan tidak setuju jika dia digantikan tidak hanya karena watak yang congkak. Tersembunyi di balik itu adalah motifku yang egois dan keji. Aku menolak menerima saran pimpinan agar reputasi dan statusku terlindungi. Kedua pemimpin itu benar tentang Saudari Zhang. Dia kurang cocok jadi pengawas dan telah menghambat pekerjaan Injil. Seharusnya aku segera memecatnya, tapi aku mencari banyak alasan menghalangi agar nama dan statusku terjaga. Alhasil, kedua pemimpin gereja tak tahu bagaimana mengatur dengan benar, jadi pekerjaan Injil cukup lama terkena dampaknya. Kecongkakan dan kegagalanku menaati pekerjaan gereja, dan hanya memikirkan nama dan statusku memengaruhi pekerjaan Injil dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Aku mengganggu pekerjaan gereja. Aku memberi janji palsu untuk menaati pekerjaan gereja, tapi nyatanya, hanya mementingkan reputasi dan statusku. Selama aku bisa melindungi pendirianku, sekalipun orang yang kupilih punya masalah dan menghambat pekerjaan gereja, aku menutup mata. Aku rela mengorbankan kepentingan gereja demi melindungi statusku. Bukankah itu perilaku antikristus? Melalui penghakiman dan wahyu firman Tuhan aku melihat natur dan esensi anti-Tuhan, dan melihat motifku yang tercela dan jahat. Saat itu, aku sedikit takut, dan siap bertobat kepada Tuhan, agar tak lagi berbuat jahat dan melawan Dia dengan kecongkakan.

Dalam kebaktian, aku membaca firman Tuhan yang memberiku jalan penerapan. "Ketika orang lain menyuarakan pendapat yang berbeda, penerapan apa yang dapat kaulakukan untuk membuatmu tidak bersikap semaunya dan gegabah? Engkau harus terlebih dahulu memiliki sikap rendah hati, mengesampingkan apa yang kauyakini benar, dan membiarkan semua orang menyampaikan persekutuan. Meskipun engkau percaya jalanmu itu benar, engkau tidak boleh tetap bersikeras mempertahankannya. Itu adalah semacam peningkatan; hal itu menunjukkan sikap yang mencari kebenaran, menyangkal dirimu sendiri, dan memenuhi kehendak Tuhan. Begitu engkau memiliki sikap ini, pada saat yang sama ketika engkau tidak mengikuti pendapatmu sendiri, engkau harus berdoa, mencari kebenaran dari Tuhan, dan kemudian mencari dasar di dalam firman Tuhan—menentukan bagaimana bertindak berdasarkan firman Tuhan. Inilah penerapan yang paling cocok dan akurat. Ketika orang mencari kebenaran dan mengangkat suatu masalah dengan cara semua orang bersekutu bersama-sama dan mencari jawabannya, pada saat itulah Roh Kudus akan memberikan pencerahan. Tuhan mencerahkan orang sesuai dengan prinsip, Dia memperhatikan sikapmu. Jika engkau dengan keras kepala berpegang pada pendapatmu, entah pandanganmu benar atau salah, Tuhan akan menyembunyikan wajah-Nya darimu dan mengabaikanmu; Dia akan membuatmu menemui jalan buntu, Dia akan menyingkapkanmu dan mengungkapkan keadaanmu yang buruk. Sebaliknya, jika sikapmu benar, tidak bersikeras dengan caramu, tidak merasa diri benar, tidak bertindak semaunya dan gegabah, tetapi bersikap mencari dan menerima kebenaran, jika engkau mempersekutukan hal ini dengan semua orang, maka Roh Kudus mulai bekerja di antaramu, dan mungkin Dia akan menuntunmu untuk memperoleh pemahaman melalui perkataan seseorang. Terkadang, ketika Roh Kudus mencerahkanmu, Dia membawamu untuk memahami inti dari suatu masalah hanya dengan beberapa kata atau frasa, atau dengan memberimu suatu pengertian. Engkau segera menyadari bahwa apa pun yang selama ini telah kaupegang teguh adalah keliru, dan, pada saat yang sama, engkau memahami cara yang paling tepat untuk bertindak. Setelah mencapai taraf seperti itu, sudahkah engkau berhasil menghindarkan dirimu melakukan kejahatan dan menanggung akibat dari suatu kesalahan? Bagaimana hal semacam itu dicapai? Ini hanya tercapai jika engkau memiliki hati yang takut akan Tuhan, dan jika engkau mencari kebenaran dengan hati yang taat. Setelah engkau menerima pencerahan Roh Kudus dan menentukan prinsip mana yang harus kauterapkan, penerapanmu akan sesuai dengan kebenaran, dan engkau akan mampu memenuhi kehendak Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan memberiku jalan penerapan. Agar tak salah melakukan tugas atau mengganggu pekerjaan gereja, aku harus mencari kebenaran saat ada masalah, punya hati yang menghormati Tuhan, bekerja sama dengan orang lain, mengesampingkan diri, berdoa, dan mencari, saat menemui pendapat yang berbeda. Hanya itu cara mendapat pekerjaan Roh Kudus, melakukan dengan benar, dan mengurangi kesalahan. Memahami ini membuatku tercerahkan dan tahu langkah selanjutnya. Lalu aku memecat Saudari Zhang dan memilih pengawas baru. Lambat laun pekerjaan Injil jadi lebih baik. Tapi aku lebih menyesal dan bersalah saat melihat hasilnya. Aku benci kecongkakan dan sikapku yang mempertahankan Saudari Zhang, mengganggu pekerjaan gereja dan melakukan pelanggaran. Aku berdoa, berharap mencari kebenaran dalam segala hal dan tak lagi keras kepala dan hidup dalam kecongkakan.

Tak lama kemudian, aku menghadapi masalah lain. Aku memberi saran dalam diskusi kerja dengan sejumlah diaken Injil, dan saat aku berbicara, semua menimpali perkataanku untuk menyangkalnya. Aku merasa sedikit terhina dan heran, apakah perkataanku sungguh tak masuk akal? Apakah semua yang dikatakan mereka benar? Apa pandangan mereka tentangku sebagai pemimpin, jika semua pendapatku ditolak? Mereka pasti menganggapku tak paham kebenaran dan kurang penerapan. Akankah mereka tetap mendengarkanku? Akankah aku masih dianggap pemimpin oleh mereka? Memikirkan ini, aku ingin membela harga diriku dan kembali menyangkal pandangan orang lain. Lalu aku merasa sangat bersalah, sadar bahwa keadaanku tidak baik. Aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, "Ya Tuhan, aku tahu mereka benar, tapi harga diriku terluka dan aku ingin melindungi reputasi dan statusku lagi. Mohon awasi dan bantu aku menerima saran mereka yang benar, mengikuti prinsip kebenaran dan tidak hidup dalam kerusakan." Aku membaca firman Tuhan ini setelah berdoa: "Orang harus mendiskusikan semua yang mereka lakukan dengan orang lain. Dengarkanlah dahulu apa yang orang lain katakan. Jika pandangan sebagian besar orang benar dan sesuai dengan kebenaran, engkau harus menerimanya dan tunduk padanya. Apa pun yang kaulakukan, jangan menggunakan perkataan muluk-muluk. Perkataan muluk-muluk tidak pernah merupakan hal yang baik, di kelompok orang mana pun. ... Tugas dan kebebasanmu adalah untuk berpartisipasi dan bekerja sama, untuk memberikan saran, dan mengungkapkan pandanganmu. Namun, ketika keputusan akhir dibuat, jika engkau seorang diri yang mengeluarkan keputusan akhir, membuat semua orang melakukan apa yang kaukatakan dan bertindak sesuai keinginanmu, artinya engkau sedang melanggar prinsip. ... Jika tidak ada apa pun yang jelas bagimu dan engkau tidak memiliki pandangan, belajarlah mendengarkan dan taat, belajarlah mencari kebenaran. Inilah tugas yang harus kaulaksanakan; ini adalah sikap yang jujur. Jika orang tidak memiliki pandangannya sendiri tetapi selalu takut terlihat bodoh, merasa tidak mampu menonjolkan diri, merasa takut dipermalukan; jika mereka takut diberhentikan oleh orang lain dan tidak memiliki status di hati orang, dan karena itu mereka selalu berusaha terlihat paling menonjol dan selalu berkata muluk-muluk, membuat pernyataan absurd yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang mereka ingin orang lain terima—apakah orang itu sedang melaksanakan tugas mereka? (Tidak.) Apa yang sedang mereka lakukan? Mereka sedang bersikap destruktif" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan mencerahkan. Berpartisipasi dalam pekerjaan, memberi pendapat dan saran adalah bagian dari tugas dan tanggung jawabku, tapi membuat orang lain mematuhi dan mendengarkanku adalah bentuk kocongkakan. Dalam diskusi kerja, setiap orang berhak menyampaikan pendapat, dan kita harus memilih yang sesuai dengan prinsip kebenaran dan bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Itu sikap menerima kebenaran. Setelah itu, aku mulai menerapkan kebenaran, dan saat ada perbedaan pendapat dalam diskusi kerja, aku akan mencari tahu lebih jauh ide orang-orang agar sama-sama sepakat untuk diterapkan. Aku ingat, aku pernah menangani satu hal sendiri dan merasa tidak nyaman. Melalui doa dan refleksi, aku sadar belum berdiskusi dengan rekanku untuk mencapai konsensus, dan itu pendekatan yang salah. Aku membuka diri dalam persekutuan bahwa aku congkak, dan tak pernah berdiskusi sebelum memutuskan. Tindakanku tak masuk akal, dan aku akan berubah dan tak lagi melakukannya. Aku pun meminta semua orang mengawasiku. Dengan mengesampingkan diri dan menerapkan kebenaran seperti ini membuat pikiranku tenang.

Aku menerapkannya dalam beberapa diskusi kerja, dan semua berjalan lebih baik tanpa ada kesalahan nyata. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Peristiwa ini mengajarkan jika kita tidak congkak dalam tugas dan mampu bekerja sama dengan baik, kita bisa mendapat pekerjaan Roh Kudus dan lebih mudah menyelesaikan sesuatu. Aku kini paham watakku yang rusak, congkak dan merasa paling benar. Aku bisa menerapkan kebenaran dan telah sedikit berubah. Ini kasih dan keselamatan Tuhan. Hanya penghakiman, ganjaran, pemangkasan, dan penanganan Tuhan yang bisa mengubah dan membersihkan orang.

Selanjutnya: Tugas Tak Terelakkan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait