Setelah Digantikan

12 Oktober 2020

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Tuhan bekerja dalam diri setiap orang, dan apa pun cara-Nya, jenis orang, perkara dan hal-hal yang Dia gunakan dalam pelayanan-Nya, atau seperti apa pun nada firman-Nya, Dia hanya memiliki satu tujuan: menyelamatkanmu. Sebelum menyelamatkanmu, Dia perlu mengubahmu, jadi bagaimana itu bisa terjadi tanpa engkau sedikit menderita? Engkau harus menderita. Penderitaan ini dapat melibatkan banyak hal. Tuhan membangkitkan orang-orang, perkara-perkara, dan hal-hal di sekitarmu agar engkau akhirnya dapat mengenal dirimu sendiri, atau engkau langsung ditangani, dipangkas, dan disingkapkan. Sama seperti seseorang di meja operasi—engkau harus menjalani rasa sakit untuk mendapatkan hasil yang baik" ("Untuk Mendapatkan Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). "Berkali-kali gagal dan jatuh bukanlah hal yang buruk; demikian pula halnya dengan disingkapkan. Baik engkau pernah ditangani, dipangkas, ataupun disingkapkan, engkau harus mengingat hal ini setiap saat: disingkapkan tidak berarti bahwa engkau dihukum. Disingkapkan adalah hal yang baik; ini adalah kesempatan terbaik bagimu untuk mengenal dirimu sendiri. Ini bisa membawa perubahan pada pengalaman hidupmu. Tanpa penyingkapan, engkau tidak akan memiliki kesempatan, keadaan, maupun konteks yang memampukanmu untuk mencapai pemahaman tentang kenyataan kerusakanmu. Jika engkau dapat mengenal hal-hal yang ada di dalam dirimu, semua aspek yang tersembunyi jauh di dalam dirimu, yang sulit untuk dikenali dan sulit untuk digali, ini adalah hal yang baik. Menjadi mampu untuk sungguh-sungguh mengenal dirimu sendiri adalah kesempatan terbaik bagimu untuk memperbaiki jalanmu dan menjadi manusia yang baru; inilah kesempatan terbaik bagimu untuk memperoleh kehidupan baru. Begitu engkau benar-benar mengenal dirimu sendiri, engkau akan dapat melihat bahwa saat kebenaran menjadi hidup seseorang, itu sungguh sebuah hal yang berharga, dan engkau akan menjadi haus akan kebenaran dan masuk ke dalam realitas. Ini adalah hal yang luar biasa! Jika engkau dapat meraih kesempatan ini dan dengan sungguh-sungguh merenungkan dirimu sendiri serta mendapatkan pengetahuan yang benar tentang dirimu sendiri setiap kali engkau gagal atau jatuh, maka di tengah-tengah sikap negatif dan kelemahan, engkau akan mampu bangkit kembali. Setelah melewati ambang batas ini, engkau akan mampu mengambil langkah maju yang besar dan memasuki kebenaran kenyataan" ("Untuk Mendapatkan Kebenaran, Engkau Harus Belajar dari Orang-Orang, Perkara-Perkara, dan Hal-Hal di Sekitarmu" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Melalui firman Tuhan, aku dapat memahami bahwa bagaimanapun Tuhan bekerja dalam diri seseorang, apakah itu penghakiman dan pemurnian, dipangkas dan ditangani, atau digantikan dalam tugas mereka, itu semua dilakukan agar mereka merenungkan dan mengenal diri mereka sendiri, sehingga watak mereka dapat berubah.

Ketika aku baru menjadi orang percaya selama beberapa bulan, aku teringat dengan persekutuan yang disampaikan Saudari Zhao, seorang pemimpin, sungguh mencerahkan, dan pandai menyelesaikan masalah-masalah praktis. Aku sangat mengaguminya dan berpikir, "Betapa luar biasanya jika aku sampai pada titik di mana aku bisa seperti Saudari Zhao, menyelesaikan masalah saudara-saudari melalui mempersekutukan kebenaran!" Selama beberapa waktu, setiap kali aku mendengar tentang seseorang yang terpilih sebagai pemimpin atau diaken aku merasa kesal, merindukan hari saat aku akan berada di posisi mereka. Setelah itu, aku mulai bersungguh-sungguh dalam makan, minum, dan merenungkan firman Tuhan, dan aku membuat catatan renungan. Aku berpartisipasi dengan antusias dalam semua pekerjaan gereja.

Beberapa tahun kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Aku dan Saudari Liu berbagi tanggung jawab untuk pekerjaan gereja. Setiap kali aku melihat masalah dalam pekerjaan gereja atau saudara-saudari menghadapi kesulitan dalam tugas mereka, aku akan mencari Saudari Liu untuk membahasnya dan mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Setelah beberapa bulan, kami mulai melihat hasil-hasil yang nyata dalam pekerjaan gereja, dan pemimpinku memintaku untuk membagikan apa yang kupelajari kepada semua orang di pertemuan rekan-rekan sekerja. Aku sangat senang melihat betapa pemimpin menghargaiku, dan betapa saudara-saudari mengagumiku. Tanpa kusadari, aku mulai pamer di pertemuan. Aku selalu mempersekutukan bagaimana aku menyiram dan mendukung saudara-saudari, bagaimana aku menyelesaikan masalah, bagaimana aku menderita dalam tugasku, harga yang telah kubayar, dan bagaimana pekerjaan gereja menjadi sukses, langkah demi langkah. Ini membuat beberapa saudara-saudari mengagumi dan memujiku, jadi ketika mereka menghadapi masalah mereka tidak berfokus untuk berdoa dan mencari kebenaran, melainkan langsung datang menemuiku. Aku merasa semakin yakin bahwa aku adalah pemimpin yang hebat. Kupikir keberhasilan dalam pekerjaan gereja sebagian besar karena kerja kerasku sendiri, jadi aku mulai sedikit meremehkan Saudari Liu dan aku tidak mau mendengarkan sarannya. Aku saja yang mengambil keputusan akhir dalam pekerjaan gereja. Ketika aku melihat bahwa Saudari Liu merasa sedikit terkekang olehku, aku tidak merenungkan diriku sendiri dan bahkan menyombongkan diri dalam suatu pertemuan: "Meskipun aku dan Saudari Liu sama-sama bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, dia cenderung bersikap negatif dan pasif dalam tugasnya, jadi aku yang harus mengurus segalanya dan benar-benar membayar harganya. Aku benar-benar khawatir tentang Saudari Liu. Jika ini terus berlanjut, aku khawatir pekerjaan gereja akan terganggu." Saudara-saudari mengatakan bahwa aku bertanggung jawab dan memikul beban dalam tugasku. Aku sangat senang mendengar ini, dan aku menikmati dukungan dan kekaguman mereka.

Beberapa hari kemudian, seorang saudari menyadari apa masalahku dan memperingatkanku, "Saudari, kuperhatikan belakangan ini kau tidak banyak bersekutu tentang pengalaman praktismu, seperti kerusakan atau pemberontakan macam apa yang kau singkapkan dalam menghadapi suatu masalah, bagaimana kau merenungkan dan mengenal dirimu sendiri, atau bagaimana kau mencari kebenaran untuk menyelesaikan segala sesuatu, dan bagaimana kau berubah pada akhirnya. Aku hampir tak pernah mendengarmu berbicara tentang hal-hal itu. Kebanyakan, kau mempersekutukan bagaimana kau menyelesaikan masalah orang lain dan bagaimana kau menderita, yang hanya membuat orang lain mengagumi dan memujamu. Kau tidak berada di jalan yang benar. Jangan buang waktu—renungkan dirimu sendiri!" Namun aku sama sekali tidak mau mendengar apa pun yang dikatakannya. Kupikir, "Semua persekutuanku adalah tentang pengalaman pribadiku yang sebenarnya. Saudara-saudari sependapat denganku karena aku mampu menyelesaikan masalah dengan kebenaran. Bagaimana kau bisa mengatakan orang lain memujaku, dan bahwa aku tidak berada di jalan yang benar? Kau mengatakan itu hanya karena kau merasa iri kepadaku, bukan?" Pada saat itu, aku dimabukkan dengan ketenaran dan status dan hatiku mati rasa dan keras. Seiring berjalannya waktu, aku merasa hatiku semakin gelap, dan aku tidak mampu lagi memahami atau menyelesaikan keadaan atau kesulitan orang lain dalam tugas mereka. Akhirnya aku diberhentikan dari tugasku sebagai pemimpin karena aku tidak mampu melakukan pekerjaan praktis.

Setelah itu, aku merasa sama sekali tidak memiliki kekuatan, dan aku tidak ingin menghadapi kenyataan. Aku menjadi sangat negatif sehingga aku bahkan tidak ingin menghadiri pertemuan. Aku merasa terlalu malu untuk bertemu saudara-saudari. Sebelumnya, aku adalah orang yang memimpin pertemuan dan menyampaikan persekutuan kepada orang lain, tetapi sekarang akulah yang menerima persekutuan. Aku khawatir tentang bagaimana orang lain akan memandang diriku. Semakin aku memikirkannya, aku menjadi semakin kesal dan tertekan. Aku tidak bisa fokus dalam pertemuan dan bahkan terkadang aku tertidur. Aku sangat lemah dan negatif, dan merasa aku telah ditinggalkan Tuhan. Aku tak mampu menahan tangis dan berlutut kepada Tuhan dalam doa: "Ya Tuhan! Aku sangat menderita. Aku tak mau hidup dalam keadaan seperti ini. Ya Tuhan, kumohon bimbingan dan penyelamatan-Mu. Aku bersedia merenungkan dan mengenal diriku dengan sungguh-sungguh."

Setelah berdoa, aku menonton video pembacaan firman Tuhan. "Dalam upaya yang engkau semua lakukan, ada terlalu banyak gagasan, harapan dan cita-cita yang bersifat individual. Pekerjaan saat ini adalah untuk menangani keinginanmu memiliki status serta hasratmu yang muluk-muluk. Harapan, status, dan gagasan, semuanya itu merupakan representasi klasik dari watak Iblis. ... Sekarang, engkau semua adalah para pengikut dan telah memperoleh sedikit pemahaman tentang tahap pekerjaan ini. Namun, engkau semua belum mengesampingkan hasratmu akan status. Ketika statusmu tinggi, engkau semua mencari dengan baik, tapi ketika statusmu rendah, engkau semua tidak mau lagi mencari. Berkat-berkat yang berkaitan dengan status selalu ada dalam pikiranmu. Mengapa sebagian besar orang tidak dapat melepaskan diri mereka dari sikap yang negatif? Bukankah jawabannya selalu akibat prospek yang suram? ... Semakin engkau mencari dengan cara seperti ini, semakin sedikit yang akan engkau tuai. Semakin kuat keinginan seseorang untuk meraih status, semakin serius dirinya harus ditangani dan semakin berat pemurnian yang harus mereka alami. Orang-orang semacam itu tidak layak! Mereka harus ditangani dan dihakimi sepantasnya supaya mereka mau melepaskan hasratnya akan hal-hal tersebut. Jika engkau semua mengejar dengan cara seperti ini sampai pada akhirnya, engkau tidak akan menuai apa pun. Mereka yang tidak mengejar kehidupan tidak dapat diubah, dan mereka yang tidak haus akan kebenaran tidak akan memperoleh kebenaran. Engkau tidak berfokus mengejar perubahan pribadi dan pada jalan masukmu, sebaliknya engkau selalu berfokus pada keinginan-keinginan yang berlebihan dan hal-hal yang menghalangi dirimu untuk mengasihi Tuhan serta menghalangimu untuk semakin dekat dengan Dia. Dapatkah semua hal itu mengubah dirimu? Dapatkah semua itu membawamu masuk ke dalam Kerajaan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?").

Firman Tuhan sepenuhnya menyingkapkan motif dan gagasanku tentang mengejar status dalam kepercayaanku. Aku teringat ketika aku baru saja menjadi orang percaya. Aku sangat mengagumi para pemimpin dan merindukan hari di mana aku bisa menjadi seorang pemimpin dan dikagumi. Ketika akhirnya aku menjadi seorang pemimpin, aku melakukan tugasku dari fajar hingga senja, senang melakukannya betapapun melelahkannya. Ketika aku merasa dihargai pemimpin dan dikagumi saudara-saudari, Aku menjadi jauh lebih termotivasi. Dalam pertemuan, aku selalu pamer, memamerkan betapa aku bekerja dengan cepat, betapa aku menderita, dan aku bahkan meremehkan Saudari Liu dan meninggikan diriku sendiri sehingga orang-orang akan memujaku. Setelah aku digantikan sebagai pemimpin dan tidak memiliki status apa pun, aku segera jatuh ke dalam jurang kenegatifan yang tidak bisa kuhindari. Diperhadapkan dengan fakta, aku menyadari bahwa aku tidak mengejar kebenaran atau melakukan tugasku dalam kepercayaanku, tetapi aku mengejar status. Ketika aku memiliki status, aku memiliki dorongan, tetapi tanpa itu, aku jatuh ke dalam kenegatifan. Aku bahkan menganggap diriku sebagai orang yang tidak ada harapan. Aku menyadari betapa seriusnya keinginanku akan status. Bagaimana pengejaran semacam itu bisa membuatku mendapatkan kebenaran dan penyelamatan Tuhan? Dahulu aku berpikir bahwa aku cukup baik, bahwa aku memahami beberapa kebenaran dan memenuhi syarat untuk menjadi seorang pemimpin. Aku tak pernah membayangkan akan menjadi sangat negatif setelah digantikan. Saat itulah aku menyadari bahwa aku tidak memiliki kenyataan kebenaran atau tingkat pertumbuhan apa pun. Aku hanya selalu berbicara kepada orang-orang tentang kata-kata dan doktrin kosong. Aku sama sekali tidak mengenal diriku sendiri—aku sama sekali tidak memiliki pemahaman tentang diriku sendiri. Jika aku tidak diberhentikan dari tugasku, aku akan tetap tidak merenungkan dan mengenal diriku sendiri, tetapi akan mengejar status, tetap berada di jalan yang menentang Tuhan. Itu hanya bisa menghalangi pekerjaan rumah Tuhan dan merusak jalan masuk kehidupan saudara-saudariku. Akhirnya aku sadar bahwa digantikan sebagai seorang pemimpin merupakan penghakiman Tuhan yang adil dan Tuhan melindungiku. Tuhan sedang menangani keinginanku akan status, membuatku menyadari bahwa aku berada di jalan yang salah sehingga aku bisa bertobat kepada-Nya. Menyadari hal ini memberiku perasaan bebas.

Setelah itu, aku membaca lebih banyak firman Tuhan yang menyingkapkan pengejaran manusia akan ketenaran dan status, dan beberapa bagian firman benar-benar menginspirasi diriku. "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" ("Cara Mengenal Natur Manusia" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). "Sebagian orang bahkan mencuri atau menghambur-hamburkan uang persembahan, atau mengutuk Tuhan dalam hatinya, sementara yang lain mungkin menggunakan kedudukan mereka untuk berulang kali bersaksi tentang diri mereka sendiri, meninggikan diri mereka, dan bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan orang dan status. Mereka menggunakan berbagai metode dan cara untuk membuat orang-orang memuja mereka, terus-menerus mencoba memenangkan hati orang dan mengendalikan mereka. Beberapa orang bahkan dengan sengaja menyesatkan orang agar berpikir bahwa mereka adalah Tuhan, sehingga mereka dapat diperlakukan seperti Tuhan. Mereka tidak akan pernah memberitahu seseorang bahwa mereka telah rusak—bahwa mereka juga rusak dan sombong, dan orang-orang tidak perlu memuja mereka, dan sebaik apa pun mereka melakukan sesuatu, semuanya itu karena peninggian dari Tuhan dan toh mereka melakukan apa yang memang harus mereka lakukan. Mengapa mereka tidak mengatakan hal-hal ini? Karena mereka sangat takut kehilangan tempat mereka di hati orang-orang. Itulah sebabnya orang-orang semacam ini tidak pernah meninggikan Tuhan dan tidak pernah menjadi saksi bagi Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I").

Firman Tuhan menyingkapkan kepadaku bahwa manusia selalu mengejar ketenaran dan status, dan tidak meninggikan atau memberi kesaksian tentang Tuhan. Sebaliknya mereka selalu pamer dan membuat orang lain memuja dan mengerumuni mereka karena watak jahat mereka, dan ini dikutuk dan dihukum Tuhan. Bukankah Paulus adalah contoh yang sempurna untuk itu? Dia suka memiliki status dan otoritas serta sangat berfokus pada kedudukan dan martabat. Dalam surat-suratnya, dia sering memberi kesaksian tentang berapa banyak pekerjaan yang telah dia lakukan, berapa banyak penderitaan ditanggungnya untuk Tuhan, dan berkata bahwa dia tidak kurang dari para rasul lainnya. Kerja keras dan harga yang dia bayar bukanlah demi mengejar kebenaran atau melakukan tugas makhluk ciptaan, tetapi demi memenuhi ambisinya sendiri, untuk dipuja oleh orang lain, dan akhirnya harus diberi upah dan dimahkotai. Itulah sebabnya watak hidupnya sama sekali tidak berubah setelah bertahun-tahun bekerja keras, dan akhirnya dia kehilangan nalarnya dalam kecongkakannya, bersaksi bahwa baginya, hidup adalah Kristus. Dia memiliki pengharapan yang tidak realistis yaitu menggantikan posisi Tuhan Yesus sehingga orang akan mengikuti dan meniru dia. Dia sangat menyinggung watak Tuhan. Paulus memiliki natur jahat yang sangat congkak dan sombong. Segala yang dia lakukan adalah demi memuaskan ambisinya sendiri, dan itu semua bertentangan dengan Tuhan. Dia berada di jalan seorang antikristus yang menentang Tuhan, yang dihukum dan dikutuk Tuhan. Ada pun aku, ketika aku berprestasi sedikit dalam tugasku, aku bersyukur kepada Tuhan atas bimbingan-Nya, tetapi dalam hatiku, aku mengambil semua pujian bagi diriku sendiri. Aku dengan berani mencuri kemuliaan Tuhan, pamer di setiap kesempatan, menyombongkan diri tentang seberapa cepatnya aku bekerja dan menderita, dan berapa banyak masalah yang telah kuselesaikan agar orang lain akan mengagumiku. Ketika aku melihat Saudari Liu menjadi negatif dan lemah, aku membantu dan mendukungnya secara lahiriah, tetapi dalam hatiku, aku menghakimi dan menghinanya. Aku bahkan meremehkannya dalam pertemuan sambil meninggikan diriku, ingin saudara-saudari mengagumi dan mendengarkanku. Seorang saudari memang melihat masalahku dan membantu memperingatkanku karena kasih, tetapi aku dengan keras kepala menolak untuk menerimanya. Aku bahkan berpikir dia sedang meremehkanku, bahwa dia merasa iri kepadaku. Aku menyadari betapa menjadi sangat tidak masuk akalnya diriku. Aku tidak berfokus pada tugasku untuk mempersekutukan kebenaran untuk meninggikan dan memberi kesaksian tentang Tuhan, melainkan aku pamer dan melindungi statusku sendiri di setiap kesempatan agar aku dikagumi. Aku menyadari betapa congkak dan sombongnya naturku. Aku sedang hidup dalam natur jahat sepenuhnya, dan aku sedang berjalan di jalan antikristus dalam penentangan terhadap Tuhan yang Paulus tempuh. Aku tahu jika aku tidak bertobat, aku akan dikutuk dan disingkirkan Tuhan. Pemikiran ini membuatku takut. Aku bergegas datang ke hadapan Tuhan dalam doa, bersedia mengejar kebenaran dan bertobat kepada Tuhan. Setelah itu, aku makan dan minum firman Tuhan lebih lagi, serta merenungkan dan mengenal tentang diriku sendiri. Aku menyelidiki motif dan niatku di balik tindakanku. Ketika diperhadapkan dengan masalah, aku berfokus pada menerapkan firman Tuhan, dan keadaanku berangsur-angsur membaik.

Sebulan kemudian, seorang pemimpin mengatur agar aku melakukan tugas sebagai tuan rumah, dan pada awalnya aku tidak terlalu senang. Ketika aku menjadi seorang pemimpin, orang lain akan menjamuku, tetapi sekarang aku yang akan menjadi tuan rumah bagi orang lain. Beda sekali! Namun kemudian kupikir, "Bukankah itu berarti aku masih mengejar ketenaran dan status? Menjamu saudara-saudari mungkin tidak tampak seperti sesuatu yang istimewa, tetapi itu adalah tugasku, tanggung jawab, dan kewajibanku. Aku seharusnya tidak memiliki pilihan atau tuntutanku sendiri, tetapi harus tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan." Jadi, aku setuju. Dua hari kemudian, pemimpin membawa dua saudari ke rumahku. Aku segera melihat bahwa aku telah melakukan tugasku bersama dua saudari ini sebelumnya. Wajahku langsung memerah dan aku merasa sangat canggung, seolah-olah aku berada pada status yang lebih rendah daripada mereka. Kami berbasa-basi, kemudian aku pergi ke dapur untuk membuat makanan. Saat memasak, aku mengenang ketika aku melakukan tugasku bersama para saudari itu. Aku memimpin pertemuan dan menyampaikan persekutuan kepada mereka. Aku tak pernah membayangkan mereka akan menjadi pemimpin sekarang sementara aku di rumah menjalankan tugas sebagai tuan rumah. Aku merasa sangat resah. Kemudian aku menyadari bahwa aku kembali berfokus pada ketenaran dan status, jadi aku bergegas berdoa dan berseru kepada Tuhan, dan kemudian aku teringat dengan bagian firman-Nya ini: "Sebagai salah satu makhluk ciptaan, manusia harus berperilaku sesuai dengan statusnya sendiri, dan berperilaku dengan penuh tanggung jawab. Dengan patuh menjaga apa yang dipercayakan kepadamu oleh Sang Pencipta. Jangan bertindak di luar batas, atau melakukan hal-hal di luar jangkauan kemampuanmu atau yang menjijikkan bagi Tuhan. Jangan berusaha menjadi orang hebat, atau menjadi manusia super, atau berada di atas orang lain, jangan berusaha menjadi Tuhan. Ini adalah hal-hal yang seharusnya tidak diinginkan oleh orang. Berusaha menjadi orang hebat atau manusia super itu tidak masuk akal. Berusaha untuk menjadi Tuhan lebih memalukan lagi; itu hal yang menjijikkan, dan tercela. Apa yang patut dipuji, dan apa yang harus terus dilakukan oleh makhluk ciptaan lebih dari apa pun, adalah menjadi makhluk ciptaan yang sejati; ini adalah satu-satunya tujuan yang harus dikejar oleh semua orang" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik I"). Ketika aku merenungkan firman Tuhan, aku memahami bahwa Tuhan tidak menginginkan orang-orang yang hebat dan sombong, tetapi makhluk ciptaan yang tulus. Dengan atau tanpa status, dia hanya bisa tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan, menjadi orang yang jujur, dan menjunjung tinggi tugas yang memenuhi kehendak Tuhan. Tuhan menakdirkanku untuk menjadi rumput kecil, dan aku harus tunduk tanpa berusaha menjadi pohon besar, melakukan pekerjaanku sebagai rumput kecil dengan baik, dan melakukan tugasku dengan baik. Aku teringat masa-masa ketika aku menjadi seorang pemimpin. Tampaknya ada kemuliaan di dalamnya, tetapi aku tidak berfokus mengejar kebenaran. Sebaliknya, aku selalu mengejar ketenaran dan status. Aku berpuas diri, merasa lebih hebat daripada orang lain, menjadi semakin congkak, Hidup dalam watak jahat dan memuakkan Tuhan. Sekarang aku melakukan tugas sebagai tuan rumah, yang tidak terlalu penting, tetapi mampu melaksanakan tanggung jawab dan tugasku sendiri membuatku merasa jauh lebih damai dan tenang. Merenungkan itu semua, aku tidak lagi merasa menjadi tuan rumah membuatku berada pada status yang lebih rendah. Aku mampu tunduk dari lubuk hatiku.

Setelah makan siang, kami bertiga mengadakan pertemuan. Aku membuka diri dalam persekutuan tentang apa yang kupelajari dalam tugasku selama waktu itu, dan mereka juga mempersekutukan pengalaman mereka sendiri. Itu benar-benar membebaskan bagiku, dan aku tidak lagi merasa terikat dengan ketenaran dan status. Itulah pengalamanku menjadi seorang pemimpin dan kemudian digantikan. Syukur kepada Tuhan!

Selanjutnya: Hati yang Dibebaskan

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Jalan Penginjilan

Aku ingat ketika pertama kali aku belajar untuk memberitakan Injil, aku bertemu dengan Saudara Xu di Hubei, seorang anggota Gereja Great...