Lebih Berbahagia Memberi daripada Menerima

16 Desember 2024

Beberapa tahun yang lalu, para pemimpin gereja mengatur agar aku membuat video. Mereka saat itu juga mengatakan bahwa tim pembuatan video kekurangan orang, jadi mereka akan memberiku tanggung jawab utama untuk pekerjaan ini. Ketika aku mendengar ini, aku sangat gembira, dan berpikir dalam hati, "Sepertinya para pemimpin cukup menghargaiku. Jika aku melakukan pekerjaan video ini dengan baik, saudara-saudari pasti juga akan memiliki pendapat yang baik tentangku." Jadi, aku langsung setuju. Setelah beberapa waktu, karena aku membuat cukup banyak video, semua saudara-saudariku menghormatiku. Aku sering merasa sangat senang karena bisa melaksanakan tugas ini, dan aku merasa seolah aku adalah bakat yang langka di dalam gereja. Meskipun aku cukup sibuk, harus bergadang setiap hari, dan tugas ini sendiri cukup membosankan, aku gembira, dan sama sekali tidak merasa lelah.

Tak lama kemudian, para pemimpin mengatur agar Saudara Zachary datang dan mempelajari teknik produksi video denganku. Aku melihat bahwa dia memiliki pikiran yang tajam dan cepat belajar, dan aku juga mendengar Saudara Jonathan, yang menghadiri pertemuan bersama kami, mengatakan bahwa Zachary memiliki kualitas yang baik, yang membuatku merasa agak tidak nyaman, dan berpikir dalam hati, "Zachary adalah orang yang cepat belajar. Jika dia melampauiku, bukankah dia akan lebih menonjol dariku? Jika dia menjadi lebih terampil dariku, dan semua orang memujinya, di mana posisiku nanti? Aku harus menyembunyikan beberapa trik darinya, aku tidak bisa mengajarkan semua yang kuketahui kepadanya, jika tidak, sang 'murid' akan bisa mengalahkan 'gurunya'." Untuk mencegah Zachary belajar terlalu cepat, aku mulai dengan hanya menunjukkan kepadanya caraku membuat video, tetapi aku menahan diri untuk tidak memberitahunya tentang detail dan hal-hal penting dari proses tersebut. Beberapa hari kemudian, aku memintanya menonton beberapa tutorial yang relevan dan kemudian membiarkannya kesulitan berlatih sendiri. Aku berkata kepadanya bahwa seperti inilah caraku belajar, dan bahwa dia hanya akan bisa membuat video jika dia berlatih dengan baik. Dia mengikuti instruksiku dan menghabiskan hari-harinya dengan kesulitan berlatih sendiri. Sebenarnya, aku tidak pernah berniat mengajarinya cara membuat video. Aku bahkan berpikir, "Aku tidak akan mengajarimu teknik apa pun, kau bisa menonton beberapa tutorial sendiri. Jika kau tidak bisa mempelajari apa pun dan akhirnya tidak mampu melakukan apa pun, para pemimpin tentunya akan mengirimmu pergi."

Beberapa waktu berlalu, dan Zachary masih belum bisa membuat video sendiri karena kemajuannya yang sangat lambat, dan dia mulai merasa agak negatif. Saat melihat ini, diam-diam aku merasa senang, dan berpikir, "Baguslah jika kau tidak bisa mempelajari apa-apa. Begitu para pemimpin melihat ini, mereka akan mengatur agar kau melaksanakan tugas lain, dengan begitu, aku tidak perlu khawatir lagi akan ada yang melampauiku." Namun, kemudian aku berpikir, "Zachary sudah bersikap negatif selama beberapa hari ini. Jika aku tidak membantunya, akankah dia mengatakan bahwa aku tidak memiliki kemanusiaan yang baik dan tidak memiliki rasa simpati?" Agar dia tidak berpikir bahwa aku sengaja menghambatnya dan tidak mengajarinya teknik apa pun, aku datang kepadanya, pura-pura menghiburnya, mengatakan, "Saudaraku, jangan khawatir, pelan-pelan saja. Mempelajari teknik-teknik ini membutuhkan waktu. Ketika aku baru mulai, aku juga harus menonton banyak video tutorial. Masih ada banyak video yang harus dibuat. Dengan lebih banyak latihan, kau pasti akan mampu membuat video sendiri." Di hadapannya, aku tampak seolah peduli pada Zachary, tetapi di belakangnya, aku membicarakan semua kekurangan kecilnya di depan Jonathan, membuat Jonathan mengembangkan sikap antipati terhadapnya dan ikut mengucilkan serta mengasingkannya denganku. Aku berpikir bahwa selama kami semua mengabaikan Zachary, dia tidak akan mampu bertahan dan akan meminta untuk pergi atas kemauannya sendiri, dan dengan begitu, aku tidak perlu melaksanakan tugas bersamanya. Namun, Zachary tidak pernah berkata ingin pergi, dan sikapku terhadapnya pun menjadi makin buruk. Sering kali, aku bahkan tidak mau mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Belakangan, Jonathan melihat bahwa masalahku cukup serius, jadi dia bersekutu denganku dan memintaku untuk bekerja sama secara harmonis dengan Zachary. Aku juga merasa bahwa aku sudah keterlaluan dan merasa agak bersalah. Aku merasa bahwa tidak seharusnya aku memperlakukannya seperti itu, tetapi aku masih takut dia akan melampauiku jika dia mempelajari beberapa keterampilan, jadi aku tetap enggan mengajarinya. Belakangan, karena dia masih belum bisa membuat video sendiri, para pemimpin mengatur agar dia pergi dan melaksanakan tugas lain. Setelah dia pergi, aku tidak merasa sebahagia yang kubayangkan. Aku justru merasakan ketidaknyamanan yang sulit untuk kujelaskan. Aku tidak bisa merasakan hadirat Tuhan, hatiku dipenuhi kegelapan, dan aku merasa seperti hidup dalam kebingungan. Aku tidak memiliki ide-ide bagus saat membuat video dan bahkan masalah-masalah sederhana pun membuatku bingung, sehingga video-video itu sering kali harus dikerjakan ulang. Aku merasa tertekan dan menderita, dan semangatku dalam melaksanakan tugasku juga tidak sebesar sebelumnya. Belakangan, aku mencari dan berterus terang tentang keadaanku kepada saudara-saudariku. Mereka berkata bahwa aku terlalu mementingkan reputasi dan status, bahwa aku memiliki watak congkak, dan aku tidak memiliki kemanusiaan yang baik. Rasanya sangat tidak nyaman mendengar kata-kata ini, tetapi akhirnya aku mulai merenungkan diriku sendiri. Aku benar-benar sudah kelewatan dalam caraku memperlakukan Zachary dan ini bukanlah sesuatu yang akan dilakukan oleh orang yang percaya kepada Tuhan. Aku benar-benar tidak memiliki kemanusiaan!

Di saat inilah, aku mulai membaca firman Tuhan yang mengungkapkan aspek ini dalam keadaan orang-orang. Suatu hari, aku membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Ada orang-orang yang selalu takut orang lain lebih baik daripada mereka atau mengungguli mereka, takut orang lain akan dikenali sedangkan mereka diabaikan, dan ini membuat mereka menyerang dan mengucilkan orang lain. Bukankah ini contoh perasaan iri terhadap orang-orang yang berbakat? Bukankah itu egois dan hina? Watak macam apa ini? Ini adalah watak yang jahat! Orang-orang yang hanya memikirkan kepentingan mereka sendiri, yang hanya memuaskan keinginan egois mereka sendiri, tanpa memikirkan orang lain atau tanpa memikirkan kepentingan rumah Tuhan memiliki watak yang buruk, dan Tuhan tidak mengasihi mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak"). "Masing-masing dari antaramu telah naik ke tempat tertinggi di antara orang banyak; engkau telah naik sehingga menjadi nenek moyang orang banyak. Engkau bersikap sangat seenaknya dan berlari liar di antara semua belatung mencari tempat yang tenang dan berusaha memangsa belatung yang lebih kecil daripadamu. Engkau jahat dan kejam dalam hatimu, melebihi bahkan hantu-hantu yang telah tenggelam ke dasar laut. Engkau hidup di dasar tumpukan sampah, mengganggu belatung-belatung dari atas sampai ke dasar sampai mereka tidak merasakan kedamaian, saling berkelahi satu sama lain sebentar dan kemudian tenang. Engkau semua tidak tahu tempatmu, tetapi engkau tetap berkelahi dengan sesamamu di tumpukan sampah. Apa yang bisa engkau dapatkan dari pergumulan seperti itu? Jika engkau semua benar-benar memiliki hati yang takut akan Aku, bagaimana engkau bisa berkelahi dengan sesamamu di belakang-Ku? Seberapa pun tingginya statusmu, bukankah engkau sebenarnya adalah cacing kecil yang bau di tumpukan sampah? Akankah engkau mampu menumbuhkan sayap dan menjadi burung merpati di langit?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Ketika Daun-daun yang Berguguran Kembali ke Akarnya, Engkau Akan Menyesali Semua Kejahatan yang Telah Engkau Perbuat"). Setiap firman Tuhan tentang penghakiman menusuk hatiku, terutama ketika aku membaca firman Tuhan yang mengatakan "merasa iri terhadap orang-orang yang berbakat", "bersikap seenaknya", dan "jahat serta kejam dalam hatimu", aku benar-benar merasa seolah Tuhan berada di hadapanku, menyingkapkan diriku. Aku telah melihat bahwa Zachary memiliki pikiran yang tajam dan dia dapat belajar dengan cepat, jadi aku khawatir dia akan melampauiku serta merebut posisiku setelah dia mempelajari semua keterampilan ini. Untuk melindungi statusku, aku tidak hanya menolak untuk mengajarinya, tetapi aku juga sengaja menghambatnya, menghalanginya belajar, dan mencoba memengaruhi Jonathan untuk mengucilkan dan mengasingkannya juga, agar dia merasa tugas ini terlalu sulit dan ingin pergi. Aku telah memperlakukan saudaraku sebagai musuh untuk melindungi reputasi dan statusku. Ketika melihat bahwa perlakuanku menyebabkan saudaraku menjadi negatif hingga tidak mau belajar lagi, aku bukan hanya tidak merenungkan diriku sendiri, melainkan malah merasa senang. Aku bahkan berharap agar dia segera pergi. Jonathan menunjukkan masalahku kepadaku, tetapi karena aku begitu keras kepala dan sangat mementingkan statusku sendiri, aku tidak pernah benar-benar merenungkan diri sendiri. Akibatnya, Zachary tetap tidak bisa membuat video sendiri dan akhirnya dipindahkan ke tugas lain. Aku benar-benar egois, tercela, dan jahat!

Setelah itu, aku membaca firman Tuhan yang mengatakan: "Antikristus mengambil alih segala sesuatu dari rumah Tuhan dan semua milik gereja, dan memperlakukannya sebagai milik pribadi mereka, yang semuanya dikelola oleh mereka, dan mereka tidak mengizinkan orang lain pun ikut campur dengannya. Satu-satunya yang antikristus pikirkan ketika melaksanakan pekerjaan gereja adalah kepentingan mereka sendiri, status mereka sendiri dan martabat mereka sendiri. Mereka tidak mengizinkan siapa pun merugikan kepentingan mereka, apalagi membiarkan siapa pun yang berkualitas atau siapa pun yang mampu menyampaikan kesaksian pengalaman mereka yang mengancam reputasi dan status mereka. ... Ketika ada orang yang menonjol setelah melakukan sedikit pekerjaan, atau ketika ada orang yang mampu menyampaikan kesaksian pengalaman yang nyata, dan pilihan Tuhan mendapatkan manfaat, pendidikan, dan dukungan darinya, dan itu mendatangkan banyak pujian dari semua orang, maka iri hati dan benci pun tumbuh dalam hati antikristus, dan mereka berusaha untuk menyingkirkan dan menindas orang itu. Dalam keadaan apa pun, mereka tidak mengizinkan orang-orang seperti itu untuk melakukan pekerjaan apa pun, demi menghalangi orang-orang itu agar tidak mengancam status mereka. ... antikristus berpikir dalam hatinya, 'Tidak mungkin aku menerima hal ini. Kau ingin memiliki peran dalam wilayah kekuasaanku, bersaing denganku. Itu tidak mungkin; jangan pernah berpikir kau bisa melakukannya. Kau lebih berpendidikan daripadaku, kau lebih pandai bicara daripadaku, lebih populer daripadaku, dan kau mengejar kebenaran jauh lebih tekun daripadaku. Jika aku bekerja sama denganmu dan kau mencuri perhatian yang seharusnya kumiliki, lalu apa yang akan kulakukan?' Apakah mereka memikirkan kepentingan rumah Tuhan? Tidak" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Satu)). Firman Tuhan mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan status dan membuat orang lain menghormati dirinya, antikristus menggunakan segala cara yang mereka punya untuk menekan dan mengucilkan siapa pun yang bisa mengancam status mereka, dan mereka sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja. Aku melihat bahwa tindakanku adalah tindakan antikristus dan bahwa aku telah melaksanakan tugasku hanya untuk memperoleh kekaguman dari orang lain. Aku takut bahwa Zachary akan melampauiku dan mengambil posisiku setelah dia mempelajari beberapa keterampilan, jadi aku tidak mengajarinya, dan menghakimi serta mengucilkannya di belakangnya. Aku menganggap pekerjaan gereja ini sebagai usahaku sendiri. Aku ingin berbuat sesukaku, bertindak sewenang-wenang, dan menggunakan segala cara yang kumiliki untuk menyerang dan mengucilkan siapa pun yang mungkin dapat menjadi ancaman bagi statusku. Aku tidak mempertimbangkan kepentingan gereja sama sekali. Hasratku akan status benar-benar menguasai diriku, dan aku pun kehilangan nalarku! Sekarang adalah waktu yang krusial untuk menyebarkan Injil kerajaan. Kami harus membuat lebih banyak video untuk memberikan kesaksian tentang kemunculan dan pekerjaan Tuhan. Andai saja aku telah mengajarkan semua yang kuketahui kepada Zachary, dia akan dapat menampilkan bakatnya, dan andai saja kami bisa bekerja sama dengan harmonis, kecepatan kami dalam membuat video akan meningkat, dan kami akan dapat memberikan upaya kecil untuk menyebarkan Injil kerajaan, sehingga melaksanakan tanggung jawab dan tugas kami. Namun, aku hanya memikirkan tentang bagaimana kehadiran seorang rekan baru akan menjadi ancaman bagi statusku. Aku hanya memedulikan reputasi dan statusku sendiri, dan aku tidak memikirkan maksud Tuhan atau memikirkan bagaimana dampaknya bagi pekerjaan gereja, juga tidak memikirkan perasaan saudaraku. Aku lebih memilih menunda tugas daripada membiarkan statusku terpengaruh. Aku benar-benar egois dan tidak memiliki kemanusiaan! Aku bersedia melakukan apa saja demi reputasi dan statusku, bahkan walau harus mengorbankan kepentingan gereja. Aku sedang menempuh jalan antikristus!

Suatu hari, selama waktu teduh, aku membaca lebih banyak firman Tuhan: "Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, karena mengejar status adalah watak Iblis, itu adalah jalan yang salah, itu lahir dari perusakan Iblis, itu adalah sesuatu yang dikutuk oleh Tuhan, dan itu adalah hal yang Tuhan hakimi dan tahirkan. Tuhan paling benci ketika orang mengejar status, tetapi engkau tetap dengan penuh semangat bersaing untuk mendapatkan status, engkau tak henti-hentinya menghargai dan melindunginya, selalu berusaha mengambilnya untuk dirimu sendiri. Dan pada dasarnya, bukankah semua ini bertentangan dengan Tuhan? Status tidak ditetapkan untuk manusia oleh Tuhan; Tuhan membekali manusia dengan jalan, kebenaran, dan hidup, dan pada akhirnya menjadikan mereka makhluk ciptaan yang layak, makhluk ciptaan kecil dan tidak begitu berarti—bukan seseorang yang memiliki status dan gengsi serta dihormati oleh ribuan orang. Oleh karena itu, dari sudut pandang mana pun, pengejaran akan status adalah jalan buntu. Betapapun masuk akalnya alasanmu untuk mengejar status, jalan ini tetaplah jalan yang salah dan tidak diperkenan oleh Tuhan. Sekeras apa pun engkau berusaha atau sebesar apa pun harga yang kaubayar, jika engkau menginginkan status, Tuhan tidak akan memberikannya kepadamu; jika status tidak diberikan oleh Tuhan, engkau akan gagal dalam perjuangan untuk mendapatkannya, dan jika engkau terus berjuang untuk mendapatkan status, hanya akan ada satu hasil: engkau akan disingkapkan dan disingkirkan, dan engkau akan menemui jalan buntu" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan (Bagian Tiga)). Setelah membaca firman Tuhan yang tegas, aku menyadari bahwa watak benar Tuhan tidak boleh disinggung, dan saat memikirkan apa yang telah kulakukan, hatiku dipenuhi dengan ketakutan. Tuhan membenci dan jijik pada pengejaranku akan status, dan itu adalah jalan menuju kematian yang pasti! Jika gereja tidak memberiku kesempatan untuk berlatih membuat video, dan tanpa bimbingan dari Tuhan, bagaimana aku bisa mempelajari semua keterampilan ini? Gereja telah mengatur agar aku mengajari Zachary, dan aku seharusnya mengajarinya semua yang kuketahui serta bekerja sama dengannya untuk melaksanakan tugas dengan baik. Hanya inilah cara yang selaras dengan maksud Tuhan. Tuhan berharap agar aku mampu mengejar kebenaran saat melaksanakan tugasku, agar aku bisa menyingkirkan watak-watak rusakku, dan mampu melaksanakan tugas yang harus kulaksanakan demi memuaskan Tuhan. Hanya inilah jalan yang benar dan yang seharusnya kukejar dalam imanku kepada Tuhan. Namun aku tidak mengejar kebenaran dalam imanku. Sebaliknya, aku mengandalkan racun-racun Iblis seperti "Hanya boleh ada satu laki-laki alfa" dan "Begitu murid mengetahui semua yang diketahui gurunya, guru itu pun akan kehilangan mata pencahariannya" dalam menjalani hidupku. Aku menganggap keterampilan yang kumiliki sebagai milik pribadiku, dan aku enggan mengajarkannya kepada saudara-saudari lain karena takut mereka akan melampauiku dan aku akan kehilangan status serta kekaguman orang lain. Aku mengucilkan dan menghambat orang lain untuk mengokohkan statusku. Aku benar-benar tidak memiliki hati nurani dan nalar! Aku memikirkan semua antikristus yang telah diusir dari gereja. Mereka semua ingin menjadi penguasa tunggal dalam gereja, dan untuk melindungi status mereka, mereka bersedia menyerang dan mengucilkan siapa pun yang mereka anggap sebagai ancaman bagi status mereka. Sebesar apa pun kerugian yang mereka timbulkan pada orang lain atau sebesar apa pun gangguan dan kerugian yang mereka timbulkan pada pekerjaan gereja, mereka sama sekali tidak peduli. Pada akhirnya, karena semua kejahatan yang telah mereka lakukan, mereka disingkirkan oleh Tuhan. Aku melihat bahwa watak yang terungkap dari tindakanku tidak jauh berbeda dengan watak antikristus, yaitu egois dan jahat; Tuhan membenci dan jijik padanya. Pemikiran ini membuatku sangat ketakutan, dan aku sangat merasa bersalah serta menyesal. Aku tersungkur di hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku telah bersalah; aku telah dibutakan oleh status, kehilangan nalar, dan merugikan saudaraku. Tuhan, aku seharusnya tidak melakukan ini, dan aku bersedia untuk bertobat. Jika aku melakukannya lagi, mohon disiplinkan aku."

Belakangan, para pemimpin mengatur agar dua saudara lain datang dan bekerja sama denganku. Mereka memintaku untuk mengajari kedua saudara tersebut dan berkata bahwa ini akan mempercepat kemajuan pekerjaan video serta membantuku karena aku dapat membagikan sebagian beban pekerjaanku. Ketika mendengar ini, aku berpikir, "Jadi mereka mengatur dua orang sekaligus untuk datang dan belajar; jika aku mengajari mereka semua yang kuketahui, akankah mereka segera melampauiku?" Aku merasa agak khawatir dan enggan, tetapi untuk menyelamatkan mukaku, aku tidak punya pilihan selain setuju untuk mengajari kedua saudara itu. Namun saat aku benar-benar mengajari mereka, aku masih enggan untuk membagikan poin-poin penting dan hal-hal utama yang telah kukuasai. Aku tetap ingin menyembunyikan hal-hal tertentu dan hanya mengajari mereka teknik-teknik dasar. Namun, saat aku berpikir untuk melakukannya dengan cara ini, aku merasa sangat gelisah, dan merasa bahwa apa yang kulakukan itu egois, tercela, dan tidak memiliki kemanusiaan. Kemudian, aku membaca firman Tuhan: "Orang tidak percaya memiliki sejenis watak rusak tertentu. Ketika mereka mengajarkan suatu pengetahuan profesional atau keterampilan kepada orang lain, mereka berpikir, 'Begitu murid mengetahui semua yang diketahui gurunya, guru itu pun akan kehilangan mata pencahariannya. Jika aku mengajarkan semua yang kuketahui kepada orang lain, maka tak seorang pun akan menghormati atau mengagumiku lagi dan aku akan sama sekali kehilangan statusku sebagai seorang guru. Ini tidak dapat diterima. Aku tidak boleh mengajari mereka semua yang kuketahui, aku harus menahan sesuatu. Aku akan mengajari mereka hanya delapan puluh persen dari apa yang kuketahui dan menyimpan sisanya; inilah satu-satunya cara untuk memperlihatkan bahwa keterampilanku lebih unggul daripada keterampilan orang lain.' Watak macam apakah ini? Ini adalah watak yang licik. Ketika mengajar orang lain, membantu mereka, atau membagikan sesuatu yang kaupelajari kepada mereka, bagaimanakah seharusnya sikapmu? (Aku harus berusaha sebaik mungkin dan tidak boleh menahan sesuatu.) Bagaimana agar orang tidak menahan sesuatu? Jika engkau berkata, 'Aku tidak menahan apa pun yang telah kupelajari, dan tidak masalah bagiku untuk memberitahukan tentang hal itu kepada engkau semua. Bagaimanapun, kualitasku lebih tinggi daripada kualitas kalian, dan aku masih bisa memahami hal-hal yang lebih tinggi'—itu artinya engkau masih menahan sesuatu dan bersikap penuh perhitungan. Atau jika engkau berkata, 'Aku akan mengajari kalian hal-hal dasar yang telah kupelajari, itu bukan masalah besar. Aku masih memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, dan sekalipun kalian mempelajari semua ini, kalian tetap saja tidak akan secanggih diriku'—itu berarti engkau masih menahan sesuatu. Jika orang sangat egois, mereka tidak akan mendapatkan berkat Tuhan. Orang harus belajar untuk memikirkan maksud-maksud Tuhan. Engkau harus menyumbangkan hal-hal terpenting dan esensial yang telah kaupahami untuk rumah Tuhan, sehingga umat pilihan Tuhan mampu mempelajari dan menguasai hal-hal tersebut—itulah satu-satunya cara untuk mendapatkan berkat Tuhan, dan Dia akan mengaruniakan jauh lebih banyak kepadamu. Sebagaimana dikatakan, 'Lebih berbahagia memberi daripada menerima.' Engkau harus mengabdikan seluruh bakat dan karuniamu kepada Tuhan, memperlihatkannya dalam pelaksanaan tugasmu agar semua orang dapat memperoleh manfaat, dan mencapai hasil dalam tugas mereka. Jika engkau menyumbangkan seluruh karunia dan bakatmu, itu akan bermanfaat bagi semua orang yang melaksanakan tugas itu, dan bagi pekerjaan gereja. Jangan hanya memberi tahu orang hal-hal sederhana lalu menganggap apa yang telah kaulakukan itu sudah cukup baik atau menganggap engkau tidak menahan apa pun—engkau tidak boleh melakukan hal seperti ini. Engkau hanya mengajarkan beberapa teori atau hal-hal yang dapat dipahami orang secara harfiah, sedangkan pokok-pokok yang penting dan mendasar tak mampu dipahami oleh pemula. Engkau hanya memberikan garis besarnya, tanpa menjabarkan atau merincinya, sambil tetap berpikir dalam hatimu, 'Yah, bagaimanapun juga, aku telah memberitahukannya kepadamu, dan aku tidak bermaksud menahan apa pun. Jika engkau tidak mengerti, itu karena kualitasmu terlalu buruk, jadi jangan salahkan aku. Kita lihat saja bagaimana Tuhan akan membimbingmu sekarang.' Pemikiran seperti ini mengandung kelicikan, bukan? Bukankah itu egois dan tercela? Mengapa engkau tidak mau mengajarkan kepada orang-orang segala sesuatu yang ada di hatimu dan semua yang engkau pahami? Mengapa engkau malah menahan pengetahuan? Ini adalah masalah dengan niat dan watakmu. Ketika kebanyakan orang pertama kali diperkenalkan pada beberapa aspek khusus dari pengetahuan profesional, mereka hanya mampu memahami makna harfiahnya; mereka perlu berlatih selama jangka waktu tertentu sebelum dapat memahami pokok-pokok dan esensi utamanya. Jika engkau telah memahami pokok-pokok dan esensi utama ini, engkau harus memberitahukannya kepada orang lain secara langsung; jangan membuat mereka mengambil jalan memutar dan menghabiskan begitu banyak waktu untuk memahami semua itu. Ini adalah tanggung jawabmu; itulah yang harus engkau lakukan. Engkau bukan saja tidak akan menahan apa pun, dan engkau bukan saja tidak bersikap egois, jika engkau memberi tahu mereka apa yang kauyakini sebagai esensi dan poin utamanya. Ketika engkau semua mengajarkan keterampilan kepada orang lain, menyampaikan kepada mereka tentang keahlianmu, atau mempersekutukan jalan masuk kehidupan, jika engkau tidak mampu membereskan aspek egois dan tercela dari watak rusakmu, engkau tidak akan mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, yang berarti dalam hal ini, engkau bukanlah orang yang memiliki kemanusiaan, hati nurani, dan nalar, atau bukan orang yang menerapkan kebenaran. Engkau harus mencari kebenaran untuk membereskan watak rusakmu, dan mencapai titik di mana engkau tidak memiliki motif yang egois, dan engkau hanya memikirkan maksud-maksud Tuhan. Dengan cara demikian, engkau akan memiliki kenyataan kebenaran. Sungguh melelahkan jika orang tidak mengejar kebenaran dan hidup berdasarkan watak Iblis seperti orang tidak percaya. Persaingan merajalela di antara orang-orang tidak percaya. Menguasai esensi dari suatu keterampilan atau profesi bukanlah hal yang mudah, dan begitu orang lain mengetahuinya, dan menguasainya, mata pencaharian orang akan terancam. Untuk melindungi mata pencaharian itu, orang didorong untuk bertindak dengan cara ini—mereka harus selalu bersikap waspada. Apa yang telah mereka kuasai adalah mata uang mereka yang paling berharga, itu adalah mata pencaharian mereka, modal mereka, sumber kehidupan mereka, dan mereka tidak boleh membiarkan orang lain menguasainya. Namun, engkau percaya kepada Tuhan—jika engkau berpikir seperti ini dan bertindak seperti ini di rumah Tuhan, engkau tidak ada bedanya dengan orang tidak percaya. Jika engkau sama sekali tidak menerima kebenaran, dan terus hidup berdasarkan falsafah Iblis, engkau bukanlah orang yang benar-benar percaya kepada Tuhan. Jika engkau selalu memiliki motif yang egois dan berpikiran picik saat melaksanakan tugasmu, engkau tidak akan menerima berkat Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa falsafah Iblis "Begitu murid mengetahui semua yang diketahui gurunya, guru itu pun akan kehilangan mata pencahariannya" adalah aturan yang dilaksanakan oleh orang-orang tidak percaya, dan itu adalah cara bertindak yang egois dan tercela. Saat saudara-saudari melaksanakan tugas bersama, mereka mengandalkan kekuatan satu sama lain untuk menutupi kelemahan masing-masing, dan mereka bekerja sama untuk melaksanakan tugas dengan baik. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, aku seharusnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan firman Tuhan. Aku tidak bisa mengandalkan watak rusakku untuk melakukan apa pun yang kuinginkan. Aku harus membiarkan saudara-saudari belajar dengan baik, mengajarkan mereka hal-hal utama dan penting dalam membuat video tanpa menyembunyikan apa pun. Aku harus mencegah agar mereka tidak mengambil jalan memutar saat belajar supaya mereka bisa segera memulai produksi video. Inilah tanggung jawab dan tugas yang seharusnya kulaksanakan. Inilah maksud Tuhan. Setelah menyadari hal ini, ketika tiba waktunya untuk mengajar saudara-saudari lagi, aku mengajari mereka semua hal penting dan utama yang sudah kukuasai. Setelah beberapa waktu, mereka mulai mengalami kemajuan dalam produksi video. Karena ada tambahan dua orang yang membantu, efisiensi tugas kami juga meningkat. Terlebih lagi, selama aku mengajar saudara-saudara tersebut, keterampilanku sendiri menjadi makin kokoh dan kuat. Aku belajar bahwa hanya dengan melepaskan niatku yang egois dan tercela, menerapkan kebenaran, memikirkan cara untuk melaksanakan tugasku dengan baik, dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya dengan cara yang akan bermanfaat bagi pekerjaan gereja serta bagaimana bertindak dengan cara yang akan membantu saudara-saudari, barulah aku merasakan ketenangan dan kedamaian.

Ketika mengingat masa lalu, aku menyadari bahwa dahulu aku hidup berdasarkan racun-racun Iblis, dan bahwa aku egois dan jahat. Tindakan dan perilakuku tidak membawa manfaat bagi saudara-saudariku, ataupun bagi pekerjaan gereja, sebaliknya, itu semua mengganggu dan merusak, dan benar-benar melukai hati Tuhan. Firman Tuhan-lah yang membuatku memahami betapa jahat dan egoisnya diriku, dan membuatku memahami apa yang dimaksud dengan kemanusiaan yang normal, apa yang seharusnya dikejar oleh orang yang percaya kepada Tuhan, bagaimana mereka seharusnya berperilaku, dan di saat bersamaan, firman Tuhan memberiku pemahaman yang nyata tentang watak benar Tuhan. Ketika aku keras kepala, memberontak, dan hidup dalam watak rusakku, Tuhan menyembunyikan wajah-Nya dariku, tetapi ketika aku bertobat dan mengakui dosa-dosaku kepada Tuhan serta bertindak selaras dengan firman-Nya, Dia mulai bekerja pada diriku lagi serta menggunakan firman-Nya untuk mencerahkan dan menerangiku agar aku dapat mengenal diriku sendiri. Aku menyadari betapa nyata dan praktisnya keselamatan dari Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait