Menuai Tuaian dari Dipangkas dan Ditangani
Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani penghakiman dan hajaran, penderitaan dan pemurnian oleh firman Tuhan, atau ditangani, didisiplinkan, dan dipangkas oleh firman-Nya. Hanya setelah itulah mereka dapat mencapai ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, dan tidak lagi bersikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Melalui pemurnian oleh firman Tuhan-lah, watak manusia berubah. Hanya melalui penyingkapan, penghakiman, pendisiplinan, dan penanganan oleh firman-Nya mereka tidak akan lagi berani bertindak gegabah, tetapi sebaliknya akan menjadi mantap dan tenang. Hal yang paling penting adalah mereka mampu untuk tunduk pada firman Tuhan zaman sekarang dan pekerjaan-Nya, bahkan sekalipun firman dan pekerjaan itu tidak sejalan dengan pemahaman manusia, mereka mampu menyingkirkan pemahaman tersebut dan dengan rela tunduk" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Wataknya Telah Berubah adalah Orang yang Telah Masuk ke dalam Kenyataan Firman Tuhan"). Ketika aku membaca Firman Tuhan ini sebelumnya, "Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani penghakiman dan hajaran, penderitaan dan pemurnian oleh firman Tuhan, atau ditangani, didisiplinkan, dan dipangkas oleh firman-Nya. Hanya setelah itulah mereka dapat mencapai ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, dan tidak lagi bersikap acuh tak acuh terhadap-Nya." Aku tidak bisa mengerti mengapa manusia tidak mampu mengubah watak mereka sendiri. Aku membaca firman Tuhan dengan sungguh-sungguh setiap hari, aku selalu menghadiri pertemuan tepat waktu, dan aku tunduk pada tugas apa pun yang diberikan kepadaku oleh gereja. Kupikir asalkan aku tidak berbuat dosa, melakukan tugasku dengan baik, telah menjadi orang percaya selama bertahun-tahun, dan telah banyak membaca firman Tuhan, maka pasti watakku yang rusak akan berubah. Mengapa aku masih harus dihakimi dan dihajar, serta dipangkas dan ditangani oleh Tuhan? Aku tidak pernah benar-benar memahami Firman Tuhan yang kubaca ini sampai setelah aku dipangkas dengan keras dan ditangani beberapa kali, dan merenungkan diriku sendiri. Baru setelah itulah aku memahami betapa dalamnya aku telah dirusak oleh Iblis, bahwa natur jahatku yang congkak dan sombong telah begitu mengakar dalam diriku, dan tanpa dihakimi dan dihajar, serta dipangkas dan ditangani oleh Tuhan, aku tidak akan pernah mengenal diriku sendiri, apalagi disucikan atau diubahkan.
Pada awal tahun 2016, aku sedang melakukan tugas seorang pemimpin gereja. Saat pertama kali aku memulai, aku benar-benar merasa masih banyak kekuranganku, jadi aku terus-menerus berdoa kepada Tuhan dan bersandar kepada-Nya dalam tugasku. Aku selalu mencari dan bersekutu bersama para rekan sekerja saat aku menghadapi masalah yang tidak kumengerti, dan aku bisa menerima saran orang lain. Aku cukup rendah hati. Setelah lebih dari enam bulan melakukan penerapan, aku telah memahami beberapa prinsip dan aku mampu membantu mengatasi kesulitan beberapa saudara-saudari dengan mempersekutukan kebenaran. Perlahan-lahan aku mulai jadi berpuas diri, berpikir, "Meskipun aku belum pernah menjadi pemimpin gereja sebelumnya, aku memiliki kualitas yang baik dan cepat memahami firman Tuhan. Setelah lebih banyak melakukan penerapan, aku yakin aku akan menjadi lebih baik." Kemudian aku diberi tanggung jawab untuk sebuah tugas penting dan menjadi semakin congkak. Aku adalah yang termuda di antara para rekan sekerjaku dan kepercayaanku kepada Tuhan belum lama bila dibandingkan dengan mereka, tetapi aku merasa bahwa aku pasti benar-benar berbakat karena dianggap mampu melakukan tugas yang sangat penting! Selama beberapa waktu, aku mengangkat kepalaku tinggi-tinggi bahkan ketika sedang berjalan, merasa sepertinya aku memiliki tugas paling penting dari semua orang, seakan-akan tak seorang pun yang mampu menyamai diriku. Seiring berjalannya waktu, aku menjadi semakin congkak. Dalam diskusi tentang pekerjaan gereja, ketika rekan-rekan sekerja memberikan saran, aku akan berpegang pada ideku sendiri, sambil berpikir, "Memangnya cara kalian lebih baik? Aku telah menangani hal-hal seperti ini sebelumnya, jadi bukankah aku memiliki pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip? Aku tahu cara terbaik untuk menangani masalah ini." Terkadang ketika saudari yang bekerja sama denganku menganggap sesuatu terlalu serius, aku akan kehilangan kesabaran, berpikir bahwa masalah sesederhana itu mudah untuk diatasi dan tidak perlu bersekutu dan mencari berulang kali. Terkadang dalam rapat dengan para rekan sekerja, aku melihat saran-saran saudari itu tidak disetujui oleh saudara-saudari lainnya, dan aku mulai memandang rendah dirinya. Kupikir, "Meskipun kau telah menjadi pemimpin lebih lama daripadaku, kau sama sekali tidak sebanding denganku." Suatu kali dia mengatakan kepadaku bahwa aku menunda-nunda mengerjakan tugasku, bahwa kemajuanku lambat. Aku tidak bisa menerimanya dan menjawab, "Aku tak mau menerima persekutuan darimu ini. Bukankah kau juga terlibat dalam pekerjaan ini? Bukankah kau juga bertanggung jawab untuk itu? Bagaimana kau bisa begitu tidak sadar diri dan hanya menyalahkan aku?" Setelah itu, aku bangkit berdiri dan berjalan keluar. Pemimpin kemudian mengetahui perilakuku dan menanganiku, mengatakan bahwa aku terlalu congkak. Aku hanya secara lisan mengakuinya dengan berkata, "Aku terlalu congkak, dan aku tidak menerima kebenaran." Aku tidak merenungkan diriku atau berusaha memahami natur dan esensiku, tetapi dalam tugasku, aku terus bersikap congkak, melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri. Pada waktu itu, aku memiliki beberapa rekan sekerja yang digantikan karena mereka tidak berkualitas dan mereka tidak mampu melakukan pekerjaan praktis. Namun aku tidak pernah khawatir akan diganti. Kupikir, "Aku sekarang adalah orang yang sangat berbakat di gereja dan aku bertanggung jawab untuk beberapa tugas. Tanpa diriku, apakah mereka dapat menemukan orang lain yang cocok dalam waktu singkat?" Tepat saat aku mulai menjadi sangat congkak, aku dipangkas dan ditangani dengan cukup keras.
Suatu hari, aku membaca beberapa artikel tentang pengalaman dan kesaksian yang ditulis oleh saudara-saudari yang kurasa agak dangkal. Aku menolak artikel mereka bahkan tanpa mendiskusikan masalah ini dengan siapa pun. Pemimpin benar-benar marah saat dia mengetahui hal ini. Dia bertanya kepadaku, "Mengapa kau menolak artikel-artikel bagus seperti itu? Apakah kau juga bahkan tidak mendiskusikannya dengan rekan-rekan sekerja?" Aku menjawab, "Tidak, pada saat itu aku hanya merasa artikel mereka dangkal." Tak lama setelah aku mengatakan ini, pemimpin menanganiku dengan tegas, dia berkata, "Meskipun artikel-artikel ini mungkin agak dangkal, tetapi pengalaman mereka nyata dan mereka menunjukkan pemahaman praktis. Artikel mereka mendidik kerohanian orang. Unsur-unsur itulah yang membuat artikel-artikel tersebut menjadi kesaksian pengalaman pribadi yang baik. Kau tidak mencari kebenaran dalam tugasmu, dan kau ceroboh dan congkak. Kau tidak memahami kebenaran atau mendiskusikan segala sesuatu dengan orang lain. Dengan begitu saja membuang artikel yang sangat bagus, menahan kesaksian saudara-saudari yang mengalami pekerjaan Tuhan, bukankah itu bodoh? Bukankah hal seperti itu yang akan Iblis lakukan? Yang kau lakukan hanya mengganggu pekerjaan gereja!" Aku telah dipangkas dan ditangani sebelumnya, tetapi tidak pernah sekeras itu. Kata-kata "bodoh", "Iblis", "mengganggu", "ceroboh dan congkak" terus bergema di kepalaku berulang-ulang, dan aku tak mampu menahan air mata. Aku merasa seperti kesulitan bernapas. Namun aku tetap merasa diperlakukan tidak adil. Meskipun waktu itu aku tidak membicarakannya dengan rekan-rekan sekerjaku, bukankah setelahnya aku memberi tahu mereka tentang hal itu? Tuhan benar-benar melihat ke dalam hati kita yang paling dalam. Tepat ketika aku sedang mencari-cari alasan, pemimpin melanjutkan tegurannya dengan tegas, "Kau melakukan segala sesuatu dengan sewenang-wenang. Kau bisa bertanya kapan pun kau tidak mengerti sesuatu atau mendiskusikannya dengan orang lain, tetapi kau juga tidak melakukan itu. Kau sangat congkak dan sama sekali tidak punya hati yang takut akan Tuhan!" Mendengar ini, aku dengan enggan tunduk. Jika aku memang benar-benar memiliki sedikit hati yang takut akan Tuhan, aku pasti akan melakukan pencarian firman sebelum mengambil tindakan, tetapi aku malah melakukan hal-hal yang kuinginkan tanpa meminta pendapat orang lain. Aku benar-benar congkak dan merasa diri benar.
Pemimpin melakukan penyelidikan terhadapku dan mendapati bahwa aku terlalu congkak, bahwa aku tidak memahami kebenaran, dan bahwa aku tidak cocok untuk tugas sepenting itu, sehingga aku digantikan. Aku benar-benar jatuh ke dalam keadaan negatif. Aku merasa bahwa pemimpin telah memahami diriku melalui masalah ini dan menganggap aku bukan seseorang yang mengejar kebenaran, bahwa aku sangat congkak, dan bahkan tak layak untuk diperlengkapi Kupikir aku tidak lagi memiliki prospek apa pun di rumah Tuhan. Aku menjadi semakin negatif, dan dipenuhi dengan kesalahpahaman. Aku merasa sepertinya aku telah menjadi Iblis. Bagaimana aku bisa diselamatkan? Kupikir saudara-saudari pasti menganggap bahwa aku bukan jenis orang yang benar, jadi apa gunanya melanjutkan pengejaran? Selama masa itu, meskipun aku dengan enggan tampak melakukan beberapa tugas, aku tidak mau mengejar kebenaran. Penanggung jawab tugas beberapa kali bersekutu denganku tentang kehendak Tuhan, tetapi aku tidak mau bertobat. Dia kemudian memangkas dan menanganiku, mengatakan bahwa aku dengan sengaja mempersulit semuanya dalam melakukan tugasku, selalu negatif, dan menentang Tuhan, dan jika aku tidak berubah, cepat atau lambat aku akan disingkirkan oleh Tuhan. Mendengar ini membuatku takut, dan aku menyadari betapa seriusnya situasi tersebut. Aku bergegas datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan mencari, dan merenungkan diriku sendiri. Selama enam bulan itu, mengapa aku tidak mampu dengan benar memperlakukan pemangkasan dan penanganan terhadap diriku? Sementara aku merenung, aku membaca Firman Tuhan ini: "Sebagian orang menjadi pasif setelah dipangkas dan ditangani; mereka kehilangan seluruh energi untuk menjalankan tugas mereka, dan akhirnya juga kehilangan kesetiaan mereka. Mengapa ini terjadi? Hal ini sebagian disebabkan karena kurangnya kesadaran akan esensi tindakan mereka, dan hal ini membuat mereka tidak mampu tunduk untuk dipangkas dan ditangani. Hal ini ditentukan oleh naturnya yang congkak dan sombong, serta tidak mencintai kebenaran. Hal ini sebagian lagi juga disebabkan karena mereka masih belum memahami makna penting dari pemangkasan dan penanganan. Semua orang yakin bahwa pemangkasan dan penanganan memiliki arti bahwa hasil-hasil mereka sudah ditetapkan. Sebagai akibatnya, mereka dengan keliru meyakini bahwa jika mereka memiliki sedikit kesetiaan kepada Tuhan, mereka seharusnya tidak ditangani dan dipangkas; dan, jika mereka ditangani, ini bukanlah tanda dari kasih dan kebenaran Tuhan. Kesalahpahaman semacam ini mengakibatkan banyak orang tidak berani 'setia' kepada Tuhan. Sebenarnya, kesimpulannya, ini karena mereka terlalu curang; mereka tidak mau menderita kesulitan. Mereka hanya ingin mendapatkan berkat dengan mudah. Manusia tidak menyadari akan kebenaran Tuhan. Bukannya Dia belum melakukan sesuatu yang benar atau Dia tidak sedang melakukan sesuatu yang benar; hanya saja manusia tidak pernah percaya bahwa apa yang Tuhan lakukan itu benar. Di mata manusia, jika pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan keinginan manusiawi mereka, atau jika hal itu tidak sejalan dengan apa yang mereka harapkan, maka Dia pastilah tidak benar. Kendati demikian, manusia tidak pernah tahu bahwa tindakan mereka tidak pantas dan tidak selaras dengan kebenaran, dan mereka juga tidak pernah menyadari bahwa tindakan mereka menentang Tuhan" ("Makna dari Tuhan Menentukan Kesudahan Manusia Melalui Kinerja Mereka" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah membaca penyingkapan dalam Firman Tuhan ini, aku akhirnya memahami bahwa alasan aku begitu negatif adalah karena aku terlalu congkak dan sombong dan tidak mengenali natur dari perilakuku sendiri. Kupikir aku hanya membuat sebuah kesalahan, bahwa menanganiku seperti itu kelihatannya terlalu berlebihan. Itu sebabnya aku tetap terjebak dalam kenegatifan, salah paham terhadap Tuhan dan bersikap membela diri. Sambil membaca firman Tuhan aku bertanya kepada diriku sendiri apakah aku benar-benar telah dipangkas dan ditangani dengan keras hanya untuk satu kesalahan. Ada prinsip-prinsip dalam cara rumah Tuhan menangani orang-orang. Itu semua didasarkan pada natur dan esensi manusia, dan perilaku umum mereka. Pemimpin menanganiku bukan tanpa alasan yang jelas. Jadi, masalah apa yang sesungguhnya ada di dalam diriku yang menyebabkan aku dipangkas dan ditangani dengan sangat keras?
Kemudian aku membaca firman Tuhan ini: "Jika engkau benar-benar memiliki kebenaran di dalam dirimu, jalan yang engkau tempuh akan secara alami menjadi jalan yang benar. Tanpa kebenaran, akan mudah bagimu untuk melakukan kejahatan, dan engkau akan melakukannya meskipun engkau sendiri tidak mau. Misalnya, jika kecongkakan dan kesombongan ada dalam dirimu, engkau akan merasa mustahil untuk berhenti menentang Tuhan; engkau akan merasa terdorong untuk menentang Dia. Engkau tidak akan melakukannya dengan sengaja; engkau akan melakukannya di bawah dominasi naturmu yang congkak dan sombong. Kecongkakan dan kesombonganmu akan membuatmu memandang rendah Tuhan dan menganggap-Nya tak berarti; itu akan mengakibatkanmu untuk meninggikan diri sendiri, membuatmu selalu menonjolkan diri, dan pada akhirnya duduk di tempat Tuhan dan memberi kesaksian bagi dirimu sendiri. Pada akhirnya engkau akan mengubah ide, pemikiran, dan gagasanmu sendiri menjadi kebenaran yang harus disembah. Lihatlah betapa banyak kejahatan yang dilakukan manusia di bawah dominasi natur mereka yang congkak dan sombong! Untuk bisa mengatasi tindakan jahatnya, mereka harus terlebih dahulu mengatasi masalah dalam natur mereka. Tanpa perubahan dalam watak, tidaklah mungkin untuk mendatangkan penyelesaian fundamental atas masalah ini" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). Ada juga khotbah-khotbah yang menyebutkan bahwa ketika beberapa orang memiliki bakat atau kemampuan, atau memiliki kualitas, mereka memandang rendah orang lain. Mereka tidak mau mendengarkan orang lain, berpikir mereka lebih baik daripada orang lain. Orang seperti itu congkak, sombong, dan merasa diri benar. Aku berpikir tentang bagaimana sejak aku menjadi orang percaya, aku tidak berfokus mengejar kebenaran, tetapi telah melakukan tugasku dengan mengandalkan kualitas dan watakku yang congkak. Aku merasa fasih dalam berbicara dan memiliki beberapa keberhasilan kecil dalam tugasku, jadi pemimpin sangat menghargaiku. Kupikir aku hebat dan cakap dalam melakukan pekerjaan, lebih daripada orang lain, jadi aku memandang rendah saudara-saudari yang bekerja bersamaku. Aku bersikeras melakukan segala sesuatu dengan caraku sendiri, dan watakku yang congkak semakin bertumbuh. Kemudian, aku membangun sikap yang masa bodoh terhadap pekerjaan gereja. Aku tidak pernah mencari prinsip-prinsip kebenaran atau pergi mencari atau bersekutu dengan orang lain. Sebaliknya, aku melakukan segala sesuatu secara sewenang-wenang, sesuka-sukaku, dan akhirnya mengganggu pekerjaan gereja. Aku selalu merasa punya kualitas yang baik dan memahami beberapa kebenaran, tetapi baru setelah aku disingkapkan, akhirnya aku mengerti bahwa apa yang kupahami hanyalah sedikit doktrin, bahwa aku tidak memiliki kenyataan kebenaran sedikit pun, aku juga tidak mampu mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis. Meskipun demikian, aku tetap sangat congkak dan bertindak secara sepihak dalam segala sesuatu. Aku sedemikian congkaknya sampai-sampai aku kehilangan semua nalar dan kehilangan pandangan akan Tuhan. Masalahku baru tersingkap ketika pemimpin datang untuk meninjau pekerjaanku. Aku berpikir tentang bagaimana aku telah melakukan tugasku selama ini. Aku bukan saja tidak membantu atau memberi manfaat kepada saudara-saudariku, tetapi aku juga telah menyingkapkan begitu banyak watakku yang rusak yang mengekang mereka. Aku tidak melakukan tugasku, aku hanya melakukan kejahatan! Semakin aku merenungkannya, semakin aku khawatir. Aku tahu bahwa ketika seseorang bertindak oleh karena kecongkakannya, mustahil bagi mereka untuk tidak menentang Tuhan dan melakukan kejahatan. Aku memikirkan beberapa saudara-saudari yang tampaknya punya kualitas lebih rendah daripadaku, tetapi mereka berhati-hati dan penuh perhatian dalam tugas mereka. Mereka tahu bagaimana mencari kebenaran dan menerima sudut pandang orang lain, sementara aku sangat congkak sehingga aku sama sekali tidak memiliki kesadaran diri. Aku sama sekali tidak memiliki kesadaran tentang bagaimana mencari kebenaran. Semakin aku merenungkan, semakin aku merasa bahwa jalan yang kutempuh itu bukanlah jalan mengejar kebenaran. Aku telah sangat congkak dan tidak memikirkan Tuhan, jadi ketika aku dipangkas dan ditangani, dan diberhentikan dari tugasku, itu sebenarnya adalah karena Tuhan sedang melindungi dan menyelamatkan aku. Tanpa itu, siapa yang tahu seberapa besar kejahatan yang mungkin telah kulakukan. Aku bahkan akan sampai pada titik di mana aku tidak bisa lagi dipulihkan dan aku akan menghadapi pengusiran. Pada saat itu, akan terlambat untuk menyesal. Setelah memahami maksud baik Tuhan, aku dipenuhi dengan penyesalan. Aku merasa bahwa selama enam bulan terakhir, aku telah salah paham dan menyalahkan Tuhan, bersikap negatif dan malas dalam bekerja. Aku benar-benar tidak bernalar! Sejak saat itu, aku hanya ingin melakukan tugasku dengan baik untuk menebus pelanggaran masa laluku.
Enam bulan kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin tim. Pada saat itu, aku benar-benar takut akan tersandung dan gagal lagi karena naturku yang congkak. Ketika masalah-masalah muncul dalam tugasku, aku cukup berhati-hati, dan aku sering mengadakan diskusi dan bersekutu dengan saudara-saudari yang bekerja bersamaku, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah di dalam gereja. Aku merasa jauh lebih nyaman saat aku melakukan tugasku dengan cara seperti itu dan aku bisa lebih rukun dengan saudara-saudari. Beberapa bulan kemudian aku melihat beberapa keberhasilan dalam tugasku dan secara diam-diam kembali mulai merasa senang, berpikir bahwa aku pasti sangat berbakat, dan bahwa apa pun tugas yang kulakukan, aku mampu menyelesaikan semuanya dengan cepat. Seiring berjalannya waktu, watakku yang congkak mulai kembali muncul. Terkadang saat saudara-saudari ingin meminta bimbingan pemimpin saat memiliki masalah, aku akan kehilangan kesabaran dengan mereka. Aku akan berpikir, "Bukankah kita telah mencari kebenaran tentang masalah ini sebelumnya? Mengapa kalian perlu mencari lagi? Aku tahu prinsip-prinsipnya, jadi persekutuanku seharusnya sudah cukup." Tanpa mempertimbangkan segala sesuatunya, aku berusaha membagikan pemahamanku kepada saudara-saudari dan ingin mereka menerimanya, tetapi mereka merasa tidak nyaman dan kemudian membahas masalah tersebut dengan pemimpin. Pemimpin kemudian bersekutu dengan kami tentang prinsip-prinsip penerapan, yang berbeda dari apa yang telah kupahami sebelumnya. Aku terkejut, dan aku berpikir, "Syukurlah kalian sudah mencari kebenaran, kalau tidak tugas kita akan terpengaruh." Namun setelah itu, aku tidak merenungkan atau berusaha mengenal diriku sendiri. Aku tetap congkak dan tidak bernalar, Ketika aku melihat kesalahan dalam tugas saudara-saudari, aku memarahi mereka dengan angkuh, berpikir, "Jika kalian bahkan tidak mampu mengerjakan hal sekecil ini dengan benar, apa yang bisa kalian lakukan? Kurasa kalian tidak mengerjakannya dengan sepenuh hati." Seiring berjalannya waktu, orang lain mulai merasa terkekang olehku dan mulai menjauhkan diri. Aku mengekang seorang saudari sedemikian ketatnya sehingga dia bahkan tidak mau lagi melakukan tugasnya. Sebenarnya aku tahu bahwa aku salah, tetapi setiap kali sebuah masalah muncul, aku hanya bisa menyingkapkan naturku yang congkak. Memikirkan tentang bagaimana aku telah tersandung dan gagal sebelumnya, aku merasa takut, tetapi pada saat itu aku tidak mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah itu.
Aku kemudian membuat keputusan sepihak untuk meminta seorang saudari mengerjakan tugas penting. Seorang saudara memperingatkanku bahwa saudari itu curang, bahwa dia tidak cocok untuk melakukan tugas penting. Kupikir, "Dia memang memiliki sedikit masalah, tetapi itu tidak seburuk seperti yang kau katakan. Siapa yang tidak memiliki kerusakan dan kekurangan?" Aku tidak menganggap serius saran saudara ini, tetapi hanya bersekutu dengan saudari itu dan mengingatkannya tentang masalah-masalahnya. Aku terkejut ketika ternyata saudari itu benar-benar bermuka dua dan lalai dalam tugasnya. Ini menimbulkan kerugian besar pada pekerjaan rumah Tuhan. Ketika pemimpin mengetahui tentang hal ini, dia menanganiku dengan sangat tegas, dengan berkata: "Kau hanya melakukan keinginanmu sendiri, mempromosikan orang yang curang. Seorang saudara telah memperingatkanmu, tetapi kau tidak mendengarkannya atau menyelidikinya sendiri. Dan sekarang akibatnya sangat serius dan menciptakan gangguan besar. Ini semua terjadi karena kau tidak punya tanggung jawab dalam tugasmu. Kau tidak memahami kebenaran dan kau congkak. Kau harus diganti!" Dipangkas dan ditangani dengan begitu parah sangat menyiksa bagiku. Aku diberhentikan dari tugasku di hadapan begitu banyak saudara-saudari lainnya, dan pemimpin telah menekankan betapa besarnya gangguan yang telah kutimbulkan dan bahwa aku harus diganti. Aku merasa sepertinya semua akan berakhir bagiku, bahwa aku pasti akan disingkirkan, dan pengejaran lebih lanjut tidak ada gunanya lagi. Aku menjadi sangat negatif setelah aku digantikan. Setiap malam aku merenungkan apa yang telah terjadi di tempat tidur dan mulai menangis. Aku merasa terlalu malu bertemu orang lain untuk sementara waktu. Aku melihat bahwa saudara-saudari semuanya dengan hati gembira melakukan tugas mereka dan merasa aku sama sekali tidak seperti mereka karena naturku yang congkak. Tanpa berdiskusi dengan siapa pun atau menerima saran, aku telah mempromosikan orang yang curang, sehingga sangat mengganggu pekerjaan gereja. Apakah aku masih dapat diselamatkan oleh Tuhan? Aku tidak pernah membayangkan perjalanan imanku akan berakhir pada usia muda. Aku bahkan mulai curiga bahwa ketika Tuhan berkata dipangkas dan ditangani adalah penyelamatan, bukan penyingkiran, itu tidak berlaku bagiku. Hatiku dipenuhi dengan kesalahpahaman. Suatu ketika, saat seorang pemimpin datang untuk bekerja bersama kami Aku bersembunyi di sudut paling jauh. Aku benar-benar terkejut ketika dia tiba-tiba memanggil namaku dan menanyakan kemajuan apa yang telah kubuat belakangan ini. Kemudian dia bertanya apakah aku menjadi negatif setelah dipangkas dan ditangani, dan kemudian dia dengan sungguh-sungguh bersekutu denganku dan menasihatiku, "Kau masih muda. Kau harus mengejar kebenaran dan berfokus pada perubahan watak." Mendengar kata-kata tulus dari pemimpin sangat menghibur dan membesarkan hatiku sehingga aku tidak bisa berhenti menangis. Aku sudah begitu congkak dan sombong, tidak bertanggung jawab dan kurang teliti dalam tugasku, dan telah sangat merusak pekerjaan gereja. Pemimpin telah bertindak benar dengan menggantikanku serta memangkas dan menanganiku, tetapi aku tidak pernah membayangkan dia juga akan mendorongku. Aku bersyukur kepada Tuhan dari hatiku atas belas kasihan-Nya. Malam itu, aku berdoa kepada Tuhan dalam linangan air mataku dan bertekad untuk benar-benar merenungkan diriku sendiri, dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan watakku yang congkak.
Kemudian aku membaca bagian Firman Tuhan ini: "Kecongkakan adalah akar dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak yang congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk dari semuanya, mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan. Meskipun, secara lahiriah, beberapa orang mungkin tampak percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada titik di mana mereka menghormati Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah watak mereka yang congkak. Semakin teliti engkau menyelesaikan masalah watakmu yang congkak, semakin engkau akan memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan baru setelah itulah engkau mampu tunduk kepada-Nya dan mampu mendapatkan kebenaran dan mengenal Dia" (persekutuan Tuhan). Hanya melalui penyingkapan firman Tuhan-lah aku memahami bahwa bertindak berdasarkan naturku yang congkak bukan hanya masalah menyingkapkan sedikit kerusakan, tetapi itu terutama membuatku sama sekali mengabaikan orang lain dan bahkan Tuhan. Itu membuatku memberontak dan menentang Tuhan, bukan sekadar aku melakukan kesalahan-kesalahan dalam tugasku. Saat mengingat kembali ketika aku melakukan tugasku, aku selalu merasa sepertinya aku adalah orang yang pintar dan berkualitas baik, jadi aku mengandalkan bakat dan kualitasku untuk melakukan tugasku. Aku sangat percaya diri sehingga aku hampir tidak pernah berdoa kepada Tuhan atau mencari prinsip-prinsip kebenaran. Sama sekali tidak ada tempat bagi Tuhan di hatiku. Ketika tugasku tidak membuahkan hasil, aku berperilaku lebih baik, tetapi pada saat aku sedikit memahami prinsip-prinsip dan sedikit berhasil, aku menggunakannya sebagai modalku. Aku merasa apa pun yang kulakukan akan baik-baik saja, aku bisa melakukan apa saja, bahwa aku bisa menilai orang dan situasi, tidak ada masalah, sehingga aku menjadi semakin congkak, sombong dan merasa diri benar, bekerja dengan caraku sendiri dalam segala sesuatu, bersikap otoriter Aku bahkan menghalangi saudara-saudari mencari kebenaran dengan pemimpin dan memaksakan pemikiranku kepada mereka, seolah-olah itu adalah kebenaran, membuat mereka menerima pemikiranku dan tunduk pada pemikiranku tersebut. Fakta-fakta menunjukkan kepadaku bahwa aku bertindak sesuai dengan naturku yang congkak, bahwa aku tidak melakukan apa pun selain mengekang dan mencelakakan saudara-saudari, dan sangat mengganggu pekerjaan gereja. Aku bahkan memainkan peran sebagai antek Iblis. Pemimpin menanganiku, menyebut ini adalah gangguan parah, sepenuhnya benar. Diberhentikan dari tugasku sepenuhnya merupakan kebenaran Tuhan. Aku akhirnya memahami betapa menakutkan, betapa mematikannya natur congkak semacam itu. Jika itu dibiarkan tidak terselesaikan, aku bisa cenderung melakukan kejahatan dan menentang Tuhan kapan pun, dan aku dapat mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, menyinggung watak Tuhan, serta disingkirkan dan dihukum. Setelah aku diganti, masalah-masalah lain dalam tugasku tersingkap. Diperhadapkan dengan celaan saudara-saudari, dan masalah-masalah yang tersingkap dalam pekerjaanku, aku merasakan banyak penyesalan dan mencela diriku. Aku benar-benar membenci diriku sendiri. Mengapa aku begitu congkak? Aku selalu merasa sepertinya aku berbakat, bahwa apa pun yang kulakukan hasilnya baik, tetapi apakah aku telah melakukan beberapa hal yang memuaskan Tuhan? Tugas yang telah kulaksanakan berantakan dan kacau balau, dan aku telah mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Jika saja aku memiliki sedikit rasa hormat kepada Tuhan, jika saja aku berdoa atau mencari lebih banyak, atau jika saja aku bersekutu dan membahas segala sesuatu dengan orang lain, jika saja aku sedikit lebih berhati-hati, aku tidak akan sampai pada titik di mana aku sedemikian menentang Tuhan.
Dalam upayaku untuk menyelesaikan naturku yang congkak, aku kemudian membaca beberapa bagian firman Tuhan. "Orang tidak dapat mengubah watak mereka sendiri; mereka harus menjalani penghakiman dan hajaran, penderitaan dan pemurnian oleh firman Tuhan, atau ditangani, didisiplinkan, dan dipangkas oleh firman-Nya. Hanya setelah itulah mereka dapat mencapai ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, dan tidak lagi bersikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Melalui pemurnian oleh firman Tuhan-lah, watak manusia berubah. Hanya melalui penyingkapan, penghakiman, pendisiplinan, dan penanganan oleh firman-Nya mereka tidak akan lagi berani bertindak gegabah, tetapi sebaliknya akan menjadi mantap dan tenang. Hal yang paling penting adalah mereka mampu untuk tunduk pada firman Tuhan zaman sekarang dan pekerjaan-Nya, bahkan sekalipun firman dan pekerjaan itu tidak sejalan dengan pemahaman manusia, mereka mampu menyingkirkan pemahaman tersebut dan dengan rela tunduk" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Orang-Orang yang Wataknya Telah Berubah adalah Orang yang Telah Masuk ke dalam Kenyataan Firman Tuhan"). Dengan membaca lagi bagian firman Tuhan ini, Aku benar-benar menghargai bahwa satu-satunya jalan untuk menyelesaikan natur congkak seseorang adalah menerima ketika dihakimi, dihajar, dipangkas, dan ditangani oleh Tuhan. Kerusakan kita oleh Iblis sudah sangat dalam, jadi jika kita hanya mengandalkan pembacaan firman Tuhan dan melakukan perenungan pribadi, pemahaman kita tentang diri kita sendiri akan dangkal dan watak kita yang rusak mungkin tidak akan berubah. Tanpa Tuhan menyingkapkan diriku, memangkas dan menanganiku dari waktu ke waktu, aku pasti akan tetap terlalu percaya diri dan berpikir bahwa aku benar-benar berbakat. Aku tidak akan mengenal diriku sama sekali. Aku benar-benar tidak akan tahu seberapa congkaknya diriku atau seberapa seriusnya watakku yang jahat. Sekarang, ketika aku mengingat kembali semua yang telah kulakukan, aku merasa sangat malu dan penuh penyesalan. Aku ngeri memikirkannya dan bahkan tidak mampu menegakkan kepalaku. Namun justru pelajaran menyakitkan yang seperti itulah yang memungkinkanku untuk mendapatkan sedikit pemahaman tentang naturku yang congkak, dan mengetahui di mana aku akan tersandung dan gagal. Itu juga memberiku sedikit rasa hormat kepada Tuhan. Aku juga memahami bahwa aku sama sekali tidak punya kenyataan kebenaran dan hati yang mencari kebenaran dalam tugasku. Aku sombong, sewenang-wenang, dan mengganggu. Dibandingkan dengan saudara-saudari yang berkualitas rata-rata itu, tetapi yang melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh, aku bukan siapa-siapa. Kecongkakanku tidak berdasar. Setelah menyadari semua ini, aku lebih rendah hati dalam tugasku dan tidak lagi terlalu percaya diri. Aku secara sadar berlatih mengesampingkan diriku dan menyangkali diriku sendiri, aku mencari prinsip-prinsip kebenaran lebih lagi dan lebih banyak mendengarkan saudara-saudari. Aku mulai berdiskusi secara terbuka untuk menyelesaikan masalah-masalah di gereja. Terkadang ketika aku kembali menunjukkan kecongkakanku, atau melanggar prinsip dalam tugasku, aku akan berlatih mengesampingkan diriku sendiri, dan menerima saat dipangkas dan ditangani, serta menerima bimbingan dan bantuan orang lain. Seiring berjalannya waktu, aku merasa bahwa melakukan penerapan seperti itu sungguh bermanfaat. Karena pemahamanku tentang kebenaran dangkal dan aku tidak memiliki banyak wawasan dalam banyak hal, dengan bekerja bersama saudara-saudari dan membuat pandangan semua orang menjadi selaras, aku bisa mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang segala sesuatu. Tanpa kusadari, dengan melakukan tugasku seperti itu, aku mendapatkan perlindungan Tuhan. Aku tidak lagi membuat banyak kesalahan besar atau memiliki masalah-masalah besar, dan di bawah pengawasan saudara-saudari, naturku yang congkak menjadi agak dikekang. Melakukan kebenaran memberiku rasa damai dan ketenangan, dan berangsur-angsur, aku semakin tidak menunjukkan kecongkakan dalam tindakanku. Suatu kali, saudari yang bekerja bersamaku berkata, "Aku telah mengenalmu hampir dua tahun sekarang. Kau sebelumnya sangat congkak dan orang lain selalu merasa dikekang olehmu, tetapi sekarang kau sudah benar-benar berubah." Pada saat itu sulit bagiku untuk menahan air mataku. Aku dahulu begitu congkak. Mengalami perubahan sekecil ini tidaklah mudah. Mengingat kembali selama beberapa tahun terakhir, saat yang tak terlupakan itu di mana aku dipangkas dan ditangani dua kali adalah saat yang paling berguna dan bermanfaat bagiku. Jika aku tidak melewati itu semua, sekarang pun aku tidak yakin aku akan memiliki kemanusiaan yang baik, di mana aku tidak akan memikirkan Tuhan sama sekali. Aku akan berada di jurang yang berbahaya, di ambang menentang Tuhan setiap saat. Sekarang aku benar-benar memahami bahwa dipangkas dan ditangani adalah perlindungan dan penyelamatan Tuhan bagiku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.