Claire mempunyai kualitas yang bagus, mendapat banyak pengalaman dari dua tahun melayani sebagai pemimpin gereja, tetapi dia menganggap kualitas bagusnya sebagai modal serta meninggikan dirinya. Dia meremehkan mitranya yang baru saja melakukan penerapan, bertindak sewenang-wenang dalam pekerjaannya, tak pernah membahas pekerjaan dengan siapa pun. Dia juga tak mau mendengarkan saran orang. Akibatnya, masalah mulai bermunculan dalam pekerjaannya. Setelah dipangkas dan ditangani, dia mulai merenung: Apa watak buruk dalam diriku yang membuatku bertindak sewenang-wenang? Bagaimana seharusnya aku bermitra dengan orang lain menggunakan cara yang selaras dengan kehendak Tuhan?