Dia memiliki pernikahan yang bahagia serta berpikir bahwa dia dan suaminya akan menjadi pasangan seumur hidup. Belakangan, dia menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman, dan karena dia sibuk dengan tugasnya, suaminya terus mengomel dan menghalanginya. Di satu sisi adalah pernikahannya yang telah dia upayakan dengan susah payah, dan di sisi lain adalah tugasnya sebagai makhluk ciptaan; dia tidak tahu harus memilih yang mana. Dengan bimbingan firman Tuhan, dia mulai memahami bahwa mengejar kebahagiaan pernikahan bukanlah misinya, dan jika dia terus melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai makhluk ciptaan, barulah dia akan benar-benar hidup.