Akhirnya Bebas dari Kesalahpahaman

27 Juli 2022

Oleh Saudari You Xin, Korea

Beberapa tahun lalu, aku membuat video di gereja. Ada kalanya aku tak melakukan tugas dengan baik, dan dua video yang kubuat untuk sementara ditangguhkan karena ada masalah dengan idenya. Saat itu aku sangat sedih, karena takut saudara-saudari akan memandangku rendah. Untuk buktikan kemampuan, aku bekerja sangat keras dan menghabiskan beberapa hari merencanakan video lain, tapi setelah membaca rencananya, pemimpin bilang konsep itu ketinggalan zaman dan tak jelas. Setelah diskusi, semua orang merasa rencana itu tak layak dilanjutkan, jadi itu dibuang. Aku merasa gagal, negatif, dan tak punya energi melakukan tugasku. Beberapa hari kemudian, gereja hendak memilih pengawas produksi video, dan aku tak sengaja tahu saudara-saudari berkata pikiranku karut dan tak jelas. Jantungku langsung mencelus dan pikiranku berputar-putar, "Pemimpin bilang pemikiranku tak jelas, dan saudara-saudari bilang pikiranku karut. Bukankah itu berarti aku orang yang karut? Bisakah orang karut memahami kebenaran dan diselamatkan oleh Tuhan? Apa aku akan disingkirkan?" Pikiran itu membuatku sangat negatif dan tersiksa, aku ingin melarikan diri dari situasi itu.

Esok harinya, aku menangis dan berkata kepada pemimpin, "Kualitasku terlalu rendah dan tugas ini sangat berat. Izinkan aku melakukan tugas lain." Pemimpinku bersekutu denganku, "Kita semua punya kekurangan, pasti akan ada kemunduran dan kegagalan dalam tugas kita. Jika ada masalah atau penyimpangan, kita harus mengatasinya, mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah itu, lalu terus berusaha. Tugas ini bukan mustahil bagimu." Namun, saat itu, aku tak paham dan hanya ingin pergi. Jadi, aku pergi dengan kesalahpahaman tentang Tuhan dan keterasingan dari saudara-saudariku. Kemudian, aku pergi untuk memberitakan Injil. Setelah bekerja keras, aku makin efektif dalam tugas, dan saudara-saudari dalam kelompok sering bertanya jika punya pertanyaan. Aku merasa kepercayaan diriku kembali, suasana hatiku baik setiap hari, dan punya energi untuk bertugas.

Namun tak disangka, setahun kemudian, karena kebutuhan pekerjaan, pemimpin mengatur agar aku membuat video lagi. Awalnya aku efektif dalam tugas dan tak dibatasi oleh apa pun. Namun, saat produksi video butuh inovasi, pemikiranku ketinggalan zaman dan rencanaku selalu ditolak, aku pun menemukan diriku dalam keadaan negatif lagi. Aku menganggap diriku berkualitas rendah, karut, dan tak mampu menjalankan tugas. Pemimpin kelompok melihat aku pasif dalam tugas dan tak memikul beban, jadi dia dengan sabar bersekutu tentang kebenaran, mendukung dan membantuku, lalu akhirnya berkata, "Kau dan Saudara Yang telah membuat video untuk waktu yang hampir sama. Dia sangat bersungguh-sungguh, pandai belajar dan meringkas, juga telah membuat kemajuan dalam tugasnya. Kinerjamu tak sebaik itu, jadi bekerja keraslah." Namun, saat mendengarnya, aku sangat tak nyaman. Kupikir, "Kau menunjukkan masalah dalam tugasku, jadi aku akan mengubahnya. Namun, kenapa membandingkanku dengan Saudara Yang? Dia punya kualitas bagus dan pemikiran jernih, serta selalu dibina. Aku punya banyak kekurangan. Aku berbeda level dengannya. Tak bisa dibandingkan." Aku sangat menentang saran dan bantuan pemimpin kelompok, juga tak merenungkan diri. Setelah sekitar satu minggu, pemimpin kelompok tahu aku dan Saudari Zhou tak bekerja sama dengan baik, jadi dia bersekutu denganku, "Kau bermitra dengan Saudari Zhou. Dia punya pikiran lebih fleksibel dan keterampilan teknismu lebih baik, jadi kalian saling melengkapi. Lebih banyaklah berdiskusi dengannya, lebih mendengarkan pendapatnya, dan belajar dari kekuatannya. Begitulah cara membuat kemajuan. Belakangan ini, hasil tugasmu tak bagus, dan idemu untuk video masih ketinggalan zaman. Bukankah kau perlu merenungkan ini?" Aku sangat sedih mendengar pemimpin kelompok menyingkap masalahku seperti ini. Aku merasa dia memandangku rendah dan membenciku. Dia baru menunjukkan masalahku beberapa hari lalu, kini sebelum aku pulih, dia menyingkapku. Makin dipikir, makin buruk, aku pun menangis frustrasi. Aku tak bisa menahan diri mengatakan sesuatu yang masih kusesali sampai hari ini. Kubilang, "Dalam kelompok, aku merasa tak berguna. Aku tak membantu, tapi kau mempertahankanku." Saat itu, pemimpin kelompok sangat terkejut. Dia bilang, "Bagaimana kau bisa bicara seperti itu? Tak ada yang melihatmu seperti itu! Kita harus mencari kebenaran untuk memecahkan masalah dalam tugas. Jangan negatif dan menentang." Namun, bagaimanapun pemimpin kelompok bersekutu, itu tak didengar. Aku merasa karut, Tuhan tak puas terhadapku, saudara-saudariku tak menyambutku, aku orang pinggiran dan dapat dibuang dalam kelompok. Makin dipikir, makin berat, aku hidup dalam keadaan negatif dan kesalahpahaman, hubunganku dengan Tuhan makin terasing, dan kepercayaan diriku makin rendah. "Kualitasku buruk" menjadi mantraku.

Kemudian, saat membuat video dengan rekan sekerjaku, setiap kali dia punya sudut pandang berbeda dalam diskusi, aku berkompromi dan bilang, "Kualitasku buruk dan ide-ideku tak bagus. Kau melihat masalahnya secara akurat, ikuti saja idemu." Lalu, aku menghapus proposalku. Rekan sekerjaku cemas saat melihat ini, "Kenapa dihapus? Aku punya banyak kekurangan, juga tak melihat masalah dengan akurat." Kemudian, dia membicarakan keadaannya denganku. Dia bilang punya watak congkak dalam pekerjaan kami, sedikit meremehkanku, dan harus merenungkan diri. Setelah mendengar itu, dari luar aku tenang, tapi aku sangat tersiksa, dan tak ingin bicara mendalam dengannya, jadi kupaksakan diri mengatakan, "Kau bisa dimaafkan karena menunjukkan kecongkakan. Semua orang akan begitu jika melakukan tugas bersama orang berkualitas buruk sepertiku. Jika jadi kau, aku akan begitu juga." Saat itu, dia bingung dan tak tahu harus berkata apa. Jadi, aku hidup dalam keadaan negatif dan kesalahpahaman. Hatiku tersiksa dan menderita, serta sangat sulit untuk melakukan tugasku, terutama setelah menyelesaikan video, saat harus menjelaskan ide di balik video itu dan meminta semua orang berkomentar. Aku jarang bicara dan tak berani berpartisipasi dalam diskusi, jadi aku melihat ke rekan sekerjaku pada kesempatan seperti itu. Selama masa itu, keadaanku sangat buruk. Saat tak bisa tidur di malam hari, kupikir, "Kenapa aku selalu menahan diri dalam tugas dan tak percaya diri? Kenapa selalu takut dipandang rendah? Kenapa hidup begitu menyiksaku?" Aku tak ingin tertekan seperti ini lagi. Aku ingin hidup dalam keadaan positif seperti orang lain dan bisa melakukan tugas secara normal, tapi aku tak bisa menyingkirkan keadaan negatif ini. Yang bisa kulakukan hanya memohon Tuhan menyelamatkanku dan membantuku keluar dari kesulitan ini.

Tak lama, di sebuah pertemuan, kudengar pemimpin membacakan sebuah kutipan firman Tuhan yang membuatku menyadari masalahku dan mengubah keadaanku. Tuhan berfirman: "Ketika orang menyimpang jauh dari Tuhan, ketika mereka hidup dalam keadaan di mana mereka selalu salah menafsirkan Tuhan, atau menentang, menolak Tuhan, dan berbantah dengan Tuhan, itu berarti mereka telah benar-benar meninggalkan pemeliharaan dan perlindungan Tuhan, mereka telah sepenuhnya meninggalkan terang hadirat Tuhan. Ketika orang hidup dalam keadaan seperti ini, mereka hanya bisa hidup berdasarkan perasaan mereka sendiri. Hal kecil yang kaupikirkan bisa sangat meresahkanmu sehingga engkau tidak bisa makan atau tidur, komentar sembarangan dari seseorang bisa membuatmu ragu dan bingung, bahkan sebuah mimpi buruk bisa membuatmu menjadi negatif dan menyebabkanmu salah menafsirkan Tuhan. Begitu lingkaran setan semacam ini terbentuk, orang berpikir bahwa hidup mereka sudah berakhir, bahwa mereka tidak punya harapan, bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka, bahwa mereka telah ditinggalkan oleh Tuhan, bahwa Tuhan tidak akan menyelamatkan mereka. Semakin mereka berpikir seperti ini, semakin mereka memiliki perasaan-perasaan seperti ini, semakin dalam mereka terjerumus ke dalam kenegatifan. Alasan sebenarnya mengapa orang memiliki perasaan-perasaan ini adalah karena mereka tidak mencari kebenaran ataupun melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Juga karena, saat sesuatu terjadi pada diri mereka, mereka tidak mencari kebenaran, dan tidak menerapkan kebenaran, karena mereka selalu menempuh jalan mereka sendiri, dan hidup di tengah rencana picik mereka sendiri, menghabiskan setiap hari membandingkan diri mereka dengan orang lain dan bersaing dengan mereka, merasa iri dan membenci siapa pun yang lebih baik daripada mereka, serta mencemooh dan mengejek siapa pun yang mereka anggap di bawah mereka, hidup dengan watak Iblis dalam diri mereka, tidak melakukan segala sesuatu menurut prinsip-prinsip kebenaran, hal ini menyebabkan munculnya segala macam delusi, spekulasi, dan penghakiman, dan mereka membuat diri mereka terus cemas, dan tidak mau menerima saran dari siapa pun. Dan bukankah ini adalah kesalahan mereka sendiri? Hanya manusia yang dapat membebani dirinya dengan akibat yang sedemikian negatifnya—dan mereka memang layak menerimanya. Apa yang menyebabkan semua hal ini? Ini karena orang tidak mencari kebenaran, mereka bertindak menurut kecenderungan mereka sendiri, mereka selalu pamer dan membandingkan diri mereka dengan orang lain, mereka mengajukan tuntutan yang tidak masuk akal kepada Tuhan, mereka selalu berusaha menonjolkan diri, dan seterusnya—semua hal ini menyebabkan orang berulang kali menyimpang dari Tuhan, berulang kali menolak Tuhan dan menentang kebenaran. Akhirnya, mereka menjerumuskan diri mereka ke dalam kegelapan dan kenegatifan. Pada saat-saat seperti itu, mustahil orang bisa memiliki pemahaman yang murni mengenai segala sesuatu yang terjadi pada diri mereka, mustahil mereka memiliki sikap yang benar terhadap hal-hal seperti itu; sebaliknya, mereka mengeluh tentang Tuhan, salah memahami Tuhan, mencoba mempertanyakan Tuhan. Ketika ini terjadi, orang menyadari bahwa mereka berada dalam masalah, jadi mereka memutuskan untuk mereka menolak Tuhan, dan mereka hanya bisa terjerumus ke dalam kenegatifan, tidak mampu menarik diri mereka keluar. Yang mereka yakini adalah, 'Tuhan tidak menginginkanku, Tuhan tidak mengasihiku, aku terlalu memberontak, aku melakukan hal ini pada diriku, Tuhan tidak akan menyelamatkanku lagi.' Mereka menganggap keraguan dalam hati mereka sebagai fakta, dan siapa pun yang menyampaikan persekutuannya kepada mereka dan berusaha menjelaskan, itu tidak ada gunanya. Yang mereka yakini adalah, 'Semua ini adalah faktanya, semua ini benar, Tuhan tidak akan memberkatiku, Dia tidak akan menyelamatkanku, jadi apa gunanya percaya kepada Tuhan?' Ketika jalan yang mereka tempuh dalam kepercayaan mereka telah mencapai titik ini, apakah orang masih mampu percaya? Tidak. Mengapa mereka tidak mampu lagi percaya? Ada sebuah fakta di sini. Ketika kenegatifan orang mencapai titik tertentu, ketika hati mereka penuh dengan penolakan dan keluhan, dan mereka ingin memutuskan semua hubungan dengan Tuhan, maka hal ini tidak lagi sesederhana diri mereka yang tidak takut akan Tuhan, tidak menaati Tuhan, dan tidak mencintai kebenaran, dan tidak menerima kebenaran. Sebaliknya, apa yang sebenarnya terjadi? Mereka telah memutuskan di dalam hatinya untuk berhenti percaya kepada Tuhan. Mereka menganggap bahwa menunggu secara pasif untuk disingkirkan itu memalukan, bahwa memilih menyerah itu lebih bermartabat, sehingga mereka mengambil inisiatif dan memutuskan sendiri hubungan mereka dengan Tuhan. Mereka mengutuk iman kepada Tuhan sebagai sesuatu yang buruk, mereka mengutuk kebenaran karena tidak mampu mengubah orang, dan mereka mengutuk Tuhan karena dianggap tidak benar, bertanya dengan sedih mengapa Tuhan tidak menyelamatkan mereka: 'Aku telah begitu banyak berkorban. Aku sangat bersungguh-sungguh, aku bekerja sangat keras, aku menderita lebih banyak daripada orang lain, dan berusaha lebih keras daripada orang lain, tetapi Tuhan tetap saja tidak memberkatiku. Sekarang aku tahu bahwa Tuhan tidak menyukaiku, bahwa Tuhan tidak adil.' Mereka punya keberanian untuk membuat keraguan mereka tentang Tuhan menjadi kutukan dan hujatan terhadap Tuhan. Ketika hal-hal seperti itu terbentuk, mampukah mereka terus menempuh jalan iman mereka kepada Tuhan? Karena mereka memberontak terhadap Tuhan dan menolak Tuhan, dan sama sekali tidak menerima kebenaran dan tidak merenungkan diri mereka, mereka telah dihukum" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Rasanya setiap firman Tuhan adalah pengingat, analisis, bahkan peringatan bagiku, Apalagi saat Tuhan berfirman, "Alasan sebenarnya mengapa orang memiliki perasaan-perasaan ini adalah karena mereka tidak mencari kebenaran ataupun melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran." Memikirkan firman ini, aku mulai merenungkan diri, dan akhirnya mengetahui setelah sekian lama, aku tak pernah mencari kebenaran saat menghadapi semua ini, tak mengungkit menerapkan berdasarkan prinsip kebenaran. Aku hidup sepenuhnya dalam imajinasi dan spekulasiku. Aku ingat bagaimana saat berulang kali gagal membuat video, dan mendengar saudara-saudari berkomentar pikiranku karut, aku tak merenungkan masalahku; justru memilih melarikan diri, hidup dalam kenegatifan dan kesalahpahaman. Saat mulai membuat video lagi, aku tak belajar dari kegagalan masa lalu. Aku justru melakukan tugas dengan mentalitas pasif dan defensif. Saat mendengar pemimpin kelompok memuji orang lain, lalu menunjukkan masalah dalam tugasku, aku makin negatif. Merasa diriku punya kualitas buruk dan karut. Aku curiga saudara-saudariku memandangku rendah, dan makin salah memahami Tuhan, yang menyebabkan kepedihan dan kegelapan di hatiku, membuatku tak efektif dalam tugas. Aku menahan diri dalam segala hal dan merasa sangat terkekang. Baru saat itu kulihat dengan jelas tak ada masalah dengan orang dan situasi di sekitarku, Tuhan juga bukan tak mengasihiku. Aku tak mencari kebenaran, selalu menentang, menjauhkan diri, dan membenci penghakiman, hajaran, penanganan, dan pemangkasan Tuhan. Ketidaktaatan dan penentanganku kepada Tuhan terlalu besar, membuatku jatuh ke kegelapan dan kepedihan, makin menjauhkanku dari Tuhan. Akulah yang harus disalahkan jika tak melakukan tugas dengan baik. Aku akhirnya mengerti arti "menahan diri." Aku melihat hal lain dengan jelas, yaitu meski percaya Tuhan, serta meninggalkan daging dan berkorban, aku tak sungguh menerima kebenaran atau mengakui kebenaran yang diungkapkan Tuhan bisa menyelamatkan manusia. Saat mengalami kegagalan dan kemunduran dalam tugas, aku menentang, bertindak tak masuk akal, dan menganggap diriku berkualitas buruk. Bahkan merasa Tuhan tak menyelamatkan orang-orang sepertiku. Aku sering tak puas, merasa bisa menanggung kesulitan dan berkorban dalam tugasku; aku menderita tak kurang dari yang lain. Jadi, kenapa aku selalu terlihat sangat buruk? Kenapa Tuhan tak baik kepadaku? Bukankah aku menyangkal kebenaran Tuhan? Ini penghujatan! Makin merenung, makin aku takut. Aku merasa keadaanku terlalu berbahaya. Jika tak membalikkan keadaan dan benar-benar bertobat, aku pasti akan disingkirkan oleh Tuhan! Setiap keadaan dalam analisis Tuhan menyentuh hatiku. Melihat betapa serius masalahku, aku menangis sangat keras. Aku membenci diriku karena tak mengejar kebenaran, tak menerima firman Tuhan, dan mencelakai diri sendiri. Aku sangat menyesal, jadi aku berdoa kepada Tuhan. Aku berkata, "Tuhan, aku tak ingin begitu memberontak dan keras kepala lagi, juga tak ingin hidup dalam kesalahpahaman atau menyakiti hati-Mu lagi. Aku ingin bertobat!"

Setelah itu, pemimpin dan pemimpin kelompok datang untuk bersekutu denganku. Mereka menyingkap dan menunjukkan kecenderungan negatifku, membacakan firman Tuhan kepadaku. Aku sangat terharu. "Di setiap tahap—entah saat Tuhan mendisiplinkanmu atau mendidikmu, atau saat Dia mengingatkan dan menasihatimu—selama konflik telah terjadi antara dirimu dan Tuhan, tetapi engkau tidak berbalik, dan terus berpegang teguh pada gagasan, sudut pandang, dan sikapmu sendiri, maka meskipun langkahmu mengarah ke depan, konflik antara dirimu dan Tuhan, kesalahpahaman dan kebencianmu kepada-Nya, dan pemberontakanmu tidak akan dapat diperbaiki, dan, jika engkau tidak berbalik, maka Tuhan, di pihak-Nya, akan menyingkirkanmu. Meskipun engkau belum melepaskan tugas yang ada di tanganmu, dan engkau tetap melakukan tugasmu serta memiliki sedikit kesetiaan terhadap apa yang telah Tuhan amanatkan, dan orang menganggap hal ini bisa diterima, perselisihan di antara engkau dengan Tuhan telah membentuk simpul yang permanen. Engkau belum menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan perselisihan itu dan memperoleh pemahaman yang benar tentang kehendak Tuhan. Akibatnya, kesalahpahamanmu tentang Tuhan semakin mendalam. Engkau selalu menganggap Tuhan-lah yang salah dan engkau sedang diperlakukan tidak adil, yang berarti engkau masih belum berbalik. Pemberontakanmu, gagasanmu, dan kesalahpahamanmu tentang Tuhan masih terus berlanjut, yang menyebabkanmu memiliki sikap tidak taat, selalu memberontak dan menentang Tuhan. Bukankah orang yang seperti ini adalah orang yang memberontak terhadap Tuhan, menentang Tuhan, dan dengan keras kepala menolak untuk bertobat? Mengapa Tuhan menganggap penting orang yang berbalik? Dengan sikap apa makhluk ciptaan seharusnya memandang Sang Pencipta? Dengan sikap yang mengakui bahwa Sang Pencipta adalah benar, apa pun yang Dia lakukan. Jika engkau tidak mengakui hal ini, maka perkataan bahwa Sang Pencipta adalah jalan, kebenaran, dan hidup hanya akan menjadi kata-kata yang kosong bagimu. Jika engkau seperti itu, masih bisakah engkau memperoleh keselamatan? Sama sekali tidak. Engkau tentu tidak memenuhi syarat; Tuhan tidak menyelamatkan orang sepertimu. ... Engkau harus berbalik dan mengesampingkan gagasan dan niatmu. Begitu engkau memiliki niat ini, niatmu tentu saja akan menjadi sikap ketundukanmu juga. Namun, mengatakannya dengan sedikit lebih tepat, ini mengacu pada orang-orang yang berbalik dalam sikap mereka terhadap Tuhan, Sang Pencipta; itu adalah pengakuan dan penegasan akan fakta bahwa Sang Pencipta adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Jika engkau dapat melakukan perubahan haluan, ini menunjukkan bahwa engkau dapat mengesampingkan hal-hal yang menurutmu benar, atau hal-hal yang secara kolektif dianggap benar oleh umat manusia—yang rusak; dan sebaliknya, engkau mengakui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran dan hal-hal positif. Jika engkau dapat memiliki sikap ini, itu membuktikan pengakuanmu akan identitas Sang Pencipta dan esensi-Nya. Beginilah Tuhan memandang masalah ini, dan karena itu, Dia menganggapnya sangat penting" ("Dengan Menyelesaikan Gagasan Orang Barulah Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku mengerti kenapa Tuhan sangat mementingkan agar orang berubah. Dalam pekerjaan Tuhan menyelamatkan manusia, tak penting berapa pekerjaan yang bisa dilakukan seseorang atau sebanyak apa menderita. Yang Tuhan lihat adalah hati manusia. Dia melihat apakah orang yakin tindakan Tuhan lakukan itu benar, apakah mereka mengakui Tuhan adalah kebenaran, jalan, dan kehidupan, juga apa mereka menaati Tuhan. Jika seseorang menunjukkan banyak kerusakan dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran, tapi tak pernah merenungkan masalah atau menerima kebenaran, dan selalu salah paham kepada Tuhan, meski dari luar orang seperti itu bisa menderita dan berkorban, bagi Tuhan, mereka tetap menentang dan mengkhianati Tuhan. Akhirnya, orang seperti itu akan disingkirkan dan tak bisa diselamatkan. Aku ingat selama bertahun-tahun selalu salah memahami Tuhan, dan ragu tentang Dia, tapi aku tak pernah menyelesaikan masalah ini. Aku hanya membuat diriku mati rasa, menyibukkan diri dengan tugas. Setelah masalah dalam tugasku mengemuka dan terungkap bahwa aku punya banyak kekurangan, serta itu menyakiti egoku, aku secara naluriah melabeli diri dengan kata-kata negatif, bahkan mengeluh atau salah paham terhadap Tuhan. Seiring berjalannya waktu, kebencian di hatiku menumpuk, hubunganku dengan Tuhan makin regang, dan keadaanku terus memburuk. Aku tak bisa menahan diri membatin, "Meskipun menyibukkan diri dengan tugas setiap hari, dan tak pernah melakukan sesuatu yang benar-benar jahat, hatiku jauh dari Tuhan, selalu menentang dan salah memahami Dia. Bagaimana aku bisa disebut percaya Tuhan? Akankah Tuhan memperkenankan kepercayaan seperti ini? Aku sering hidup dalam kesalahpahaman dan kenegatifan, tak pernah merasa kelegaan. Bahkan saat melakukan tugas, sulit menerima pekerjaan Roh Kudus. Aku hanya bisa bekerja keras dengan mengandalkan pengalamanku. Bagaimana aku bisa tumbuh? Apa yang bisa kudapatkan dari percaya dengan cara ini?" Saat itulah aku sadar betul betapa pentingnya tak salah paham terhadap Tuhan dan punya hati yang tulus bertobat! Selama tiga tahun ini, aku tak pernah bisa melupakan komentar saudara-saudariku bahwa pikiranku tak jelas. Aku tak pernah mencari kebenaran dalam hal ini atau merenungkan diri dalam terang firman Tuhan. Kini aku tahu harus mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalah ini.

Jadi, aku mencari kutipan firman Tuhan yang relevan. Firman Tuhan katakan: "Ketika Tuhan menyebutmu bodoh, Dia tidak sedang memintamu menerima pernyataan, kata, atau definisi tertentu—Dia sedang memintamu untuk memahami kebenaran dalam hal ini. Jadi, ketika Tuhan menyebut seseorang bodoh, kebenaran apa yang terkandung di dalamnya? Semua orang mengerti makna dangkal dari kata 'bodoh'. Namun mengenai apa sajakah perwujudan dan watak seseorang yang bodoh itu, hal apa yang orang lakukan yang bodoh dan yang tidak bodoh, mengapa Tuhan menyingkapkan orang dengan cara ini, apakah orang bodoh bisa datang di hadapan Tuhan atau tidak, apakah orang bodoh mampu bertindak sesuai dengan prinsip atau tidak, apakah mereka mampu memahami apa yang benar dan apa yang salah atau tidak, apakah mereka mampu membedakan apa yang Tuhan cintai dan apa yang Tuhan benci atau tidak—sering kali, orang tidak mengerti hal-hal ini; bagi mereka hal-hal tersebut ambigu dan tidak jelas, sama sekali tidak terlihat. Sebagai contoh, sering kali orang tidak tahu—itu tidak jelas bagi mereka—apakah melakukan sesuatu dengan cara tertentu semata-mata mengikuti aturan, ataukah menerapkan kebenaran. Mereka juga tidak tahu—itu juga tidak jelas bagi mereka—apakah sesuatu dicintai oleh Tuhan ataukah dibenci oleh Tuhan. Mereka tidak tahu apakah menerapkan dengan cara tertentu berarti membatasi orang atau apakah mempersekutukan kebenaran dan membantu orang adalah hal yang wajar. Mereka tidak tahu apakah prinsip-prinsip yang mendasari tindakan mereka terhadap orang-orang benar atau tidak, apakah mereka sedang mencoba menciptakan sekutu, ataukah menolong orang. Mereka tidak tahu apakah bertindak dengan cara tertentu berarti mematuhi prinsip dan berdiri teguh dalam posisi mereka, atau berarti pamer. Ketika tidak ada hal lain yang perlu mereka lakukan, sebagian orang akan menatap cermin; mereka tidak tahu apakah ini adalah narsisme dan kesombongan, ataukah hal yang normal. Sebagian orang mudah marah dan agak aneh; tahukah mereka apakah ini ada hubungannya dengan watak buruk mereka? Orang bahkan tak mampu membedakan hal-hal yang biasa terlihat, yang biasa dijumpai ini—tetapi mereka tetap mengatakan bahwa mereka telah memperoleh begitu banyak dari kepercayaan mereka kepada Tuhan. Bukankah ini bodoh? Jadi, bisakah engkau semua menerima disebut bodoh? (Ya.) ... Dan apakah engkau semua ingin menjadi bodoh seumur hidupmu? (Tidak.) Tidak seorang pun ingin menjadi seorang bodoh. Sebenarnya, mempersekutukan dan menganalisis dengan cara ini bukan untuk membuatmu mencoba menggolongkan dirimu sebagai orang bodoh; bagaimanapun cara Tuhan mendefinisikan dirimu, apa pun yang Dia singkapkan tentangmu, bagaimanapun cara Dia menghakimi dan menghajarmu, atau menangani atau memangkasmu, tujuan utamanya adalah memungkinkanmu untuk keluar dari keadaan itu, memahami kebenaran, memperoleh kebenaran, dan berusaha untuk tidak menjadi orang yang bodoh. Jadi, apa yang harus kaulakukan bila engkau tidak ingin menjadi orang yang bodoh? Engkau harus mengejar kebenaran. Pertama-tama, engkau harus tahu dalam hal apa engkau bodoh, dalam hal apa engkau selalu mengajarkan doktrin, selalu berbelit-belit menjelaskan teori dan perkataan doktrin, selalu merasa jemu ketika dihadapkan pada fakta-fakta ini. Jika engkau memecahkan masalah ini dan benar-benar memahami setiap aspek kebenaran, engkau akan semakin jarang menjadi bodoh. Jika engkau memiliki pemahaman yang jelas tentang setiap kebenaran, ketika tangan dan kakimu tidak terikat dalam semua yang kaulakukan, jika engkau tidak dikekang atau dibatasi—jika, saat terjadi sesuatu padamu, engkau mampu menemukan prinsip yang tepat untuk kauterapkan dan benar-benar mampu bertindak sesuai dengan prinsip setelah berdoa kepada Tuhan, mencari kebenaran, atau menemukan seseorang yang bisa kauajak bersekutu, maka engkau tidak lagi bodoh. Jika ada sesuatu yang benar-benar kaupahami, dan engkau mampu menerapkan kebenaran dengan benar, maka engkau tidak akan bodoh lagi dalam hal itu. Orang hanya perlu memahami kebenaran agar hati mereka tercerahkan secara alami" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan menjelaskan perilaku orang karut dengan sangat jelas. Orang karut itu bingung dan tak jelas dalam segala hal yang mereka lakukan. Mereka tak punya pendirian atau prinsip, tak tahu apa yang Tuhan suka atau benci, serta tak punya ketajaman tentang orang-orang dan keadaan. Mereka tak bisa melihat kekurangan sendiri atau kerusakan yang mereka tunjukkan. Saat ada masalah, mereka tak bisa bedakan yang benar dan salah, tak punya prinsip atau jalan penerapan. Saat menerapkan firman Tuhan, adegan masa lalu dari tugasku muncul di pikiran. Aku hanya fokus bekerja keras, tapi tak pernah membaca firman Tuhan, juga tak mencari prinsip kebenaran. Saat saudara-saudariku memberi saran tentang mengedit video, aku tak terlalu memikirkannya. Kadang aku bahkan tak mengerti maksudnya, dan hanya sekadar bekerja, berpikir penderitaan adalah kesetiaan kepada Tuhan. Aku menunjukkan begitu banyak kerusakan dan kekurangan dalam tugasku, tapi tak datang ke hadapan Tuhan untuk mencari kebenaran dan memecahkan masalah. Sebaliknya, aku hidup dalam keadaan negatif bertahun-tahun, dan terutama mati rasa. Aku tak bisa melihat seberapa serius masalahku atau betapa berbahayanya jika tak berubah. Aku selalu bingung dan bekerja sekenanya setiap hari. Bukankah ini semua perilaku orang karut? Baru pada saat itulah kusadar pendapat saudara-saudariku tentangku benar. Namun, aku menolak mengakuinya. Aku curiga semua orang memandangku rendah, serta merasakan prasangka dan keterasingan terhadap mereka. Aku tak boleh melakukan itu! Selama ini, saudara-saudariku sering mendukung dan membantuku, tak pernah memandangku rendah. Akulah yang keterlaluan, tak masuk akal, dan tak menerima kebenaran. Memikirkan ini, aku akhirnya bisa melepaskan masa lalu. Aku sangat membenci diriku karena begitu bingung dan tak mencari kebenaran. Aku membenci diriku karena sangat keterlaluan dan tak masuk akal.

Setelah sadar aku karut, aku ingat sering mendefinisikan diri sebagai orang berkualitas buruk juga. Ini masalah lain yang harus kucari kebenarannya. Kemudian, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan. "Jika Tuhan menciptakanmu bodoh, maka ada makna dalam kebodohanmu; jika Dia menciptakanmu cerdas, maka ada makna dalam kecerdasanmu. Keahlian apa pun yang Tuhan berikan kepadamu, apa pun kelebihanmu, setinggi apa pun IQ-mu, semuanya memiliki tujuan bagi Tuhan. Semua hal ini sudah Tuhan tentukan sejak semula. Peran yang kaumainkan dalam hidupmu dan tugas yang harus kaupenuhi, telah sejak lama ditentukan oleh Tuhan. Ada orang yang melihat bahwa orang lain memiliki keahlian yang tidak mereka miliki dan merasa tidak puas. Mereka ingin mengubah segala sesuatunya dengan belajar lebih banyak, melihat lebih banyak, dan menjadi lebih rajin. Namun, ada batas yang mampu dicapai oleh ketekunan mereka, dan mereka tak dapat melampaui orang-orang yang memiliki bakat dan keahlian. Sebanyak apa pun engkau berjuang, itu tidak ada gunanya. Tuhan telah menentukan akan menjadi apa dirimu, dan tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun untuk mengubahnya. Apa pun yang kaukuasai, di situlah engkau harus berupaya. Tugas apa pun yang sesuai untukmu, engkau harus melaksanakannya. Jangan coba memaksakan dirimu terjun di bidang yang berada di luar keahlianmu dan jangan iri kepada orang lain. Setiap orang memiliki fungsinya masing-masing. Jangan menganggap dirimu mampu melakukan semuanya dengan baik, atau menganggap dirimu lebih sempurna atau lebih baik daripada yang lain, selalu ingin menggantikan orang lain dan memamerkan dirimu. Ini adalah watak yang rusak. Ada orang-orang yang berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apa pun dengan baik, dan mereka tidak memiliki keterampilan sama sekali. Jika engkau menganggap dirimu seperti itu, engkau harus menjadi orang yang mendengarkan dan taat dengan sikap yang rendah hati. Lakukan apa yang bisa kaulakukan dan lakukanlah itu dengan baik, dengan segenap kekuatanmu. Itu sudah cukup. Tuhan akan dipuaskan. Jangan selalu berpikir untuk melampaui semua orang, melakukan segalanya dengan lebih baik daripada orang lain, dan menonjol dalam segala hal. Watak macam apa itu? (Watak yang congkak.) Orang selalu memiliki watak yang congkak, dan sekalipun mereka ingin berjuang untuk kebenaran dan memuaskan Tuhan, mereka gagal. Mereka dikendalikan oleh watak congkak yang membuat mereka menjadi mudah tersesat. Sebagai contoh, ada orang-orang yang selalu ingin pamer dengan mengungkapkan niat baik mereka menggantikan tuntutan Tuhan. Akankah Tuhan memuji ungkapan niat baik semacam itu? Untuk dapat memikirkan kehendak Tuhan, engkau harus mengikuti tuntutan Tuhan, dan untuk dapat melaksanakan tugasmu, engkau harus tunduk pada pengaturan Tuhan. Orang yang mengungkapkan niat baik tidak memikirkan kehendak Tuhan, melainkan selalu berusaha memainkan tipu muslihat baru mereka dan mengucapkan perkataan yang muluk-muluk. Tuhan tidak memintamu untuk memikirkan dengan cara ini. Beberapa orang mengatakan bahwa ini adalah karena mereka bersikap kompetitif. Pada dasarnya, bersikap kompetitif adalah sesuatu yang negatif. Ini adalah penyingkapan—perwujudan—watak congkak Iblis. Jika engkau memiliki watak seperti itu, engkau akan selalu berusaha mengalahkan orang lain, selalu berusaha mengungguli mereka, selalu berebut, selalu berusaha mengambil dari orang lain. Engkau sangat iri hati, engkau tidak menaati siapa pun, dan selalu berusaha menonjolkan dirimu sendiri. Ini adalah masalah; seperti inilah cara Iblis bertindak. Jika engkau benar-benar ingin menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang memenuhi syarat, jangan mengejar impianmu sendiri. Jika engkau berusaha menjadi lebih unggul dan lebih mampu daripada dirimu yang sebenarnya demi mencapai tujuanmu—ini adalah hal yang buruk; engkau harus menaati pengaturan dan penataan Tuhan, dan tidak melampaui posisimu; hanya inilah yang menunjukkan bahwa engkau berakal sehat" ("Prinsip-Prinsip yang Seharusnya Menuntun Perilaku Orang" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan sangat jelas! Kenapa aku terus mengatakan kualitasku buruk? Karena sebenarnya naturku terlalu congkak. Aku selalu punya ambisi dan hasrat, ingin ada di atas orang lain, dan saat tak bisa, aku menjadi negatif, keterlaluan, dan melabeli diri sendiri. Hasratku untuk reputasi dan status terlalu kuat. Dalam kelompok mana pun, aku takut dipandang rendah dan selalu ingin dihormati. Namun, sebenarnya, banyak masalah dan kekuranganku terlihat. Lalu, saat mengalami penanganan, pemangkasan, kemunduran, dan kegagalan, aku merasa citraku rusak dan reputasiku dilemahkan. Aku tak bisa menghadapinya dengan benar, berpikir kualitasku terlalu rendah dan aku terlalu bingung. Aku juga sering membandingkan diriku dengan orang lain. Saat melihat orang lain dalam kelompok punya kekuatan dan kualitas lebih baik dariku, aku merasa tak berbakat dan biasa-biasa saja. Aku tak bisa menerima kenyataan ini, jadi selalu merasa tertekan dan rendah diri. Barulah aku sadar yang kuinginkan adalah martabat dan status, jadi kubandingkan kualitas dan bakatku dengan orang lain, selalu berusaha dikagumi. Watak jahatku sangat serius. Karunia dan kualitas bukan kunci untuk menentukan apa seseorang bisa bertugas dengan baik. Dijunjung dan disembah oleh orang lain bukanlah jaminan penyelamatan. Tuhan tak pernah mengatakan itu. Tuhan ingin kita punya kemanusiaan dan masuk akal, mengejar kebenaran dengan rendah hati, memperbaiki watak rusak, dan hidup dalam keserupaan dengan manusia. Inilah yang Tuhan tuntut dari manusia. Aku teringat firman Tuhan, "Tidaklah penting apakah Aku mengatakan engkau semua terbelakang atau kualitasmu rendah—ini semua fakta. Perkataan-Ku tentang hal ini tidak membuktikan bahwa Aku bermaksud meninggalkanmu, bahwa Aku telah kehilangan harapan atas dirimu, apalagi bahwa Aku tidak mau menyelamatkanmu. Pada zaman sekarang, Aku telah datang untuk melakukan pekerjaan keselamatanmu, yang berarti bahwa pekerjaan yang Kulakukan adalah kelanjutan dari pekerjaan penyelamatan. Setiap orang memiliki kesempatan untuk disempurnakan: asalkan engkau mau, asalkan engkau mengejar, pada akhirnya engkau akan dapat mencapai hasilnya, dan tak seorang pun di antaramu yang akan ditinggalkan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memulihkan Kehidupan Normal Manusia dan Membawanya ke Tempat Tujuan yang Mengagumkan"). Firman Tuhan sangat jelas. Meski Tuhan berfirman orang punya kualitas buruk dan menunjukkan dirinya karut, itu hanya untuk membuat mereka melihat masalah mereka dan tahu kekurangan diri, agar bisa mengejar kebenaran dengan baik, mengubah diri sendiri, dan tumbuh dalam kehidupan. Kita mungkin punya kualitas rendah, tapi asalkan mencintai dan mengejar kebenaran, berusaha memenuhi persyaratan Tuhan, Tuhan akan merahmati dan memberkati kita. Namun, jika kualitas baik, tapi tak mengejar kebenaran, kita akan disingkap dan disingkirkan. Memang benar kualitasku rendah dan aku sering bingung, tapi Tuhan tak pernah berkata tak akan menyelamatkanku atau akan menyingkirkanku karena itu. Dia terus memberiku kesempatan untuk melakukan tugasku. Aku harus mengejar kebenaran, aktif untuk maju, menebus untuk kekuranganku, dan meningkatkan kualitasku.

Setelah itu, saat ada masalah, aku fokus mencari kebenaran, dan bagaimanapun keadaannya, entah itu ditangani dan dipangkas atau kemunduran dan kegagalan, aku bisa taat, dan mencari prinsip kebenaran. Saat mengalami ini, aku tanpa sadar merasakan kehadiran Tuhan dan merasa pikiranku lebih jernih. Saat saudara-saudariku mendiskusikan ide untuk video, aku tak menahan diri lagi. Kadang pandangan yang kuungkapkan salah, atau saudara-saudari memberi saran, tapi aku bisa menghadapinya dengan benar, aku lebih tenang. Selama masa itu, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan. Merasa Tuhan ada di sisiku, memberiku kepercayaan diri dan kekuatan. Meskipun ada banyak kesulitan dalam tugasku, dengan mencari kehendak Tuhan melalui doa, mengandalkan Tuhan, dan bekerja sama dengan saudara-saudariku, akhirnya beberapa masalah teratasi, dan efektivitas tugasku juga meningkat. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku karena telah menyelamatkanku.

Kini merenungkan saat aku salah paham dan terasing dari Tuhan, aku sangat menyesal. Kemudian, aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan dan sangat tersentuh. "Aku tidak ingin melihat siapa pun merasa seolah-olah Tuhan telah meninggalkan mereka dalam kedinginan, bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka atau berpaling dari mereka. Satu-satunya yang ingin Kulihat adalah bahwa semua orang sedang berada di jalan di mana mereka mengejar kebenaran dan berusaha untuk memahami Tuhan, dengan berani bergerak maju dengan tekad tak tergoyahkan, tanpa beban ataupun keraguan. Tidak peduli apa kesalahan yang telah engkau perbuat, tidak peduli seberapa jauh engkau telah menyimpang, atau seberapa serius engkau telah melanggar, jangan biarkan hal-hal ini menjadi beban atau beban berat yang harus kaubawa bersamamu dalam pengejaranmu untuk memahami Tuhan. Teruslah bergerak maju. Setiap saat, Tuhan mengenggam keselamatan manusia di hati-Nya; ini tidak pernah berubah. Inilah bagian paling berharga dari esensi Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI"). Selama bertahun-tahun percaya Tuhan, aku berkata Tuhan mengasihi manusia, tapi tak punya pengetahuan nyata tentang kasih Tuhan. Pengalaman ini memberiku pemahaman dan perasaan yang nyata tentang kasih Tuhan. Meskipun hatiku keras dan memberontak, Tuhan mengatur lingkungan untuk kualami. Dia menungguku berubah, membangunkanku dengan firman-Nya, serta membimbingku keluar dari keadaan negatif dan kesalahpahamanku. Keinginan Tuhan menyelamatkan manusia begitu tulus dan indah! Aku sangat bersyukur kepada Tuhan, hanya ingin mengejar kebenaran dan melakukan tugas dengan baik, membalas kasih Tuhan.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Disadarkan dari Kecongkakanku

Oleh Saudara Xiang Xin, Italia Aku mulai bekerja mengabarkan Injil pada tahun 2015. Dalam waktu singkat, aku mencapai sedikit keberhasilan...

Terbebas Dari Perbudakan Status

Oleh Saudari Vladhia, Prancis Tahun lalu, pemimpin gereja kami, Saudari Laura, digantikan karena beliau belum membuat hasil yang nyata....

Kasih Harus Berprinsip

Oleh Saudari Xiang Shang, Amerika Sejak kecil, orang tua dan guruku mengajariku untuk menjadi orang baik, dan selalu membalas kebaikan,...