Siapa Penyebab Kehancuran Keluarga Kami?

27 Februari 2023

Oleh Saudari Cai Na, Tiongkok

Aku dan suamiku tumbuh di desa yang sama dan kami percaya Tuhan Yesus bersama orang tua kami sejak kecil. Usai menikah, aku membuka klinik medis, dan dia bekerja sebagai reporter TV. Kami punya dua anak yang menggemaskan dan kehidupan keluarga yang damai dan bahagia. Di akhir 2008, aku dan ibu mertua menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa di akhir zaman. Suamiku tidak—dia sibuk dengan kariernya, tapi mendukung imanku. Dengan berkumpul dan membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, Aku mengetahui Juru Selamat telah ada di antara kita hampir dua puluh tahun yang lalu, mengungkapkan kebenaran demi menyelamatkan manusia. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir, dan ini satu-satunya kesempatan kita diselamatkan. Ini kesempatan yang tak ternilai dan langka. Aku akan menyesal seumur hidup jika melewatkannya. Jadi untuk menerapkan imanku dan mengemban tugas, aku menutup klinik dan mulai menyebarkan Injil dengan saudara-saudari lain.

Pada 2010, demi menekan dan menghapus keyakinan agama, Partai Komunis Tiongkok menggunakan TV, radio, surat kabar, dan media lainnya untuk memfitnah dan melemahkan Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka menangkap dan menganiaya orang Kristen. Takut aku akan melibatkannya, suamiku mulai menghalangi imanku. Suatu hari dia berkata kepadaku, "Partai tak akan mengizinkan agama dan berkata orang percaya meninggalkan keluarganya. Tinggalkan imanmu. Jika kau ditangkap karena hal itu, keluarga kita akan terpecah belah. Bukankah sama saja jika kita pergi ke gereja seperti dulu?" Aku berkata kepadanya, "Selama bertahun-tahun sebagai orang percaya, apakah kau melihatku meninggalkan keluarga kita? Ini semua kebohongan yang dibuat Partai untuk menindas Gereja Tuhan Yang Mahakuasa. Bagaimana kau bisa percaya kebohongan mereka? Tuhan telah kembali dan melakukan pekerjaan baru. Orang yang terus pergi ke gereja tua itu tak akan mendapat kebenaran atau kehidupan, meski mereka mengikuti hingga akhir. Aku yakin Tuhan Yang Mahakuasa itu Tuhan Yesus yang kembali dan aku mengikuti jejak Tuhan. Aku tak akan meninggalkan jalan benar." Melihat aku begitu teguh, dia memperingatkanku, "Apa pun itu, kau harus meninggalkan imanmu dan tak boleh ikut pertemuan!" Setelah itu, aku hanya bisa bangun pagi dan bersembunyi di dapur membaca firman Tuhan dan membagikan Injil dengan keluarga dan teman tanpa dia tahu.

Suatu malam pada 2012, usai pertemuan, aku melihat suamiku duduk di pintu ke gudang bawah. Saat melihatku masuk, dia mengimpitku ke tanah, menendang dan memukul. Dengan sekuat tenaga, aku membebaskan diri dan berlari ke atas, tapi dia mengejarku, menampar wajahku, dan berkata dengan kejam, "Kau tak boleh lagi ikut pertemuan!" Penglihatanku berkunang-kunang, dan mulutku berdarah. Ini pertama kalinya dia memukulku setelah sepuluh tahun lebih menikah. Tak pernah kubayangkan dia akan memukulku dengan keras hanya karena imanku. Aku merasa lemah dan takut saat itu. Kupikir, haruskah aku berhenti berkumpul dan bertugas sementara waktu, andai kata dia memukulku lagi? Kutahu aku tidak dalam keadaan baik, aku pun segera berdoa, meminta iman dan kekuatan kepada Tuhan. Lalu, aku teringat firman Tuhan ini: "Engkau tidak perlu takut akan ini dan itu; sebanyak apa pun kesulitan dan bahaya yang mungkin engkau hadapi, engkau mampu tetap tenang di hadapan-Ku; tidak terhalang oleh rintangan apa pun sehingga kehendak-Ku dapat terlaksana. Ini adalah tugasmu .... Janganlah takut; dengan dukungan-Ku, siapa yang mampu menghalangi jalan ini? Ingatlah ini! Jangan lupa! Semua yang terjadi adalah oleh maksud baik-Ku dan semuanya berada dalam pengamatan-Ku. Dapatkah engkau mengikuti firman-Ku dalam segala yang kaukatakan dan lakukan? Ketika ujian api menimpamu, akankah engkau berlutut dan berseru? Ataukah engkau akan gemetar ketakutan, tidak mampu bergerak maju?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 10"). Ya, semuanya berada di tangan Tuhan. Tanpa izin Tuhan, suamiku tak bisa berbuat apa pun terhadapku. Tuhan telah mengizinkan hal itu terjadi padaku hari itu. Jika aku tak berani melakukan tugasku karena takut dipukul atau dibentak, bukankah kesaksianku akan hilang? Aku harus teguh dalam kesaksianku meski aku ditindas suamiku. Aku terus mengikuti pertemuan dan melakukan tugasku seperti biasa.

Pada akhir 2012, penindasan Partai Komunis terhadap Gereja Tuhan Yang Mahakuasa makin menggila. Mereka menindak keras dan menangkap umat pilihan Tuhan secara massal. Suatu hari, aku dan beberapa yang lain ditangkap saat sedang berkumpul. Mereka menahanku selama sepuluh hari karena mengganggu ketertiban sosial. Saat pulang ke rumah setelah bebas, suamiku sangat marah: "Apakah kau tahu? Bos dan rekan kerjaku bertanya soal kau yang ditangkap karena imanmu. Aku harus menyembunyikan mukaku. Sungguh memalukan!" Aku berkata kepadanya, "Memiliki iman itu benar dan wajar. Berkumpul dan membagikan Injil adalah hal yang terhormat. Partai yang jahat, bersikeras menangkap dan menganiaya orang Kristen. Jalan benar telah dianiaya selama ribuan tahun. Mereka yang berada di jalan ini dianiaya kekuatan Iblis. Bukankah orang kudus dari berbagai zaman ditangkap karena membagikan Injil dan bersaksi tentang Tuhan?" Dia menjawab dengan marah, "Biar kuperjelas. Jika kau berjanji berhenti percaya, kita akan hidup dengan baik. Jika kau mempertahankan imanmu, kita akan bercerai! Aku tak akan menghalangi kebebasanmu untuk memilih!" Mengancam menceraikanku agar aku melepaskan imanku membuatku marah dan mati rasa. Tak pernah terpikirkan dia akan membuang pernikahan lebih dari sepuluh tahun karena penindasan Partai Komunis. Jika bercerai, anak-anak kami akan tersakiti. Aku tak ingin bercerai, tapi aku lebih tak ingin mengkhianati Tuhan dan kehilangan kesempatan mengikuti Dia dan diselamatkan. Aku tak tahu bagaimana melewati situasi ini. Aku berdoa, meminta Tuhan membimbingku. Aku teringat kutipan firman-Nya ini: "Dalam setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam diri manusia, dari luar pekerjaan itu terlihat seperti interaksi antara manusia, seolah-olah itu lahir karena pengaturan manusia atau dari campur tangan manusia. Namun di balik layar, setiap langkah pekerjaan, dan semua yang terjadi, adalah pertaruhan yang Iblis buat di hadapan Tuhan, dan menuntut orang-orang untuk berdiri teguh dalam kesaksian mereka bagi Tuhan. Misalnya, ketika Ayub diuji: di balik layar, Iblis bertaruh dengan Tuhan, dan yang terjadi kepada Ayub adalah perbuatan manusia, dan campur tangan manusia. Di balik setiap langkah pekerjaan yang Tuhan lakukan di dalam dirimu adalah pertaruhan antara Iblis dengan Tuhan—di balik semua itu ada peperangan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Mengasihi Tuhan yang Berarti Sungguh-Sungguh Percaya kepada Tuhan"). Firman Tuhan membuatku sadar meski suamiku tampak seperti menindasku, di balik itu, Iblis menggunakan dia untuk menahan dan memaksaku mengkhianati Tuhan dan kehilangan kesempatan diselamatkan. Aku tak bisa membiarkan rencana Iblis menang. Suamiku hanya menghalangiku karena dia percaya rumor PKT. Jika aku menyingkap kebohongan mereka dan dia memahaminya, mungkin dia akan berhenti menindasku. Jadi kukatakan kepadanya, "Penghujatan Partai dan pencemaran nama baik Gereja Tuhan Yang Mahakuasa hanya rumor yang mereka buat. Setelah bertahun-tahun sebagai reporter, apakah kau tak tahu kabar sebenarnya dari berita palsu Partai? Bukankah kau selalu bilang Partai tak bisa dipercaya? Tak ada kenalan kita yang percaya Tuhan Yang Mahakuasa meninggalkan keluarga mereka. Aku sudah bertahun-tahun beriman, dan aku mengurus orang tua dan anak kita dengan baik." Dia tak bisa membantahku, jadi hanya berkata dengan marah, "Ternyata kau tak mau mengalah. Baiklah, silakan percaya kepada Tuhanmu!" Lalu, dia membanting pintu dan pergi.

Setelah itu, yang tak kuduga, dia mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Hakim menyuruh kami menjalani mediasi. Dia mengambil kartu debit dan kartu bankku, dan selalu di rumah setelah bekerja mengawasiku jadi aku tak bisa ikut pertemuan atau bertugas. Suatu hari kepala desa kami menelepon dan berkata polisi telah memberi tahu komite desa memastikan agar aku tak mengikuti imanku atau menginjil dan agar suamiku terus mengawasiku. Kalau tidak, jika aku ditangkap, mereka akan terkena imbasnya. Mendengar ini, suamiku makin menindasku. Suatu kali, aku dan ibu mertua diam-diam mempersekutukan firman Tuhan di kamar tidur, tapi suamiku mendengar, lalu berlari masuk dan berteriak, "Kau masih percaya! Kau hanya memikirkan dirimu, dan mengabaikan aku atau anak kita. Jika kau ditangkap, kami akan terkena imbasnya!" Setelah mengatakan itu, dia memukulku. Saking takutnya, anak-anak bersembunyi di kamar tidur, tidak berani keluar, dan ibu mertuaku menangis sedih. Aku sangat marah saat itu. Hanya karena imanku, Partai Komunis mengintimidasi keluargaku agar jalanku terhalangi, yang membuat ibu mertuaku usia 80 tahun dan anak-anakku ketakutan. Kami bukan lagi keluarga yang bahagia. Aku sangat sedih dan putus asa. Suamiku selalu menggunakan imanku untuk bertengkar. Aku tak bisa berkumpul atau bertugas. Aku baru bisa membaca firman Tuhan saat dia tak di rumah. Aku sangat merindukan hari-hari saat bisa berkumpul dengan saudara-saudari dan bertugas, tapi kini rumahku telah menjadi penjara. Aku telah menoleransi sikap dingin dan teguran suamiku setiap hari selama dua bulan. Aku sangat sedih dan tertekan. Aku tak tahu kapan ini berakhir. Saat penderitaanku tak tertahankan, aku berdoa, "Tuhan Yang Mahakuasa, aku sangat kesakitan dan menderita. Aku tak tahu cara melewati situasi ini. Mohon beri pencerahan agar aku paham kehendak-Mu." Aku membaca firman Tuhan setelah berdoa. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Selama ribuan tahun, negeri ini telah menjadi negeri yang najis. Negeri ini tak tertahankan kotornya, penuh kesengsaraan, hantu merajalela di mana-mana, menipu dan menyesatkan, membuat tuduhan tak berdasar, dengan buas dan kejam, menginjak-injak kota hantu ini, dan meninggalkannya penuh dengan mayat; bau busuk menyelimuti negeri ini dan memenuhi udara dengan pekatnya, dan tempat ini dijaga ketat. Siapa yang bisa melihat dunia di balik langit? Iblis mengikat erat seluruh tubuh manusia, ia menutupi kedua matanya dan membungkam mulutnya rapat-rapat. Raja Iblis telah mengamuk selama beberapa ribu tahun sampai sekarang, di mana ia terus mengawasi kota hantu ini dengan saksama, seakan-akan ini adalah istana setan yang tak bisa ditembus; sementara itu, gerombolan anjing penjaga ini menatap dengan mata liar penuh ketakutan kalau-kalau Tuhan akan menangkap mereka saat tidak waspada dan memusnahkan mereka semua, sehingga mereka tidak lagi memiliki tempat untuk merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Bagaimana mungkin penduduk kota hantu seperti ini pernah melihat Tuhan? Pernahkah mereka menikmati keindahan dan kasih Tuhan? Pemahaman apa yang mereka miliki tentang masalah dunia manusia? Siapakah di antara mereka yang mampu memahami kehendak Tuhan yang penuh hasrat? Maka, tidaklah mengherankan bahwa inkarnasi Tuhan tetap sepenuhnya tersembunyi bagi mereka: di tengah masyarakat yang gelap seperti ini, di mana Iblis begitu kejam dan tidak manusiawi, bagaimana mungkin raja Iblis, yang menghabisi orang-orang tanpa mengedipkan matanya, menoleransi keberadaan Tuhan yang penuh kasih, baik, dan juga kudus? Bagaimana mungkin ia akan menghargai dan menyambut kedatangan Tuhan dengan gembira? Para antek ini! Mereka membalas kebaikan dengan kebencian, sejak dahulu mereka mulai memperlakukan Tuhan sebagai musuh, mereka menyiksa Tuhan, mereka luar biasa buasnya, mereka sama sekali tidak menghargai Tuhan, mereka merampas dan merampok, mereka sudah sama sekali kehilangan hati nurani, mereka sepenuhnya mengabaikan hati nuraninya, dan mereka menggoda orang tidak bersalah agar tidak sadar. Nenek moyang? Pemimpin yang dikasihi? Mereka semuanya menentang Tuhan! Tindakan ikut campur mereka membuat segala sesuatu di kolong langit ini menjadi gelap dan kacau! Kebebasan beragama? Hak dan kepentingan yang sah bagi warga negara? Semua itu hanya tipu muslihat untuk menutupi dosa!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (8)"). Firman Tuhan menunjukkanku Partai Komunis itu perwujudan Iblis yang datang ke bumi. Mereka mengumandangkan kebebasan beragama kepada dunia luar, tapi di balik itu, secara brutal menentang Tuhan dan menindas umat pilihan-Nya. Di akhir zaman, Tuhan yang berinkarnasi menyatakan kebenaran demi menyelamatkan manusia. Partai takut jika orang membaca firman Tuhan Yang Mahakuasa, mereka akan memahami kebenaran dan melihat wajah jahat Partai, lalu menolak dan meninggalkannya. Lalu, ambisi liarnya untuk mengendalikan rakyat selamanya akan hancur. Itu kenapa Partai sangat marah dan dengan brutal mengejar orang Kristen, menangkap dan menganiaya umat pilihan Tuhan secara massal. Partai mengarang berbagai kebohongan untuk menuduh dan memfitnah Gereja Tuhan Yang Mahakuasa, menyesatkan banyak orang yang tak tahu kebenaran, sehingga tak berani menerima jalan benar. Banyak anggota keluarga Kristen percaya kebohongan mereka dan turut menganiaya umat pilihan Tuhan. Pada akhirnya, karena melawan Tuhan, mereka juga akan masuk neraka. Makin kupikirkan, makin aku sadar Partai Komunis adalah Iblis yang membenci Tuhan dan merusak manusia. Musuh bebuyutan Tuhan. Aku membencinya sepenuh hati. Aku pun bersumpah meninggalkan dan menolaknya, dan mengikuti Tuhan hingga akhir.

Aku membaca kutipan lain dalam firman Tuhan. "Si naga merah yang sangat besar itu menganiaya Tuhan dan ia adalah musuh Tuhan, dan karenanya, di negeri ini, mereka yang percaya kepada Tuhan dipaksa menanggung penghinaan dan penindasan .... Karena dimulai di sebuah negeri yang melawan Tuhan, semua pekerjaan Tuhan menghadapi rintangan-rintangan yang luar biasa, dan memenuhi sekian banyak firman-Nya membutuhkan waktu; akibatnya, orang-orang dimurnikan sebagai hasil dari firman Tuhan, yang juga adalah bagian dari penderitaan. Teramat sulit bagi Tuhan untuk menjalankan pekerjaan-Nya di negeri si naga merah yang sangat besar—tetapi lewat kesulitan inilah Tuhan mengerjakan satu tahap pekerjaan-Nya, membuat hikmat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan menjadi nyata, dan menggunakan kesempatan ini untuk menyempurnakan kelompok orang ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Apakah Pekerjaan Tuhan Sesederhana yang Manusia Bayangkan?"). Dari firman Tuhan aku tahu karena Partai melawan Tuhan dan menjadi musuh-Nya, orang percaya di Tiongkok akan menderita penindasan dan kesulitan besar. Ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Tuhan menggunakan lingkungan sulit ini untuk menyempurnakan iman kita, dan juga agar kita memahami naga merah yang sangat besar, dan dapat membenci dan menolaknya, dan tak lagi disesatkan atau disakiti olehnya. Namun, aku tak tahu kehendak Tuhan. Aku bersikap negatif, mengeluh penderitaan daging, dan tak mencari kebenaran atau memetik pelajaran. Aku sangat memberontak. Tuhan begitu tinggi tapi menanggung rasa sakit dan penghinaan hanya demi menyelamatkan manusia yang rusak. Dia telah menjadi daging dan datang di antara kita untuk berbicara dan bekerja, terus menanggung pengejaran dan penganiayaan Partai Komunis yang jahat dan kutukan dunia keagamaan. Namun, Tuhan tak pernah menyerah menyelamatkan manusia. Dia terus menyatakan kebenaran, menyirami dan membina kita. Tuhan telah menanggung semua penghinaan dan rasa sakit demi keselamatan kita. Kini, aku menderita demi mengikuti Tuhan dan mengejar keselamatan. Aku tak punya iman dan ketaatan sejati kepada Tuhan di hatiku. Tingkat pertumbuhanku sungguh rendah. Saat ini, aku menyesal dan bersalah, dan aku memutuskan tak peduli perlakukan suamiku, aku tak akan menyerah pada kelemahan daging, tapi aku akan mengandalkan Tuhan untuk berdiri teguh, dan tak menyerah atau pasrah kepada Iblis. Setelah itu, meski suamiku masih menindas dan menghalangiku, aku berdoa dan bersandar kepada Tuhan, dan rasa sakitku berkurang berkat bimbingan firman Tuhan.

Suatu kali, saat suamiku tahu aku membagikan Injil dengan teman sekelasku dulu, dia pulang dan memarahiku, "Partai berkata khotbahmu menghancurkan keluarga. Kuperingatkan, sebaiknya kau tak membagikan injil dengan teman sekelas dan temanmu, atau aku tak bisa menanggung rasa malu." Dia juga mengatakan soal menghujat Tuhan. Aku marah saat melihat tatapannya yang membenci Tuhan. Kami membagikan Injil agar orang punya iman dan terima keselamatan Tuhan, tapi Partai membalikkan persepsi itu. Mereka mengarang berbagai kebohongan bahwa kita mememecah keluarga. Itu jahat dan tak tahu malu! Sejak lama, Partai Komunis bekerja melawan Tuhan, menangkap orang percaya, sehingga banyak orang Kristen yang ditangkap dan dipenjara. Banyak orang Kristen yang kabur agar tidak ditangkap tak bisa pulang. Banyak keluarga telah hancur, orang tua dan anak-anak terpisah. Partai adalah penyebab kehancuran semua keluarga Kristen! Melihat suamiku percaya kebohongan Partai, tak bisa membedakan benar dan salah, sangat membenci Tuhan dan orang beriman, mengingatkanku akan firman Tuhan: "Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan yang berinkarnasi adalah orang jahat dan, terlebih lagi, akan dimusnahkan. ... Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapa lagi musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). "Mengapa suami mengasihi istrinya? Dan mengapa istri mengasihi suaminya? Mengapa anak-anak berbakti kepada orang tuanya? Mengapa orang tua menyayangi anak-anak mereka? Niat macam apa yang sebenarnya dimiliki orang? Bukankah niat mereka adalah untuk memuaskan rencana dan keinginan egois mereka sendiri?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Firman Tuhan menunjukkan natur dan esensi suamiku yang menentang Tuhan. Aku punya iman dan membagikan Injil, jadi dia berusaha keras menindas dan menghentikanku, serta menghujat Tuhan. Dari luar terlihat seperti ditujukan kepadaku, tapi faktanya, dia membenci kebenaran, dan Tuhan. Aku belum pernah lihat esensi suamiku. Selama menikah, dia peduli dan perhatian kepadaku, dan selalu berada di sampingku, jadi kupikir dia baik kepadaku. Tak pernah kubayangkan begitu dia melihat imanku ditindas Partai dan itu memengaruhi reputasi dan masa depannya, dia menjadi orang yang sangat berbeda—mulai memukulku, berusaha keras menjauhkanku dari imanku, dan menghujat Tuhan. Itu perwujudan Iblis. Awalnya aku menduga dia hanya disesatkan kebohongan Partai Komunis, dan jika sudah memahaminya, mungkin sikap dia akan lebih baik. Kini, kutahu aku salah. Suamiku adalah reporter, dia tahu betul soal kabar kalau Partai mengarang berita palsu, tapi dia masih percaya kebohongan mereka dan menganiaya imanku. Esensi dia adalah Iblis yang membenci Tuhan. Aku pun melihat dengan jelas kebaikan dia kepadaku sebelumnya hanya agar aku melahirkan anak-anaknya dan mengurus keluarga. Bukan cinta sejati. Itu mengingatkanku akan firman Tuhan: "Orang percaya dan orang tidak percaya sama sekali tidak sesuai; sebaliknya mereka saling bertentangan satu sama lain" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Aku orang percaya—aku mengikuti Tuhan, mengejar kebenaran, dan berada di jalan benar. Suamiku mengikuti Partai Komunis dan berada di jalan melawan Tuhan. Kami tidak berada di jalan yang sama. Kami hidup bersama tanpa ikatan batin—sungguh menyakitkan. Setelah menjadi jelas, aku membuang semua dugaanku tentang dia. Saat itu, kemampuanku baca firman Tuhan terbatas dan aku tak bisa ikut pertemuan, apalagi bertugas. Aku sungguh menderita. Selama beberapa hari itu, aku berdoa, meminta Tuhan memberikan jalan keluar.

Lalu suatu malam, suamiku berkata, "Hari ini, aku ke peramal bertanya soal karierku, dan kapan keadaan akan berbalik sesuai keinginanku." Tanpa pikir panjang, aku berkata, "Sebagai orang beriman, kau percaya omongan sampah jahat itu?" Aku kaget saat raut wajahnya langsung berubah dan dia memukul perutku. Dia berteriak histeris, "Jika kau bersikeras mempertahankan imanmu, keluar dari rumah ini!" Saat itu, rasa sakitnya sungguh luar biasa seolah tubuhku hancur lebur. Aku berbaring di lantai, memegang perutku yang sakit. Aku berpikir, di rumah itu, suamiku tanpa henti menindasku setiap hari. Aku tak bisa baca firman Tuhan, ikut pertemuan atau bertugas. Jika terus begini, mustahil bisa mengejar kebenaran, dan aku akan berakhir hancur. Kini, dia berbuat kasar kepadaku dan mengancam akan mengusirku. Aku tak bisa terus menahan rasa sakit dan siksaan itu. Aku memutuskan meninggalkannya, membebaskan diri dari penjara rumah, melepaskan diri dari kehidupan neraka. Malam itu, di tempat tidur, aku menangis dalam kesedihan. Melihat rumah yang telah kami bangun susah payah, memikirkan pernikahan kami lebih dari sepuluh tahun akan runtuh, keluarga bahagia yang dihancurkan Partai Komunis, Aku merasa tak berdaya, terutama memikirkan nasib anak-anak kami—putri sulung kami bisa mengurus dirinya sendiri, tapi si bungsu baru berusia 4 tahun dan kesehatahan dia terganggu. Aku telah mencurahkan hatiku mengurusnya bertahun-tahun. Dia tak pernah terpisah dariku. Ibu mertuaku juga makin tua. Siapa yang akan mengurus anak-anak jika kami bercerai? Pikiran ini menyayat hatiku. Aku berdoa, meminta Tuhan mencerahkan dan membantuku memahami kehendak-Nya. Aku teringat firman Tuhan setelah berdoa. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tuhan menciptakan dunia ini dan menghadirkan manusia, makhluk hidup yang mendapat anugerah kehidupan dari Tuhan, ke dunia. Selanjutnya, manusia memiliki orang tua dan kerabat dan tidak sendirian lagi. Sejak pertama kali manusia melihat dunia lahiriah ini, dia telah ditakdirkan untuk berada dalam penentuan Tuhan dari semula. Napas kehidupan dari Tuhanlah yang menyokong setiap makhluk hidup sepanjang masa pertumbuhannya hingga dewasa. Selama proses ini, tak seorang pun merasa bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan Tuhan; melainkan, mereka meyakini bahwa manusia bertumbuh dewasa di bawah pemeliharaan yang penuh kasih dari orang tuanya, dan bahwa naluri kehidupannya sendirilah yang mengatur proses pertumbuhannya. Anggapan ini ada karena manusia tidak memahami siapa yang menganugerahkan kehidupannya dan dari mana kehidupan itu berasal, apalagi cara naluri kehidupan menciptakan keajaiban. Manusia hanya tahu bahwa makanan adalah dasar keberlanjutan hidupnya, bahwa kegigihan adalah sumber keberadaannya, dan bahwa keyakinan dalam benaknya adalah modal yang menjadi sandaran kelangsungan hidupnya. Tentang kasih karunia dan perbekalan Tuhan, manusia sama sekali tidak menyadarinya, dan dengan demikian, manusia menyia-nyiakan kehidupan yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan .... Tak seorang pun di antara umat manusia yang dipelihara Tuhan siang dan malam mengambil inisiatif untuk menyembah-Nya. Tuhan hanya terus membentuk manusia tanpa mengharapkan apa pun darinya, sebagaimana yang telah direncanakan-Nya. Dia berbuat demikian dengan harapan bahwa, suatu hari, manusia akan terjaga dari mimpinya dan tiba-tiba memahami nilai dan makna kehidupan, harga yang Tuhan bayar untuk semua yang telah diberikan-Nya kepada manusia, dan perhatian penuh semangat yang dengannya Tuhan menantikan manusia berbalik kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan adalah Sumber Kehidupan Manusia"). "Mengapa engkau tidak memercayakannya ke dalam tangan-Ku? Apakah engkau tidak memiliki iman yang cukup kepada-Ku? Atau apakah engkau takut Aku akan membuat pengaturan yang tidak pantas bagimu? Mengapa engkau selalu mengkhawatirkan keluarga lahiriahmu? Engkau selalu merindukan orang-orang yang engkau kasihi! Apakah Aku memiliki posisi khusus di hatimu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 59"). Firman Tuhan menunjukkanku Dia sumber kehidupan manusia, dan Dia-lah yang mengatur nasib kita. Apakah anak-anakku tumbuh sehat bukan kami yang kendalikan sebagai orang tua, tapi sudah ditentukan Tuhan. Kesehatan putri bungsuku, peristiwa yang dihadapinya dalam hidup, dan nasib yang dia miliki, semua sudah ditentukan Tuhan. Apa pun yang Tuhan atur akan jadi yang terbaik dan paling sesuai. Namun, aku kurang beriman kepada Tuhan. Aku selalu berpikir anak-anak membutuhkanku untuk mengurus mereka tumbuh sehat. Aku tak menempatkan mereka di tangan Tuhan. Aku congkak dan tak tahu apa-apa. Sebagai ibu, jika berada di sisi putriku, aku hanya bisa memberi kehangatan dan makanan yang cukup, tapi nasib dia tak bisa kukendalikan. Kini, aku harus tunduk pada aturan dan pengaturan Tuhan dan menyerahkannya kepada Tuhan, melepaskan semua kekhawatiranku, mengikuti Tuhan, membagikan Injil, dan melakukan tugasku. Memahami kehendak Tuhan sungguh membebaskanku.

Aku dan suamiku mengurus proses perceraian esoknya. Saat petugas tahu perceraian ini karena aku percaya Tuhan, dia menasihatiku, "Karena ini tentang agama, setelah tanda tangan, kau akan kehilangan suami, anak-anak, dan rumahmu. Sebaiknya, kau yakin." Mendengar ini, aku merasa berat hati. Meski aku telah melihat esensi suamiku yang anti-Tuhan dan siap menyerahkan anak-anakku ke tangan Tuhan, pikiran bahwa tanda tanganku berarti aku kehilangan rumah, anak-anak, dan semuanya, membuatku ragu. Sadar aku tidak dalam keadaan benar, aku berdoa dalam hati, lalu memikirkan firman Tuhan ini: "Engkau adalah makhluk ciptaan—engkau tentu saja harus menyembah Tuhan dan mengejar kehidupan yang bermakna. Jika engkau semua tidak menyembah Tuhan tetapi hidup dalam dagingmu yang kotor, lalu bukankah engkau hanyalah binatang buas yang mengenakan pakaian manusia? Karena engkau adalah manusia, engkau harus mengorbankan dirimu bagi Tuhan dan menanggung semua penderitaan! Engkau harus dengan senang hati dan tanpa ragu-ragu menerima sedikit penderitaan yang engkau alami sekarang dan menjalani kehidupan yang bermakna, seperti Ayub dan Petrus. ... Engkau semua adalah orang-orang yang mengejar jalan yang benar dan yang mencari peningkatan. Engkau semua adalah orang-orang yang bangkit di negara si naga merah yang sangat besar, mereka yang Tuhan sebut orang benar. Bukankah itu kehidupan yang paling bermakna?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (2)"). Firman Tuhan langsung mencerahkan. Benar—aku makhluk ciptaan, dan aku wajib menyembah Tuhan. Menyerahkan semua demi mengikuti Tuhan, mengejar kebenaran dan kehidupan adalah jalan yang benar dalam hidup. Itu hidup yang paling berharga dan berarti. Tuhan telah kembali dan bekerja di akhir zaman menyelamatkan manusia. Itu kesempatan yang tak ternilai. Punya nasib baik untuk menerima keselamatan Tuhan dan mendapatkan rezeki dari firman-Nya adalah anugerah dan rahmat Tuhan. Pekerjaan Tuhan akan segera berakhir. Aku harus mengesampingkan semua, mengorbankan diri demi Tuhan, dan melakukan tugasku. Kalau tidak, aku kehilangan kesempatan diselamatkan, dan akan menyesal seumur hidup. Tapi suamiku berpihak kepada Partai Komunis, berusaha keras menghalangi dan menindasku, memperlakukanku seperti musuh. Dia memukulku tiap kali aku menyebut kata "Tuhan." Selama di rumah itu, aku tak bisa membaca firman Tuhan, atau mengikuti pertemuan atau bertugas. Perceraian adalah cara bagiku untuk percaya dan mengikuti Tuhan. Aku seperti mati rasa jika hidup seperti itu. Aku akan masuk neraka, dihukum bersama Iblis. Dihadapkan dengan fakta, aku sadar suami dan rumahku bukanlah penopangku. Mereka alat, belenggu yang Iblis pakai untuk menyakiti dan menghancurkanku. Hanya Tuhan penopangku, dan hanya Dia rezeki bagi hidupku. Mengikuti Tuhan dan melakukan tugas makhluk ciptaan adalah satu-satunya cara diselamatkan Tuhan dan punya nasib dan tujuan baik. Aku teringat Petrus, yang melepaskan diri dari batasan orang tuanya demi beriman, dan memperoleh kebenaran dan kehidupan. Dia lepaskan semua demi mengikuti Tuhan Yesus. Aku harus mengikuti teladan Petrus, membebaskan diri dari belenggu suami jahatku dan sepenuh hati mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa. Jadi, aku menandatangani surat cerai tanpa ragu.

Sesampainya di rumah, putri sulungku berkata, "Bu, percaya kepada Tuhan adalah hal benar, tapi melihat Ayah memperlakukan Ibu seperti itu, Aku tak ingin Ibu menderita. Aku mendukung perceraian Ibu." Perkataan dia sungguh menguatkan hatiku. Saat teman-temanku tahu perceraianku, hampir dua puluh dari mereka datang memintaku melepaskan imanku. Aku berkata kepada mereka dengan tegas dan yakin, "Percaya kepada Tuhan adalah jalan benar. Aku telah mengurus orang tua dan anak-anakku, tapi dia percaya kebohongan Partai dan menghalangi imanku. Dia memukul, membentak, dan memaksaku bercerai. Aku telah hidup tanpa integritas atau martabat. Tak ada pilihan lain. Partai Komunis yang menghancurkan keluarga kami!" Mereka tak bisa menanggapi ucapanku.

Setelah itu, aku pergi dan bergabung dengan mereka yang menjalankan tugas. Aku mulai menyebarkan Injil dengan saudara-saudari, membaca firman Tuhan setiap hari, bersekutu tentang kebenaran, dan menikmati rezeki firman Tuhan. Aku merasa tenang dan damai. Setelah dianiaya Partai Komunis, dan ditindas suamiku, aku melihat wajah jahat Partai yang membenci Tuhan dan menghancurkan orang. Itu sungguh perwujudan Iblis, dan musuh bebuyutan Tuhan. Aku membenci dan menolaknya sepenuh hati. Aku juga memahami esensi anti-Tuhan sejati suamiku dan melepaskan diri dari penjara rumah itu. Itu semua keselamatan Tuhan.

Selanjutnya: Keegoisan Itu Keji

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Tinggalkan Balasan