Yang Tersembunyi di Balik Kesibukan
Di bulan Desember tahun lalu, aku menghadapi pemangkasan karena tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasku. Setelah merenung, aku menyadari bahwa selama waktu itu, aku memang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasku. Sebagai seorang pemimpin gereja, aku hanya menindaklanjuti pekerjaan tekstual dan mengabaikan semua tugas lainnya yang bukan merupakan tanggung jawabku langsung atau tidak memengaruhi reputasi dan statusku. Meski aku bisa menggunakan waktuku secara lebih efisien untuk menindaklanjuti lebih banyak pekerjaan, menurutku itu merepotkan dan melelahkan, jadi aku tidak mau mengerahkan upaya ekstra. Akibatnya, aku tidak menyadari bahwa tugas-tugas video tertunda. Aku benar-benar belum melakukan pekerjaan nyata. Melihat bahwa rumah Tuhan tidak memberhentikanku dan memberiku kesempatan untuk terus melaksanakan tugasku, aku berpikir, "Aku harus benar-benar bertobat dan menebus kekuranganku."
Setelah itu, di siang hari aku menindaklanjuti pembuatan video kesaksian pengalaman, dan di malam hari aku meninjau dokumen-dokumen. Jadwalku padat setiap harinya. Meski waktu luangku berkurang, setiap hari terasa memuaskan. Setelah itu, aku bergadang sampai pukul dua atau tiga pagi setiap hari dan bangun sekitar pukul tujuh pagi. Pada saat itu, aku tidak merasa lelah. Dengan bergadang, kupikir aku dapat menyelesaikan lebih banyak pekerjaan, dan itu lebih baik daripada memanjakan diri dalam kenyamanan seperti sebelumnya. Belakangan, saudara-saudari di sekitarku menyadari bahwa aku sering bergadang dan kulitku tampak pucat, lalu mereka mengingatkanku untuk beristirahat lebih awal. Saudari yang lain bertanya kepadaku, "Kau bergadang sampai larut malam dan jarang beristirahat di tengah hari. Apa kau sanggup menangani semua ini hari demi hari?" Aku berpikir, "Jadi, saudara-saudariku telah melihat penderitaanku. Dengan begitu, menanggung kesukaran ini rasanya sepadan. Setidaknya, semua orang bisa melihat sikap pertobatanku dan bahwa aku adalah seseorang yang dapat menanggung penderitaan dalam melaksanakan tugas, bukan seseorang yang mencari kenyamanan." Selama waktu itu, saat aku melihat beberapa saudari tidur pada pukul sebelas malam, aku memandang rendah mereka di dalam hatiku dan berpikir, "Ini terlalu nyaman. Kalian tidak merasa cemas atau terburu-buru dalam melaksanakan tugas kalian, dan kalian juga tidak memperhatikan maksud Tuhan." Untuk menunjukkan kepada mereka bahwa aku memiliki sikap yang berbeda dalam melaksanakan tugas, aku terus bergadang dan bangun pagi. Namun, makin sering bergadang, tubuhku mulai menunjukkan reaksi yang buruk. Sekitar pukul sebelas atau dua belas setiap malam, jantungku mulai berdebar. Aku tahu bahwa bergadang itu berbahaya bagi tubuh, dan Tuhan telah berkali-kali bersekutu tentang menjaga jadwal tidur yang normal. Namun aku mulai berpikir, "Jika aku tidur lebih awal, apa yang akan saudara-saudari pikirkan tentangku? Apa mereka akan berkata, 'Ketika diperhadapkan dengan pemangkasan, kau bisa menanggung sedikit kesukaran dan membayar sedikit harga, tetapi seiring berjalannya waktu, sifat aslimu telah terlihat, dan tidak ada yang berubah'?" Aku tidak ingin saudara-saudariku memiliki kesan seperti itu terhadapku. Demi mempertahankan citra sebagai orang yang bertanggung jawab, meski sangat lelah di malam hari, aku menguatkan diriku dan bertekun. Di tengah hari, aku tidak berani tidur siang terlalu lama, karena takut saudara-saudari akan berkata bahwa aku memanjakan dagingku. Terkadang, saat aku tidak tidur siang dan merasa sangat lelah, aku minum secangkir kopi agar tetap siaga. Terkadang, saat aku bekerja sampai larut malam dan melihat saudara-saudari yang lain masih ada di kantor, aku sengaja bersuara agar mereka tahu kalau aku juga sedang bergadang. Terhadap sebagian saudara-saudari yang tinggal di zona waktu berbeda, saat mereka mengirim pesan kepadaku, sekalipun aku sedang berbaring, aku tetap membalas mereka. Setiap kali mereka berkata, "Ini sudah larut malam, dan kau masih belum tidur. Istirahatlah!" Aku merasa sangat senang dalam hati dan berpikir bahwa saudara-saudariku dapat melihat upayaku. Saat nantinya pemimpin atas menanyakan kinerjaku, seperti apa pun hasil pekerjaanku, sikapku dalam melaksanakan tugas akan dianggap baik. Sekalipun tidak ada pencapaian, kerja kerasku jelas terlihat. Tentunya, saudara-saudari akan memuji perilaku pertobatanku dan melihatku sebagai seorang pemimpin yang melakukan pekerjaan nyata. Memikirkan hal-hal ini selalu membuatku merasa cukup aman.
Namun, karena terlalu lama bergadang, setiap pagi aku bangun dengan jantung berdebar, dan karena otakku lelah, aku tidak bisa fokus saat memeriksa dokumen di siang hari. Efisiensi kerjaku di siang hari rendah, jadi aku harus bergadang untuk menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Karena aku tidur larut malam, saat aku selesai sarapan keesokan paginya, waktu sudah menunjukkan hampir pukul delapan. Aku ingin melakukan saat teduh, tetapi kurasa waktunya tidak cukup, jadi aku membaca sekilas beberapa firman Tuhan, dan tanpa merenungkannya dalam-dalam, aku mulai bekerja. Aku makin tidak tertarik menulis artikel, merasa tugas sudah begitu sibuk tidak punya waktu sama sekali. Kemudian, masalah demi masalah mulai muncul dalam tugasku, dan saat itulah aku mulai merenung: Aku bermaksud melaksanakan tugasku dengan baik, tetapi mengapa masalah justru makin bertambah? Mengapa efektivitas tugasku menurun? Aku sadar, jika aku terus berada di dalam keadaan yang buruk ini, ini bukan hanya akan membuat fisikku kelelahan, tetapi pekerjaanku pun tidak akan berhasil. Aku harus segera memperbaiki keadaan ini.
Setelah itu, aku merenung: Aku sudah tahu bahwa bergadang tidak baik untuk kesehatanku dan menurunkan efisiensi tugasku, lalu mengapa aku tetap bersikeras melakukan ini? Setelah memikirkannya lagi, aku menyadari bahwa selama waktu ini, aku melakukan segala hal agar mendapat kesan tertentu di hadapan orang lain. Lalu, aku memikirkan bagaimana Tuhan telah menganalisis antikristus karena perilaku yang serupa, jadi aku mencari firman Tuhan mengenai topik ini dan membacanya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada orang-orang yang bersaksi tentang dirinya sendiri dengan menggunakan bahasa dan mengucapkan beberapa kata yang memamerkan dirinya, ada juga yang menggunakan perilaku. Apa saja perwujudan seseorang yang menggunakan perilaku untuk bersaksi tentang dirinya sendiri? Di luarnya, mereka menunjukkan sejumlah perilaku yang sejalan dengan gagasan orang, menarik perhatian, dan dipandang orang sebagai perilaku yang cukup mulia dan sesuai dengan standar moral. Perilaku ini membuat orang menganggap mereka terhormat, memiliki integritas, benar-benar mengasihi Tuhan, sangat saleh, memiliki hati yang sangat takut akan Tuhan, dan mereka adalah orang yang mengejar kebenaran. Mereka sering kali menunjukkan perilaku baik secara lahiriah untuk menyesatkan orang—bukankah ini juga terkesan meninggikan diri dan bersaksi tentang diri sendiri? Biasanya orang meninggikan diri dan bersaksi tentang dirinya sendiri melalui kata-kata, menggunakan ucapan yang jelas untuk mengungkapkan betapa diri mereka berbeda dari kebanyakan orang, serta bagaimana mereka mempunyai pendapat yang lebih bijaksana daripada orang lain agar dianggap hebat dan dihormati. Namun, ada beberapa metode yang tidak melibatkan ucapan eksplisit, yaitu orang menggunakan penerapan eksternal untuk bersaksi bahwa mereka lebih baik daripada yang lain. ... Aku akan memberi contoh yang sangat sederhana. Saat beberapa orang mengerjakan tugasnya, dari luarnya, mereka terlihat sangat sibuk; mereka dengan sengaja terus bekerja di saat orang lain sedang makan atau tidur, dan saat orang lain mulai mengerjakan tugasnya, mereka akan pergi makan atau tidur. Apa tujuannya melakukan hal ini? Mereka ingin menarik perhatian dan menunjukkan kepada semua orang bahwa mereka sangat sibuk mengerjakan tugasnya sehingga tidak punya waktu untuk makan atau tidur. Mereka berpikir: 'Engkau semua benar-benar tidak menanggung beban. Bagaimana engkau bisa begitu proaktif soal makan dan tidur? Engkau sungguh tidak berguna! Lihatlah diriku, aku bekerja saat engkau semua makan, dan aku masih bekerja di malam hari saat engkau tidur. Apakah engkau semua bisa menderita seperti ini? Aku bisa menanggung penderitaan ini; aku memberi contoh dengan perilakuku.' Apa pendapat engkau semua tentang perilaku dan perwujudan semacam ini? Apakah orang-orang ini tidak melakukannya dengan sengaja? Beberapa orang melakukannya dengan sengaja, dan perilaku macam apa ini? Orang-orang ini berusaha menjadi nonkonformis; mereka ingin menjadi berbeda dari kebanyakan orang, mau menunjukkan bahwa mereka sibuk mengerjakan tugas sepanjang malam, dan terutama, mereka mampu menanggung penderitaan. Dengan cara ini, semua orang akan merasa kasihan dan bersimpati kepada mereka, menganggap mereka mempunyai beban berat di pundaknya, terlalu sibuk bekerja sampai-sampai tidak sempat makan atau tidur. Jika mereka tidak bisa diselamatkan, semua orang akan memohon kepada Tuhan untuk mereka, memohon kepada Tuhan atas namanya, dan berdoa bagi mereka. Dalam melakukan hal ini, mereka menggunakan perilaku dan penerapan yang baik yang sejalan dengan gagasan manusia, seperti menanggung penderitaan dan membayar harga untuk mengelabui orang lain, serta dengan curang mendapatkan simpati dan pujian mereka. Apa hasil akhirnya? Setiap orang yang pernah berhubungan dengan mereka dan melihatnya membayar harga akan berkata dengan satu suara: 'Pemimpin kami adalah orang yang paling kompeten, paling mampu menanggung penderitaan dan membayar harga!' Bukankah dengan ini mereka telah mencapai tujuan untuk menyesatkan orang? Lalu suatu hari, rumah Tuhan berkata, 'Pemimpinmu tidak melakukan pekerjaan nyata. Mereka menyibukkan diri dan bekerja tanpa tujuan; mereka bertindak ceroboh, bersikap sewenang-wenang dan berperilaku layaknya diktator. Mereka telah mengacaukan pekerjaan gereja, tidak melakukan pekerjaan yang seharusnya, tidak melaksanakan pekerjaan injil atau memproduksi film, dan kehidupan bergereja pun berantakan. Saudara-saudari tidak memahami kebenaran, tidak memiliki jalan masuk kehidupan, dan tidak mampu menulis artikel kesaksian. Hal yang paling menyedihkan adalah mereka bahkan tidak mampu membedakan pemimpin palsu dan antikristus. Pemimpin semacam ini sungguh tidak kompeten; mereka adalah pemimpin palsu yang harus diberhentikan!' Dalam keadaan seperti ini, apakah akan mudah untuk memberhentikan mereka? Mungkin sulit. Karena saudara-saudari semua menyetujui dan mendukungnya, jika ada yang berusaha memberhentikan pemimpin ini, saudara-saudari akan mengajukan protes dan meminta kepada Yang di Atas untuk mempertahankannya. Mengapa hasilnya akan seperti itu? Karena pemimpin palsu dan antikristus ini menggunakan perilaku baik secara lahiriah seperti menanggung penderitaan dan membayar harga, serta kata-kata yang terdengar indah untuk menggerakkan, membujuk, dan menyesatkan orang. Begitu mereka menggunakan penampakan palsu ini untuk menyesatkan orang, semuanya akan berbicara atas nama mereka dan tidak mampu meninggalkannya. Mereka jelas tahu bahwa pemimpin ini belum melakukan banyak pekerjaan nyata, belum membimbing umat pilihan Tuhan untuk memahami kebenaran dan memperoleh jalan masuk kehidupan, tetapi orang-orang ini tetap mendukung, menyetujui, dan mengikutinya, bahkan tidak peduli jika itu berarti mereka tidak akan memperoleh kebenaran dan hidup" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, "Bab Empat: Mereka Meninggikan dan Memberi Kesaksian tentang Diri Mereka Sendiri"). Aku menyadari bahwa apa yang Tuhan singkapkan adalah perilakuku. Sejak pemimpin atas memangkasku karena aku hanya melaksanakan tugas tanpa rasa tanggung jawab dan tidak melakukan pekerjaan nyata, aku diam-diam bertekad untuk bertobat dan berubah. Pada awalnya, aku memang melakukan beberapa penerapan yang positif, bermaksud untuk menebus kekuranganku dengan tindakan nyata. Namun lambat laun, natur perilakuku mulai berubah. Saat aku bergadang dan mendapat perhatian serta kepedulian dari saudara-saudari, aku ingin membuktikan kepada semua orang melalui perilakuku yang nyata bahwa aku telah bertobat selama waktu ini dan bersedia membayar harga untuk tugas-tugasku. Jika suatu hari pemimpin atas bertanya kepada semua orang tentang penilaian mereka terhadapku, tentunya saudara-saudariku akan berkata positif tentang diriku, membuktikan bahwa aku bukanlah seorang pemalas atau bukan pemimpin yang tidak bertanggung jawab. Jadi, aku menanggung penderitaan dan bergadang tanpa kenal lelah, menggunakannya untuk menunjukkan kesetiaanku dalam melaksanakan tugas, dan bahkan sengaja pamer di hadapan saudara-saudari. Terkadang, saat aku jelas-jelas sangat lelah dan ingin tidur, aku tetap berusaha menjadi orang yang tidur paling akhir untuk menekankan "jadwalku yang sibuk" sebagai seorang pemimpin. Terkadang, karena aku bergadang, aku merasa lelah secara mental dan tidak fokus di siang hari; dalam hal ini, tidur siang adalah hal yang normal. Namun, untuk menjaga citraku yang bertanggung jawab, terkadang aku tidak beristirahat di siang hari. Aku beristirahat hanya saat aku tidak sanggup menahannya lagi, dan saat itu pun aku tidak berani tidur terlalu lama, karena takut semua orang mengira bahwa aku memanjakan diriku. Dengan bergadang sampai larut malam, selagi beberapa saudara-saudari masih terjaga, aku ingin mereka tahu bahwa aku masih bertekun. Bahkan aku mengirim pesan kepada saudara-saudari di negara lain agar lebih banyak orang tahu bahwa aku adalah seseorang yang rela menanggung penderitaan demi tugas-tugasku, membangun citra sebagai pekerja keras. Melihat bagaimana Tuhan menyingkapkan bahwa sebagian orang menggunakan bahasa, dengan mengucapkan kata-kata sombong untuk pamer agar dihormati orang lain, kemudian yang lainnya menggunakan perilaku yang sesuai dengan gagasan manusia, yang dianggap mulia dan relatif sesuai dengan standar moral, untuk menyesatkan orang lain sehingga membuat orang-orang itu mengagumi dan menghormati mereka, aku menyadari bahwa dengan bergadang dan menanggung penderitaan, aku mencoba membangun citra diri yang baik. Aku ingin mendapatkan dukungan dari semua orang, dan aku menggunakan perilaku baik ini, yaitu menanggung penderitaan dan membayar harga, untuk memamerkan diriku dan menyesatkan orang lain, dan itu merupakan perwujudan antikristus. Aku terpikir akan bagaimana munafiknya orang-orang Farisi, yang sengaja berdoa di sinagoge dan di sudut-sudut jalan, dan memasang wajah sedih saat berpuasa. Mereka juga menuliskan ayat-ayat kitab suci pada jumbai pakaian mereka dan berpura-pura memberi sedekah, semuanya untuk menampilkan diri mereka dan memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri melalui tindakan lahiriah yaitu perilaku baik. Semua yang orang-orang Farisi lakukan adalah untuk menyesatkan dan menjerat orang, untuk memantapkan kedudukan mereka dan membuat orang-orang menghormati mereka. Orang-orang Farisi menempuh jalan menentang Tuhan. Bukannya berfokus pada prinsip-prinsip kebenaran dalam melaksanakan tugasku, aku justru menempuh jalan yang salah, memanipulasi penampilan luar untuk menyesatkan orang lain dan agar dikagumi oleh mereka. Benar-benar hina!
Aku terus merenung: Apa aspek watak rusak yang tersembunyi di balik penderitaanku saat bergadang sampai larut malam? Aku membaca suatu bagian dalam firman Tuhan: "Antikristus muak akan kebenaran, mereka sama sekali tidak menerima kebenaran—yang secara nyata menunjukkan satu fakta: antikristus tidak pernah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, mereka tidak pernah menerapkan kebenaran—dan inilah perwujudan antikristus yang paling jelas terlihat. Selain status dan reputasi, serta diberkati dan diberi upah, hal lain yang mereka kejar adalah nikmatnya kesenangan daging dan manfaat dari status mereka; dan pengejaran ini dengan sendirinya membuat mereka melakukan sesuatu yang menyebabkan kekacauan dan gangguan. Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa apa yang mereka kejar serta perilaku dan perwujudan-perwujudan dalam diri mereka tidak disukai oleh Tuhan. Dan semua ini sama sekali bukan tindakan dan perilaku orang yang mengejar kebenaran. Sebagai contoh, ada antikristus yang seperti halnya Paulus telah bertekad untuk menderita saat mereka melaksanakan tugas, mereka mampu begadang semalaman dan tidak makan saat melakukan pekerjaan mereka, mereka mampu menaklukkan tubuh mereka sendiri, mampu mengatasi penyakit dan ketidaknyamanan apa pun. Dan apa tujuan mereka melakukan hal ini? Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa mereka mampu mengesampingkan diri—mampu menyangkal diri—dalam melaksanakan amanat Tuhan; bahwa bagi mereka, yang terpenting hanyalah tugas. Mereka memperlihatkan semua ini di depan orang lain. Ketika ada orang lain, mereka tidak beristirahat saat mereka seharusnya beristirahat, bahkan dengan sengaja memperpanjang jam kerja mereka, bangun pagi dan tidur larut malam. Namun, bagaimana dengan efisiensi dan efektivitas tugas mereka ketika antikristus bekerja keras seperti ini dari pagi hingga malam? Hal-hal ini berada di luar lingkup pemikiran mereka. Mereka berusaha melakukan semua ini di depan orang lain hanya agar orang lain bisa melihat bahwa mereka menderita, dan melihat betapa mereka telah mengorbankan diri bagi Tuhan tanpa sama sekali memikirkan diri mereka sendiri. Sedangkan tentang apakah tugas yang mereka laksanakan dan pekerjaan yang sedang mereka lakukan itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran atau tidak, mereka sama sekali tidak memikirkannya. Satu-satunya pemikiran mereka adalah apakah perilaku baik mereka secara lahiriah telah terlihat oleh semua orang, apakah semua orang menyadarinya, apakah mereka telah membuat semua orang terkesan, dan apakah kesan ini akan membuat semua orang kagum dan memuja mereka, apakah orang-orang ini akan mengacungkan jempol ketika mereka tidak ada dan memuji mereka dengan berkata, 'Mereka benar-benar mampu menanggung kesukaran, semangat ketahanan dan keteguhan mereka yang luar biasa itu melebihi kita semua. Dia adalah orang yang mengejar kebenaran, yang mampu menderita dan menanggung beban yang berat, dia adalah sokoguru di gereja.' Mendengar ini, antikristus merasa puas. Mereka berpikir dalam hatinya, 'Aku sangat mahir berpura-pura seperti itu, aku sangat pintar dalam melakukannya! Aku tahu semua orang hanya akan melihat apa yang tampak di luarnya, dan mereka menyukai perilaku baik seperti ini. Aku tahu jika aku bertindak seperti ini, aku akan diterima orang, membuat mereka mengacungkan jempol, membuat mereka mengagumiku di lubuk hati mereka, membuat mereka menghargaiku, dan tak seorang pun akan memandang rendah diriku lagi. Dan jika saatnya tiba Yang di Atas mengetahui bahwa aku belum melakukan pekerjaan yang nyata dan memberhentikanku, pasti akan ada banyak orang yang membelaku, yang menangis untukku, dan mendesakku untuk tinggal, dan berbicara atas namaku.' Mereka diam-diam bersukacita atas perilaku palsu mereka—dan bukankah sukacita ini juga menyingkapkan esensi natur antikristus? Dan, esensi apakah ini? (Kejahatan.) Benar sekali—ini adalah esensi kejahatan. Dikendalikan oleh esensi kejahatan ini, para antikristus menghasilkan keadaan berpuas diri dan mengagumi diri sendiri yang menyebabkan mereka secara diam-diam berseru menentang dan melawan Tuhan di dalam hati mereka. Di luarnya, mereka tampak membayar harga yang mahal dan daging mereka menanggung banyak penderitaan, tetapi apakah mereka benar-benar memikirkan beban Tuhan? Apakah mereka sungguh-sungguh mengorbankan diri untuk Tuhan? Dapatkah mereka melaksanakan tugas mereka dengan loyal? Tidak. ... Bukankah antikristus memiliki watak yang jahat? Di balik penderitaannya, mereka menyimpan ambisi dan ketidakmurnian tersebut, dan itulah sebabnya Tuhan membenci orang-orang semacam itu dan watak seperti itu. Namun, para antikristus tidak pernah memahami atau mengakui fakta ini. Tuhan memeriksa lubuk hati manusia, sedangkan manusia hanya melihat penampilan luar. Hal terbodoh tentang antikristus adalah mereka tidak mengakui fakta ini, dan mereka juga tidak mampu memahaminya. Jadi, mereka berusaha sebaik mungkin menggunakan perilaku yang baik untuk mengemas dan memperindah diri mereka sendiri sehingga orang lain mengira bahwa mereka mampu menderita dan menanggung kesukaran, menanggung penderitaan yang tidak mampu ditanggung oleh orang biasa, melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukan oleh orang biasa, sehingga orang lain mengira bahwa mereka berstamina, bahwa mereka mampu menaklukkan tubuh mereka sendiri, dan bahwa mereka tidak memikirkan kepentingan atau kesenangan daging mereka sendiri. Terkadang, mereka bahkan dengan sengaja mengenakan pakaian mereka sampai agak kotor dan tidak mencucinya, mereka tidak mencucinya meskipun pakaian tersebut sudah mulai berbau; mereka melakukan apa pun yang membuat orang lain memuja mereka. Makin sering mereka tampil di depan orang lain, makin mereka berusaha sebaik mungkin untuk memperlihatkan diri mereka agar orang lain melihat bahwa mereka berbeda dari orang biasa, bahwa keinginan mereka untuk mengorbankan diri bagi Tuhan lebih besar daripada keinginan orang biasa, bahwa tekad mereka untuk menderita lebih besar daripada tekad orang biasa, dan bahwa stamina mereka untuk menanggung penderitaan lebih besar daripada stamina orang biasa. Para antikristus mengesankan perilaku seperti itu dalam keadaan-keadan seperti ini, dan di balik perilaku-perilaku ini ada hasrat di lubuk hati para antikristus ini agar orang-orang memuja dan mengagumi mereka. Dan ketika mereka mencapai tujuan mereka, ketika mereka mendengar pujian orang-orang, dan ketika mereka melihat orang-orang memperlihatkan pandangan iri, kagum, dan penghargaan terhadap mereka, itulah saatnya mereka merasa bahagia dan puas di dalam hati mereka" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sembilan: (Bagian Sepuluh)). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa watak antikristus itu jahat. Saat diperhadapkan dengan masalah, mereka tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran atau cara bertindak sesuai dengan maksud Tuhan. Sebaliknya, mereka fokus pada perilaku lahiriah, mendisiplinkan tubuh mereka sendiri dan memberontak terhadap daging mereka, menggunakan perilaku lahiriah yang baik untuk menyesatkan orang lain. Aku berperilaku seperti itu. Setelah bergadang selama beberapa waktu dan mendapat tanggapan positif, dengan saudara-saudari yang menunjukkan perhatian dan bahkan kekaguman terhadapku, aku mulai meyakini bahwa penderitaan yang kutanggung dan harga yang kubayar ini setimpal. Untuk mempertahankan citraku yang bertanggung jawab, aku sengaja memperpanjang jam kerjaku. Bahkan saat aku bisa beristirahat lebih awal, aku menunda waktu tidurku hingga larut malam. Tuhan berfirman bahwa antikristus hanya bertindak di depan orang lain, hanya peduli apakah tindakan mereka terlihat dan meninggalkan kesan yang baik pada orang lain. Adapun hal-hal positif, seperti efektif atau tidaknya pekerjaan mereka, atau efisiensi dalam pekerjaan mereka, mereka sama sekali tidak mempertimbangkan semua itu. Persis seperti itulah aku berperilaku. Baru-baru ini, karena aku tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasku dan tidak melakukan pekerjaan nyata, aku menghadapi pemangkasan. Jika aku benar-benar ingin bertobat, aku seharusnya merenungkan watakku yang rusak, merenungkan cara untuk meningkatkan efisiensi kerja, dan mencurahkan lebih banyak upaya dalam menerapkan prinsip-prinsip kebenaran. Sebaliknya, aku memperpanjang jam kerjaku dan bergadang untuk menjaga citraku. Aku melaksanakan tugasku di larut malam dengan pikiran yang tidak jernih, dan aku merasa kacau di siang hari, dengan konsentrasi yang buruk. Secara keseluruhan, efisiensi kerjaku rendah. Namun, aku tidak mempertimbangkan apakah pekerjaan rumah Tuhan akan tertunda. Selama aku bisa membangun citra yang baik di hati saudara-saudari, itu sudah cukup bagiku. Aku menggunakan kesempatan melaksanakan tugasku untuk memamerkan diriku dan mendapatkan kekaguman. Aku bekerja demi status, bukan untuk melaksanakan tugasku dan memuaskan Tuhan. Pemikiranku terlalu hina dan jahat. Terlebih lagi, aku punya pemikiran yang lebih hina di benakku. Saat aku sedang dipangkas, aku tahu bahwa saudara-saudari dan pemimpin atas sedang mengawasi apakah aku sudah berubah atau belum. Namun, aku beranggapan bahwa pekerjaan nyata dan menyelesaikan masalah nyata itu terlalu melelahkan, dan mungkin hasilnya tidak langsung terlihat, sementara memberontak terhadap daging dengan bergadang itu relatif mudah. Sekalipun suatu hari aku tidak melakukan pekerjaanku dengan baik, dengan melihat kerja kerasku sekalipun tidak ada pencapaian, saudara saudari mungkin akan berdiri di pihakku dan membelaku. Dengan cara ini, bahkan jika aku diberhentikan, itu tidak akan terlalu memalukan. Setidaknya, semua orang akan melihat bahwa aku bisa menanggung penderitaan dan bersedia melakukan pekerjaan dengan baik. Setelah merenungkan pemikiran dan maksud ini, aku merasa jijik dengan diriku sendiri. Sebelumnya aku tidak melakukan pekerjaan nyata, sehingga telah membuat tugas-tugas jadi tertunda, dan aku seharusnya digantikan. Rumah Tuhan telah memberiku kesempatan untuk terus melakukan penerapan, tetapi aku tidak bertobat dan berubah. Sebaliknya, aku berusaha menyesatkan orang lain dengan penderitaan lahiriah, memperparah kesalahanku. Sekalipun aku bisa menyesatkan orang lain untuk sementara waktu dengan bergadang, Tuhan memeriksa kedalaman hati manusia. Menampilkan dan memperindah diriku dengan cara seperti ini akan membuat-Nya merasa jijik dan muak. Terlebih lagi, Tuhan menilai para pemimpin berdasarkan apakah mereka bisa melakukan pekerjaan nyata atau tidak, bukan berdasarkan apakah mereka bisa bergadang atau bekerja selama berjam-jam. Tidak peduli berapa lama mereka bekerja, jika mereka tidak bisa menemukan dan menyelesaikan masalah di tempat kerja, mempersekutukan kebenaran untuk membantu saudara-saudari menyelesaikan kesulitan di jalan masuk kehidupan, atau mencapai efektivitas yang nyata dalam tanggung jawab mereka, itu tidak dapat dianggap sebagai pekerjaan nyata.
Kemudian, aku merenung lagi. Tuhan selalu menuntut kita untuk menjaga jadwal tidur yang normal dan mengikuti ritme alami tubuh. Namun, aku tidak mengikuti firman Tuhan. Aku bahkan meyakini bahwa "Berusahalah sekuat tenaga untuk melaksanakan tugas sampai hari kematianmu" adalah sesuatu yang mengagumkan. Aku terus melaksanakan tugasku seperti ini tanpa kenal lelah. Di mana sebenarnya kesalahan dalam sudut pandang ini? Aku mencari tahu tentang masalah ini di dalam firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Tuhan telah memberimu kehendak bebas, kecerdasan manusia normal, dan hati nurani serta akal sehat yang seharusnya manusia miliki. Jika engkau menggunakan hal-hal ini dengan baik dan benar, mengikuti hukum untuk kelangsungan hidup tubuh fisikmu, menjaga kesehatanmu dengan baik, melakukan dengan teguh apa yang Tuhan minta darimu, dan mencapai apa yang Tuhan tuntut untuk engkau capai, maka itu sudah cukup, dan itu juga sangat sederhana. Pernahkah Tuhan menuntutmu untuk berusaha sekuat tenaga melaksanakan tugas sampai hari kematianmu? Pernahkah Dia memintamu untuk menyiksa dirimu sendiri? (Tidak.) Tuhan tidak menuntut hal-hal semacam itu. Orang seharusnya tidak menyiksa diri mereka sendiri, tetapi harus memiliki akal sehat dan memenuhi berbagai kebutuhan tubuh dengan benar. Minumlah air saat haus, makanlah saat lapar, beristirahatlah saat lelah, berolahragalah setelah duduk lama, pergilah ke dokter saat sakit, ikutilah aturan makan tiga kali sehari, dan pertahankanlah kehidupan manusia normal. Tentu saja, engkau juga harus tetap melaksanakan tugas normalmu. Jika tugasmu melibatkan pengetahuan khusus tertentu yang tidak kaumengerti, engkau harus belajar dan berlatih. Inilah kehidupan yang normal. Berbagai prinsip penerapan yang Tuhan anjurkan bagi manusia adalah semua hal yang dapat dipahami oleh kecerdasan manusia normal, hal-hal yang mampu dipahami dan diterima manusia, serta yang tidak melampaui jangkauan manusia normal sedikit pun. Semua itu berada dalam jangkauan pencapaian manusia, dan sama sekali tidak melampaui batas dari apa yang pantas. Tuhan tidak menuntut orang untuk menjadi manusia super atau orang terkemuka, sedangkan pepatah tentang perilaku moral mendorong orang untuk bercita-cita menjadi manusia super atau orang terkemuka. Mereka bukan saja harus menanggung tujuan besar negara dan bangsa mereka, tetapi mereka juga dituntut untuk berusaha sekuat tenaga melaksanakan tugas sampai hari kematian mereka. Hal ini memaksa mereka untuk menyerahkan nyawa mereka, yang sepenuhnya bertentangan dengan tuntutan Tuhan. Bagaimana sikap Tuhan terhadap kehidupan manusia? Tuhan menjaga manusia tetap aman dalam setiap situasi, dan menjaga mereka agar tidak jatuh ke dalam pencobaan dan keadaan berbahaya lainnya, serta melindungi hidup mereka. Apa tujuan Tuhan melakukannya? Tujuannya adalah untuk membuat orang menjalani kehidupan yang baik. Apa tujuan membuat orang menjalani kehidupan yang baik? Dia tidak memaksamu untuk menjadi manusia super, juga tidak memaksamu untuk terus-menerus memikirkan segala sesuatu di bawah langit di dalam hatimu, serta tidak memaksamu untuk mengkhawatirkan negara dan rakyat, apalagi mengambil posisi Tuhan dalam mengendalikan segala sesuatu, mengatur segala sesuatu, dan mengendalikan manusia. Melainkan, Dia memintamu untuk mengambil posisi yang tepat sebagai makhluk ciptaan, memenuhi tugas makhluk ciptaan, melaksanakan tugas yang seharusnya manusia lakukan, dan melakukan apa yang seharusnya manusia lakukan. Ada banyak hal yang seharusnya kaulakukan, dan semua itu tidak termasuk mengendalikan nasib manusia, terus-menerus memikirkan sesuatu di bawah langit di dalam hatimu, atau terus-menerus memikirkan umat manusia, tanah airmu, gereja, kehendak Tuhan, atau pekerjaan besar-Nya menyelamatkan umat manusia di dalam hatimu. Hal-hal ini tidak termasuk. Jadi, apa sajakah yang termasuk hal-hal yang seharusnya kaulakukan? Yang termasuk di dalamnya adalah melaksanakan amanat yang Tuhan percayakan kepadamu, tugas-tugas yang Tuhan berikan kepadamu, dan setiap tuntutan yang rumah Tuhan bebankan kepadamu di setiap periode. Bukankah ini sederhana? Bukankah ini mudah dilakukan? Ini sangat sederhana dan mudah dilakukan. Namun, orang selalu salah paham terhadap Tuhan dan berpikir bahwa Dia tidak menganggap mereka serius. Ada orang-orang yang berpikir, 'Orang yang percaya kepada Tuhan seharusnya tidak menganggap diri mereka sangat penting, mereka tidak boleh disibukkan dengan tubuh fisik mereka, dan harus lebih menderita, serta tidak tidur terlalu awal di malam hari, karena Tuhan mungkin tidak senang jika mereka tidur terlalu awal. Mereka seharusnya bangun lebih pagi dan tidur larut malam, serta bekerja keras sepanjang malam melaksanakan tugas mereka. Meskipun mereka tidak membuahkan hasil, mereka tetap harus begadang sampai pukul dua atau tiga pagi.' Akibatnya, orang-orang semacam itu bekerja begitu keras sampai mereka menjadi sangat kelelahan hingga berjalan pun membutuhkan upaya yang sangat besar, tetapi mereka berkata bahwa yang membuat mereka kelelahan adalah karena mereka melaksanakan tugas. Bukankah ini disebabkan oleh kebodohan dan ketidaktahuan manusia? Ada orang-orang yang berpikir, 'Tuhan tidak senang jika kita mengenakan pakaian yang agak istimewa dan bagus, Dia juga tidak senang kita makan daging dan makanan yang lezat setiap hari. Di rumah Tuhan, kita hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan tugas sampai hari kematian kita', dan mereka merasa bahwa sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, mereka harus melaksanakan tugas mereka sampai mati, jika tidak, Tuhan tidak akan menyelamatkan mereka. Benarkah demikian? (Tidak.) Tuhan menuntut manusia untuk melaksanakan tugas mereka dengan bertanggung jawab dan setia, tetapi Dia tidak memaksa mereka untuk bersikap keras terhadap tubuh mereka, apalagi meminta mereka untuk bersikap asal-asalan, atau membuang-buang waktu mereka. Aku melihat ada pemimpin dan pekerja yang mengatur orang untuk melaksanakan tugas mereka dengan cara seperti ini, tidak menuntut efisiensi tetapi hanya membuang-buang waktu dan tenaga orang. Sebenarnya mereka sedang menyia-nyiakan hidup orang. Pada akhirnya, dalam jangka panjang, akan ada orang-orang yang mengalami masalah kesehatan, dan masalah punggung, dan lutut mereka sakit, serta merasa pusing setiap kali melihat layar komputer. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Siapa yang menyebabkan hal ini? (Mereka sendirilah yang menyebabkannya.) Rumah Tuhan mengharuskan agar semua orang pergi tidur tidak lebih dari pukul 10 malam, tetapi ada orang-orang yang tidak tidur sampai pukul 11 atau 12 malam, yang berdampak pada waktu tidur orang lain. Beberapa orang bahkan menegur mereka yang tidur secara normal dengan berkata bahwa mereka mendambakan kenyamanan hidup. Ini salah. Bagaimana mungkin engkau melakukan pekerjaan dengan baik jika tubuhmu tidak cukup istirahat? Apa yang Tuhan katakan tentang hal ini? Bagaimana rumah Tuhan mengatur hal ini? Segala sesuatu harus dilakukan berdasarkan firman Tuhan dan ketentuan rumah Tuhan, serta hanya inilah yang benar. Ada orang-orang yang memiliki pemahaman yang tidak masuk akal, selalu bertindak ekstrem, dan bahkan mengekang orang lain. Ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Ada orang-orang yang memang bodoh dan tidak berakal sehat yang tidak memiliki pemahaman apa pun, serta mengira bahwa untuk melaksanakan tugas, mereka harus begadang, meskipun mereka tidak sibuk dengan pekerjaan, tidak mau tidur ketika mereka merasa lelah, tidak mau memberi tahu siapa pun jika mereka sakit, dan lebih buruk lagi, tidak mau memeriksakan diri ke dokter, yang mereka anggap sebagai pemborosan waktu yang menunda pelaksanaan tugas mereka. Apakah sudut pandang ini benar? Mengapa orang percaya masih memiliki pandangan yang tidak masuk akal seperti itu setelah mendengar begitu banyak khotbah? Bagaimana pengaturan pekerjaan rumah Tuhan ditetapkan? Engkau harus tidur tepat waktu pada pukul 10 malam, dan bangun pada pukul 6 pagi, dan engkau harus memastikan bahwa engkau tidur selama delapan jam. Selain itu, bahkan berulang kali ditekankan bahwa engkau harus menjaga kesehatanmu dengan berolahraga setelah bekerja, dan tetap mengikuti pola makan dan rutinitas yang sehat, agar dapat menghindari masalah kesehatan saat melaksanakan tugasmu. Namun, ada orang-orang yang tidak mengerti, mereka tidak dapat mematuhi prinsip atau mematuhi aturan, dan begadang walaupun tidak perlu serta mengonsumsi jenis makanan yang salah. Begitu mereka jatuh sakit, mereka tidak dapat melaksanakan tugas mereka, dan pada saat itu tidak ada gunanya menyesal" (Firman, Vol. 6, Tentang Pengejaran akan Kebenaran I, "Apa yang Dimaksud dengan Mengejar Kebenaran (12)"). Dari firman Tuhan, aku mengerti bahwa tuntutan Tuhan bagi manusia sangatlah nyata. Bila lapar, makanlah; bila lelah, istirahatlah; bila sakit, carilah pertolongan medis. Tuhan tidak menuntut orang untuk menjadi manusia super atau melakukan tugas yang bertentangan dengan hukum normal tubuh manusia. Namun, karena pemahamanku yang keliru, dahulu aku berpikir bahwa tidur lebih awal itu berarti malas, sementara bergadang dan mengabaikan tidur menunjukkan kesetiaan dalam pelaksanaan tugas. Terutama saat aku melihat bahwa bahkan orang-orang tidak percaya mengejar ketekunan dengan cara ini, aku mengikuti pengejaran ini. Sejak kecil, sekolah dan masyarakat telah mengajarkan kita untuk belajar dari contoh kerja keras di masyarakat. Beberapa di antara mereka yang tetap bertahan pada posisi mereka selama puluhan jam akhirnya pingsan karena terlalu banyak bekerja, dan beberapa bahkan meninggal mendadak di tempat kerja mereka. Semangat pengabdian mereka dipuji dan dikagumi oleh generasi berikutnya. Aku telah menerima sudut pandang yang salah ini dan ingin membuktikan bahwa aku bertanggung jawab untuk melaksanakan tugasku dengan bergadang. Padahal kenyataannya, sekitar pukul sebelas atau dua belas malam, jantungku mulai berdebar kencang. Keesokan paginya, aku bangun dengan kepala berat dan badan yang terasa lesu. Perlu waktu cukup lama bagiku untuk menyesuaikan diri sebelum aku bisa masuk ke mode kerja. Karena kurang fokus, tingkat kesalahanku dalam melaksanakan tugas meningkat, dan efisiensi kerjaku tidak tinggi. Dan karena aku bangun kesiangan, aku melewatkan saat teduh dan langsung pergi bekerja. Setiap hari, aku tidak merenungkan kerusakan yang telah kuperlihatkan atau merangkum penyimpangan dalam pelaksanaan tugasku. Aku melaksanakan tugasku dengan berjerih payah, tanpa jalan masuk kehidupan, dan efektivitas pelaksanaan tugasku menjadi makin buruk. Agar dikagumi orang lain, aku menghabiskan dua atau tiga jam ekstra itu dengan bergadang. Namun, efisiensi kerjaku tidak meningkat banyak, dan dalam jangka panjang, kesehatanku memburuk. Aku menyadari bahwa bergadang untuk membuktikan kesetiaanku dalam melaksanakan tugas adalah cara paling bodoh dan tidak masuk akal. Aku juga menyadari bahwa pemikiran yang ditanamkan Iblis dalam diri manusia seperti, "Berusahalah sekuat tenaga untuk melaksanakan tugas sampai hari kematianmu", "Ulat sutera musim semi menenun sampai mereka mati, dan lilin padam setelah sumbunya habis terbakar," semua itu berbahaya bagi manusia dan merusak kehidupan mereka. Hanya Tuhan yang menyayangi dan menghargai kehidupan manusia, menetapkan jam normal untuk bekerja dan istirahat, serta membiarkan orang hidup dan bekerja sesuai aturan yang normal. Ada kasih Tuhan dalam hal ini. Tuhan menuntut manusia untuk melaksanakan tugas sebagai makhluk ciptaan-Nya dengan kesetiaan. Kesetiaan ini bukan berarti memaksakan tubuh kita sampai sakit dan kelelahan, melainkan melaksanakan tugas kita dengan sebaik mungkin, fokus merenungkan watak rusak kita sendiri, mencari kebenaran, dan bertindak berdasarkan prinsip. Namun, yang telah kuperlihatkan adalah kesetiaan yang bodoh, hanya perilaku baik yang dikemas untuk menyesatkan orang lain. Setelah memahami hal ini, aku merasa makin menyesal dan berutang budi. Aku tidak boleh terus-menerus membawa motivasi yang salah seperti ini dalam melaksanakan tugasku.
Keesokan harinya, aku menyusun kembali jadwal kerjaku, tidur dan bangun lebih awal, serta berolahraga di pagi dan sore hari. Setelah aku mencobanya selama beberapa waktu, jantungku tak lagi berdebar dan berdetak kencang. Selain itu, dengan bangun pagi, aku bisa meluangkan waktu untuk melakukan saat teduh dan menulis artikel kesaksian pengalaman; jantungku pun relatif tenang. Dengan merencanakan waktu secara wajar, efisiensi kerjaku meningkat, dan kondisi mentalku juga membaik.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.