Untuk Apa Semua Penderitaan itu?

27 Juli 2022

Oleh Saudari En Xi, Italia

Setelah menjadi orang percaya, aku melihat banyak pemimpin yang benar-benar mampu menanggung banyak kesukaran. Mereka terus bekerja, melaksanakan tugas mereka dalam keadaan apa pun, dan saudara-saudari menghormati mereka. Aku sangat mengagumi mereka dan berharap bisa menjadi orang yang mampu menderita dan membayar harga, seperti mereka, dan mendapatkan kekaguman orang lain. Jadi, aku sangat bersemangat dalam pengejaranku. Kemudian, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Aku benar-benar sibuk dengan tugasku setiap hari, dan orang lain memujiku karena mampu menanggung kesukaran meskipun masih sangat muda, dan mengatakan aku adalah orang yang mengejar kebenaran. Aku merasa senang setiap kali mendengarnya, dan merasa penderitaan itu sepadan. Kemudian, lingkup tanggung jawabku bertambah dan beban kerjaku terus meningkat. Aku melihat beberapa saudari yang bekerja bersamaku benar-benar mampu menderita dan membayar harga. Mereka selalu tidur sangat larut dan terkadang pergi ke pertemuan dengan perut kosong, tidak sempat makan. Tuan rumah memuji mereka karena terbeban dan mampu menanggung kesukarn. Aku merasa jika saudara-saudari menyukai orang seperti itu, maka Tuhan juga pasti menyukainya, jadi aku mulai melakukan tugasku hingga larut malam. Namun setelah beberapa waktu, tubuhku benar-benar tak sanggup lagi dan selalu mulai mengantuk setelah lewat tengah malam. Namun, melihat saudari-saudari lain di sana bekerja, aku merasa malu untuk pergi tidur, takut mereka berkata aku berfokus pada daging dan tak terbeban dalam tugasku. Jadi kupaksakan diri untuk melanjutkan, tapi aku terus mengantuk, dan tak banyak yang bisa kuselesaikan. Meskipun begitu, aku tetap tidak pergi tidur. Dalam hati, aku memotivasi diriku sendiri, berpikir aku tak boleh berfokus pada daging dan dipandang rendah oleh orang lain. Terkadang setelah begadang, aku harus bangun pagi-pagi untuk pertemuan, dan pasti mengantuk saat bersepeda ke sana, dan kemudian mengantuk dalam pertemuan. Aku ingin tidur siang, tapi takut orang lain berkata aku memanjakan tubuhku. Setiap hari, kupaksakan diri begadang, dan memaksakan diri terus bekerja. Suatu hari, saat bersepeda ke sebuah pertemuan, aku sangat mengantuk, aku linglung sepanjang jalan dan akhirnya jatuh ke dalam selokan, yang membuatku langsung terbangun. Menuntun sepedaku di sepanjang jalan, aku heran mengapa hal itu terjadi padaku. Dalam perenunganku, aku sadar sejak terpilih sebagai pemimpin, yang kupikirkan hanyalah mendapatkan kekaguman melalui kemampuanku untuk menderita, takut orang berkata aku berfokus pada daging dan menginginkan kenyamanan. Akibatnya, tak ada rutinitas dalam hidupku, dan bahkan tak beristirahat dengan benar.

Suatu hari, aku membaca beberapa firman Tuhan yang menyingkapkan orang Farisi, dan membandingkan diriku dengan itu. Firman Tuhan katakan: "Tahukah engkau semua siapa sebenarnya orang Farisi? Adakah orang Farisi di sekitarmu? Mengapa orang-orang ini disebut 'Orang Farisi'? Bagaimana orang Farisi digambarkan? Mereka adalah orang-orang yang munafik, sama sekali palsu dan berpura-pura dalam segala sesuatu yang mereka lakukan. Tindakan berpura-pura apa yang mereka lakukan? Mereka berpura-pura bersikap baik, ramah, dan positif. Seperti inikah diri mereka yang sebenarnya? Sama sekali tidak. Mengingat bahwa mereka adalah orang munafik, segala yang terwujud dan tersingkap pada diri mereka adalah palsu; semuanya kepura-puraan—itu bukan diri mereka yang sebenarnya. Di manakah diri mereka yang sebenarnya disembunyikan? Itu tersembunyi jauh di dalam hati mereka, tidak pernah terlihat oleh orang lain. Segala sesuatu yang tampak di luarnya adalah kepura-puraan, semua itu palsu, tetapi mereka hanya bisa mengelabui orang; mereka tidak bisa mengelabui Tuhan. Jika orang tidak mengejar kebenaran, jika mereka tidak menerapkan dan mengalami firman Tuhan, mereka tidak dapat benar-benar memahami kebenaran, dan semuluk apa pun perkataan mereka, perkataan ini bukanlah kenyataan kebenaran, melainkan perkataan doktrin. Ada orang-orang yang hanya berfokus mengulang-ulang perkataan doktrin, mereka meniru siapa pun yang menyampaikan khotbah terbaik. Hasilnya, dalam beberapa tahun saja, pembahasan doktrin mereka semakin tinggi, dan mereka dikagumi dan dipuja oleh banyak orang, yang mana setelah itu, mereka mulai menyamarkan diri mereka sendiri, dan sangat memperhatikan apa yang mereka katakan dan lakukan, memperlihatkan diri mereka sebagai orang yang sangat saleh dan rohani. Mereka menggunakan apa yang disebut teori-teori rohani ini untuk menyamarkan diri mereka sendiri. Hanya inilah yang mereka bicarakan ke mana pun mereka pergi, hal-hal masuk akal yang sesuai dengan gagasan orang, tetapi tidak memiliki kenyataan kebenaran. Dan dengan mengkhotbahkan hal-hal ini—hal-hal yang sejalan dengan gagasan dan selera orang—mereka menipu banyak orang. Bagi orang lain, orang-orang semacam itu tampak sangat saleh dan rendah hati, tetapi sebenarnya palsu; mereka tampak toleran, sabar, dan penuh kasih, tetapi itu sebenarnya kepura-puraan; mereka berkata mereka mengasihi Tuhan, tetapi itu sebenarnya adalah kepura-puraan. Orang lain menganggap orang semacam itu kudus, tetapi sebenarnya palsu. Di manakah seseorang yang benar-benar kudus ditemukan? Kekudusan manusia semuanya palsu. Semua itu adalah kepura-puraan. Secara lahiriah, mereka tampak setia kepada Tuhan, tetapi sebenarnya mereka melakukannya agar dilihat orang lain. Ketika tak seorang pun yang melihat, mereka tidak sedikit pun setia, dan semua yang mereka lakukan asal-asalan. Secara lahiriah, mereka mengorbankan diri mereka bagi Tuhan dan telah meninggalkan keluarga dan karier mereka. Namun, apa yang sedang mereka lakukan secara diam-diam? Mereka sedang mengurus urusan mereka sendiri dan menjalankan bisnis mereka sendiri di dalam gereja, secara diam-diam mendapatkan keuntungan dari gereja dengan kedok bekerja untuk Tuhan.... Orang-orang ini adalah orang Farisi modern yang munafik" ("Enam Indikator Kemajuan dalam Kehidupan" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Yang firman Tuhan singkapkan sangat menghunjam hatiku. Aku bertindak persis seperti yang dilakukan orang Farisi. Mereka suka berpura-pura dengan perilaku di luar, sengaja berdoa di sudut jalan dan mengkhotbahkan firman Tuhan agar orang berpikir mereka benar-benar saleh dan mengasihi Tuhan. Namun sebenarnya, mereka sama sekali tidak menerapkan firman Tuhan. Hal-hal yang mereka lakukan itu hanyalah untuk pamer dan mendapatkan kekaguman. Aku pun sama. Aku sangat berfokus pada perilaku baik di luar agar saudara-saudari berpikir baik tentang diriku. Melihat beberapa orang lain mampu menderita dan membayar harga dalam tugas mereka dan dipuji semua orang, aku berusaha keras menjadi orang seperti itu. Ketika terpilih menjadi pemimpin, melihat para saudari lainnya bekerja hingga larut malam, aku memaksakan diri begadang agar tidak tertinggal di belakang mereka. Aku selalu berusaha dengan susah payah betapapun mengantuknya aku. Aku bahkan tak berani tidur siang dalam upayaku untuk terlihat sebagai orang yang mampu menanggung kesukaran. Aku menyamarkan diriku di setiap kesempatan, berusaha mendapatkan kekaguman saudara-saudari dengan terlihat melakukan hal-hal baik. Menderita dan mengorbankan diri dengan cara itu semuanya palsu, semuanya menipu. Aku menempuh jalan orang Farisi—bagaimana mungkin itu tidak membuat Tuhan jijik? Setelah itu, aku berupaya menyesuaikan waktu kerja dan istirahatku, dan selalu pergi tidur seperti biasa setelah selesai dengan pekerjaan hari itu. Aku merasa jauh lebih tenang ketika melakukan itu.

Setahun kemudian, aku pergi ke luar negeri. Aku melihat beberapa saudari yang tinggal bersamaku benar-benar mampu menanggung kesukaran dalam tugas mereka dan bekerja lembur setiap malam. Terkadang aku ingin tidur lebih awal setelah menyelesaikan pekerjaanku, tapi takut mereka berpikir aku berfokus pada kenyamanan. Selain itu, aku pemimpin, jadi apa pendapat mereka tentang diriku jika aku pergi tidur lebih awal dari yang lain? Mereka mungkin berkata aku tak mampu menanggung penderitaan dan tak terbeban untuk tugasku. Dengan pemikiran itu, mau tak mau aku kembali mulai berpura-pura dan begadang bersama mereka. Namun, aku mulai mengantuk dan tertidur setelah pukul 1 pagi. Mereka menyarankan agar aku pergi tidur lebih awal, tapi aku memaksakan diriku untuk bersemangat dan berkata, "Aku baik-baik saja, aku bisa mengatasinya. Aku akan tidur sebentar lagi." Namun kemudian, aku tak berdaya selain kembali linglung. Terkadang, aku benar-benar tidak bisa menahan rasa kantukku, jadi kubaringkan kepalaku di atas meja dan tidur sebentar, tapi tak merasa tenang melakukannya. Aku khawatir pendapat orang lain tentang diriku, jadi aku selalu segera kembali bekerja. Agar terlihat terbeban, terkadang aku sengaja mengirim pesan di grup ketika sudah sangat larut agar semua orang tahu seberapa larut aku begadang melakukan tugasku sampai malam. Aku ingin membeli beberapa suplemen nutrisi karena masalah kesehatan, tapi aku khawatir tentang pendapat orang lain. Apakah mereka pikir aku terlalu mencintai daging? Jadi, aku tak membelinya. Suatu hari dalam pertemuan, aku mendapati seorang saudari tidak berada dalam keadaan yang baik, dan membutuhkan persekutuan dan sokongan. Namun, karena dia berada di negara dengan zona waktu yang berbeda dan sudah tengah malam di zona waktuku, awalnya kupikir aku akan bersekutu dengannya esok hari. Namun kemudian kupikir, bersekutu dengannya di malam hari bisa membuatku terlihat terbeban untuk jalan masuk kehidupan saudara-saudari. Jadi aku menelepon saudari itu dan bersekutu dengannya sampai sekitar pukul 2 pagi. Dia mengatakan kepadaku, "Sudah larut di sana, kau harus tidur. Begadang itu buruk bagi kesehatanmu." Aku sangat senang mendengarnya mengatakan itu. Meskipun tubuhku sedikit menderita, tapi itu tidak sia-sia karena itu membuatnya berpikir aku punya beban dan rasa tanggung jawab. Aku mulai mengalami sedikit masalah kesehatan setelah itu, dan dokter berkata itu akibat sering begadang. Aku mengabaikannya dan terus melakukan hal yang sama. Seorang pemimpin tingkat atas selalu mengingatkanku bahwa aku tak boleh begadang, pekerjaan takkan tertunda jika aku tidur lebih awal, bangun lebih awal. Kupikir jika aku tidur lebih awal, yang lain akan berpikir bahwa aku, sebagai pemimpin, tak mampu menanggung kesukaran seperti orang lain, jadi akankah mereka menghormatiku? Aku tak menganggap serius perkataan pemimpin. Seorang saudari melihatku kurang sehat dan berkata "Kau pasti terlalu banyak pikiran. Memiliki begitu banyak masalah untuk diselesaikan dan semua stres itu memengaruhi kesehatanmu. Sebagai pemimpin, kau memiliki begitu banyak kekhawatiran." Aku merasa sangat bangga dengan diriku sendiri ketika dia mengatakan itu. Aku merasa harga yang kubayar, penderitaan yang kutanggung sepadan dengan pujian orang lain. Kemudian, aku membaca satu bagian firman Tuhan yang memberiku sedikit pemahaman tentang jalan salah yang kutempuh. Firman Tuhan katakan: "Antikristus tidak pernah bertindak sesuai dengan prinsip kebenaran, mereka tidak pernah menerapkan kebenaran—dan inilah perwujudan antikristus yang paling jelas terlihat. Selain status dan gengsi, serta diberkati dan diberi upah, satu-satunya yang mereka kejar adalah nikmatnya kesenangan daging dan manfaat dari status mereka; dan pengejaran ini tentu saja menyebabkan munculnya gangguan. Fakta-fakta ini memperlihatkan bahwa apa yang mereka kejar, perilaku mereka, dan apa yang terwujud dalam diri mereka tidaklah disukai oleh Tuhan. Dan semua ini sama sekali bukan cara bertindak dan perilaku orang yang mengejar kebenaran. Sebagai contoh, ada antikristus yang seperti halnya Paulus telah bertekad untuk menderita saat mereka melaksanakan tugas, mereka mampu begadang semalaman dan tidak makan saat melakukan pekerjaan mereka, mereka mampu menaklukkan kebutuhan fisik, mampu mengatasi penyakit dan ketidaknyamanan. Dan apa tujuan mereka melakukan hal ini? Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada semua orang bahwa mereka mampu mengesampingkan diri—mampu menyangkal diri—dalam melaksanakan amanat Tuhan; bahwa bagi mereka, yang terpenting hanyalah tugas. Mereka memperlihatkan semua ini di depan orang lain, mereka memamerkannya sepenuhnya, tidak beristirahat saat mereka seharusnya beristirahat, bahkan dengan sengaja memperpanjang jam kerja mereka, bangun pagi dan tidur larut malam. Namun, bagaimana dengan efisiensi dan efektivitas tugas mereka ketika antikristus bekerja keras seperti ini dari pagi hingga malam? Hal-hal ini berada di luar lingkup pemikiran mereka. Keinginan mereka satu-satunya dalam melakukan semua ini di depan orang lain adalah agar orang lain melihat mereka menderita, dan melihat betapa mereka telah mengorbankan diri bagi Tuhan tanpa sama sekali memikirkan diri mereka sendiri. Sedangkan tentang apakah tugas yang mereka laksanakan dan pekerjaan yang sedang mereka lakukan itu dilakukan sesuai dengan prinsip kebenaran atau tidak, mereka sama sekali tidak memikirkannya. Satu-satunya pemikiran mereka adalah apakah perilaku baik mereka secara lahiriah telah terlihat oleh semua orang, apakah semua orang menyadarinya, apakah mereka telah membuat semua orang terkesan, dan apakah kesan ini akan membuat semua orang kagum dan memuja mereka, apakah orang-orang ini akan mengacungkan jempol ketika mereka pergi dan memuji mereka dengan berkata, 'Mereka benar-benar mampu menanggung kesukaran, semangat ketahanan dan keteguhan mereka yang luar biasa itu melebihi kita semua. Dia adalah orang yang mengejar kebenaran, yang mampu menderita dan menanggung beban yang berat, dia adalah tiang penyangga di rumah Tuhan.' Mendengar ini, antikristus pun puas. Mereka berpikir dalam hatinya, 'Aku sangat mahir berpura-pura seperti itu, aku sangat pintar dalam melakukannya! Aku tahu semua orang hanya akan melihat apa yang tampak di luarnya, memang inilah yang disukai orang. Aku tahu jika aku bertindak seperti ini, aku akan diterima orang, membuat mereka mengacungkan jempol, membuat mereka mengagumiku di lubuk hati mereka, membuat mereka menyukaiku, dan tak seorang pun akan memandang rendah diriku lagi. Dan jika saatnya tiba Yang di Atas mengetahui bahwa aku belum melakukan pekerjaan yang nyata dan menggantiku, pasti akan ada banyak orang yang membelaku, yang menangis untukku, dan mendesakku untuk tinggal, dan berbicara atas namaku.' Mereka diam-diam bangga akan perilaku palsu mereka—dan bukankah kebanggaan ini juga menyingkapkan natur dan esensi antikristus? Dan, esensi apakah ini? (Kejahatan.) Benar sekali—ini adalah esensi kejahatan" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Sepuluh)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan menyingkapkan esensi antikristus sebagai sesuatu yang sangat jahat. Mereka akan menggunakan taktik apa pun untuk berpura-pura, mengemas diri mereka untuk mencapai tujuan jahat mereka mengendalikan orang lain dan dikagumi. Misalnya, mereka sengaja menunda-nunda tugas mereka, begadang dan bangun lebih awal agar mereka terlihat setia kepada Tuhan. Mereka selalu bekerja keras dan melewatkan makan dan tidur, mengabaikan kebutuhan fisik dalam tugas, sehingga orang mengagumi dan memuja mereka. Mereka akhirnya membawa orang ke hadapan diri mereka sendiri. Tuhan membenci dan mengutuk perilaku seperti itu. Aku merasa tidak enak, benar-benar tidak nyaman ketika aku bercermin pada firman Tuhan. Aku bertindak sama seperti antikristus. Aku ingin orang lain melihatku mampu menanggung kesukaran, tidak memanjakan diri dan terbeban untuk pekerjaanku, dan ingin mereka mengagumiku karena menjadi pemimpin yang baik, jadi di waktu kerja, istirahat, dan makanku, aku berusaha keras berpura-pura. Aku tak tidur saat waktunya beristirahat dan sengaja begadang dalam tugas meskipun tak perlu. Aku terus melakukan itu bahkan saat punya masalah kesehatan. Aku takut orang lain berkata aku terlalu memedulikan daging dan memiliki kesan buruk tentang diriku, jadi aku tak mengurus kebutuhan tubuhku secara normal atau membeli suplemen yang kubutuhkan. Aku dengan licik membangun citra diriku dengan berpura-pura baik, menderita dan membayar harga, agar orang lain berpikir aku mengejar kebenaran, bahwa aku rajin dan setia pada tugasku, dan pemimpin yang baik, lalu mereka akan makin menghormatiku. Semua upayaku dinodai dengan kepalsuan, penipuan. Aku membuat diriku terlihat baik, menyesatkan orang lain dengan citra palsu. Aku berada di jalan antikristus. Aku tak mau terus melakukan hal-hal seperti itu, jadi aku berdoa kepada Tuhan, siap untuk bertobat dan berubah.

Kemudian aku merenung—mengapa aku begitu fokus untuk terlihat menanggung kesukaran? Melalui perenunganku, aku sadar telah memiliki perspektif yang keliru. Kupikir mampu menderita dan membayar harga, terlihat melakukan hal-hal baik, berarti menerapkan kebenaran dan memuaskan Tuhan, bahwa Tuhan pasti berkenan. Namun, melalui analisis dalam firman Tuhan, aku mengerti perspektif itu tak masuk akal. Firman Tuhan katakan: "Apa yang direpresentasikan oleh perbuatan baik manusia yang dangkal? Semua itu merepresentasikan daging, dan bahkan penerapan lahiriah yang terbaik pun tidak merepresentasikan kehidupan; itu hanya menunjukkan temperamen pribadimu sendiri. Penerapan lahiriah manusia tidak mampu memenuhi keinginan Tuhan. ... Jika tindakan-tindakanmu selalu ada dalam tampilan yang kelihatan saja, ini berarti engkau adalah orang yang sangat sombong. Sikap Manusia macam apakah yang hanya melakukan perbuatan baik di permukaan saja dan tidak memiliki realitas? Orang semacam itu hanyalah orang Farisi dan pemuka agama yang munafik! Jika engkau semua tidak melepaskan penerapan lahiriahmu dan tidak mampu membuat perubahan, unsur-unsur kemunafikan di dalam dirimu akan semakin bertumbuh. Semakin besar unsur-unsur kemunafikanmu, semakin besar penentangan yang ada terhadap Tuhan. Pada akhirnya, orang-orang semacam itu pasti akan disingkirkan!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Dalam Iman, Orang Harus Berfokus pada RealitasTerlibat dalam Ritual Keagamaan Bukanlah Iman"). "Sekarang ini, ada orang tertentu yang ketika melaksanakan tugasnya, akan bekerja dari subuh hingga petang, atau begadang semalaman dan melakukannya tanpa makan. Mereka mampu menaklukkan daging, mengabaikan kesukaran jasmani—bahkan bekerja saat mereka sakit. Namun meskipun mereka memiliki kebaikan-kebaikan ini, dan merupakan orang yang baik, orang yang benar, masih ada hal-hal dalam hati mereka yang tak mampu mereka kesampingkan: status, gengsi, dan kesombongan. Dan jika mereka tak pernah mengesampingkan hal-hal ini, apakah itu berarti mereka orang yang mengejar kebenaran? Jawabannya jelas dengan sendirinya. Tidak ada yang lebih sulit daripada mencapai perubahan watak ketika engkau percaya kepada Tuhan. Orang mungkin tetap tidak menikah seumur hidup mereka, mereka mungkin tidak pernah menikmati makanan mewah atau mengenakan pakaian bagus, bahkan mereka mungkin berkata, 'Tidak masalah jika aku menderita sepanjang hidupku, atau jika aku kesepian sepanjang hidupku, aku akan bisa menerimanya—bersama Tuhan, hal-hal ini tidak ada artinya.' Mudah bagi mereka untuk mengatasi dan membereskan masalah penderitaan dan kesukaran daging. Apa yang tidak mudah mereka atasi? Watak rusak mereka. Watak rusak tidak dapat dibereskan hanya dengan mengatasinya. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan benar, memenuhi kehendak Tuhan, dan masuk ke dalam kerajaan, orang mampu menanggung penderitaan daging—tetapi apakah mampu menderita dan membayar harga berarti telah ada perubahan dalam watak mereka? Tidak. Ketika mengukur apakah telah ada perubahan dalam watak seseorang, jangan melihatnya dari sebanyak apa penderitaan yang mereka tanggung, dan seberapa baik perilaku mereka di luarnya; sebaliknya, engkau harus melihatnya dari apa titik awal, motif, dan niat di balik tindakan mereka, apa prinsip di balik perilaku mereka, dan bagaimana sikap mereka terhadap kebenaran. Hanya mengukur berdasarkan aspek-aspek inilah yang benar" ("Hanya Jika Orang Melakukan Kebenaran, Mereka Dapat Memiliki Kemanusiaan yang Normal" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan sangat jelas. Sebaik apa pun seseorang tampaknya berperilaku, bukan berarti mereka menerapkan kebenaran, dan bukan berarti mereka telah mengalami perubahan watak dan mendapatkan perkenanan Tuhan. Pada Zaman Kasih Karunia, Paulus mampu menanggung kesukaran. Dia masuk penjara dan tidak mengkhianati Tuhan dalam upayanya memberitakan Injil. Perilakunya tampak benar-benar terpuji. Namun semua penderitaannya, harga yang dia bayar adalah untuk bertransaksi dengan Tuhan. Dia ingin menukar penderitaannya dengan mahkota dan berkat kerajaan Tuhan. Perbuatan baiknya bukan berarti dia mencapai perubahan watak, melainkan, dia menjadi makin congkak, selalu pamer dan memberi kesaksian tentang dirinya sendiri. Dia bahkan bersaksi bahwa hidupnya itu adalah Kristus, dan akhirnya dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Merenungkan diriku, aku hanya berpikir untuk terlihat berperilaku baik agar orang menghormatiku, tapi tak berusaha menerapkan firman Tuhan atau menyelesaikan watakku yang rusak. Akibatnya, aku menjadi makin munafik dan watak hidupku sama sekali tak berubah. Jika melanjutkan pengejaran itu, aku pasti sama sekali tidak mendapatkan kebenaran. Akhirnya aku akan disingkirkan seperti Paulus! Merenungkan hal ini, aku ingin segera mengubah pengejaran dan perspektifku yang keliru.

Kemudian, aku membaca bagian firman Tuhan ini. "Tuhan memberikan tubuh ini kepada manusia, dan dalam batas-batas tertentu, kemampuan tubuh ini akan tetap sehat; tetapi jika melampaui batas-batas ini atau melanggar aturan tertentu, sesuatu akan terjadi—orang akan jatuh sakit. Jangan menentang aturan yang telah Tuhan tetapkan bagi manusia. Jika engkau melakukannya, ini berarti engkau tidak menghormati Tuhan, engkau bodoh dan dungu. Jika engkau menentang aturan-aturan ini—jika engkau 'keluar dari jalur'—Tuhan tidak akan melindungimu, Tuhan tidak akan bertanggung jawab atas dirimu; Tuhan membenci perilaku seperti itu. ... Ketika melaksanakan tugasmu, yang terbaik adalah ikutilah aturan-aturan yang normal. Ketika tugasmu menjadi sibuk, dagingmu harus menanggung sedikit penderitaan, engkau harus mengesampingkan kebutuhan fisikmu, tetapi ini tidak boleh berlangsung terlalu lama; jika terlalu lama, engkau akan menjadi kelelahan, dan pelaksanaan tugasmu akan menjadi tidak efektif. Pada saat-saat seperti ini, engkau harus segera beristirahat. Apa tujuan beristirahat? Tujuannya untuk merawat tubuhmu agar engkau dapat melaksanakan tugasmu dengan lebih baik. Namun, jika secara fisik engkau tidak terlalu lelah tetapi selalu mencari kesempatan untuk beristirahat entah tugasmu sibuk atau tidak, itu berarti engkau tidak memiliki kesetiaan. Selain setia dan melaksanakan tugas yang dipercayakan Tuhan kepadamu dengan baik, engkau juga tidak boleh terlalu melelahkan tubuhmu. Engkau harus memahami prinsip ini. Ketika tugasmu tidak sibuk, beristirahatlah sesuai jadwal. Ketika engkau bangun pada pagi hari, lakukanlah saat teduh, berdoa, membaca firman Tuhan, dan persekutukan kebenaran firman Tuhan bersama-sama atau belajarlah lagu-lagu pujian secara wajar; ketika tugasmu menjadi sibuk, berfokuslah melaksanakan tugasmu, terapkan dan alami firman Tuhan, dan terapkanlah firman Tuhan dalam kehidupan nyatamu; ini akan memudahkanmu melaksanakan tugasmu sesuai dengan prinsip kebenaran. Hanya dengan cara demikianlah engkau akan benar-benar mengalami pekerjaan Tuhan. Penyesuaian semacam inilah yang harus kaulakukan" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, Bagian Tiga). Membaca firman Tuhan sangat mencerahkan bagiku. Tuhan membuat kita hidup dalam aturan yang telah Dia tetapkan, untuk bekerja dan beristirahat dengan benar, dan melakukan tugas kita di atas dasar ini. Ketika pekerjaan mengharuskan kita mengalami sedikit penderitaan, kita harus meninggalkan daging, berupaya sebaik mungkin untuk menyelesaikannya. Jika kita tak perlu begadang, kita seharusnya bekerja dan tidur dengan benar dan mempertahankan keadaan normal. Barulah kita bisa efektif dalam tugas kita. Aku teringat ayat dari Alkitab ini: "Kau harus mengasihi Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan segenap pikiranmu. Inilah perintah pertama dan yang terutama" (Matius 22:37-38). Tuhan berharap agar kita dapat memikirkan kehendak-Nya dalam tugas kita, benar-benar terbeban, dan melakukan tugas kita dengan sepenuh hati. Hanya itulah yang mendapatkan perkenanan Tuhan. Merenungkan jalan yang telah Tuhan berikan kepada kita, aku sadar betapa bodohnya diriku. Firman Tuhan begitu jelas, tapi aku tak pernah menerapkannya. Aku telah bertindak berdasarkan gagasan dan imajinasiku, mengalami banyak penderitaan yang sia-sia. Kemudian aku sadar, aku tak boleh terus berfokus pada berperilaku baik, tapi aku harus menerima pemeriksaan Tuhan, melakukan segala sesuatu di hadapan Tuhan tanpa memikirkan pendapat orang lain. Aku harus berupaya sebaik mungkin dalam tugasku—itulah yang harus kulakukan.

Setelah itu, dalam pertemuan, aku menganalisis jalanku yang salah dan masalah dalam pemikiranku sehingga saudara-saudari dapat memperoleh kearifan. Biasanya aku berfokus untuk menerapkan firman Tuhan, dan tidak lagi berpura-pura. Seiring waktu, aku tak lagi mengkhawatirkan pandangan orang terhadapku, dan tak berpikir untuk berpura-pura. Aku merasakan kelegaan yang luar biasa. Melalui pengalaman, aku telah belajar bahwa hanya firman Tuhan yang menjadi arah dan prinsip tindakan dalam hidup, dan bertindak dengan firman Tuhan sungguh melegakan. Tak perlu selalu berpura-pura, hidup dengan cara yang begitu melelahkan dan menyakitkan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait