Apa yang Dihindari dengan Tidak Berani Mengawasi Pekerjaan
Bulan Mei tahun lalu, aku ditugaskan menyiram petobat baru. Aku sebelumnya berpikir ini pekerjaan yang cukup mudah—yang harus kau lakukan hanyalah bersekutu tentang visi dan membuat mereka rutin menghadiri pertemuan. Namun, begitu memulai, aku sadar menyiram petobat baru adalah pekerjaan berat. Selain mempersekutukan kebenaran untuk membantu mereka membangun fondasi kokoh di jalan yang benar, aku juga harus membina pemimpin, pekerja dan berbagai posisi di antara jajaran mereka, agar bisa bekerja secara mandiri. Pemimpinku mendesakku untuk mengawasi dan mengikuti pekerjaan penyiram kami, karena begitu menunda atau punya masalah, kemajuan pekerjaan secara keseluruhan akan terpengaruh. Aku menyadari pentingnya pengawasan, dan mulai rutin memeriksa kemajuan saudara-saudariku.
Saat pertama membuat janji mendiskusikan pekerjaan, setelah menunggu lama, tak seorang pun membalas pesanku, dan meski membalas, mereka terus menundanya. Suatu kali, aku hendak bertemu seorang saudari untuk membahas proyek. Awalnya dia mengubah waktunya dari pagi ke sore, lalu memundurkannya lagi ke malam. Akhirnya, setelah dua hari, kami tetap belum bertemu. Kupikir: Apa mereka sengaja menghindariku karena memandangku rendah dan berpikir aku tak bisa menyelesaikan masalah mereka? Sesibuk apa pun dengan pekerjaan, apa mereka benar-benar tak punya waktu untuk berdiskusi? Jika ini berlanjut, bagaimana aku bisa bekerja? Kemudian, aku akhirnya mengatur pertemuan dengan mereka, tapi saat menanyakan detail spesifik atau kemajuan, beberapa dari mereka memberi tanggapan cukup keras dan sedikit menentang. Kupikir: Jika selalu memeriksa pekerjaan mereka, akankah mereka pikir aku coba mempersulit dan tak memikirkan keadaan mereka? Jika menanyakan kemajuan segera setelah menugaskan pekerjaan, akankah saudara-saudari pikir aku memperlakukan mereka seperti mesin dan berhati dingin? Memikirkan ini, aku tak bisa terus mengajukan pertanyaan. Lain waktu, kulihat sebagian besar petobat baru yang disirami oleh seorang saudari tak rutin ikut pertemuan. Aku bertanya kepadanya apa dia telah bersekutu tentang kebenaran dan menyelesaikan masalah mereka. Saudari itu langsung menjawab, "Para petobat baru itu bilang mereka sibuk, aku tak bisa memaksa mereka ikut pertemuan." Aku khawatir saudari itu akan berpikir aku tak memikirkan dia dan masalahnya, jadi aku tak berani mendesak. Bukan itu saja, beberapa bahkan negatif setelah kami membahas pekerjaan mereka, mereka merasa meski bekerja sepanjang waktu, masih ada begitu banyak masalah, tak membuat kemajuan apa pun, dan tak cocok untuk pekerjaan itu. Saat itu, aku ingin menunjukkan masalah ini: Jika mereka negatif dan lalai saat ada masalah, artinya tak menghadapi masalah secara langsung dan tak bisa menerima kebenaran. Namun, aku juga khawatir dituduh tak memikirkan mereka dan hanya menegur. Jadi, kuperiksa diriku saat hendak bicara. Setelah itu, aku makin tak tegas, tak mau mengawasi dan memeriksa pekerjaan. Kupikir, "Mereka sudah bertahun-tahun beriman, mereka akan berinisiatif menyelesaikan tugas. Beberapa saudara-saudari sangat sibuk sampai tak punya saat teduh, mereka tak akan bermalas-malasan. Aku hanya perlu mempersekutukan prinsip kerja dengan jelas dan mendelegasikan tugas. Aku tak boleh mengawasi sepanjang waktu, atau mereka akan merasa terkekang." Setelah itu, aku tak mengawasi dengan terperinci, memeriksa pekerjaan, dan hanya tahu gambaran umum kemajuan pekerjaan di akhir tiap bulan. Namun, aku lalu sadar meski semua orang tampak bekerja keras, saat kutanya secara spesifik, kebanyakan tak bisa memberi jawaban langsung, dan banyak yang tak tahu detailnya. Jadi, kuberi tahu semua orang tentang masalah dan penyimpangan yang kulihat, tapi tak ada yang membalasku. Aku takut jika terus membahas ini, mereka akan menentang dan negatif, jadi aku dengan santai meringkas masalahnya dan meminta mereka segera membuat perubahan sebelum menyebutkan beberapa kutipan firman Tuhan dan mempersekutukan pemahamanku.
Tidak lama, masalah-masalah dalam pekerjaan mulai muncul. Seseorang melaporkan beberapa pekerja penyiraman tak bertanggung jawab atas petobat baru. Mereka tak mengecek petobat baru yang tak ikut pertemuan. Saat ini diungkit, para penyiram tersinggung dan tak mau menerima kritik. Lalu, beberapa petobat baru tak ditindaklanjuti dan meninggalkan gereja. Dalam pertemuan, seorang pemimpin tingkat atas menanyakan status pekerjaan penyiraman petobat baru bulanan, bertanya berapa banyak petobat baru yang tak rutin ikut pertemuan dan kenapa. Beberapa saudari berkata tak tahu. Jadi, pemimpin menangani kami: "Kalian sangat tak bertanggung jawab dengan petobat baru! Kalian tak sirami mereka dengan baik, jadi meninggalkan gereja. Itu sama dengan mengorbankan jiwa mereka. Kalian tak menganggap serius amanat Tuhan!" Kata-kata pemimpin sangat menusuk. Dia benar. Saudara-saudari bekerja sangat keras untuk mendatangkan petobat baru. Saat mereka tak ikut pertemuan, para penyiram tak tahu tentang situasi mereka, apalagi berusaha keras menyiram dan mendukung, jadi, mereka meninggalkan gereja. Itu kasus kelalaian yang serius. Aku juga sadar masalah-masalah yang muncul ini menyingkap masalahku sendiri. Aku tak mengikuti pekerjaan saudara-saudari, tak mengerti masalah nyata yang mereka hadapi, apalagi mengawasi pekerjaan mereka dengan cermat. Akibatnya, mereka tak merangkum masalah dan penyimpangan mereka. Ini terjadi karena kurangnya tanggung jawabku. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan agar membantuku merenungkan dan mengenal diriku.
Dalam masa teduhku, aku menemukan kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami keadaanku saat ini. Firman Tuhan katakan: "Karena para pemimpin palsu tidak memahami status kemajuan pekerjaan, mereka tak mampu untuk segera mengidentifikasi—apalagi memecahkan—masalah yang muncul dalam pekerjaan, yang sering kali menyebabkan penundaan yang berulang-ulang. Dalam pekerjaan tertentu, karena orang-orang tidak memahami prinsip-prinsip dan tidak ada orang yang cocok untuk memimpinnya, orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut sering kali berada dalam keadaan negatif, pasif, dan menunggu, dan hal ini sangat memengaruhi kemajuan pekerjaan tersebut. Jika pemimpin telah memenuhi tanggung jawab mereka—jika saja mereka telah mengambil alih, berusaha membuat kemajuan dalam pekerjaan, mempercepatnya, dan menemukan seseorang yang memahami jenis pekerjaan yang bersangkutan untuk memberi bimbingan, pekerjaan tersebut pasti telah mengalami kemajuan lebih cepat dan tidak mengalami penundaan yang berulang-ulang. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para pemimpin untuk memahami dan mengerti situasi sebenarnya dari pekerjaan tersebut. Tentu saja, sangatlah penting bagi para pemimpin untuk memahami dan mengerti bagaimana kemajuan pekerjaan tersebut—karena kemajuan berkaitan dengan efisiensi pekerjaan dan hasil yang ingin dicapai pekerjaan ini. Jika seorang pemimpin bahkan tidak memiliki pemahaman tentang perkembangan pekerjaan tersebut, dan tidak memeriksa atau mengawasinya, maka kebanyakan orang yang melaksanakan tugas akan memiliki sikap yang negatif dan pasif, mereka akan menjadi sangat apatis dan tidak terbeban, mereka akan menjadi ceroboh dan asal-asalan, sehingga pekerjaan pasti akan berjalan lambat. Jika tidak ada orang yang terbeban, dan memahami pekerjaan, untuk memberikan bimbingan dan pengawasan—dan untuk mendisiplinkan dan menangani orang-orang—maka efisiensi dan efektivitas pekerjaan tentu saja akan sangat rendah. Jika pemimpin dan pekerja bahkan tak mampu menyadari hal ini, berarti mereka bodoh dan buta. Jadi, sangatlah penting bagi para pemimpin dan pekerja untuk segera mencari tahu lebih banyak tentang kemajuan pekerjaan, terus memeriksanya, dan membiasakan diri mereka dengan kemajuan pekerjaan. Orang-orang sangat malas, jadi tanpa bimbingan, desakan, dan tindak lanjut oleh para pemimpin dan pekerja, yang memiliki pemahaman terkini tentang kemajuan pekerjaan tersebut, orang cenderung santai, malas, asal-asalan—jika inilah sikap mereka terhadap pekerjaan, kemajuan pekerjaan ini akan sangat terpengaruh, demikian pula efektivitasnya. Berdasarkan kondisi ini, para pemimpin dan pekerja yang memenuhi syarat harus segera mengawasi setiap bagian pekerjaan dan terus mencari informasi tentang situasi yang berkenaan dengan staf dan pekerjaan tersebut; mereka sama sekali tidak boleh menjadi seperti para pemimpin palsu. Para pemimpin palsu bersikap ceroboh dan asal-asalan dalam melakukan pekerjaan mereka; mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab, mereka tidak menyelesaikan masalah ketika muncul, apa pun pekerjaan itu, mereka selalu sepintas saja mencari informasi mengenai hal-hal itu; mereka bersikap ceroboh dan acuh tak acuh, serta asal-asalan; segala sesuatu yang mereka ucapkan adalah perkataan yang muluk-muluk dan kosong, mereka mengkhotbahkan doktrin, dan asal-asalan dalam melakukan segala sesuatu. Secara umum, inilah cara kerja para pemimpin palsu. Dibandingkan dengan para antikristus, meskipun mereka tidak melakukan kejahatan yang terang-terangan dan tidak dengan sengaja berbuat kejahatan, dari sudut pandang efektivitas, mereka pantas disebut ceroboh dan asal-asalan, tidak terbeban, tidak punya rasa tanggung jawab ataupun kesetiaan terhadap pekerjaan mereka" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Firman Tuhan mengungkapkan bagaimana pemimpin palsu bekerja asal, hanya menyemburkan slogan dan doktrin, tak mengawasi dan memeriksa pekerjaan serta gagal memahami kemajuan pekerjaan. Banyak masalah muncul yang tak ditemukan dan diselesaikan tepat waktu, jadi kemajuan pekerjaan terhambat. Menerapkan firman Tuhan pada keadaanku, aku hanya mengandalkan keyakinanku bahwa saudara-saudari sudah lama percaya, dan sangat sibuk sampai tak punya waktu untuk masa teduh, jadi mereka mungkin melakukan tugas dengan baik. Karena itu, aku membiarkan dan tak mengawasi pekerjaan mereka dengan cermat, tak mencari penyimpangan dalam pekerjaan mereka, atau apakah bekerja sesuai prinsip, tak tahu kenapa beberapa proyek tak menghasilkan. Aku tak punya pemahaman yang baik tentang semua ini. Meski menemukan masalah, aku tak membantu mereka merangkum masalah dan penyimpangan, serta mencari kebenaran dan solusi, apalagi menangani atau membimbing mereka tepat waktu. Aku hanya asal-asalan bicara doktrin dan tak menyelesaikan masalah nyata mereka sama sekali. Akibatnya, beberapa petobat baru tak disiram tepat waktu dan meninggalkan gereja. Aku berbuat jahat! Aku sadar selain melakukan pengaturan kerja, tugas terpenting pemimpin dan pekerja adalah mengawasi kemajuan semua pekerjaan, mengikuti perkembangan situasi kerja setiap orang dan segera mempersekutukan kebenaran untuk memecahkan masalah. Namun, aku gagal melakukan peran pemimpin, ini kelalaian serius!
Dengan merenung, aku sadar aku juga punya keyakinan yang konyol. Kupikir saudara-saudari yang sudah lama percaya tak perlu diawasi. Kupikir karena sibuk, mereka pasti bekerja keras dalam tugas, jadi kubiarkan mereka bekerja sendiri dan tak mengawasi atau peduli, berpikir dengan melakukan itu, aku tak membatasi mereka. Nyatanya ini adalah hasil gagasan dan imajinasiku. Kemudian, aku menemukan kutipan firman Tuhan yang membantuku memahami arti pengawasan. Tuhan berfirman: "Meskipun, sekarang ini, banyak orang melaksanakan tugas, hanya ada sedikit orang yang mengejar kebenaran. Jarang ada orang yang mengejar kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran pada saat mereka melaksanakan tugasnya; sebagian besar orang, masih tidak memiliki prinsip dalam cara mereka melakukan sesuatu, mereka tetaplah bukan orang yang benar-benar menaati Tuhan; mulut mereka saja yang mengatakan bahwa mereka mencintai kebenaran, bahwa mereka mau mengejar kebenaran dan mau berjuang untuk kebenaran, tetapi tetap saja tak seorang pun tahu berapa lama tekad tersebut akan bertahan. Orang yang tidak mengejar kebenaran cenderung menyingkapkan watak rusak mereka kapan saja atau di mana saja. Orang yang tidak mengejar kebenaran tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, mereka sering kali ceroboh dan asal-asalan, mereka bertindak sekehendak hatinya, dan bahkan tak mampu menerima diri mereka dipangkas dan ditangani. Orang yang tidak mengejar kebenaran, begitu mereka menjadi negatif dan lemah, mereka cenderung menyerah—ini sering terjadi, tidak ada yang lebih biasa terjadi daripada ini; demikianlah perilaku semua orang yang tidak mengejar kebenaran. Jadi, jika orang belum memperoleh kebenaran, mereka tidak dapat diandalkan dan tidak dapat dipercaya. Apa artinya mereka tidak dapat dipercaya? Itu berarti saat mereka menghadapi kesulitan atau kemunduran, besar kemungkinan mereka akan jatuh, juga menjadi negatif dan lemah. Apakah orang yang sering menjadi negatif dan lemah adalah orang yang dapat dipercaya? Tentu saja tidak. Namun, orang yang memahami kebenaran berbeda. Orang yang sungguh-sungguh memahami kebenaran pasti memiliki hati yang takut akan Tuhan dan hati yang menaati Tuhan, dan hanya orang yang memiliki hati yang takut akan Tuhan-lah yang bisa dipercaya; orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan tidak dapat dipercaya. Bagaimana cara memperlakukan orang yang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan? Mereka, tentu saja, harus diberi bimbingan dan dukungan penuh kasih. Mereka harus lebih sering diperiksa saat melakukan tugas mereka, dan diberi lebih banyak bantuan dan bimbingan; hanya dengan demikian, dapat dipastikan mereka akan melaksanakan tugas mereka dengan efektif. Lalu apa tujuan melakukan hal ini? Tujuan utamanya adalah menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan. Tujuan kedua adalah agar dapat dengan segera mengidentifikasi masalahnya, dengan segera membekali mereka, mendukung mereka, menangani dan memangkas mereka, meluruskan penyimpangan mereka, melengkapi kekurangan dan apa yang kurang pada diri mereka. Ini bermanfaat bagi orang-orang; tidak ada yang jahat mengenai hal ini. Mengawasi orang, mengamati mereka, mencari tahu lebih banyak tentang apa yang mereka lakukan—semua ini adalah untuk membantu mereka masuk ke jalur yang benar dalam iman mereka kepada Tuhan, memampukan mereka melaksanakan tugasnya sesuai perintah Tuhan dan sesuai dengan prinsip, sehingga mereka tidak menimbulkan gangguan atau kekacauan, sehingga mereka tidak membuang waktu. Tujuan melakukan ini sepenuhnya lahir dari rasa tanggung jawab terhadap mereka dan pekerjaan rumah Tuhan; tidak ada yang jahat dalam hal ini" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Firman Tuhan sangat jelas. Semua orang punya watak rusak dan tak seorang pun bisa diandalkan sebelum disempurnakan. Kita mungkin punya antusiasme dan bersedia memenuhi tugas, tapi watak rusak kita belum sepenuhnya berubah dan masih berat kaki. Jika tak ada yang mengawasi pekerjaan serta menangani dan memangkas, kita bisa tunduk pada watak rusak dalam pekerjaan kapan pun, serta bekerja asal dan sembrono atau tak sengaja mengganggu, menyebabkan kerugian pada pekerjaan rumah Tuhan. Pekerjaan diawasi agar kita tahu kemajuan pekerjaan, mengidentifikasi penyimpangan dalam pekerjaan dan bersekutu untuk menyelesaikan masalah, agar pekerjaan rumah Tuhan tak terpengaruh. Pengawasan bukan tentang sengaja mencari-cari kesalahan, tapi bertanggung jawab dan setia kepada tugas, mengambil tanggung jawab untuk jalan masuk kehidupan orang-orang, serta memikirkan kehendak Tuhan dan menjunjung pekerjaan rumah Tuhan. Jika saudara-saudari punya masalah dalam pekerjaan, lalu seseorang menutup mata, dan tak bersekutu untuk membantu mereka atau menangani dan memangkas, ini kelalaian serius dan menunjukkan kurangnya tanggung jawab. Kemudian, aku secara sadar bertindak sesuai firman Tuhan. Belakangan, aku dan rekan sekerjaku merangkum masalah dalam pekerjaan kami saat ini, lalu setelah memilah masalah, kami memanggil saudara-saudari untuk bersekutu. Melalui persekutuan, mereka sadar punya sikap yang salah dalam tugas dan mulai memahami pentingnya pengawasan. Setelah itu, sikap dan keadaan semua orang sedikit membaik, dan aku secara sadar mencoba lebih mengikuti status pekerjaan mereka, memberikan pengawasan ketat dan menindaklanjuti kemajuan mereka. Aku juga membantu menangani kesulitan dan kekurangan mereka. Setelah beberapa lama, kulihat hasil pekerjaan kami lebih baik dan semua orang membuat kemajuan dalam tugas.
Lalu, aku terus merenungkan: Kenapa aku tak mementingkan pengawasan? Watak rusak apa lagi yang ditunjukkan oleh ini? Dalam pencarian, aku menemukan kutipan firman Tuhan ini: "Sebagian pemimpin gereja, ketika melihat saudara atau saudari mereka melaksanakan tugas-tugasnya dengan sembrono dan asal-asalan, tidak menegur mereka, walaupun seharusnya mereka menegurnya. Ketika mereka melihat sesuatu yang jelas-jelas merugikan kepentingan rumah Tuhan, mereka pura-pura tidak melihat dan tidak bertanya, dengan alasan agar tidak menyinggung orang lain sedikit pun. Pada kenyataannya, mereka tidak benar-benar memikirkan kelemahan orang lain; sebaliknya, niat mereka adalah untuk memenangkan hati orang, hal yang mereka sadari sepenuhnya: 'Jika aku terus melakukan hal ini dan tidak membuat siapa pun tersinggung, mereka akan berpikir bahwa aku adalah seorang pemimpin yang baik. Pendapat mereka tentang diriku akan sangat baik. Mereka akan memberiku pengakuan dan menyukaiku.' Sebesar apa pun kerugian yang diakibatkan terhadap kepentingan rumah Tuhan, dan sebesar apa pun umat pilihan Tuhan dihambat dalam jalan masuk mereka ke dalam kehidupan, atau sebesar apa pun kehidupan bergereja mereka terganggu, pemimpin seperti itu bersikeras berpegang pada falsafah Iblis mereka dan tidak menyinggung siapa pun. Tidak pernah ada keinginan untuk menegur diri sendiri di dalam hati mereka. Saat melihat ada orang yang menimbulkan gangguan dan kekacauan, paling-paling, mereka hanya menyinggung masalah ini sepintas lalu, dan kemudian selesai. Mereka tidak mempersekutukan kebenaran, mereka juga tidak menunjukkan esensi masalahnya kepada orang ini, apalagi menganalisis keadaan mereka. Mereka tidak pernah menyampaikan apa yang merupakan kehendak Tuhan. Para pemimpin palsu tidak pernah memaparkan atau menganalisis kesalahan macam apa yang sering orang lakukan, atau watak rusak apa yang sering orang singkapkan. Mereka tidak menyelesaikan masalah nyata apa pun, sebaliknya mereka selalu toleran terhadap kesalahan dan penyingkapan kerusakan orang, dan tetap tidak peduli selemah atau senegatif apa pun keadaan orang, mereka sekadar mengkhotbahkan sedikit teori atau doktrin, memberikan beberapa nasihat yang asal-asalan, berusaha menghindari konflik, Akibatnya, umat pilihan Tuhan tidak merenungkan dirinya dan berusaha mengenal diri mereka sendiri, mereka tidak memperoleh penyelesaian bagi berbagai macam kerusakan yang mereka singkapkan dalam diri mereka, dan hanya hidup di tengah perkataan, kalimat, gagasan dan imajinasi, tanpa memiliki jalan masuk menuju kehidupan. Mereka bahkan yakin di dalam hatinya bahwa, 'Pemimpin bahkan lebih pengertian terhadap kelemahan-kelemahan kita dibanding Tuhan. Tingkat pertumbuhan kita mungkin terlalu rendah untuk mencapai tuntutan Tuhan, tetapi kita hanya perlu memenuhi tuntutan pemimpin kita; dengan mengikuti pemimpin kita, itu berarti kita sedang mengikuti Tuhan. Jika suatu hari Yang di Atas menggantikan pemimpin kita, kita akan memperdengarkan suara kita; untuk mempertahankan pemimpin kita dan mencegahnya agar tidak digantikan oleh Yang di Atas, kita akan bernegosiasi dengan Yang di Atas dan memaksa mereka untuk menyetujui tuntutan kita. Beginilah cara kita memperlakukan pemimpin kita dengan adil.' Jika orang memiliki pemikiran seperti itu di dalam hati mereka, jika mereka memiliki hubungan seperti itu dengan pemimpin, dan di dalam hatinya, mereka merasakan ketergantungan, kekaguman, dan pemujaan terhadap pemimpin mereka, maka mereka akan semakin meyakini pemimpin ini, perkataan pemimpinlah yang ingin mereka dengarkan, dan mereka tidak lagi mencari kebenaran di dalam firman Tuhan. Pemimpin seperti itu telah hampir mengambil tempat Tuhan di hati orang-orang. Jika pemimpin mau mempertahankan hubungan yang seperti itu dengan umat pilihan Tuhan, jika mereka merasakan kenikmatan dari hal itu di dalam hati mereka, dan menganggap bahwa umat pilihan Tuhan sudah seharusnya memperlakukan dirinya seperti ini, maka tidak ada bedanya antara dia dan Paulus, dan dia telah menjejakkan kaki di jalan antikristus. ... Antikristus tidak melakukan pekerjaan nyata, mereka tidak mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah, mereka tidak membimbing orang dalam makan dan minum firman Tuhan dan memasuki kenyataan kebenaran. Mereka bekerja hanya demi status dan ketenaran, mereka hanya peduli untuk membangun diri mereka sendiri, melindungi tempat yang mereka miliki di hati orang, dan membuat semua orang memuja mereka, menghormati mereka, dan mengikuti mereka; inilah tujuan yang ingin mereka capai. Beginilah cara antikristus berusaha memenangkan hati orang dan mengendalikan umat pilihan Tuhan. Bukankah cara bekerja seperti itu jahat? Itu menjijikkan!" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Antikristus punya watak jahat, hanya bekerja demi status, saat saudara-saudari punya masalah, mereka tak menyingkap dan memperbaiki, justru selalu akomodatif dan bersimpati, agar disukai dan menjerat saudara-saudari, membuat semua orang memuja dan menyembah, serta datang ke hadapan mereka. Merenungkan firman Tuhan berdasarkan perilakuku baru-baru ini dalam pekerjaan, aku seperti orang yang disingkap Tuhan: Demi menjaga status dan citra di hati orang, setiap kali mengawasi atau menanyakan pekerjaan dan orang lain mengeluh atau menentang, aku tak berani terus bertanya, apalagi menangani dan memangkas mereka, khawatir mereka akan mengira aku berhati dingin, hanya mendesak dan menindas tanpa memikirkan masalah yang mereka hadapi, jadi aku dengan santai membicarakan masalah mereka, tanpa menganalisis substansi masalahnya. Kadang aku juga melihat meski semua orang sibuk, tak ada kemajuan dalam pekerjaan, jadi pasti ada masalah. Namun, setiap kali saudara-saudari diam setelah kukoreksi, aku akan merasa terkekang dan tak berani melanjutkan persekutuan. Akibatnya, lama sekali tak ada kemajuan pekerjaan, tak ada kesadaran tentang esensi ketidakacuhan mereka, dan tak ada kemajuan dalam jalan masuk kehidupan. Aku berpedoman pada falsafah jahat "Jangan pernah mengucapkan hal yang terlalu pribadi," menjaga hubungan dengan orang-orang, membuat mereka berpikir aku memikirkan masalah mereka dan pemimpin yang pengertian, jadi aku ada dalam hati mereka. Karena aku tak menerapkan kebenaran dan selalu menoleransi saudara-saudari, mereka tak sadar betapa serius masalah mereka, dan ini sangat merugikan pekerjaan rumah Tuhan. Aku sangat egois dan tercela! Rumah Tuhan menuntut semua pimpinan dan pekerja untuk mengawasi serta menindaklanjuti kemajuan pekerjaan, melindungi kepentingan rumah Tuhan, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah dalam pekerjaan dengan cepat dan bekerja nyata. Lalu, aku, aku hanya menjaga status dan reputasi sendiri, mengesampingkan kepentingan rumah Tuhan, membiarkan saudara-saudari hidup dengan watak rusak, bersikap santai terhadap tugas dan menunda pekerjaan. Aku benar-benar gagal memenuhi maksud Tuhan. Setelah merenungkan dan menyadari ini, aku menyesal, jadi aku berdoa kepada Tuhan, bersedia bertobat dan memperbaiki sikap terhadap tugas.
Tak lama, saat seorang pemimpin datang memeriksa pekerjaan kami, lalu melihat beberapa proyek masih tertinggal dan tak membuahkan hasil, dia meminta kami mengamati kemajuan semua orang, mengidentifikasi masalah dan cepat menyelesaikannya. Kupikir, "Pekerjaan ini belum lama ditugaskan. Jika kami tanyakan kemajuan sekarang, bukankah saudara-saudari akan pikir kami terlalu keras dan benar-benar berhati dingin?" Kusadar telah dibatasi lagi oleh status, dan tak menerapkan kebenaran. Aku teringat firman Tuhan: "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan mempertimbangkan kepentingan manusia, dan jangan memikirkan harga diri, reputasi, atau statusmu sendiri. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau tidak murni dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan gereja atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin dan pahamilah semuanya itu, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Aku sadar orang yang memikirkan kehendak Tuhan mengesampingkan kepentingan sendiri, memprioritaskan kepentingan rumah Tuhan. Memikirkan tindakan terbaik untuk pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan orang lain. Inilah memenuhi tugas yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Menyadari ini, kutanyakan kemajuan pekerjaan semua orang esoknya, dan mendapati mereka menghadapi segala macam masalah, jadi kami bersekutu tentang prinsip, mencari jalan, dan membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dua minggu kemudian, kami sudah mendapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Syukur kepada Tuhan! Lewat pengalaman yang kualami beberapa bulan terakhir ini, aku menyadari pentingnya pengawasan. Aku bersedia menerima pengawasan Tuhan dan memenuhi tugas dengan baik di masa depan.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.