Renungan Seorang "Pemimpin yang Baik"

27 Juli 2022

Oleh Saudari Rubylen, Filipina

Sejak kecil, orang tuaku mengajariku untuk ramah kepada orang, menjadi orang yang mudah didekati dan berempati. Jika orang di sekitarku punya masalah atau kekurangan, aku tak bisa langsung menyingkapnya, dan harus memikirkan martabat mereka. Karena didikan ini, aku tak pernah punya konflik atau perselisihan, orang di sekitarku pikir aku orang baik dan ingin berteman denganku. Menurutku memperlakukan orang seperti ini baik. Setelah percaya Tuhan, seperti inilah juga aku memperlakukan saudara-saudariku. Apalagi setelah menjadi pemimpin gereja, kupikir aku harus ramah kepada orang lain dan tak pernah menuduh melakukan kesalahan. Dengan begitu, hubungan baik kami takkan rusak, mereka juga ingin berteman denganku, memujiku sebagai pemimpin yang ramah dan baik.

Lalu, aku tahu seorang pemimpin kelompok, Saudari Joan, melakukan tugas tanpa beban. Aku mengingatkan dia berkali-kali, "Sebagai pemimpin kelompok, kau harus memahami keadaan saudara-saudarimu dan menindaklanjuti pekerjaan kelompok." Namun, dia tetap tak melakukannya, jadi aku harus ingatkan dia lagi dan menanyakan alasannya. Dia bilang hanya punya satu jam waktu luang, tapi memakai itu untuk membuka Facebook dan menonton film, jadi dia tak menindaklanjuti apa pun. Setelah mendengar ini, aku marah, lalu berpikir, "Kau sangat malas dan tak memikul beban. Saat saudara-saudari tak menghadiri pertemuan, kau tak berpikir untuk mendukung mereka!" Aku ingin menangani dia karena bekerja asal dan tak bertanggung jawab, tapi jika kutangani, dia mungkin menjauhkan diri dan bilang aku bukan pemimpin yang baik dan mudah didekati. Aku tak ingin merusak hubungan harmonis kami, jadi alih-alih menangani dia, aku menyemangatinya. Aku bilang, "Kau bisa memakai waktu luang ini untuk coba memahami keadaan saudara-saudarimu, lalu kau bisa melakukan tugas dengan baik." Kinerjanya baik selama beberapa hari, tapi masalah lama selalu muncul. Cara kerjanya yang asal menyebabkan makin banyak petobat baru tak rutin menghadiri pertemuan, dan beberapa bahkan tak datang sama sekali. Aku sangat marah. Pemimpin kelompok ini sangat tak bertanggung jawab! Aku sangat ingin menangani dia, tapi saat berpikir dia akan menjauhkan diri dariku, aku diam, lalu menyirami dan mendukung petobat baru ini sendiri. Setelah bicara dengan petobat baru, aku mengetahui mereka tak datang ke pertemuan karena banyak kesulitan yang tak terselesaikan, tapi Joan memberitahuku bahwa mereka tak membalas pesan. Setelah melihat sikap Joan terhadap tugasnya, aku sangat ingin menangani dia. Aku ingin memberi tahu dia konsekuensi serius dari tak bertanggung jawab. Namun, aku juga ingin menjadi pemimpin baik yang ramah dan mudah didekati, jadi aku berubah pikiran, lalu malah menyemangati dia. Jadi, dia tak pernah berubah. Pada suatu pertemuan, Joan mengeluh, "Aku sudah lama di kelompok ini. Kenapa aku tak dipromosikan ke posisi berstatus tinggi?" Setelah mendengar perkataan Joan, kupikir, "Kau sangat malas, bekerja sekenanya, dan tak bertanggung jawab. Bagaimana kau bisa dipromosikan?" Meski marah kepadanya, aku menghiburnya dengan berkata, "Tugas apa pun yang kita lakukan, itu berdasarkan pengaturan Tuhan yang berdaulat. Meski tugas kita berbeda, kita semua menyirami petobat baru dan mengalami pekerjaan Tuhan." Kupikir ini akan membuatnya merasa aku mengerti dan peduli kepadanya, bahwa aku pemimpin yang baik. Jadi, meski melihat masalah orang lain, aku tak pernah menyingkap atau menanganinya. Aku justru bicara manis untuk menghibur dan menyemangati mereka. Kupikir ini bisa menjaga citra supelku di hati semua orang.

Kemudian, diaken penginjilan Edna dan Anne, pemimpin kelompok, tak akur. Edna memberitahuku dengan marah, "Anne terlalu malas. Aku menanyakan keadaan dan kesulitan anggota kelompoknya, dan responsnya sangat lambat. Jika aku tak tahu keadaan mereka, dia tak melakukan tugasnya dengan baik." Aku tahu Edna punya watak congkak, dan nada suaranya sering kali seperti perintah atau menuntut, yang sulit diterima orang lain, lalu Anne juga memikirkan harga diri. Sepertinya dia mendengar nada suara Edna dan tak terima, jadi tak ingin menjawab. Aku ingin menunjukkan ini kepada Edna, tapi juga tak ingin dia merasa terluka atau tak dipahami, jadi kuberi tahu dia baik-baik, "Mungkin Anne sedang sibuk dan tak melihat pesanmu." Setelah itu, aku mendatangi Anne, lalu Anne berkata dengan sedih, "Edna terlalu congkak. Dia membuat tuntutan tentang cara kerjaku, jadi aku tak ingin membalas pesannya." Kulihat dia tak menerima saran orang lain dan aku ingin mengingatkannya tentang ini, tapi khawatir dia tak mau menerimanya, dan itu akan menghancurkan keharmonisan kami, jadi kubilang, "Mungkin kau salah paham Edna. Dia hanya ingin kau melakukan tugasmu dengan baik." Aku hanya memberi mereka penghiburan dan nasihat, tak menunjukkan masalah mereka. Tak satu pun dari mereka memahami diri sendiri. Edna tetap belum bisa menindaklanjuti pekerjaan Anne, Anne merasa disakiti dan tak bisa melakukan tugas ini. Kutahu aku tak memenuhi tanggung jawab sebagai pemimpin, yang berarti mereka tak menyadari masalah mereka. Akulah yang menyebabkan hasil ini. Aku berdoa, meminta Tuhan mencerahkanku agar bisa mengenal diriku.

Dalam firman Tuhan, kubaca, "Menerapkan kebenaran bukanlah mengucapkan kata-kata kosong dan meneriakkan slogan. Apa pun yang mungkin orang hadapi dalam hidup ini, selama itu melibatkan prinsip-prinsip perilaku manusia, sudut pandang mengenai peristiwa, atau hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas mereka, mereka dihadapkan dengan pilihan, dan mereka harus mencari kebenaran, mereka harus mencari dasar dan prinsip di dalam firman Tuhan, dan kemudian mereka harus mencari jalan penerapannya; orang yang mampu menerapkan dengan cara ini adalah orang yang mengejar kebenaran. Jika orang mampu mengejar kebenaran dengan cara ini, sebesar apa pun kesulitan yang dihadapinya, orang itu sedang menempuh jalan Petrus dan jalan mengejar kebenaran. Sebagai contoh: prinsip apakah yang harus orang ikuti ketika berinteraksi dengan orang lain? Sudut pandangmu yang semula adalah engkau tidak boleh menyinggung siapa pun, tetapi menjaga perdamaian dan menghindari membuat siapa pun dipermalukan sehingga di masa depan semua orang dapat hidup rukun. Jika engkau dibatasi oleh sudut pandang ini, ketika engkau melihat seseorang melakukan sesuatu yang buruk, melakukan kesalahan, atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip, engkau pasti lebih memilih untuk menoleransi hal itu daripada membicarakannya dengan orang tersebut. Karena dibatasi oleh sudut pandangmu, engkau menjadi enggan untuk menyinggung siapa pun. Dengan siapa pun engkau berhubungan, karena terhalang oleh pemikiran tentang reputasi, emosi, atau perasaan yang telah bertumbuh selama bertahun-tahun engkau berinteraksi dengannya, engkau akan selalu mengatakan hal-hal yang baik untuk menyenangkan hati orang tersebut. Ketika ada hal-hal yang kauanggap tidak memuaskan, engkau juga membiarkannya; engkau hanya secara diam-diam melepaskan sedikit kekesalanmu, melontarkan beberapa umpatan, tetapi ketika bertemu langsung dengan mereka, engkau tidak mengatakan apa pun yang menegur mereka dan tetap mempertahankan hubunganmu dengan mereka. Apa pendapatmu tentang perilaku seperti itu? Bukankah itu perilaku orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya? Bukankah ini sangat licik? Itu melanggar prinsip berperilaku. Jadi, bukankah bertindak seperti itu hina? Orang yang bertindak seperti ini bukanlah orang baik ataupun mulia. Sebanyak apa pun engkau telah menderita, dan berapa pun harga yang telah kaubayar, jika engkau berperilaku tanpa prinsip, engkau telah gagal dan tidak akan mendapat perkenanan di hadapan Tuhan, ataupun diingat oleh-Nya, ataupun menyenangkan Dia" ("Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti, menerapkan kebenaran adalah bertindak menurut prinsip kebenaran apa pun yang terjadi, dan tak takut menyinggung orang. Namun, saat bergaul dengan saudara-saudariku, aku hanya fokus pada menjaga citra dan statusku, serta keharmonisan dengan orang lain, aku juga ingin menjadi orang yang mudah didekati dan berempati agar dipuji saudara-saudari, tapi aku lalai menerapkan kebenaran. Saat melihat Joan melakukan tugas tanpa memikul beban, malas, dan licik, aku ingin menangani dia karena tak bertanggung jawab, tapi demi menjaga hubungan baik dengannya, agar merasa aku pemimpin yang baik dan mudah didekati, aku tak menyingkap masalahnya. Akibatnya, karena tak bertanggung jawab, beberapa petobat baru tak bisa menyelesaikan masalah, lalu tak ikut pertemuan. Lalu, untuk Edna dan Anne, kulihat mereka tak bisa harmonis bekerja sama dan tak mengenal diri sendiri, tapi bukannya menunjukkan masalah atau membantu mengenal diri, responsku tak jelas, berusaha meredakan konflik mereka dengan memberi penghiburan dan nasihat. Alhasil, Edna masih belum bisa menindaklanjuti, lalu Anne tak melakukan tugas dengan baik dan ingin orang lain menggantikannya. Kulihat demi menjaga citraku sebagai pemimpin andal yang ramah dan mudah didekati, aku tak melindungi kepentingan rumah Tuhan. Aku lebih suka pekerjaan mundur demi menjaga hubungan dengan orang. Aku sangat egois dan hina. Aku adalah penggembira dan orang yang curang. Perilaku dan tindak tandukku sepenuhnya didasarkan pada watak rusak. Aku tak menerapkan kebenaran. Meski dipuji orang-orang, aku tak akan pernah dipuji oleh Tuhan. Selain itu, aku tak menyingkap atau menunjukkan masalah saudara-saudariku, tak bersekutu tentang kebenaran untuk menyelesaikannya, sehingga mereka tak mengenali watak rusak atau bekerja dengan baik, yang memengaruhi pekerjaan Injil. Baru saat menyadari ini, kulihat aku bukan orang baik, karena tak membantu saudara-saudari untuk tumbuh dalam jalan masuk kehidupan. Aku justru membuat semua orang membela, memuji, dan menghormatiku, yang membuat Tuhan jijik. Saat menyadari ini, aku sangat sedih, jadi aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membimbingku untuk memperbaiki watak rusakku.

Kemudian, setelah tahu tentang keadaanku, seorang saudari mengirimiku kutipan firman Tuhan. "Esensi di balik perilaku 'baik', seperti mudah bergaul dan ramah, dapat digambarkan dengan satu kata: kepura-puraan. Perilaku 'baik' seperti itu tidak lahir dari firman Tuhan, juga bukan hasil dari menerapkan kebenaran atau bertindak sesuai dengan prinsip. Dihasilkan dari apakah perilaku 'baik' ini? Ini berasal motif dan rencana licik manusia, dari sikap mereka yang berpura-pura, menipu, dan licik. Ketika orang berpegang teguh pada perilaku 'baik' ini, tujuannya adalah untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan; jika tidak, mereka tidak akan pernah menyusahkan dirinya dengan cara seperti ini, dan hidup bertentangan dengan keinginan mereka sendiri. Apa artinya hidup bertentangan dengan keinginan mereka sendiri? Itu artinya natur mereka yang sebenarnya tidaklah sebaik, sejujur, selembut, seluhur, dan sebajik yang orang bayangkan. Mereka tidak hidup sesuai dengan hati nurani dan akal mereka; sebaliknya mereka hidup untuk mencapai tujuan atau tuntutan tertentu. Natur mereka yang sebenarnya kacau dan bodoh. Tanpa adanya hukum dan perintah yang Tuhan karuniakan, orang tidak akan tahu apa artinya dosa. Bukankah manusia dahulu seperti ini? Hanya setelah Tuhan mengeluarkan hukum dan perintah, barulah orang memiliki sedikit pemahaman tentang dosa. Namun mereka tetap tidak memahami apa yang salah dan apa yang benar, atau apa yang positif dan apa yang negatif. Dan, jika mereka tidak memahami hal-hal ini, bisakah mereka tahu apa prinsip yang tepat untuk berbicara dan bertindak? Bisakah mereka tahu cara bertindak seperti apa, perilaku baik seperti apa, yang seharusnya ditemukan dalam diri manusia yang normal? Bisakah mereka tahu apa yang mampu menghasilkan perilaku yang benar-benar baik, cara seperti apa yang harus mereka ikuti agar hidup dalam keserupaan dengan manusia? Mereka tidak bisa. Karena natur Iblis dalam diri manusia, karena naluri mereka, mereka hanya bisa berpura-pura dan menyamarkan diri untuk hidup terhormat dan bermartabat—dan inilah yang memunculkan perilaku yang menipu seperti bersikap sopan dan bijaksana, santun, berbakti, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, bersikap ramah dan mudah bergaul; demikianlah munculnya tipu muslihat dan cara-cara yang menipu ini. Dan begitu itu muncul, orang pun memilih untuk berpegang teguh pada satu atau dua dari cara-cara yang menipu ini. Ada yang memilih bersikap ramah dan mudah bergaul, ada yang memilih bersikap sopan, bijaksana dan santun, ada yang memilih sikap yang berbakti, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, ada yang memilih semua sikap ini. Namun, Aku mendefinisikan orang-orang yang berperilaku 'baik' seperti itu dengan satu istilah. Istilah apa itu? 'Batu halus'. Apa yang dimaksud dengan batu halus? Itu adalah batu berpermukaan halus di tepian sungai yang permukaan kasarnya telah digosok dan dipoles oleh air mengalir selama bertahun-tahun. Meskipun jika diinjak batu-batu itu tidak terasa menyakitkan, tetapi jika tidak berhati-hati orang bisa terpeleset ketika menginjaknya. Permukaan dan bentuk batu-batu ini sangat indah, tetapi begitu engkau membawanya ke rumah, batu-batu itu sama sekali tidak berguna. Engkau merasa sayang membuangnya, tetapi menyimpannya juga tidak ada gunanya—inilah yang dimaksud dengan 'batu halus'. Bagi-Ku, orang yang memiliki perilaku yang tampak baik ini adalah orang yang suam-suam kuku. Mereka berpura-pura baik di luarnya, tetapi sama sekali tidak menerima kebenaran, mereka mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan, tetapi tidak melakukan hal nyata apa pun. Mereka itulah batu-batu yang halus itu" ("Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Sebelumnya, aku selalu merasa orang yang mudah didekati dan ramah adalah orang yang baik. Aku tak pernah berpikir di balik perbuatan baik itu terdapat watak rusak yang jahat serta tujuan dan niat pribadi. Aku ingin menjadi orang yang mudah didekati dan ramah sejak kecil, teman-teman, saudara-saudariku memujiku karena perhatian dan ramah, tapi jauh di lubuk hatiku, semua yang kulakukan adalah agar orang menghormati dan memujiku. Aku memakai tampilan mudah didekati dan ramah untuk membutakan dan menipu saudara-saudariku. Kulihat Tuhan mencirikan orang dengan perilaku baik seperti ini sebagai "batu halus". Batu ini terlihat bagus di luar, tak sakit jika terinjak, tapi sangat mudah membuat terpeleset dan jatuh. Enak dilihat, tapi tak punya kegunaan nyata. Aku sadar itulah aku, seseorang yang tampak mudah didekati dan ramah, tapi tak menawarkan bantuan nyata untuk saudara-saudariku. Hatiku penuh tipu daya dan kelicikan. Aku baik kepada semua orang dan tak menyinggung siapa pun. Aku hanya "batu halus", penggembira yang bermain aman, dan orang munafik licik. Seperti yang diungkapkan firman Tuhan, "Mereka yang suka tidak memihak mana pun adalah orang yang paling pandai menipu. Mereka berusaha untuk tidak menyinggung siapa pun, mereka adalah tukang menyenangkan orang, mereka mudah menyesuaikan diri dengan keadaan dan tidak ada yang bisa memahami mereka. Orang semacam itu adalah Iblis yang hidup!" ("Hanya dengan Mengamalkan Kebenaran Engkau Dapat Melepaskan Belenggu Watak yang Rusak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dahulu kupikir Tuhan dan orang lain menyukai dan memperkenankan orang yang mudah didekati, tapi kini aku tahu tindakanku tak sejalan dengan prinsip kebenaran dan firman Tuhan. Aku hanya menunjukkan watak curang. Orang seperti itu tak punya martabat atau karakter, dan dibenci Tuhan. Aku tahu jika tak bertobat dan berubah, suatu hari aku akan disingkap dan disingkirkan oleh Tuhan. Aku tak ingin menjadi orang seperti itu. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan dan bertobat, meminta Tuhan membantuku mengubah watak, memberiku kekuatan untuk menerapkan kebenaran, serta punya hati yang tulus terhadap Tuhan dan saudara-saudariku.

Suatu hari, seorang saudari mengirimiku dua kutipan firman Tuhan: "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah perbuatan seseorang itu baik atau buruk? Itu tergantung pada apakah mereka, dalam pemikiran, ungkapan, dan tindakan mereka, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kenyataan kebenaran atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, dengan demikian tidak diragukan lagi, engkau adalah seorang pelaku kejahatan" ("Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Tanggung jawab para pemimpin dan pekerja: 1. Memimpin orang untuk makan dan minum firman Tuhan dan memahaminya, dan untuk masuk ke dalam realitas firman Tuhan. 2. Memahami keadaan setiap jenis orang dan menyelesaikan berbagai kesulitan yang berkaitan dengan jalan masuk kehidupan yang mereka hadapi dalam hidup mereka. 3. Mempersekutukan prinsip kebenaran yang seharusnya dipahami agar dapat melaksanakan setiap tugas dengan baik. 4. Terus mengikuti perkembangan keadaan para pengawas dari berbagai pekerjaan dan personel yang bertanggung jawab atas berbagai pekerjaan penting, dan dengan segera mengalokasikan kembali atau mengganti mereka bila diperlukan untuk mencegah atau mengurangi kerugian karena menempatkan orang pada pekerjaan yang tidak sesuai, dan menjamin efisiensi serta kelancaran kemajuan pekerjaan. 5. Terus mendapatkan pemahaman terkini tentang status dan kemajuan setiap proyek pekerjaan, dan mampu dengan segera menyelesaikan masalah, mengoreksi penyimpangan, dan memperbaiki kelalaian dalam pekerjaan sehingga itu akan berkembang dengan lancar" (Mengenali Para Pemimpin Palsu). Setelah membaca firman Tuhan, aku mengerti, standar Tuhan untuk menilai kemanusiaan kita bukan jumlah perbuatan baik lahiriah kita atau berapa orang yang menghormati kita. Sebaliknya, apa kita bisa menaati Tuhan serta apa pikiran dan perbuatan kita mencerminkan penerapan kebenaran. Hanya orang seperti ini yang punya kemanusiaan baik. Aku lihat Joan bekerja sekenanya dalam tugas dan tak bertanggung jawab, lalu Edna dan Anne hidup dalam watak rusak dan saling mengabaikan. Semua hal ini berdampak kepada pekerjaan gereja. Sebagai pemimpin gereja, aku seharusnya bersekutu, mengungkap, dan menganalisis natur perilaku mereka, tapi aku bicara manis kepada mereka dan coba menjadi juru damai. Bahkan saat melihat pekerjaan rumah Tuhan terdampak, aku harus menjaga citra baikku. Aku bukan saja tak punya kesaksian menerapkan kebenaran, tapi juga gagal bertanggung jawab sebagai pemimpin gereja, dan tak membantu jalan masuk kehidupan saudara-saudariku sedikit pun. Dahulu kupikir jika bisa hidup harmonis dengan saudara-saudariku, membuat mereka merasa aku mudah didekati dan ramah, aku adalah pemimpin yang baik. Memikirkannya sekarang, pemahaman ini keliru. Pemimpin yang benar-benar baik bisa mempersekutukan kebenaran untuk memecahkan masalah, bertindak sesuai prinsip, tak takut menyinggung perasaan orang lain, dan bertanggung jawab atas kehidupan saudara-saudari. Menghadapi masalah saudara-saudariku, bukannya menunjukkan ini dan membantu mereka masuk ke kenyataan kebenaran, aku bermuslihat untuk melindungi citraku, menghibur dan menyemangati mereka, tak memecahkan masalah sebenarnya. Bukankah aku hanya membodohi dan menipu saudara-saudariku? Aku sadar pemahaman lamaku tentang pemimpin yang baik itu keliru, dan sama sekali tak sesuai dengan tuntutan Tuhan. Semua perkataan dan tindakanku harus didasarkan pada prinsip firman Tuhan. Jika tak menerapkan kebenaran, aku menempuh jalan menentang Tuhan. Tuhan menginginkan orang yang bisa bicara dan bertindak sesuai firman dan tuntutan Tuhan, bukannya yang mengikuti nilai budaya tradisional, mengejar pujian, tak bicara dan bertindak jujur, dan tak menerapkan kebenaran. Memikirkan ini, aku sadar harus mengubah caraku berhubungan dengan orang lain. Sebagai pemimpin gereja, aku tak bisa lagi melakukan tugas berdasarkan keinginan sendiri. Aku harus bertindak sesuai kehendak Tuhan dan membantu saudara-saudariku menyelesaikan kesulitan berdasarkan firman Tuhan, agar bisa melakukan tugas sesuai dengan kebenaran dan prinsip. Inilah tanggung jawabku. Dalam firman Tuhan, kutemukan jalan penerapan. Jadi, aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membimbingku menerapkan kebenaran untuk memperbaiki kerusakanku.

Kemudian, aku membaca firman Tuhan. "Yang paling harus berusaha untuk dicapai manusia adalah menjadikan firman Tuhan sebagai dasar hidup mereka, dan kebenaran sebagai kriteria mereka; hanya dengan demikianlah, mereka dapat hidup dalam terang dan hidup dalam gambar manusia yang normal. Engkau bertindak sebagaimana caramu berperilaku. Caramu berperilaku menentukan tindakan dan perilakumu; perilakumu tidak terpisah dari caramu berperilaku. Dan hanya jika engkau memiliki prinsip, barulah engkau memiliki dasar bagi caramu berperilaku; begitu orang kehilangan dasar bagi cara mereka berperilaku, dan hanya berfokus pada perilaku yang baik, ini pasti akan menimbulkan kepalsuan dan kepura-puraan. Jika tidak ada prinsip bagi cara orang berperilaku, maka sebaik apa pun perilaku mereka, mereka adalah orang-orang yang munafik; mereka mungkin mampu menipu orang lain untuk sementara waktu, tetapi mereka tidak akan pernah dapat dipercaya. Hanya jika orang bertindak dan berperilaku sesuai dengan firman Tuhan, barulah mereka memiliki dasar yang benar. Dapatkah mereka menjadi orang yang baik tanpa memiliki dasar bagi cara mereka berperilaku, melainkan hanya berfokus pada perilaku yang 'baik'? Sama sekali tidak. Perilaku yang baik tidak dapat mengubah esensi orang. Hanya kebenaran dan firman Tuhan-lah yang dapat mengubah watak, pemikiran, dan pendapat orang, dan memungkinkan mereka memperoleh hidup yang sejati. ... Terkadang, sangat penting untuk menunjukkan dan mengkritik kekurangan dan kesalahan orang secara langsung. Ini sangat bermanfaat bagi orang-orang. Dan, apakah ini adalah bantuan yang nyata bagi mereka? Apakah hal ini membangun mereka?" ("Apa Arti Mengejar Kebenaran (3)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menunjukkan jalan perubahan watak, yaitu bertindak sesuai firman Tuhan, memakai kebenaran sebagai kriteria, tak menyamarkan diri dengan perbuatan baik lahiriah, menerapkan kebenaran, menjadi orang jujur. Saat melihat hal yang bertentangan dengan prinsip kebenaran, atau saat melihat saudara-saudari melakukan tugas dari watak rusak, aku harus jujur kepada mereka, memperlakukan mereka sesuai prinsip, dan bersekutu, menunjukkan masalah, atau menangani mereka sesuai kebutuhan. Hanya dengan ini, saudara-saudari bisa menyadari penyimpangan saat menjalankan tugas dan memperbaiki keadaan tepat waktu. Ini sangat membantu saudara-saudariku, dan aku punya hubungan dengan mereka berdasarkan firman Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan hubungan normal di antara manusia. Setelah mengerti cara menerapkan kebenaran, aku membatin, "Jangan takut menunjukkan kesalahan orang lain, dan jangan selalu bicara manis. Tuhan membenci orang yang berpura-pura dan menipu. Perkataan dan tindakanku harus sesuai dengan firman Tuhan dan prinsip kebenaran." Kemudian, saat melihat Joan menjadi malas lagi, aku ingin menunjukkan itu kepadanya, tapi saat harus menerapkan, rasanya sangat sulit. Aku masih khawatir kehilangan citra baikku di hatinya. Aku teringat firman Tuhan yang kubaca sebelumnya dan sadar aku masih mengandalkan gagasan mudah didekati dan ramah dalam perilaku dan tindak-tandukku. Aku berdoa kepada Tuhan, meminta Dia membimbingku menerapkan kebenaran. Setelah itu, aku mendatangi Joan dan berkata, "Saudari, aku tak tahu apa kau sadar, tapi karena kau bekerja tak serius dan tak bertanggung jawab, banyak petobat baru tak datang ke pertemuan. Melakukan tugas seperti ini sangat menghambat dalam menyiram petobat baru ...." Setelah menunjukkan masalahnya, aku juga berbagi pengalaman dengannya. Kupikir dia akan marah dan mengabaikanku, tapi yang terjadi membuatku terkejut. Dia bukan hanya tak marah, tapi juga merenungkan diri dan bilang, "Ini kekuranganku, dan aku harus mengubahnya." Setelah itu, Saudari Joan mulai menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh, dan petobat baru yang dia sirami lebih teratur menghadiri pertemuan. Hubungan kami tak rusak karena bimbingan dan bantuanku, justru membaik. Kemudian, saat melihat kerusakannya lagi, aku langsung menunjukkannya, dia bisa menerima itu dan mengenal dirinya. Kini sikapnya terhadap tugas telah banyak berubah, lalu dia dipromosikan menjadi pemimpin gereja. Aku juga menunjukkan masalah Edna dan Anne. Edna menyadari kecongkakannya dan bilang harus mengubah cara bicaranya kepada orang lain, lalu Anne mengenali watak rusaknya, dan dia bilang bersedia berubah. Ini membuatku sangat senang. Syukur kepada Tuhan! Hanya firman Tuhan yang bisa mengubah orang!

Mengalami semua ini memungkinkanku melihat bahwa orang yang benar-benar baik bukanlah seseorang yang terlihat berperilaku baik dari luar. Itu berarti bertindak berdasarkan firman Tuhan, menerapkan kebenaran, dan menjadi orang jujur. Ini adalah orang yang Tuhan kasihi. Aku juga tahu saat melihat masalah pada orang lain, aku harus cepat bersekutu dan membantu mereka, lalu jika perlu, menyingkap dan menangani mereka. Hanya dengan cara ini mereka bisa menyadari kerusakan dan kekurangan, bisa mencari kebenaran dan melaksanakan tugas sesuai prinsip. Ini cara terbaik membantu mereka. Kini aku tak lagi takut menunjukkan masalah saudara-saudariku. Apa pun yang mereka pikirkan tentangku, aku ingin menjadi orang yang jujur, mengikuti prinsip, dan melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...