Imbas Tidak Bekerja Keras dalam Tugasmu

08 Maret 2022

Oleh Saudari Yi Chen, Italia

Pada tahun 2019, aku dan Saudari Zhang ditugaskan memimpin tim seni. Saat pertama memulai tugas ini, aku tidak memahami banyak prinsip, jadi Saudari Zhang dengan sabar bersekutu denganku dan melakukan sebagian besar pekerjaan sendiri. Lalu, aku mengetahui dia telah memegang tugas ini selama dua tahun, punya pengalaman kerja dan semuanya, mulai dari bersekutu di pertemuan hingga menyimpulkan pekerjaan, dia berpikir lebih komprehensif daripadaku. Saat saudara-saudari mengajukan pertanyaan, dia selalu punya solusi bagus. Dibandingkan dengannya, aku merasa sangat jauh tertinggal. Kupikir, "Berapa banyak penderitaan dan harga yang harus dibayar untuk menjadi seperti Saudari Zhang? Karena dia punya lebih banyak pengalaman dan menanggung lebih banyak beban, aku akan biarkan dia melakukan lebih banyak pekerjaan."

Dalam ringkasan pekerjaan, dia memintaku mempertimbangkan cara bersekutu untuk memecahkan masalah, dan kupikir, "Itu merepotkan. Selain meringkas masalah yang ada dalam tugas kami, aku harus menemukan firman Tuhan yang relevan dan prinsip untuk dipersekutukan. Aku tidak punya banyak pengalaman, terutama dalam masalah profesional. Untuk memberikan solusi, aku harus menggali informasi, dan mencari persekutuan tentang yang tidak kupahami. Itu akan memakan banyak waktu dan usaha. Saudari Zhang tahu bidang ini, jadi dia bisa membuat ringkasan. Biar dia yang mengerjakan." Aku tidak pernah memikirkan lagi ringkasan pekerjaan setelah itu. Lalu, saat Saudari Zhang menanyakan pendapatku, aku bilang, "Aku tidak menguasi bidang ini, sebaiknya kau yang membuat ringkasan." Terkadang, saat dia merencanakan arah studi kami, dia bertanya apa aku ingin berpartisipasi, memberi dia saran, dan membantunya menghindari potensi masalah. Kupikir, "Saudari Zhang selalu menjadi penanggung jawab bidang ini, dan pemahamanku kurang darinya. Untuk berpartisipasi, aku harus memikirkannya, dan mempelajari hal-hal yang tidak kuketahui. Itu terlalu merepotkan. Lupakan saja, aku tidak akan terlibat." Jadi, aku menolak Saudari Zhang.

Lalu, kami mempelajari teknik menggambar baru. Kami mengalami banyak kesulitan dan masalah, tetapi dia mendiskusikan dan menyelesaikannya bersama kami. Karena tidak kenal bidang itu, aku masih bingung setelah dijelaskan dua kali, dan kupikir, "Mempelajari keterampilan baru di bidang ini sangat melelahkan. Kurasa aku tidak akan terlibat kali ini. Lagi pula, kita punya Saudari Zhang, dia bisa membantu kita belajar." Lalu, saat belajar, aku tidak mendengarkan dengan cermat. Terkadang aku tidak mengatakan apa pun; di lain waktu, aku mengerjakan hal lain. Saat Saudari Zhang menanyakan ide dan pemikiranku, aku selalu sembarangan menjawab tidak punya. Akhirnya, aku mendapati bebanku dalam tugas makin berkurang. Makin aku merasa tidak cukup baik, makin aku berhenti memperhatikan masalah. Selama masa itu, hatiku terasa kosong setiap hari, dan aku makin negatif. Aku merasa kualitasku rendah dan tidak layak untuk tugas itu. Terkadang, aku sangat iri kepada Saudari Zhang. Kupikir dia melakukan tugasnya dengan baik karena punya pengalaman dan kualitas bagus, tetapi aku berbeda. Kualitasku rendah dan aku tidak punya pengalaman, jadi melakukan tugas itu sulit.

Suatu hari, setelah mendiskusikan pekerjaanku dengan Saudari Zhang, dia bilang, "Kau sudah lama menjalankan tugas ini, tetapi kau bilang tak punya pengalaman atau tidak mengerti. Kau sebenarnya tidak ingin menanggung beban atau berusaha. Aku punya ide-ide bagus karena sering berdoa, mengandalkan Tuhan, dan mencari prinsip untuk memahami berbagai hal. Jika tidak memahami aspek profesional, kita harus mempelajarinya. Kalau tidak, bagaimana kita bisa melakukan tugas dengan baik?" Lalu, dia memberitahuku bagaimana dia mengandalkan Tuhan dan mencari solusi saat menghadapi kesulitan. Sayangnya, saat itu aku sama sekali tidak menyadari masalahku. Aku justru merasa Saudari Zhang tidak memahami kesulitanku, jadi aku tidak mendengarkan sarannya, juga tidak merenungkan diri setelahnya.

Imbas Tidak Bekerja Keras dalam Tugasmu

Tidak lama kemudian, Saudari Zhang ditugaskan untuk pekerjaan lain. Aku sangat sedih saat dia pergi, karena menghadapi begitu banyak pekerjaan, pikiranku kosong. Aku bertanya kepada diriku, "Aku sudah satu tahun bertanggung jawab atas pekerjaan ini, kenapa masih belum bisa melakukan pekerjaan ini?" Saat itulah aku ingat perkataan Saudari Zhang kepadaku. Apa aku benar-benar tidak menanggung beban dalam tugasku? Aku berdoa kepada Tuhan untuk meminta bimbingan-Nya saat merenungkan diri. Lalu, aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Sering kali, engkau semua tidak mampu menjawab ketika ditanya tentang masalah pekerjaan. Pekerjaan melibatkan banyak orang, tetapi engkau semua tidak pernah bertanya apakah pekerjaan itu sedang berjalan dengan baik atau tidak, dan engkau bahkan tidak memikirkan tentang hal ini. Mengingat kualitas dan pengetahuanmu, tidak seharusnya engkau tidak mengetahui apa pun karena engkau telah mengambil bagian dalam pekerjaan ini. Jadi mengapa kebanyakan orang tidak mengatakan apa pun? Ada kemungkinan engkau semua benar-benar tidak tahu harus berkata apa—engkau tidak tahu apakah semuanya sedang berjalan dengan baik atau tidak. Ada dua alasan untuk ini: pertama, engkau semua sama sekali tidak peduli, dan tidak pernah memedulikan hal-hal ini, dan hanya memperlakukannya sebagai tugas yang harus diselesaikan. Kedua, engkau semua cenderung tidak peduli tentang hal-hal ini. Jika engkau benar-benar peduli, dan benar-benar terlibat, engkau pasti memiliki pandangan dan perspektif terhadap segala sesuatunya. Tidak memiliki perspektif atau pandangan sering kali berasal dari sikap acuh tak acuh dan apatis, serta tidak bertanggung jawab. Engkau tidak tekun terhadap pelaksanaan tugasmu, engkau tidak memikul tanggung jawab sedikit pun, engkau tidak mau membayar harga atau terlibat, engkau juga tidak mau bersusah payah, atau bersedia mengerahkan tenaga yang lebih besar; engkau hanya ingin menjadi bawahan, yang sama dengan ketika orang tidak percaya bekerja untuk majikan mereka. Melaksanakan tugas dengan cara ini tidak disukai Tuhan, tidak diperkenan Tuhan, Tuhan membenci hal ini, dan cepat atau lambat orang ini akan disingkirkan" ("Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan menyingkap keadaanku dengan akurat. Saat bekerja dan berdiskusi dengan Saudari Zhang, aku tidak pernah punya pandangan atau ide sendiri. Aku selalu merasa itu karena aku tidak menguasai bidang atau pekerjaan itu. Setelah membaca firman Tuhan aku baru mengerti, itu karena aku ceroboh dan tidak bertanggung jawab. Memikirkan kembali kemitraanku dengan Saudari Zhang, setiap kali punya masalah profesional, aku tidak pernah mengkhawatirkan itu. Aku memakai kurangnya pengalamanku dalam tugas dan pemahaman prinsip yang buruk sebagai alasan menghindarinya. Saat membahas pekerjaan, aku hanya menjadi pendengar. Tidak pernah memikirkannya dengan cermat. Aku sering bilang di depan Saudari Zhang bahwa aku tidak mengerti, dan dia punya lebih banyak pengalaman kerja, tetapi itu hanya kebohongan dan alasan. Tujuanku sesungguhnya adalah mendapatkan simpati dan pengertian darinya, agar dia melakukan lebih banyak pekerjaan, dan aku bisa tetap menikmati waktu luangku. Aku sangat licik dan culas. Aku telah satu tahun memegang tugas ini dan punya dasar profesional, jadi jika aku bertanggung jawab dan belajar dengan rajin, aku seharusnya punya pandangan sendiri saat membahas pekerjaan. Aku bahkan mungkin bisa mengambil alih saat Saudari Zhang dipindahkan. Aku hanya bekerja sekenanya dalam tugas dan tidak bertanggung jawab, seolah hanya bekerja untuk mendapatkan upah, sebisa mungkin bertahan hidup dengan sedikit usaha atau kekhawatiran. Aku tidak pernah memikirkan cara melakukan sesuatu dengan benar, melakukan yang terbaik, dan memenuhi tanggung jawabku. Aku hanya bekerja sekenanya, memikirkan cara menghindari penderitaan daging. Aku sama sekali tidak mempertimbangkan kehendak Tuhan. Bagaimana mungkin aku punya tempat bagi Tuhan dalam hatiku? Bagaimana mungkin Tuhan tidak membenciku karena sikapku terhadap tugasku?

Setelah itu, aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan: "Tuhan Yesus pernah berkata, 'Karena barang siapa yang memiliki, kepada dia akan diberikan, dan dia akan memilikinya lebih melimpah; tetapi barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya' (Matius 13:12). Apa maksud dari perkataan ini? Maksudnya adalah jika engkau bahkan tidak melaksanakan atau mendedikasikan dirimu pada tugas atau pekerjaanmu sendiri, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu. Apa maksudnya 'mengambil'? Apa yang orang rasakan akan hal ini? Mungkin engkau gagal mencapai apa yang bisa kaucapai dengan kualitas dan karuniamu, dan engkau tidak merasakan apa pun, dan kembali ke keadaan yang sama seperti ketika engkau adalah orang tidak percaya. Semua ini diambil oleh Tuhan. Jika, dalam tugasmu, engkau lalai, tidak membayar harga, dan tidak bersungguh-sungguh, Tuhan akan mengambil apa yang pernah menjadi milikmu, Dia akan mengambil kembali hak untuk melaksanakan tugasmu, Dia tidak akan memberimu hak ini. Karena Tuhan memberimu karunia dan kualitas, tetapi engkau tidak melaksanakan tugasmu dengan benar, tidak berkorban bagi Tuhan, atau membayar harga, dan tidak mengerahkan segenap hatimu ke dalamnya, Tuhan bukan hanya tidak memberkatimu, tetapi juga mengambil apa yang pernah kaumiliki. Tuhan menganugerahkan karunia-karunia kepada manusia, memberikan kepada mereka keterampilan khusus serta kecerdasan dan hikmat. Bagaimana seharusnya manusia menggunakan karunia-karunia ini? (Mereka seharusnya menggunakan karunia-karunia ini untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.) Engkau harus mendedikasikan keterampilan khususmu, karunia-karuniamu, kecerdasan dan hikmatmu kepada tugasmu. Engkau harus menggunakan hatimu dan memutar otakmu untuk menerapkan semua yang engkau ketahui, semua yang engkau pahami, semua yang dapat engkau capai, dan semua yang engkau pikirkan untuk tugasmu. Dengan melakukan itu, engkau akan diberkati. Apa arti diberkati Tuhan? Apa yang orang rasakan akan hal ini? (Artinya ada jalan ketika mereka melaksanakan tugas mereka, artinya mereka telah dicerahkan oleh Roh Kudus.) Artinya mereka telah dicerahkan dan dibimbing oleh Tuhan. Bagi orang-orang, tampaknya dalam lingkup kemampuanmu, kualitasmu dan segala sesuatu yang telah kaupelajari tidaklah cukup untuk memungkinkanmu melakukan apa yang kauinginkan—tetapi jika Tuhan bekerja dan mencerahkanmu, engkau tidak hanya mampu memahami, tetapi juga bekerja dengan lebih baik. Engkau bertanya-tanya dalam hatimu, 'Aku tidak begitu ahli. Rasanya sekarang ada lebih banyak keahlian dalam diriku. Bagaimana aku bisa tiba-tiba memahami hal-hal yang tidak pernah kupelajari, dan mampu melakukan begitu banyak? Bagaimana aku bisa tiba-tiba menjadi begitu cerdas?' Engkau tidak bisa menjelaskannya. Ini adalah pencerahan dan berkat Tuhan; seperti inilah cara Tuhan memberkati orang. Jika engkau tidak merasakan hal ini saat melaksanakan tugasmu atau melakukan pekerjaanmu, itu berarti engkau belum diberkati oleh Tuhan. Jika melakukan tugasmu selalu terasa tidak bermakna bagimu, jika engkau merasa sepertinya tidak ada yang harus dilakukan, dan engkau tidak mampu membuat dirimu berkontribusi, jika engkau tidak pernah dicerahkan, dan merasa dirimu tidak memiliki kecerdasan atau hikmat untuk melakukan tugas, ini adalah masalah: ini menunjukkan bahwa engkau tidak memiliki motif yang benar dalam melaksanakan tugasmu, bahwa engkau melaksanakannya dengan ceroboh dan sembrono, dan tidak menempuh jalan yang benar, dan Tuhan tidak memperkenan atau memberkatimu; semua ini adalah jenis keadaan di mana engkau telah jatuh ke dalamnya" ("Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Setelah merenungkan firman Tuhan, aku mengerti bahwa Tuhan memberkati orang jujur dan orang yang tulus berkorban untuk-Nya. Makin seseorang rajin dan berusaha meningkatkan diri dalam tugas, makin banyak Roh Kudus membimbing mereka, dan makin efektif mereka dalam tugas. Namun, jika kau melakukan tugas dengan licik, tidak rajin, dan tidak membayar harga, kau tidak akan pernah mendapat kemajuan atau manfaat dari tugasmu, bahkan mungkin kehilangan yang bisa kau capai. Pada titik ini, aku teringat pengalaman yang diceritakan Saudari Zhang. Awalnya dia tidak terlalu memahami pekerjaan itu, tetapi dia sering membawa kesulitannya kepada Tuhan, berdoa, mencari, dan merenungkan, mempersekutukan itu dengan orang lain, lalu, secara tidak sadar, dia dicerahkan Roh Kudus, dan selalu punya ide baru. Dia terus membuat kemajuan dan makin efektif dalam tugasnya. Namun, aku coba mempertahankan status quo, tidak mencari kemajuan, mencoba menikmati waktu luang, tidak pernah mau menderita atau membayar harga. Akibatnya, aku tidak pernah mencapai potensiku. Seperti firman Tuhan, "Barang siapa yang tidak memiliki, apa pun yang dia miliki akan diambil darinya" (Matius 13:12). Tuhan benci sikap ceroboh dan tidak bertanggung jawabku terhadap tugas. Aku sadar jika tidak bertobat, aku akan ditolak dan dibenci Tuhan, lalu akhirnya kehilangan tugasku. Memikirkan ini membuatku takut, jadi aku langsung berdoa kepada Tuhan untuk mencari bimbingan-Nya menemukan jalan penerapan dan mengatakan aku ingin bertobat.

Aku membaca kutipan firman Tuhan ini: "Bagaimana seharusnya orang memahami tugas mereka? Tugas seseorang muncul pada saat Sang Pencipta—Tuhan—memberikan kepada orang tersebut tugas untuk dilakukan. Tugas yang diberikan Tuhan kepadamu, amanat yang diberikan Tuhan kepadamu—semua ini adalah tugasmu. Ketika engkau mengejarnya sebagai tujuanmu, dan engkau benar-benar memiliki hati yang mengasihi Tuhan, dapatkah engkau tetap menolak amanat Tuhan? (Tidak.) Ini bukan soal apakah engkau bisa atau tidak—engkau tidak boleh menolaknya. Engkau harus menerimanya. Inilah jalan penerapan. Apa yang dimaksud dengan jalan penerapan? (Bersikap penuh pengabdian dalam segala sesuatu.) Mengabdikan diri dalam segala sesuatu untuk memenuhi kehendak Tuhan. Di manakah letak titik fokusnya di sini? Titik fokusnya terletak pada 'segala sesuatu'. 'Segala sesuatu' tidak selalu berarti hal-hal yang engkau sukai atau hal-hal yang cakap kaulakukan, juga tidak selalu hal-hal yang sudah engkau ketahui dengan baik. Terkadang, engkau tidak cakap dalam sesuatu, terkadang engkau perlu belajar, terkadang engkau akan menghadapi kesulitan, dan terkadang engkau harus menderita. Namun, tugas apa pun itu, asalkan itu diamanatkan oleh Tuhan, engkau harus menerimanya sebagai tugas dari Tuhan, menganggapnya sebagai tugasmu, dengan setia memenuhinya, dan menggenapi kehendak Tuhan: inilah jalan penerapannya" ("Hanya dengan Menjadi Orang yang Jujur, Orang Bisa Benar-Benar Bahagia" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Satu kutipan lagi: "Ketika orang memiliki watak yang rusak, mereka sering bersikap asal-asalan dan ceroboh saat melaksanakan tugas mereka. Ini adalah salah satu masalah yang paling serius. Jika orang ingin melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka harus terlebih dahulu menangani masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh ini. Selama mereka memiliki sikap yang asal-asalan dan ceroboh, mereka tidak akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, yang berarti bahwa diselesaikannya masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh adalah sangat penting. Jadi, bagaimana mereka harus menerapkan hal ini? Pertama, mereka harus menyelesaikan masalah keadaan pikiran mereka; mereka harus melaksanakan tugas mereka dengan benar, dan melakukan segala sesuatu dengan serius dan rasa tanggung jawab, tanpa bersikap curang atau asal-asalan. Orang melaksanakan tugasnya adalah untuk Tuhan, bukan untuk seorang manusia pun; jika orang mampu menerima pemeriksaan Tuhan, mereka akan memiliki keadaan pikiran yang benar. Selain itu, setelah melakukan sesuatu, orang harus memeriksanya dan merenungkannya, dan jika ada keraguan di hati mereka, dan setelah pemeriksaan yang saksama, mereka mendapati bahwa memang ada masalah, mereka harus melakukan perubahan; setelah perubahan ini dilakukan, mereka tidak akan lagi memiliki keraguan di hati mereka. Ketika orang memiliki keraguan, ini membuktikan ada masalah, dan mereka harus dengan rajin memeriksa apa yang telah mereka lakukan, terutama pada tahap-tahap penting. Ini adalah sikap yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas. Ketika orang bisa bersikap serius, bertanggung jawab, setia, dan bekerja keras, pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan baik. Terkadang, engkau sedang berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan tidak bisa mendapati atau menemukan kesalahan yang jelas seperti terang di siang hari. Jika engkau berada dalam keadaan pikiran yang benar, maka dengan pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, engkau akan mampu mengenali masalahnya. Jika Roh Kudus membimbingmu dan memberimu kesadaran seperti itu, memungkinkanmu untuk merasakan bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi engkau berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan teralihkan dan ceroboh, akankah engkau mampu melihat kesalahan tersebut? (Tidak.) Engkau tidak akan mampu. Apa yang diperlihatkan dari hal ini? (Hanya ketika hati orang tenang di hadapan Tuhan, dan mereka melaksanakan tugas mereka dengan segenap hati dan kekuatan mereka, barulah roh mereka akan menjadi tajam.) Benar. Ini menunjukkan bahwa sangat penting agar orang bekerja sama; hati mereka sangat penting, dan ke mana mereka mengarahkan pemikiran dan niat mereka sangatlah penting" (persekutuan Tuhan). Setelah merenungkan firman Tuhan ini, aku sangat terinspirasi. Tugasku adalah amanat dari Tuhan, tugas dari Tuhan untukku, dan entah apa aku ahli dalam hal itu, atau entah itu sederhana atau rumit, itu datang dari Tuhan, jadi aku harus bertanggung jawab, dan sebisa mungkin setia. Hanya dengan berupaya yang terbaik dan memenuhi tanggung jawab, aku akan menerima berkat Tuhan. Aku teringat saat bersumpah di hadapan Tuhan aku akan setia melakukan tugasku untuk membalas kasih-Nya. Kini saat tugasnya sedikit rumit dan menantang, dan aku harus menderita serta membayar mahal, aku bekerja sekenanya, mencoba menghindarinya. Saat menyadari ini, aku merasa berutang kepada Tuhan dan tidak layak menikmati kasih-Nya. Aku tidak bisa terus seperti itu. Aku harus hidup berdasarkan firman Tuhan, menjalankan tugas dengan tulus, dan memenuhi tanggung jawabku untuk menghindari penyesalan di kemudian hari.

Jadi, aku mulai mempelajari dan mendalami pekerjaan yang dahulu membuatku bingung, dan tidak lagi berusaha menghindari masalah rumit. Aku justru berdiskusi dan bersekutu tentang itu dengan saudara-saudariku, meminta mereka mengajariku saat aku tidak mengerti. Akhirnya, aku mulai menguasai detailnya dan mampu memberikan solusi saat orang lain mengalami kesulitan. Saat merangkum pekerjaan kami, awalnya aku tidak tahu caranya dan ingin menghindarinya, tetapi aku ingat yang kubaca dalam firman Tuhan, jadi aku secara sadar meninggalkan dagingku, memikirkan masalah dalam tugas kami, lalu mencari prinsip dan menggali informasi. Setelah cukup lama menerapkan itu, aku jelas merasakan berkat dan bimbingan Tuhan. Aku mulai menguasai hal-hal yang tidak kupahami atau membingungkanku, dan ringkasan pekerjaanku membuahkan hasil. Saudara-saudariku menerapkan yang kurangkum, dan juga membuat kemajuan.

Kupikir sikapku terhadap tugas telah sedikit berubah, tetapi saat Tuhan mengatur lingkungan lain untukku, aku kembali ke diriku yang lama.

Pada September 2021, karena kebutuhan pekerjaan, aku bermitra dengan Saudari Li untuk menyiram pendatang baru. Kupikir tugas ini tidak akan melibatkan masalah teknis, jadi tidak akan terlalu memusingkan, tetapi begitu mulai melakukannya, aku mendapati tidak mudah menyiram para pendatang baru dengan baik. Aku tidak hanya harus berkomunikasi dalam bahasa Inggris, tetapi bersekutu tentang kebenaran untuk menyelesaikan gagasan dan kebingungan mereka dengan cepat. Aku melihat Saudari Li sangat mahir dalam semua aspek pekerjaan. Dia cepat menemukan kebenaran yang relevan untuk menyelesaikan masalah pendatang baru, tetapi aku payah dalam hal itu. Aku sering tidak bisa memahami kebenaran dengan jelas atau menyelesaikan masalah mereka. Untuk mencapai level Saudari Li, aku harus sangat lama belajar dan melengkapi diri, serta membayar sangat mahal. Kupikir, "Lupakan saja, Saudari Li sekarang partnerku, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan itu." Atas dasar ini, aku tidak mencari kebenaran dengan semangat, dan setelah pertemuan, aku tidak proaktif menanyakan masalah kepada pendatang baru. Suatu hari, aku merenungkan bahwa aku telah melakukan tugas penyiraman selama dua bulan, tetapi masih belum bisa menyirami pendatang baru sendirian. Aku selalu merasa tidak mengerti, tetapi tidak berjuang agar paham. Aku bertanya kepada diriku, "Mengapa begitu menghadapi tugas yang tidak kukuasai, aku menggunakan tidak tahu caranya sebagai alasan untuk bekerja sekenanya, dan tidak ingin menderita?" Aku membawa keadaan dan kebingunganku ke hadapan Tuhan dan berdoa.

Suatu hari, dalam saat teduhku, aku menemukan dua kutipan firman Tuhan: "Selalu mencari pekerjaan yang mudah saat melaksanakan tugasmu, pekerjaan yang tidak melelahkan, pekerjaan yang tidak mengharuskanmu pergi ke luar di bawah terik matahari atau hujan deras; menghindari tugas-tugas yang berisiko dan melibatkan kerja keras, menyerahkannya kepada orang lain dan mencari tugas yang mudah untuk dirimu sendiri; mencari-cari alasan, mengatakan bahwa engkau memiliki kualitas yang rendah, bahwa engkau tidak mampu melaksanakan pekerjaan ini, bahwa engkau tidak mampu melakukannya, bahwa engkau bodoh dan tidak akan mampu menangani masalah apa pun yang muncul—inilah seseorang yang malas bekerja, dan inilah perwujudan orang yang mendambakan kenyamanan daging. ... Selain itu, ketika orang selalu mengeluh saat melaksanakan tugasnya, ketika mereka tidak mau berupaya keras, ketika, segera setelah mereka memiliki sedikit waktu luang, mereka harus beristirahat dan mengobrol, dan terus mengeluh segera setelah mereka mulai bekerja, ketika mereka mundur saat melihat sesuatu yang sulit, dan berusaha melarikan diri, mencari-cari alasan atau berdalih, berkata 'Aku tidak memiliki kemampuan, kualitasku terlalu rendah! Si anu punya kualitas yang lebih baik daripada diriku, mereka lebih berwawasan daripada diriku, lebih cakap, mereka bisa berhasil dalam pekerjaan ini,' lalu pergi mencari pekerjaan yang ringan agar mereka punya lebih banyak waktu untuk bersenang-senang. ... Ini adalah seseorang yang mendambakan kenyamanan daging, bukan? Apakah semua ini perwujudan dari mendambakan kesenangan daging? Apakah orang-orang semacam itu layak untuk melaksanakan tugas? Selama membahas topik tentang pelaksanaan tugas mereka, selama berbicara tentang membayar harga dan menderita kesulitan, mereka akan terus menggelengkan kepala: Mereka pasti memiliki terlalu banyak masalah, mereka penuh dengan keluhan, mereka bersikap negatif tentang segala sesuatu. Orang-orang semacam itu tidak berguna, mereka tidak berhak melaksanakan tugas mereka, dan harus disingkirkan" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (2)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Beberapa pemimpin palsu memang memiliki sedikit kualitas, tetapi mereka tidak melakukan pekerjaan nyata, dan mendambakan kenyamanan daging. Bagi-Ku, orang yang mendambakan kenyamanan daging tidak ada bedanya dengan babi. Babi menghabiskan waktunya setiap hari untuk makan dan tidur. Alasan mengapa engkau dengan senang hati memberi mereka begitu banyak makanan ternak adalah agar kelak engkau dapat memakan daging mereka. Jika pemimpin palsu juga dipelihara seperti babi, dipelihara untuk menjadi besar dan gemuk, tetapi tidak berguna dan tidak melakukan pekerjaan apa pun, lalu untuk apa engkau memelihara mereka? Bukankah mereka seharusnya disingkirkan? Jadi, memelihara pemimpin palsu lebih rendah daripada memelihara babi. Meskipun babi tidak melakukan apa pun, makan dan minum gratis tiga kali sehari, ketika engkau bisa makan daging di akhir tahun, engkau merasa bahwa babi tersebut telah memberikan kontribusi. Memberinya makan sepanjang tahun melelahkan, itu kerja keras, tetapi semua upaya ini tidak sia-sia; di dalam hatimu, engkau merasa itu layak dilakukan. Sedangkan pemimpin palsu? Mereka mungkin memiliki gelar 'pemimpin', mereka mungkin menempati kedudukan ini, dan makan enak tiga kali sehari, dan menikmati banyak anugerah Tuhan, tetapi akhirnya, pada akhir tahun, setelah mereka menjadi gemuk, apa hasil pekerjaan itu? Lihatlah semua yang telah kaucapai dalam pekerjaanmu tahun ini: pekerjaan mana yang menghasilkan, pekerjaan nyata apa yang telah kaulakukan? Rumah Tuhan tidak menuntutmu melakukan setiap pekerjaan dengan sempurna, tetapi engkau harus melakukan pekerjaan utama dengan baik—misalnya, pekerjaan Injil, atau pekerjaan audio visual, pekerjaan kesaksian tertulis, dan sebagainya. Semua ini harus menghasilkan. Setelah satu tahun, lihatlah pekerjaan apa dalam lingkup tanggung jawabmu yang paling berhasil, yang dalam melakukannya engkau membayar harga terbesar dan paling menderita. Lihatlah pencapaianmu: dalam hatimu, engkau seharusnya sadar apakah, setelah menikmati satu tahun anugerah Tuhan, engkau menghasilkan beberapa pencapaian yang bernilai atau tidak. Apa sebenarnya yang kaulakukan saat engkau memakan makanan rumah Tuhan dan menikmati kasih karunia Tuhan selama ini? Apakah engkau mencapai sesuatu? Jika engkau tidak mencapai apa pun, artinya engkau adalah seorang pendompleng, benar-benar seorang pemimpin palsu" ("Mengenali Para Pemimpin Palsu (4)" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Saat merenungkan firman Tuhan ini, aku merasa hatiku tertusuk. Barulah aku mengerti bahwa aku selalu mundur dari kesulitan dalam tugasku, memakai alasan tidak paham atau tidak tahu sebagai perisai, karena terlalu malas dan terlalu mendambakan kenyamanan daging. Dahulu, saat menjadi pengawas dengan Saudari Zhang, aku selalu memilih tugas yang sederhana dan mudah untuk diriku lalu memberi dia apa pun yang tidak kukuasai atau yang membutuhkan pemikiran cermat. Saat menyiram pendatang baru dengan Saudari Li, aku tetap tidak ingin khawatir, menderita, atau membayar mahal. Aku merenungkan mengapa aku berperilaku seperti itu, dan sadar alasan utamanya adalah karena aku dikendalikan filosofi iblis. Hal-hal seperti "Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri" dan "Isi harimu dengan kesenangan karena hidup ini singkat," telah mengakar jauh di lubuk hatiku. Aku selalu merasa orang harus hidup untuk diri sendiri, lalu saat punya kenyamanan jasmani dan tidak ada kekhawatiran, kita hidup sebagaimana mestinya. Saat datang ke rumah Tuhan untuk memenuhi tugasku, aku masih memegang pandangan ini, dan saat ada kesulitan atau hal-hal yang tidak kukuasai, saat harus menderita atau membayar mahal, aku mundur seperti pengecut dan mengutamakan kenyamanan dagingku. Hidup seperti itu, aku tidak berbeda dengan babi. Babi tidak punya pikiran atau melakukan apa pun. Mereka hanya tahu makan, minum, dan tidur. Aku juga sama, hanya peduli dengan kenyamanan dagingku. Aku menjalani kehidupan yang vulgar! Dahulu sebagai pengawas, dan sekarang dalam penyiraman, Tuhan telah begitu meninggikanku, tetapi aku tidak mencoba membuat kemajuan, atau mempertimbangkan tanggung jawab dan tugasku sama sekali. Aku tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan gereja dan kehidupan saudara-saudariku. Aku tidak punya hati nurani sedikit pun! Aku jelas tidak ingin menderita atau membayar mahal, justru selalu memakai alasan tidak mengerti atau tidak tahu untuk mendapat simpati agar orang lain berpikir aku bisa mengakui kekuranganku, jadi mereka melihatku sebagai orang yang bijaksana dan jujur. Sebenarnya aku memakai kata-kata ini untuk menutupi kemalasan dan sikap tidak bertanggung jawab. Aku sangat licik dan culas sehingga membodohi semua saudara-saudariku. Meskipun bisa menipu mereka untuk sementara waktu, Tuhan melihat segalanya, dan Tuhan itu benar. Aku mencoba membodohi dan menipu Tuhan, bagaimana mungkin Tuhan tidak membenciku? Inilah sebabnya aku tidak pernah melihat berkat atau bimbingan Tuhan dalam tugasku selama ini. Saat masalah selalu membuatmu bingung dan kemajuanmu tidak terlihat, ini adalah tanda bahaya!

Setelah itu, aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sejak saat Tuhan memercayakan pembangunan bahtera ini kepada Nuh, dia tidak pernah berpikir, 'Kapan Tuhan akan memusnahkan bumi? Kapan Dia akan memberiku tanda bahwa Dia akan melakukannya?' Alih-alih merenungkan hal-hal semacam itu, Nuh berusaha keras untuk mengingat setiap hal yang telah Tuhan firmankan kepadanya, dan kemudian melaksanakan setiap hal tersebut. Setelah menerima apa yang dipercayakan Tuhan kepadanya, Nuh mulai melaksanakan dan menyelesaikan pembangunan bahtera itu seolah-olah itu adalah hal terpenting dalam hidup dan keberadaannya, tanpa sedikit pun berpikir untuk menunda. Hari-hari berlalu, tahun-tahun berlalu, waktu terus berjalan, tahun demi tahun. Tuhan tidak pernah menekan Nuh sedikit pun, tetapi di sepanjang waktu ini, Nuh bertekun dalam melakukan tugas penting yang dipercayakan kepadanya oleh Tuhan. Setiap kata dan frasa yang Tuhan ucapkan telah terukir di hati Nuh seperti firman yang diukir di atas loh batu. Tanpa menghiraukan perubahan di dunia luar, ejekan orang-orang di sekitarnya, kesukaran yang ada, atau kesulitan yang dia hadapi, dia bertekun, dengan sepenuh hati melakukan apa yang telah dipercayakan kepadanya oleh Tuhan, tidak pernah putus asa atau berpikir untuk menyerah. Firman Tuhan terukir di hati Nuh, dan itu telah menjadi kenyataan hidup Nuh sehari-hari. Nuh menemukan dan mengumpulkan setiap bahan yang dibutuhkan untuk membangun bahtera, dan bentuk serta spesifikasi bahtera yang diperintahkan oleh Tuhan secara bertahap mulai terbentuk dengan setiap pukulan palu dan pahat Nuh yang teliti. Entah ada angin atau hujan, dan bagaimana orang-orang mengejek atau memfitnahnya, kehidupan Nuh berjalan dengan cara ini, tahun demi tahun. Tuhan secara diam-diam mengawasi setiap tindakan Nuh, tanpa pernah mengucapkan firman lagi kepadanya, dan hati-Nya tersentuh oleh Nuh. Namun, Nuh tidak mengetahui atau merasakan hal ini; dari awal sampai akhir, dia hanya membangun bahtera dan mengumpulkan segala jenis makhluk hidup, dengan kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada firman Tuhan. Dalam hati Nuh, tidak ada perintah yang lebih tinggi yang harus dia ikuti dan laksanakan: firman Tuhan adalah arah dan tujuannya seumur hidup. Jadi, apa pun yang Tuhan katakan kepadanya, apa pun yang Tuhan minta atau perintahkan kepadanya, Nuh bukan hanya tidak lupa, dia tidak hanya menyimpannya di benaknya, tetapi juga menjadikannya kenyataan dalam hidupnya sendiri, menggunakan hidupnya untuk menerima dan melaksanakan amanat Tuhan. Dan dengan cara ini, papan demi papan, bahtera itu dibangun. Setiap tindakan Nuh, setiap harinya, didedikasikan untuk melaksanakan firman dan perintah Tuhan. Mungkin kelihatannya, Nuh tidak sedang melakukan pekerjaan penting, tetapi di mata Tuhan, semua yang dia lakukan, bahkan setiap langkah yang dia ambil untuk mencapai sesuatu, setiap pekerjaan yang dilakukan oleh tangannya—semuanya berharga, dan layak untuk dikenang, dan layak dicontoh oleh umat manusia ini. Nuh dengan teguh berpegang pada apa yang telah dipercayakan kepadanya oleh Tuhan. Dia teguh dalam kepercayaannya bahwa semua firman yang diucapkan Tuhan adalah benar, akan hal ini, dia tidak ada keraguan. Dan sebagai hasilnya, bahtera itu selesai dibangun, dan segala jenis makhluk hidup dapat hidup di dalamnya" ("Lampiran Dua: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Saat merenungkan firman Tuhan, aku sangat tersentuh. Nuh sangat taat dan penuh perhatian terhadap Tuhan. Saat Tuhan menyuruh Nuh membangun bahtera, Nuh menjunjung amanat-Nya dan mematuhi tuntutan-Nya. Awalnya, dia tidak tahu cara membangun bahtera, dan kesulitan membangunnya terlalu besar. Pada setiap tahap, dia harus menderita dan membayar mahal, tetapi Nuh setia pada amanat Tuhan. Untuk menyelesaikan amanat Tuhan, dia menderita, membayar mahal, dan membangun bahtera dengan satu demi satu paku. Nuh bertahan selama 120 tahun dan akhirnya menyelesaikan amanat Tuhan. Meskipun Nuh sangat menderita untuk membangun bahtera dan tidak menikmati kenyamanan daging, dia melaksanakan amanat Tuhan, memuaskan-Nya, dan mendapatkan perkenanan-Nya. Kehidupan Nuh sungguh sarat makna! Dibandingkan dengan Nuh, kulihat bahwa aku tidak punya kemanusiaan. Aku tidak menghargai amanat Tuhan, tidak setia. Aku malas dan licik, hanya mendambakan kenyamanan daging, dan tidak mau menderita sama sekali. Aku tidak layak menerima amanat Tuhan. Aku sungguh tercela! Jika terus seperti ini dan tidak berubah, aku akan kehilangan tugasku dari Tuhan, yang akan kusesali seumur hidup.

Setelah itu, aku mengatur waktuku, dan mempersenjatai diriku setiap hari dengan kebenaran tentang menyiram pendatang baru. Suatu hari saat pertemuan, saudara-saudari mengangkat masalah dalam pekerjaan penyiraman, dan saat mendengar sesuatu yang tidak kupahami, aku ingin menghindarinya. Aku berpikir untuk membiarkan mereka menyelesaikannya sendiri. Namun, kali ini, aku sadar ingin bekerja sekenanya dan tidak bertanggung jawab. Aku teringat sikap serius dan bertanggung jawab Nuh terhadap amanatnya, lalu secara sadar mengoreksi keadaanku yang keliru. Aku mendengarkan dengan cermat bagaimana mereka bersekutu tentang kebenaran untuk memecahkan masalah itu, lalu saat mereka menyimpulkan, aku memberikan saran. Aku terkejut saat mereka berkata saranku bagus. Saat menyiram pendatang baru dengan Saudari Li, aku berlatih memecahkan kesulitan nyata pendatang baru, dan jika ada masalah yang tidak bisa kuselesaikan, aku akan segera meminta bantuannya. Setelah beberapa saat, aku juga bisa menyirami pendatang baru sendiri. Meskipun masih punya banyak kekurangan dan kelemahan, aku bisa merasakan diriku tumbuh dan berkembang, dan merasa lebih tenang. Pemahaman dan manfaat yang kuterima sepenuhnya adalah dampak dari pekerjaan Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Renungan Setelah Ditangani

Aku mulai melayani sebagai pemimpin bulan Juni tahun ini. Aku melanjutkan pengaturan kerja yang dibuat rumah Tuhan untuk membersihkan semua...