Akibat Keterikatan Emosi yang Berlebihan
Tahun itu, selama masa jabatanku sebagai diaken, rumah Tuhan memerintahkan pembersihan gereja untuk menyingkirkan semua orang tidak percaya, pelaku kejahatan, dan antikristus dari dalam jajaran jemaat kami. Hanya dengan melakukan pembersihan seperti itu, barulah kehidupan bergereja yang normal dari umat pilihan Tuhan dapat dipastikan. Segera setelah itu, gereja kami memulai penyelidikan terhadap ketiga jenis orang ini.
Suatu hari, Saudara Wang Zhicheng, seorang pemimpin gereja, mencariku dan memberitahuku: "Istrimu sering memutarbalikkan fakta dan mengkritik para pemimpin dan pekerja selama pertemuan. Namun, ketika dua diaken menunjukkan masalah dalam dirinya ini, dia bukan saja tidak menerimanya, dia menaruh dendam terhadap mereka dan mulai menghina mereka di belakang. Hal ini menyebabkan beberapa saudara-saudari kita menyimpan prasangka tertentu terhadap para pemimpin dan pekerja, dan itu sangat memengaruhi kehidupan bergereja. Kami bersekutu dengannya, dan membantu serta memangkasnya, tetapi dia tetap tidak mengenal dirinya sendiri dan tidak mau bertobat dan mengalami perubahan." Zhicheng juga ingin tahu lebih banyak tentang perilakunya secara umum, jadi dia memintaku menulis penilaian untuk membantu membuat keputusan apakah dia harus disingkirkan atau tidak. Pada waktu itu, aku merasa agak sedih. Zhicheng mengatakan yang sebenarnya—istriku memang sering mengkritik para pemimpin dan pekerja, berkata bahwa mereka tidak bertanggung jawab dan tidak melakukan pekerjaan nyata. Kenyataannya, para pemimpin telah mencapai beberapa hasil dalam pekerjaan mereka dan mampu menyelesaikan beberapa masalah nyata, tetapi istriku selalu mempermasalahkan masalah sepele dan menemukan kekurangan dalam segala hal yang dilakukan para pemimpin. Sebelumnya, aku telah bersekutu dengannya mengenai masalah ini, tetapi dia tidak mau mengubah caranya dan terus menyuarakan kritikannya terhadap para pemimpin dalam kelompok pertemuannya. Ketika pemimpin kelompoknya, Saudara Yang Yanyi, mengatakan kepadanya bahwa dia seharusnya tidak mengkritik para pemimpin dan pekerja selama pertemuan karena itu mengganggu kehidupan bergereja, dia mulai menghinanya, mengatakan bahwa Yanyi hanya mengkhotbahkan kata-kata dan doktrin dan tidak memiliki kenyataan kebenaran. Dia bahkan bertindak terlalu jauh sampai berani berkata bahwa Saudara Yang membuang-buang waktu saudara-saudari selama pertemuan, padahal sebenarnya, sebagian besar persekutuan Saudara Yang cukup praktis. Tindakan istriku mengganggu kehidupan bergereja dan jika, dalam proses penyelidikan gereja, diyakini bahwa dia adalah pelaku kejahatan, dia pasti dikeluarkan dari gereja. Pada waktu itu, kupikir dalam hatiku: "Jika dia dikeluarkan, bukankah itu berarti dia tak akan dapat memperoleh keselamatan?" Menyadari hal ini, aku memberi tahu pemimpin itu: "Alasan istriku menyebabkan gangguan dan kekacauan ini adalah karena dia baru menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman kurang lebih dua tahun yang lalu dan belum memahami kebenaran. Aku akan memastikan untuk bersekutu dengannya saat aku pulang ke rumah dan melihat apakah aku bisa membuatnya bertobat. Tentang penilaiannya, bisakah kita menundanya untuk saat ini?" Zhicheng bersekutu denganku, mengatakan bahwa rumah Tuhan selalu menekankan bahwa para pelaku kejahatan dan orang-orang tidak percaya yang mengganggu pekerjaan gereja harus disingkirkan untuk mencegah agar mereka tidak memengaruhi kehidupan bergereja yang normal. Dia memintaku untuk menyelesaikan penilaianku sesegera mungkin dan meyakinkanku bahwa gereja akan membuat penilaian yang adil sesuai dengan prinsip berdasarkan perilakunya secara keseluruhan. Aku tahu Zhicheng benar, tetapi ketika harus menulis penilaian terhadap istriku, aku merasa tidak enak. Aku dan istriku telah banyak menderita sejak percaya kepada Tuhan. Sudah cukup buruk ketika semua tetangga kami mencemooh dan mengejek kami, bahkan teman dekat dan semua kerabat kami telah meninggalkan kami—kami telah melewati masa-masa yang sangat sulit bersama-sama. Jika aku menuliskan semua perilaku jahatnya dan akhirnya dia dikeluarkan, bukankah semua penderitaannya akan sia-sia? Selain itu, jika dia mengetahui bahwa penilaiankulah yang telah menyingkapkan semua perilaku jahatnya, bukankah dia akan mengatakan aku telah mengabaikan ikatan perkawinan kami dan tak berperasaan terhadapnya? Kupikir dalam hatiku: "Lupakan saja. Aku seharusnya tak menulisnya." Namun kemudian, aku mempertimbangkan kembali, berpikir: "Aku tahu betul bahwa istriku telah mengganggu kehidupan bergereja. Jika aku tidak segera melaporkan perilaku istriku kepada gereja, bukankah aku telah menyembunyikan yang sebenarnya dan menutupinya? Itu pasti menyinggung Tuhan!" Setelah menyadari semua ini, aku merasa tersiksa dan sedih. Aku tak mampu melepaskan keterikatan emosiku dengan istriku dan tidak tahu cara terbaik untuk mengatasinya. Selama beberapa hari berikutnya, setiap kali aku pulang ke rumah, aku selalu bersekutu dengan istriku dan mendorongnya untuk bertobat. Dia selalu acuh tak acuh setuju, tetapi ketika aku mendesaknya lebih lanjut, dia selalu tersinggung dan tidak mau menerima persekutuanku. Melihat bagaimana dia tidak mengalami perbaikan sedikit pun, aku menjadi sangat tersiksa sehingga hampir tak bisa makan atau tidur nyenyak.
Kemudian, selama pertemuan rekan sekerja, seorang pemimpin mengamati betapa aku dikuasai oleh keterikatan emosiku dan tetap belum menulis penilaian, jadi dia bersekutu denganku, berkata: "Kebenaran berkuasa di rumah Tuhan. Tak ada pelaku kejahatan yang akan diampuni, dan tak ada orang baik yang dituduh secara sepihak. Sebagai diaken gereja ini, kau harus memimpin dalam hal menerapkan kebenaran untuk melindungi pekerjaan gereja." Aku merasa sedikit malu setelah mendengar persekutuan pemimpin itu. Memang, sebagai diaken gereja, jika gereja ingin lebih memahami keadaan istriku, aku harus bekerja sama secara aktif. Aku malah terus menunda menulis penilaian dan, dengan demikian, gagal melindungi pekerjaan gereja. Kenyataannya, ini adalah peringatan untuk istriku dan kesempatan baginya untuk menyadari bahwa dia memiliki beberapa masalah. Jika dia menerima kebenaran dan bertobat lalu berubah tepat waktu, mungkin ada hasil yang positif. Setelah pulang ke rumah, tepat ketika aku bersiap-siap untuk menulis penilaianku, aku melihat istriku dengan setia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan rumah tangga dan aku mulai ragu-ragu. Aku segera berdoa kepada Tuhan, memohon agar Dia membimbingku untuk melepaskan emosi kedaginganku dan menerapkan kebenaran untuk melindungi pekerjaan gereja. Setelah mengakhiri doaku, firman Tuhan ini muncul di benakku: "Pada dasarnya, apa arti perasaan? Perasaan adalah sejenis watak yang rusak. Perwujudan dari perasaan dapat digambarkan dengan beberapa kata: pilih kasih, perlindungan yang tidak berprinsip terhadap orang lain, menjaga hubungan, dan keberpihakan; inilah arti perasaan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa yang Dimaksud dengan Kenyataan Kebenaran?"). "Masalah-masalah apa yang berkaitan dengan emosi? Yang pertama adalah bagaimana caramu mengevaluasi keluargamu sendiri, bagaimana engkau bereaksi terhadap hal-hal yang mereka lakukan. 'Hal-hal yang mereka lakukan' itu termasuk ketika mereka mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja, ketika mereka mengkritik orang-orang di belakang mereka, ketika mereka melakukan hal-hal yang dilakukan orang-orang tidak percaya, dan sebagainya. Mampukah engkau bersikap netral terhadap hal-hal yang dilakukan oleh keluargamu tersebut? Jika engkau diminta untuk mengevaluasi keluargamu secara tertulis, akankah engkau melakukannya secara objektif dan adil dengan mengesampingkan emosimu sendiri? Ini berkaitan dengan bagaimana seharusnya engkau menghadapi anggota keluargamu. Dan apakah engkau bersikap sentimental terhadap orang-orang yang dengannya engkau memiliki hubungan dekat atau yang sebelumnya telah membantumu? Akankah engkau bersikap objektif, netral, dan cermat mengenai tindakan dan perilaku mereka? Akankah engkau segera melaporkan atau menyingkapkan mereka jika kaudapati mereka mengacaukan dan mengganggu pekerjaan gereja? Selain itu, apakah engkau bersikap sentimental terhadap orang-orang yang dekat denganmu, atau yang memiliki kepentingan yang sama denganmu? Akankah evaluasi, definisi, dan tanggapanmu terhadap tindakan dan perilaku mereka netral dan objektif? Seandainya orang-orang ini, yang memiliki hubungan emosional denganmu, ditangani oleh gereja berdasarkan prinsip-prinsipnya, dan hasilnya tidak sejalan dengan gagasanmu sendiri, bagaimana engkau akan menyikapi hal ini? Akankah engkau taat? Akankah engkau secara diam-diam terus berhubungan dengan mereka, akankah engkau terus terbujuk oleh mereka, akankah engkau bahkan diminta oleh mereka untuk membuat alasan bagi mereka, untuk membenarkan dan membela mereka? Akankah engkau menanggung kesalahan mereka dan datang untuk membantu mereka yang telah bersikap baik kepadamu, tanpa memedulikan prinsip kebenaran dan tanpa mengindahkan kepentingan rumah Tuhan? Semua ini melibatkan berbagai masalah yang berkaitan dengan emosi, bukan?" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (2)"). Firman Tuhan menyingkapkan bagaimana mereka yang memiliki ikatan emosi yang kuat tidak berperilaku sesuai prinsip, apalagi mampu bertindak adil. Sebaliknya, mereka pilih kasih dan mempertahankan hubungan jasmani mereka tanpa sedikit pun memikirkan kepentingan gereja. Mengukur diriku terhadap firman Tuhan, aku mendapati bahwa aku memiliki keterikatan emosi yang berlebihan. Aku tahu betul bahwa sejauh ini istriku sering memutarbalikkan fakta, mengkritik para pemimpin dan pekerja, dan mengganggu kehidupan bergereja, aku harus menerapkan kebenaran dan menyingkapkan perilaku jahatnya. Hanya dengan melakukan itu, barulah aku telah mengindahkan kehendak Tuhan dan melindungi pekerjaan gereja. Namun, karena aku tak mampu melepaskan ikatan keluargaku, takut istriku akan kehilangan kesempatannya untuk memperoleh keselamatan dan khawatir dia akan menaruh dendam terhadapku, aku tetap berpihak padanya, menyembunyikan kelakuan buruknya, menunda menulis penilaiannya dan membiarkannya terus mengganggu gereja. Saat menyembunyikan kelakuan buruknya, aku sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja, juga tidak memikirkan bagaimana hal itu dapat merugikan kehidupan saudara-saudariku. Aku benar-benar hina! Menyadari semua ini, kupikir: "Aku tak boleh lagi melawan hati nuraniku dan menyinggung Tuhan. Aku harus menerapkan kebenaran, melepaskan emosi kedaginganku dan menyingkapkan perilaku jahatnya." Dengan pemikiran itu, aku mengambil penaku dan menuliskan setiap perilaku jahat yang telah kuamati dalam diri istriku. Beberapa hari kemudian, para pemimpin dan pekerja memutuskan berdasarkan prinsip bahwa istriku memiliki kemanusiaan yang buruk, telah mengganggu kehidupan bergereja berkali-kali dan harus dikeluarkan, tetapi karena dia baru sebentar menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman, dia akan diberikan satu kesempatan lagi untuk bertobat. Dia akan dipangkas dan diberi peringatan, tetapi jika dia tetap tidak mau bertobat, dia akan dikeluarkan. Aku merasa lega mendengar berita ini, mengetahui bahwa dia masih memiliki kesempatan untuk membalikkan keadaan. Aku bertekad untuk bekerja keras dan benar-benar membantu istriku mengenali perilaku jahatnya dan bertobat kepada Tuhan. Jika dia mampu bertobat dan berubah, maka dia tidak akan disingkirkan. Jika itu yang terjadi, masih ada harapan dia dapat memperoleh keselamatan. Sesampainya di rumah, aku menunjukkan semua masalah istriku kepadanya dan mendesaknya untuk menghargai kesempatan ini untuk bertobat. Pada waktu itu, dia menyetujui permintaanku. Setelah itu, dia tidak lagi berdebat dengan saudara-saudarinya dan mengkritik para pemimpin dan pekerja selama pertemuan. Dia bersedia menerima saudara-saudari di rumah ketika itu ditugaskan kepadanya oleh gereja dan dia tampaknya, setidaknya dari luar, sedikit menahan diri. Aku merasa sangat bahagia untuknya, tetapi seiring berjalannya waktu, natur aslinya kembali muncul.
Suatu kali, selama pertemuan, seorang pemimpin kelompok, Saudari Liu Yi bertanya bagaimana orang harus melakukan penerapan dan masuk ke dalam kebenaran takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Setelah mendengar hal ini, istriku meremehkan Liu Yi, berkata: "Kau telah menyingkapkanku sebelumnya, mengatakan bahwa aku mengkritik para pemimpin dan pekerja dan melakukan kejahatan, tetapi kau bahkan tidak memahami kebenaran tentang takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan! Mengapa kau bisa menjadi pemimpin kelompok ini? Apa yang membuatmu memenuhi syarat untuk mengkritikku?" Dia terus melontarkan cemoohan ini terhadap Liu Yi, menolak untuk berhenti mencemooh ketika orang lain menyuruhnya berhenti. Akhirnya, suara ocehannya menjadi sangat keras sehingga seorang tetangga datang untuk menanyakan apa yang sedang terjadi dan pertemuan itu harus dihentikan karena alasan keselamatan. Ketika mengetahui apa yang terjadi, aku memangkas istriku dan mengatakan kepadanya bahwa cemoohannya telah mengacaukan dan mengganggu kehidupan bergereja, tetapi dia tidak mau menerimanya dan bahkan berusaha membela diri. Setelah itu, dia tetap marah terhadapku dan mengabaikanku. Moralku benar-benar turun melihat dia bersikap seperti ini terhadapku. Setelah itu, karena aku cukup terkenal di kalangan orang percaya di kampung halamanku dan juga karena orang jahat telah melaporkanku karena mengabarkan Injil, aku dan istriku terpaksa melarikan diri dan memenuhi tugas kami jauh dari rumah di sebuah gereja baru. Suatu kali, selama sebuah pertemuan, pemahaman istriku tentang satu bagian firman Tuhan sedikit menyimpang dan saudara-saudari lainnya menunjukkan kekeliruannya, dengan mengatakan kepadanya bahwa ini bukanlah pemahaman firman Tuhan yang murni. Namun, istriku tak mau menyerah dan terus mengoceh sampai-sampai mengganggu seluruh jalannya pertemuan itu. Di lain waktu, dia membela seorang pelaku kejahatan yang berencana akan dikeluarkan oleh gereja dan sangat mengganggu pekerjaan gereja. Ketika aku mengetahui tentang hal ini, aku memangkas dan menyingkapkannya, tetapi dia tidak mau menyetujui pemikiranku dan bahkan berpikir bahwa dialah yang benar. Pada kesempatan lain, istriku mendengar dari suatu tempat bahwa pemimpin gereja itu sedang berada dalam bahaya dan karena itu dia melarang pemimpin tersebut menghadiri pertemuan itu, mengatakan bahwa pemimpin itu akan membahayakan peserta lainnya. Dia bertindak terlalu jauh sampai berani berkata bahwa dia sedang membantu melindungi pekerjaan gereja, dan dia menaburkan ketakutan di antara saudara-saudari, menasihati mereka agar tidak berhubungan dengan pemimpin itu. Dia benar-benar tidak tahu apa yang dia bicarakan dan membuat segala macam pernyataan dan tindakan tak masuk akal yang secara langsung mengganggu kehidupan bergereja. Aku marah dan kesal ketika mendengar apa yang terjadi dan bersekutu dengannya, berkata: "Kau menghalangi pemimpin menghadiri pertemuan, menaburkan ketakutan di antara saudara-saudari, menghalangi orang agar tidak berhubungan dengan pemimpin dan menghalangi pemimpin untuk melaksanakan tugasnya. Bukankah kau sedang melakukan kejahatan dan mengganggu kehidupan bergereja? Dahulu, gereja tidak mengeluarkanmu saat kau melakukan semua kejahatan itu karena kau baru sebentar menjadi orang percaya. Mereka memberimu kesempatan untuk bertobat, tetapi kau sama sekali tidak bertobat dan bahkan terus melakukan kejahatan. Jika kau terus seperti ini, kau pasti akan dikeluarkan. Bagaimana kau akan memperoleh keselamatan kalau begitu?" Dia hanya menundukkan kepalanya dan tidak memberikan tanggapan apa pun. Dia tak punya kesadaran diri dan kemudian tidak mau memperbaiki perilakunya. Dia tidak menganggap serius apa yang kukatakan kepadanya saat memangkas dan menyingkapkannya dan tidak berniat sedikit pun untuk bertobat. Sehubungan dengan tindakan istriku, aku menemukan satu bagian firman Tuhan yang berkata: "Mereka di antara saudara-saudari yang selalu menyebarkan kenegatifan adalah kaki tangan Iblis dan mereka mengganggu gereja. Orang-orang seperti ini suatu hari kelak harus dikeluarkan dan disingkirkan. Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, jika orang tidak memiliki hati yang takut akan Tuhan, jika mereka tidak memiliki hati yang tunduk kepada Tuhan, mereka bukan saja tidak akan mampu melakukan pekerjaan apa pun bagi-Nya, tetapi justru sebaliknya, mereka akan menjadi orang-orang yang mengganggu pekerjaan Tuhan dan yang menentang Dia. Percaya kepada Tuhan, tetapi tidak tunduk ataupun takut akan Dia, dan malah menentang Dia, adalah hal paling memalukan sebagai orang percaya. Apabila orang-orang percaya hanya asal-asalan dan tidak menjaga perkataan dan tingkah laku mereka, sama seperti orang fasik yang tidak percaya, maka mereka bahkan lebih jahat daripada orang tidak percaya; mereka tipikal setan. Mereka yang menyebarkan omongan beracun dan jahat di dalam gereja, mereka yang menyebarkan rumor, menimbulkan ketidakharmonisan, dan membentuk kelompok-kelompok eksklusif di antara saudara-saudari—mereka haruslah diusir dari gereja. Namun, karena saat ini adalah masa pekerjaan Tuhan yang berbeda, orang-orang ini dibatasi, karena mereka sudah pasti akan disingkirkan. Semua orang yang telah dirusak oleh Iblis memiliki watak yang rusak. Beberapa orang semata-mata memiliki watak yang rusak, sementara beberapa orang lainnya berbeda: mereka tidak saja memiliki watak Iblis yang rusak, tetapi natur mereka juga luar biasa jahat. Bukan saja perkataan dan perbuatan mereka menyingkapkan watak Iblis dan rusak mereka; lebih dari itu, orang-orang ini adalah Iblis-Iblis dan setan-setan yang asli. Perilaku mereka mengacaukan dan mengganggu pekerjaan Tuhan, mengganggu jalan masuk kehidupan saudara-saudari, dan menghancurkan kehidupan bergereja yang normal. Cepat atau lambat, serigala-serigala berbulu domba ini harus dibersihkan; sikap yang tak kenal ampun, sikap penolakan, harus diterapkan atas para kaki tangan Iblis ini. Hanya inilah artinya berdiri di pihak Tuhan, dan mereka yang gagal melakukannya sedang berkubang dalam lumpur bersama Iblis" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Tindakan istriku persis seperti yang Tuhan gambarkan. Dahulu, dia sering memutarbalikkan fakta dan mengkritik para pemimpin dan pekerja dan bahkan memicu konflik di antara saudara-saudari dan para pemimpin dan pekerja. Sekarang, dia melakukan kebiasaan buruknya lagi, bertindak sembrono, menghalangi pemimpin dari memenuhi tugasnya dan sangat memengaruhi pekerjaan gereja. Pemimpin kami di gereja sebelumnya telah menganalisis perilaku jahatnya, tetapi dia tetap tak punya kesadaran diri dan tidak mau bertobat. Dia bahkan menaruh dendam terhadap orang-orang yang berusaha membantunya dan menyerang mereka begitu ada kesempatan. Jelas bahwa dia sama sekali tidak menerima kebenaran dan bahkan merasa jijik dan membenci kebenaran. Perilaku ini bukan hanya perwujudan normal dari kerusakan atau pelanggaran sesekali, semua ini merepresentasikan pola kekacauan dan gangguan dan tak ada nasihat atau bujukan yang telah mengubah pikirannya. Ini adalah perwujudan natur jahat! Esensi pelaku kejahatan adalah membenci dan merendahkan kebenaran dan tidak mau sungguh-sungguh bertobat bahkan setelah bertahun-tahun beriman. Dengan merenungkan penyingkapan firman Tuhan, aku sadar bahwa istriku adalah seorang pelaku kejahatan dan, cepat atau lambat, dia pasti dikeluarkan dari gereja. Namun, aku tetap tak sanggup melihatnya dikeluarkan setelah bertahun-tahun dalam iman—memikirkan hal ini saja membuatku sangat tersiksa. Meskipun aku tahu bahwa penyingkirannya yang tak terhindarkan adalah hasil dari kejahatannya sendiri dan bahwa dia telah menggali kuburnya sendiri, aku tetap tak sanggup melihat hal itu terjadi dan ingin melindunginya. Tepat pada saat itu, pemimpin gereja memintaku untuk menulis penilaian terhadap istriku. Pada waktu itu, kupikir: "Mungkin aku bisa menulis saja tentang kelakuan buruk yang sudah diketahui oleh saudara-saudari di gereja ini dan mengabaikan kejadian-kejadian di gereja sebelumnya yang tidak diketahui orang-orang di sini. Mungkin nanti dia akan memiliki kesempatan untuk tetap tinggal di gereja." Jadi, aku hanya menuliskan ringkasan seadanya dari beberapa kelakuan buruknya saat ini dan menyerahkannya. Beberapa hari kemudian, pemimpin itu berkata kepadaku: "Evaluasi yang kau tulis cukup sederhana. Apa kau telah melaporkan semua kelakuan buruk istrimu? Dalam berperilaku, kita harus menerima pemeriksaan Tuhan. Kita tidak boleh menyembunyikan fakta dan kenyataan karena keterikatan emosi pribadi kita." Perkataan pemimpin itu membuatku merasa dilema. Memang, aku tidak melaporkan semua kelakuan buruk istriku, karena jika aku melakukannya, maka berdasarkan pola perilakunya secara keseluruhan, dia pasti diyakini sebagai pelaku kejahatan dan segera dikeluarkan. Mengingat betapa menentangnya dia, jika dia benar-benar dikeluarkan dan mengetahui bahwa aku telah turut andil memberikan bukti, dia pasti selalu bertengkar denganku. Selain itu, jika anak-anakku tahu apa yang terjadi, bukankah mereka akan mengatakan bahwa aku telah memperlakukan istriku sendiri seperti orang luar? Lalu lagi pula, jika aku tidak memberikan laporan yang jujur dalam evaluasiku, itu berarti aku telah menyembunyikan fakta dan kenyataan dan menyembunyikan pelaku kejahatan, membiarkan dia terus melakukan kejahatan dan mengganggu pekerjaan gereja. Aku merasa sangat tersiksa dan pikiranku kacau, aku tidak mampu mengambil keputusan.
Setelah pulang ke rumah, aku menemukan bagian firman Tuhan berikut ini: "Engkau harus secepat mungkin menyingkirkan perasaanmu; Aku tidak bertindak karena perasaan, tetapi sebaliknya Aku melakukan kebenaran. Jika orang tuamu melakukan apa pun yang tidak ada manfaatnya bagi gereja, mereka tidak akan luput. Maksud-maksud-Ku telah diungkapkan kepadamu, dan engkau tidak boleh mengabaikannya. Sebaliknya, engkau harus memusatkan seluruh perhatianmu pada maksud-maksud-Ku, dan menyingkirkan semua hal lainnya untuk mengikuti dengan segenap hatimu. Aku akan selalu menjagamu dalam tangan-Ku. Jangan selalu merasa takut dan tunduk pada kekangan suamimu atau istrimu; engkau harus membiarkan kehendak-Ku dilaksanakan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 9"). "Siapakah Iblis, siapakah setan-setan, dan siapakah musuh Tuhan kalau bukan para penentang yang tidak percaya kepada Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang memberontak terhadap Tuhan? Bukankah mereka adalah orang-orang yang mengaku beriman, tetapi tidak memiliki kebenaran? Bukankah mereka adalah orang-orang yang hanya berupaya untuk memperoleh berkat tetapi tidak mampu menjadi kesaksian bagi Tuhan? Engkau masih bergaul dengan setan-setan itu sekarang dan memperlakukan mereka hati nurani dan kasih, tetapi dalam hal ini, bukankah engkau sedang menawarkan niat baikmu kepada Iblis? Bukankah engkau sedang bersekutu dengan setan-setan? Jika orang telah berhasil mencapai titik ini dan masih tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, dan terus secara membabi buta menjadi penuh kasih dan belas kasihan tanpa hasrat untuk mencari maksud Tuhan atau mampu dengan cara apa pun menganggap maksud-maksud Tuhan sebagai milik mereka, maka akhir hidup mereka akan menjadi lebih buruk. Siapa pun yang tidak percaya kepada Tuhan dalam daging adalah musuh Tuhan. Jika engkau sampai bisa memiliki hati nurani dan kasih terhadap musuh, bukankah itu berarti engkau tidak memiliki rasa keadilan? Jika engkau sesuai dengan mereka yang Kubenci dan yang dengannya Aku tidak sependapat, dan tetap memiliki kasih dan perasaan pribadi terhadap mereka, bukankah itu berarti engkau memberontak? Bukankah engkau sedang dengan sengaja menentang Tuhan? Apakah orang semacam itu memiliki kebenaran? Jika orang memiliki hati nurani terhadap musuh, kasih kepada setan-setan, dan belas kasihan kepada Iblis, bukankah itu berarti mereka dengan sengaja mengganggu pekerjaan Tuhan? Orang-orang yang hanya percaya kepada Yesus dan tidak percaya kepada Tuhan yang berinkarnasi selama akhir zaman dan mereka yang secara lisan mengaku percaya kepada Tuhan yang berinkarnasi tetapi melakukan kejahatan, semuanya adalah antikristus, apalagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan. Semua orang ini akan menjadi objek pemusnahan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan sangat menyayat hati. Aku tahu betul bahwa istriku memiliki esensi pelaku kejahatan dan harus dikeluarkan, tetapi karena keterikatan emosiku dengannya, aku tak sanggup melihatnya dikeluarkan dan kehilangan kesempatannya untuk memperoleh keselamatan. Aku juga khawatir istri dan anak-anakku akan mengatakan aku tak berperasaan dan tidak setia kepada keluarga jika mereka tahu aku telah memberikan penilaian. Aku menyembunyikan fakta dan hanya menulis penilaian singkat dan asal-asalan tentang perilaku istriku dalam upaya untuk mengelabui dan menipu Tuhan dan saudara-saudariku. Aku tahu betul bahwa istriku akan terus mengganggu kehidupan bergereja jika dia tetap berada di gereja, tetapi aku terus menyembunyikan kelakuan buruknya tanpa memikirkan sedikit pun kerugian apa yang dapat ditimbulkannya terhadap pekerjaan gereja. Bukankah aku sedang menyembunyikan pelaku kejahatan, menentang Tuhan dan merugikan gereja dan saudara-saudariku? Aku tak mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat dan menyerah pada keterikatan emosi dan sikap penuh kasihku terhadap pelaku kejahatan ini. Alangkah bodohnya diriku! Aku merenungkan bahwa alasanku yang terus-menerus bertindak berdasarkan keterikatan emosiku daripada menerapkan kebenaran adalah karena racun iblis yang telah mendarah daging seperti "Manusia bukan benda mati; bagaimana bisa dia bebas dari emosi?" dan "Begitu seorang pria dan wanita menikah, ikatan cinta mereka semakin dalam" telah menyebabkan aku terlalu mementingkan keterikatan emosiku dan berpikir bahwa dalam hidup, orang harus penuh kasih sayang dan setia. Aku telah menganggap falsafah iblis ini sebagai hal-hal positif dan, sebagai akibatnya, tidak mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat, benar dan salah, tidak memiliki prinsip dalam caraku berperilaku, mempertahankan ikatan emosi, melindungi pelaku kejahatan, dan membiarkannya mengganggu kehidupan bergereja serta menghalangi pekerjaan gereja. Bukankah aku tidak ikut serta dalam perbuatan jahat pelaku kejahatan? Aku merasa sedikit ngeri dengan kesadaran ini dan merasa sangat malu dan menyesal. Jika aku telah menerapkan kebenaran dan menyingkapkan kelakuan buruk istriku sehingga saudara-saudariku dapat memiliki kearifan terhadapnya dan segera mengeluarkannya dari gereja, maka gangguan terhadap kehidupan bergereja dapat dihindari. Aku merenungkan kembali semua perilaku buruk istriku—dia mungkin memiliki sedikit semangat, tetapi dia sama sekali tidak menerima kebenaran dan hanya mengganggu di gereja. Gereja telah memberinya banyak kesempatan untuk bertobat, dan aku dan saudara-saudariku telah bersekutu dengannya beberapa kali dan bahkan memangkasnya, memberinya beberapa peringatan, tetapi dia sama sekali tidak menerima kebenaran, tidak bertobat. Sebaliknya, dia selalu mengkritik dan menyerang saudara-saudari. Aku sadar bahwa dia membenci dan merendahkan kebenaran dan seperti lalang yang disingkapkan oleh Tuhan dalam pekerjaan-Nya pada akhir zaman. Aku teringat satu bagian dari kitab Wahyu, yang berkata: "Ia yang berbuat lalim, biarkan dia tetap berbuat lalim: dan ia yang kotor, biarkan ia tetap kotor: dan ia yang benar, biarlah ia tetap benar: dan ia yang kudus, biarlah ia tetap kudus" (Wahyu 22:11). Memang, sekali pelaku kejahatan, tetap pelaku kejahatan. Dia tak akan pernah berubah, apa pun situasinya.
Kemudian, aku menemukan bagian lain firman Tuhan: "Kesudahan setiap orang ditentukan berdasarkan esensi yang berasal dari perilaku mereka, dan hal itu selalu ditentukan dengan tepat. Tak seorang pun dapat menanggung dosa orang lain; terlebih lagi, tak seorang pun dapat menerima hukuman menggantikan orang lain. Hal ini mutlak. ... Pada akhirnya, para pelaku kebenaran adalah para pelaku kebenaran, dan para pelaku kejahatan adalah para pelaku kejahatan. Orang benar pada akhirnya akan dibiarkan hidup, sementara para pelaku kejahatan akan dimusnahkan. Orang yang kudus adalah kudus; mereka tidak najis. Orang yang najis adalah najis, dan tidak ada sedikit pun di dalam diri mereka yang kudus. Orang-orang yang akan dimusnahkan adalah semua orang fasik, dan yang akan selamat adalah semua orang benar—bahkan jika anak-anak orang jahat melakukan perbuatan yang benar, dan bahkan jika orang tua dari orang yang benar melakukan perbuatan yang jahat. Tidak ada hubungan antara suami yang percaya dan istri yang tidak percaya, dan tidak ada hubungan antara anak yang percaya dan orang tua yang tidak percaya; mereka adalah dua jenis orang yang sama sekali bertentangan. Sebelum masuk ke tempat perhentian, orang memiliki kerabat jasmaniah, tetapi begitu masuk ke tempat perhentian, orang tidak lagi memiliki kerabat jasmaniah untuk dibicarakan. Mereka yang melakukan tugasnya adalah musuh dari mereka yang tidak melakukan tugasnya; mereka yang mengasihi Tuhan dan mereka yang membenci Tuhan bertentangan satu sama lain. Mereka yang masuk ke tempat perhentian dan mereka yang akan dimusnahkan adalah dua jenis makhluk ciptaan yang bertentangan. Makhluk ciptaan yang memenuhi tugas mereka akan mampu tetap hidup, sementara makhluk ciptaan yang tidak memenuhi tugas mereka akan menjadi objek pemusnahan; terlebih lagi, hal ini akan berlangsung selama-lamanya. ... Ada hubungan jasmaniah yang ada di antara orang-orang saat ini, juga ada hubungan darah, tetapi kelak, semua ini akan hancur. Orang percaya dan orang tidak percaya sama sekali tidak sesuai; sebaliknya mereka saling bertentangan satu sama lain. Mereka yang berada di tempat perhentian akan percaya bahwa Tuhan itu ada dan akan tunduk kepada-Nya sedangkan mereka yang berontak melawan Tuhan semuanya akan dimusnahkan. Keluarga-keluarga tidak akan ada lagi di muka bumi; bagaimana mungkin ada orang tua atau anak-anak atau hubungan antara suami dan istri? Ketidaksesuaian antara percaya dan tidak percaya akan benar-benar memutuskan hubungan jasmaniah semacam itu!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tuhan dan Manusia akan Masuk ke Tempat Perhentian Bersama-sama"). Melalui firman Tuhan, aku mengerti bahwa Tuhan menentukan kesudahan orang berdasarkan esensi mereka. Tuhan tidak menyelamatkan para pelaku kejahatan, Dia menyelamatkan orang yang mampu menerima kebenaran dan sungguh-sungguh bertobat, sedangkan Dia menyingkirkan orang yang tidak mampu menerima dan bahkan membenci dan merendahkan kebenaran. Dalam esensinya, istriku adalah seorang pelaku kejahatan dan tidak dapat diselamatkan oleh Tuhan. Meskipun tetap berada di gereja, dia akhirnya akan disingkirkan dan hanya akan menanggung hukuman yang lebih berat karena terus melakukan kejahatan. Aku belum memahami watak benar Tuhan, hanya memikirkan bagaimana menjaga ikatan emosi kedaginganku, tidak menerapkan kebenaran dan percaya bahwa selama aku menyembunyikan kelakuan buruk istriku, dia bisa tetap berada di gereja dan menyusup masuk ke dalam kerajaan Tuhan. Sungguh gagasan konyol yang kupikirkan! Pada akhir zaman, Tuhan melakukan pekerjaan "mengelompokkan masing-masing orang menurut jenisnya." Dia menentukan tempat tujuan dan kesudahan setiap orang berdasarkan tindakan dan esensi natur mereka. Orang yang baik akan dikelompokkan dengan yang baik, dan orang yang jahat dengan yang jahat. Istriku harus menerima konsekuensi dari kelakuan buruknya karena inilah yang ditentukan oleh watak benar Tuhan. Aku menemukan bagian lain firman Tuhan yang berkata: "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? Dapatkah engkau melakukan kebenaran untuk Tuhan? Dapatkah engkau berdiri dan berbicara bagi-Ku? Dapatkah engkau dengan teguh melakukan kebenaran? Apakah engkau cukup berani untuk melawan semua perbuatan Iblis? Apakah engkau mampu menyingkirkan perasaanmu dan menyingkapkan Iblis demi kebenaran-Ku? Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku dipenuhi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang mengikuti kehendak-Ku?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Firman Tuhan membuatku semakin menyesal dan malu. Aku telah membiarkan keterikatan emosiku mengendalikan tindakanku, mempermainkan dan menipu Tuhan, merugikan saudara-saudariku dan menghalangi kemajuan normal dari pekerjaan pembersihan. Aku tak boleh lagi bertindak menurut emosi, aku harus memikirkan kehendak Tuhan, berperilaku sesuai prinsip, menyingkapkan semua kelakuan buruk istriku dan berhenti membiarkan dia mengganggu pekerjaan gereja. Aku menuliskan semua perbuatan jahat dan keseluruhan pola perilaku yang telah kuamati dalam diri istriku selama waktu kami di gereja dan menyerahkan penilaianku kepada pemimpinnya. Segera setelah itu, para pemimpin dan pekerja gereja meyakini bahwa istriku adalah seorang pelaku kejahatan berdasarkan perilakunya secara keseluruhan dan diputuskan melalui pemungutan suara di seluruh gereja untuk mengeluarkannya. Setelah istriku dikeluarkan, kehidupan bergereja kembali normal. Aku benar-benar telah menyaksikan kebenaran Tuhan dan merasa senang bahwa aku telah memainkan peranku dalam menyingkapkan dan mengeluarkan seorang pelaku kejahatan dari gereja. Sebagai hasilnya, aku merasa jauh lebih damai dan stabil secara emosi. Dengan membaca firman Tuhan-lah aku mampu melawan kendali keterikatan emosi, menyingkapkan kelakuan buruk istriku, dan melakukan bagianku dalam melindungi pekerjaan gereja. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.