Akibat Menjadi Orang yang Suka Menyenangkan Semua Orang

21 Januari 2022

Oleh Saudara Bai Hua, Tiongkok

Aku mengemban tugas sebagai pemimpin gereja pada tahun 2018. Aku tahu bahwa salah satu bagian terpenting dari melayani sebagai seorang pemimpin adalah mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan kesulitan orang lain dengan jalan masuk kehidupan mereka. Dengan begitu, kita bisa memiliki kehidupan bergereja yang baik. Namun, aku terlalu suka menyenangkan semua orang dan takut menyinggung siapa pun, jadi aku selalu memakai taktik dengan memberi nasihat yang baik dan lembut. Selama waktu itu, aku melihat diaken penyiraman, Saudara Liu, bersikap ceroboh dan tidak terbeban dalam tugasnya dan dia berlambat-lambat bersekutu dengan petobat baru ketika mereka menghadapi masalah, menyebabkan beberapa dari mereka menjadi negatif dan lemah. Aku menyadari betapa seriusnya masalah ini, dan bahwa aku harus bersekutu dengan dia dan menganalisis bagaimana dia menjadi lalai dan menipu Tuhan. Jika dia terus seperti itu tanpa pertobatan, itu pasti akan membuat Tuhan muak. Namun, saat melihatnya dalam pertemuan, aku ingin segera mundur. Dia tampak cukup sensitif menerima kritikan, jadi jika aku menunjukkan masalah ini kepadanya dan benar-benar menyakiti perasaannya, dia pasti akan memiliki kesan yang buruk terhadap diriku. Jika dia menolak menerima kritik dan marah, selain akan memalukan bagiku, akan sulit bagiku untuk akur dengannya setelah itu. Lalu, jika orang lain berpikir bahwa aku mulai memarahi dan menegur orang-orang setelah sekarang aku menjadi pemimpin, apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku? Aku memutuskan untuk tidak jadi melakukannya, dan tidak membicarakannya dengan dia. Jadi, aku dengan lembut menasihatinya, hanya sekadar basa-basi "Kita harus melakukan tugas kita dengan sungguh-sungguh, harus terbeban ..." Akibatnya, Saudara Liu tidak melihat esensi dari pendekatannya yang ceroboh terhadap tugasnya dan terus melakukan hal yang sama seperti biasanya. Melihat hal ini membuatku gelisah. Sebagai pemimpin gereja, aku sedang melihat seorang saudara mengerjakan tugasnya dengan asal-asalan dan melihat dampaknya pada pekerjaan gereja, tetapi aku tidak menanganinya dengan mempersekutukan kebenaran. Bagaimana bisa itu dikatakan melakukan pekerjaan nyata? Itu adalah pengabaian tugas yang serius. Makin kupikirkan, aku merasa makin tidak nyaman, tetapi aku tetap tidak mampu membuka mulutku dan mengatakan sesuatu kepadanya. Aku khawatir jika aku terlalu keras terhadapnya, dia mungkin mengatakan aku tidak punya belas kasihan, dan jika dia menyerah begitu saja dan berhenti, saudara-saudari lainnya mungkin mengira aku telah membuatnya merasa sedih. Itu tidak hanya akan membahayakan keharmonisan kami, tetapi juga akan merusak reputasiku. Setelah memikirkannya, aku memutuskan untuk melupakannya. Lagi pula, aku sudah mengatakan sesuatu kepada Saudara Liu, jadi aku akan membiarkan dia merenungkannya dari waktu ke waktu. Jadi, aku tidak pernah menyingkapkan dan menganalisis masalahnya. Ada waktu lainnya, ketika aku melihat ada dua saudara lain yang bekerja bersamaku selalu bertengkar karena mereka memiliki ide yang berbeda tentang segala sesuatu. Tak satu pun dari mereka yang mau mengalah dan diskusi mereka tidak pernah produktif. Terkadang setelah berhenti berdebat, mereka berdua tetap terjebak dalam watak mereka yang rusak. dan itu berdampak pada pekerjaan gereja. Aku melihat betapa seriusnya masalah ini dan kupikir aku harus segera menyingkapkan natur dan konsekuensi dari kecongkakan dan kegagalan mereka untuk menerapkan kebenaran. Namun sekali lagi, aku mundur begitu melihat mereka. Kupikir mereka berdua adalah pemimpin lama, jadi bukankah seharusnya mereka sudah mengerti akan hal itu? Lagi pula, aku tidak begitu memahami kebenaran, jadi akankah mereka mendengarkanku? Dan mereka berdua sangat baik kepadaku, jadi jika aku mempersekutukan natur dan konsekuensi serius dari masalah mereka, mereka mungkin berpikir aku hanya mencari-cari kesalahan mereka dan mengatakan aku tidak punya kemanusiaan. Maka akan sulit bagiku untuk akur dengan mereka. Setelah memikirkannya, aku memutuskan untuk melupakannya. Lagi pula, mereka selalu makan dan minum firman Tuhan, jadi mereka bisa merenungkannya seiring waktu. Jadi, aku hanya memberi mereka sedikit nasihat, membujuk mereka untuk tenang tanpa sama sekali secara langsung menyingkapkan mereka.

Suatu hari, seorang saudari melihatku dan berkata, "Kehidupan bergereja kita tidak berjalan dengan baik, Kau tidak menangani masalah nyata apa pun. Bukankah itu akan membuatmu menjadi pemimpin palsu?" Mendengar hal itu, aku benar-benar merasa jengkel. Jelas bagiku bahwa ada berbagai macam masalah di gereja yang kututupi. Aku sama sekali tidak memenuhi tanggung jawab seorang pemimpin. Bukankah itu yang disebut pemimpin palsu? Aku tahu bahwa jika aku terus gagal menerapkan kebenaran, Tuhan akan muak dengan diriku dan menyingkirkanku. Prospek ini membuatku takut, dan aku berdoa: "Tuhan, aku diangkat untuk menjadi pemimpin, dan aku telah melihat beberapa saudara yang hidup dalam watak rusak mereka, dan kehidupan bergereja kami serta berbagai aspek pekerjaannya terkena dampak serius, tetapi aku belum menerapkan kebenaran untuk memperbaikinya. Tuhan, kumohon tolonglah aku agar aku dapat mengenal diriku sendiri dan menerapkan kebenaran."

Setelah berdoa, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Menerapkan kebenaran bukanlah mengucapkan kata-kata kosong dan meneriakkan slogan. Sebaliknya, itu berarti apa pun yang mungkin kauhadapi dalam hidup, selama itu melibatkan prinsip-prinsip perilaku manusia, sudut pandang pada peristiwa, masalah kepercayaan kepada Tuhan, kebenaran prinsip, atau sikap yang dipakai orang dalam melaksanakan tugasnya, semua orang harus membuat pilihan—semua orang harus memiliki jalan untuk melakukan penerapan. Misalnya, jika sudut pandangmu yang semula adalah bahwa engkau tidak boleh menyinggung siapa pun, tetapi menjaga perdamaian dan menghindari untuk membuat siapa pun dipermalukan sehingga di masa depan semua orang dapat hidup rukun, maka, dibatasi oleh sudut pandang ini, ketika engkau melihat seseorang melakukan sesuatu yang buruk, membuat kesalahan, atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip, engkau lebih suka mengambil inisiatif untuk memperbaikinya daripada mengonfrontasi orang tersebut. Dibatasi oleh sudut pandangmu, engkau menjadi enggan untuk menyinggung siapa pun. Di hadapan siapa pun, karena terhalang oleh pemikiran akan wajah, emosi dan hubungan, atau perasaan yang telah bertumbuh selama bertahun-tahun engkau berinteraksi dengannya, engkau akan selalu mengatakan hal-hal yang baik untuk melindungi martabat orang tersebut. Ketika ada hal-hal yang kauanggap tidak memuaskan, engkau hanya melampiaskan amarahmu di belakang mereka dan membuat penilaian pribadi, alih-alih mempermalukan mereka. Apa pendapatmu tentang perilaku seperti itu? Bukankah itu perilaku yang licin dan curang dari orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya? Itu melanggar prinsip; bukankah bertindak seperti itu adalah hina? Orang yang bertindak seperti ini bukanlah orang baik ataupun mulia. Sebanyak apa pun engkau telah menderita, dan berapa pun harga yang telah kaubayar, jika engkau berperilaku tanpa prinsip, engkau telah gagal dan tidak akan mendapat perkenanan di hadapan Tuhan, ataupun diingat oleh-Nya, ataupun menyenangkan Dia" ("Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Membaca firman Tuhan yang menyingkapkan orang yang suka menyenangkan semua orang benar-benar membuatku resah. Aku tidak menyelesaikan masalah di gereja bukan karena aku tidak melihatnya, tetapi karena aku tidak ingin memprovokasi siapa pun dan takut mereka memiliki kesan yang buruk terhadapku. Aku sedang berusaha melindungi citra dan statusku sendiri. Aku memahami bahwa Tuhan membenci orang-orang seperti diriku yang tidak bertindak berdasarkan prinsip atau menerapkan kebenaran, yang egois dan licik. Aku teringat tentang bagaimana aku selalu berperilaku. Aku melihat bahwa Saudara Liu selalu ceroboh dalam tugasnya dan menunda pekerjaan penyiraman kami, jadi aku seharusnya menyingkapkan dan menganalisis natur perilakunya. Namun, aku takut bersikap terlalu keras terhadapnya dan mengubah cara pandang semua orang terhadap diriku, di mana mereka akan berkata bahwa aku sedang menceramahi dan mencari-cari kesalahan orang karena sekarang aku adalah seorang pemimpin, aku tidak pernah memerinci natur masalahnya sehingga aku dapat melindungi citraku di mata orang lain. Aku hanya mengatakan sesuatu secara singkat yang tidak berdampak apa pun untuk menyelesaikan masalah. Dan bahkan ketika kulihat dua saudara yang tidak pernah bisa akur itu, dan dampak ditimbulkannya terhadap pekerjaan gereja kami, aku tidak pernah membahasnya dan menganalisisnya untuk membantu mereka mengenal diri mereka sendiri. Akibatnya, pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan saudara-saudari menjadi terganggu. Aku hidup menurut falsafah iblis, seperti "Keselarasan adalah harta karun", "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain", dan "Seorang teman baru berarti satu jalan lagi". Ingin melindungi reputasi dan statusku dan dipandang sebagai orang yang baik oleh semua orang, Aku melihat segala sesuatunya dengan jelas tetapi tidak sepenuhnya menyampaikan pemikiranku. Ini tidak hanya merugikan anggota gereja lainnya, tetapi juga merugikan rumah Tuhan. Aku menyadari bahwa aku sama sekali tidak memiliki hati nurani dan nalar serta tidak memiliki sedikit pun kesetiaan kepada Tuhan. Bagaimana itu bisa dikatakan sebagai orang yang baik? Itu adalah orang yang egois, hina, dan tidak punya kemanusiaan. Di luarnya, aku hidup rukun dengan semua orang dan orang lain semuanya berkata bahwa aku adalah orang yang baik dan memiliki kesan yang baik di mata mereka, tetapi aku tidak sepenuhnya memenuhi tugas yang Tuhan percayakan kepadaku. Di mata Tuhan, aku adalah orang yang tidak setia dan tidak dapat dipercaya. Aku hanya melakukan pelanggaran demi pelanggaran, membuat Tuhan jijik dan marah. Menyadari hal ini, aku segera bertobat kepada Tuhan dan tahu aku tidak bisa terus seperti itu, dan aku harus mencari kebenaran untuk memperbaiki masalahku ini.

Setelah itu, aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Dinilai dari berbagai sifat pengejaran orang akan kekayaan dan martabat, betapapun tidak mencoloknya cara orang mengejar kekayaan dan martabat, dan betapapun dapat dibenarkannya pengejaran semacam itu bagi manusia, dan semahal apa pun harga yang mereka bayar, hasil akhirnya adalah untuk menghancurkan, mengganggu, dan merusak pekerjaan Tuhan. Pelaksanaan tugas mereka tidak hanya mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, tetapi juga merusak jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan. Apa sifat dari jenis pekerjaan ini? Sifatnya adalah penghancuran, gangguan, dan perusakan. Bukankah ini dapat didefinisikan sebagai menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan kepentingan mereka, bukan berarti Dia sedang merampas hak kebebasan mereka dan tidak ingin mereka ikut andil dalam kepentingan Tuhan. Sebaliknya, itu karena, sementara mengejar kepentingan diri mereka sendiri, orang merusak pekerjaan rumah Tuhan, mereka mengganggu jalan masuk normal saudara-saudari, dan bahkan mencegah orang untuk memiliki kehidupan bergereja yang normal dan kehidupan rohani yang normal. Yang lebih serius lagi adalah, ketika orang mengejar kepentingan diri mereka sendiri, perilaku semacam itu dapat digolongkan sebagai bekerja sama dengan Iblis dalam merusak dan menghalangi kemajuan normal pekerjaan Tuhan sampai taraf tertinggi, dan mencegah dilaksanakannya kehendak Tuhan secara normal di antara manusia. Inilah natur orang-orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri. Artinya, masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan-kepentingan ini, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Di rumah Tuhan, dan di dalam gereja, mereka memainkan peran negatif; terhadap pekerjaan rumah Tuhan, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal saudara-saudari di gereja, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek negatif" ("Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri ... (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Aku melihat di dalam bagian ini bahwa natur dan konsekuensi menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang yang melindungi kepentingannya sendiri dan tidak menerapkan kebenaran bersifat mengganggu dan merusak pekerjaan Tuhan dan berarti menjadi antek Iblis. Jika aku tetap seperti itu tanpa pertobatan, aku bukan saja tidak bisa diselamatkan, tetapi pada akhirnya aku ditolak dan disingkirkan Tuhan. Tuhan telah mengangkatku ke posisi kepemimpinan sehingga aku bisa belajar untuk mempersekutukan kebenaran untuk menyelesaikan kesulitan saudara-saudari dalam jalan masuk kehidupan mereka, dan memelihara kehidupan bergereja. Sebaliknya, ketika melihat masalah orang, aku tidak berdiri di pihak Tuhan dan segera terlibat, menyingkapkan dan menganalisis perilaku mereka, tetapi aku melindungi status dan reputasiku sendiri, menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang, bertindak sebagai antek Iblis. Hal ini berdampak negatif pada kehidupan bergereja saudara-saudari dan jalan masuk kehidupan mereka. Aku menyadari bahwa aku sedang memainkan peran Iblis, membuat Tuhan benci dan muak Merenungkan perilakuku selama ini, aku menyadari bahwa aku benar-benar berada di bawah kendali watakku yang rusak, terlalu pengecut untuk menerapkan kebenaran dan menegakkan keadilan. Aku adalah antek Iblis, lemah, dan tidak kompeten, hidup dengan sangat hina, begitu menyedihkan. Kemudian aku tahu bahwa jika aku tidak mulai menerapkan kebenaran dan menyangkali diriku sendiri, aku tidak layak untuk hidup di hadapan Tuhan, dan aku seharusnya dihukum dan dikutuk. Kesadaran ini sulit untuk kuterima, tetapi aku tahu bahwa Tuhan sedang menyingkapkan hal ini demi keselamatanku, dan tanpa penghakiman dan penyingkapan firman-Nya, aku takkan pernah dapat melihat kerusakanku sendiri atau mengetahui konsekuensi berbahaya menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang dan tidak menerapkan kebenaran. Aku bersyukur karena Tuhan mengatur semua ini agar aku dapat memetik pelajaran, dan aku mau meninggalkan watakku yang rusak, berhenti menjadi "orang baik", tidak melakukan kejahatan dan menentang Tuhan.

Kemudian, aku membaca beberapa firman dari Tuhan yang memberiku beberapa jalan penerapan. Firman Tuhan katakan: "Secara hakikat, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). "Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang 'orang yang baik', engkau akan selalu jatuh dan gagal dalam perkara semacam itu. Dengan begitu, apa yang harus kaulakukan dalam situasi semacam itu? Ketika dihadapkan dengan hal semacam itu, engkau harus berdoa kepada Tuhan. Mintalah Dia untuk memberimu kekuatan dan memungkinkanmu untuk menaati prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani sesuatu berdasarkan prinsip, berdiri teguh, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu meninggalkan kepentingan diri sendiri, reputasi, dan pendirianmu tentang 'orang baik', dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan akan mendapatkan aspek kebenaran ini. Namun, jika engkau bersikeras mempertahankan sudut pandangmu sendiri dan hubunganmu dengan orang lain, engkau tidak akan pernah mampu mengatasi hal-hal ini pada akhirnya. Akankah engkau mampu mengatasi hal-hal lainnya? Engkau akan tetap tidak memiliki kekuatan dan keyakinan. Engkau tidak dapat memperoleh kebenaran dengan cara ini, dan jika engkau tidak dapat memperoleh kebenaran, engkau tidak dapat diselamatkan. Memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Lalu, bagaimana orang memperoleh kebenaran? Ketika engkau melakukan penerapan dan masuk ke dalam satu aspek kebenaran, dan itu menjadi sumber kehidupanmu, dan engkau hidup berdasarkan aspek kebenaran itu, maka engkau dapat memperoleh aspek kebenaran tersebut dan mencapai bagian dari keselamatan itu" ("Hanya Ketika Engkau Mengenal Dirimu Sendiri Engkau Dapat Mengejar Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Dengan membaca firman ini, aku memahami bahwa Tuhan menyukai orang yang jujur, dan orang yang jujur tidak berfokus melindungi hubungan mereka atau memedulikan pandangan orang lain terhadap mereka, tetapi Tuhan memiliki tempat di hati mereka. Mereka menegakkan prinsip dalam segala hal, memiliki rasa keadilan, dan setia kepada Tuhan. Namun, melihat diriku sendiri, aku menyadari bahwa aku benar-benar egois dan licik, terlalu memikirkan hubungan antarpribadiku dan perasaan orang lain tentang diriku dan citraku. Ketika terjadi hal-hal yang mengharuskan aku melindungi kepentingan rumah Tuhan dan menerapkan kebenaran, aku selalu memihak Iblis, tidak berani menegakkan kebenaran prinsip; aku memberontak dan menentang Tuhan, menyakiti dan mengecewakan-Nya. Setelah itu, aku berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya untuk membantuku berpaling dari pemikiran dan perspektif semacam itu, dan tetap memegang prinsip, apa pun yang mungkin orang lain pikirkan. Itulah satu-satunya jalan untuk berdiri di pihak Tuhan dan menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Sebetulnya, mengatakan yang sebenarnya dan menunjukkan masalah seseorang tidak membuat mereka terlihat buruk. Melakukan hal itu sebenarnya bermanfaat, entah itu tentang saudara atau saudari, atau tentang pekerjaan gereja. Jika kita melihat orang menyingkapkan kerusakan tetapi kita tidak menunjukkan natur dan konsekuensinya, mereka tidak akan pernah menyadari betapa seriusnya masalah mereka. Itu tidak hanya menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, tetapi juga berdampak pada pekerjaan gereja, dan itu menjijikkan bagi Tuhan karena kita juga hidup dalam kerusakan. Dahulu aku selalu disibukkan dengan reputasi dan statusku, selalu mementingkan pendapat orang lain tanpa mengutamakan Tuhan. Aku tidak memikirkan bagaimana cara menyesuaikan diri dengan kebenaran, bagaimana menerima pemeriksaan Tuhan. Aku dikendalikan oleh watakku yang rusak—aku benar-benar bodoh. Aku tidak boleh terus membiarkan kerusakanku menang dan aku tidak mau menjadi orang lemah yang jadi bahan tertawaan Iblis. Aku harus menjadi orang yang jujur dengan rasa keadilan yang menyenangkan Tuhan. Memahami hal ini, aku memperoleh tekad untuk menerapkan kebenaran dan meninggalkan daging, dan memutuskan untuk berbicara dengan kedua saudara itu dan menyingkapkan esensi kecongkakan dan konflik mereka yang terus-menerus, dan betapa hal itu merugikan dan mengganggu pekerjaan gereja.

Aku bertemu mereka keesokan harinya dan tepat ketika aku bersiap-siap untuk mengatakan sesuatu, aku mulai merasa sedikit khawatir. "Bagaimana jika mereka tidak bisa menerimanya dan memarahiku? Bagaimana aku bisa memperlihatkan wajahku setelah itu?" Aku menyadari bahwa aku sedang dihalangi oleh watakku yang rusak, jadi aku berdoa, memohon kepada Tuhan untuk membantuku menerapkan kebenaran. Kemudian aku teringat pada sesuatu yang Tuhan katakan: "Tidak mampu menjunjung tinggi kesaksian-Ku dan kepentingan-Ku adalah pengkhianatan. Mempersembahkan senyuman palsu padahal hatinya jauh dari-Ku adalah pengkhianatan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Masalah yang Sangat Serius: Pengkhianatan (1)"). Lalu aku memahami bahwa jika aku terus menjadi orang yang suka menyenangkan semua orang dan tidak menerapkan kebenaran atau melindungi kepentingan rumah Tuhan, itu adalah pengkhianatan terhadap Tuhan. Aku tahu aku harus berhenti melindungi hubungan antarpribadi, dan apa pun yang mereka pikirkan tentang diriku setelah aku membicarakan masalah mereka, aku harus menghadap Tuhan, menerapkan kebenaran, dan mempermalukan Iblis! Jadi, aku menyingkapkan kecongkakan dan perilaku mereka yang tidak kooperatif, serta esensi dan konsekuensi dari hal-hal ini. Aku juga menemukan beberapa firman Tuhan untuk dibacakan kepada mereka. Di luar dugaanku, setelah mendengarkan, mereka mampu merenungkan diri mereka sendiri dalam terang firman Tuhan dan mau bertobat dan berubah. Aku sangat senang melihat bahwa mereka dapat mengenal diri mereka sendiri, tetapi aku juga merasa agak bersalah. Jika saja aku telah menerapkan kebenaran sebelumnya, mereka pasti telah menyadari betapa seriusnya masalah mereka dan segera membalikkan keadaan. Mereka tidak akan terus hidup dalam kerusakan, disakiti dan dipermainkan oleh Iblis, dan terutama tidak akan menghambat pekerjaan Tuhan. Dahulu, aku selalu takut menunjukkan kesalahan orang lain, takut mereka akan marah dan tidak menyukaiku. Namun sebenarnya, semua itu hanyalah imajinasiku. Asalkan orang dapat menerima kebenaran, mereka tidak akan memiliki prasangka apa pun, tetapi akan dapat menanganinya dengan tepat dan memetik pelajaran. Pendekatan ini baik bagi orang lain dan diri kita sendiri.

Setelah itu, aku makin percaya diri dalam menerapkan kebenaran dan menjadi orang yang jujur. Aku tidak lagi dihalangi oleh pemikiran akan status dan reputasi. Ketika melihat masalah saudara-saudariku, aku mampu menyampaikan persekutuan dan segera membantu mereka, menyingkapkan dan menganalisis masalahnya. Kehidupan bergereja kami pun makin membaik. Aku benar-benar merasakan kasih dan keselamatan Tuhan melalui pengalaman-pengalaman ini. Tuhan mengatur situasi semacam ini untuk mentahirkan dan mengubahku sehingga aku bisa dibebaskan dari keegoisan dan kelicikanku. Aku merasa bahwa menerapkan kebenaran sangat menenangkan dan memberikan ketenangan sejati, jauh lebih baik daripada selalu bersikap waspada, takut menyinggung orang lain. Ini adalah jalan untuk hidup dengan sedikit keserupaan dengan manusia! Aku juga menyadari bahwa hanya firman Tuhan yang adalah kebenaran, dan itu dapat memberi kita arah dan jalan untuk apa yang kita lakukan dan siapa kita. Hidup sebagai orang yang jujur berdasarkan firman Tuhan adalah satu-satunya jalan untuk menjadi orang yang baik.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Rasa Sakit yang Tak Terhilangkan

Oleh Saudara Wu Fan, Tiongkok Suatu hari di paruh kedua tahun 2002, tiba-tiba aku ditangkap polisi saat sedang melaksanakan tugasku. Mereka...