Terapkan Kebenaran Meskipun Itu Menyinggung

19 Maret 2022

Oleh Saudari April, Filipina

Mei 2020, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Aku sering membaca firman Tuhan, aktif dalam kehidupan gereja, dan melakukan tugas sebanyak mungkin. Lalu, aku terpilih sebagai pemimpin gereja. Suatu saat, gereja kami butuh secepatnya melatih dua diaken Injil. Aku punya daftar semua orang yang memenuhi syarat, dan mendapati kualitas Saudara Kevin baik, pekerjaannya tidak terlalu sibuk, dia aktif bersekutu di pertemuan dan memahami prinsip menyebarkan Injil, sepertinya dia cocok untuk pekerjaan itu. Ada juga Saudari Janelle yang aktif dalam tugasnya dan berprestasi. Dibandingkan yang lain, keduanya tampak tepat untuk tugas itu, dan pemimpinku menyetujui ideku. Jadi, aku menjadikan mereka diaken Injil. Setelah beberapa waktu, mereka memahami tanggung jawab diaken Injil dan menguasainya, jadi aku membiarkan mereka melakukan tugas secara mandiri dan mencurahkan semua energiku untuk pekerjaan penyiraman. Setelah beberapa minggu, aku mendapati beberapa orang yang baru menerima Injil meninggalkan kelompok pertemuan, dan beberapa penginjil mengalami kesulitan yang tidak bisa mereka selesaikan. Saat melihat masalah di pekerjaan Injil, aku bertanya-tanya, "Apa diaken Injil melakukan pekerjaan nyata?" Aku lalu menyelidiki beberapa detail pekerjaan dan mendapati diaken Injil hanya mengatur, tetapi tidak melakukan pekerjaan itu sendiri. Mereka tidak menyelesaikan masalah nyata di pertemuan, hanya mendesak saudara-saudari lain untuk melakukan tugas. Setelah mengetahui situasinya, aku sangat kecewa. Sebagai diaken gereja, bukankah tidak menyelesaikan masalah nyata artinya lalai? Aku juga mendapati Saudara Kevin tidak bekerja dengan baik, kadang dia pergi bermain gim video, sementara Saudari Janelle malas dan tidak bertanggung jawab dalam tugasnya. Aku ingin bersekutu dengan mereka dan membicarakan masalah dalam tugas mereka, tetapi karena hubungan kami sangat baik, aku tidak ingin merusak hubungan kami. Aku ingin saudara-saudariku melihatku sebagai orang baik, orang yang pengertian dan perhatian. Jika aku langung membicarakan masalah mereka, reputasi baikku bisa rusak. Apa nanti pendapat dua diaken itu tentangku? Apa mereka akan berkata aku tidak melihat upaya mereka, hanya kekurangan, dan aku tidak punya hati penuh kasih? Lalu, jika aku membicarakan masalah mereka, dan mereka tidak terima dan menjadi pasif, apa pendapat saudara-saudariku? Aku tidak mampu menjadi pemimpin? Aku pemimpin yang buruk? Jika pemimpinku menanyakan ini, aku mungkin akan ditangani. Jadi, karena itulah aku tidak membicarakan masalah mereka. Kadang aku berpikir karena aku bertanggung jawab atas pekerjaan gereja, tanggung jawabku adalah membicarakan masalah mereka agar bisa merenungkan diri. Namun, aku tetap tidak bisa mengatakannya. Aku justru mengirimi mereka firman Tuhan pelipur lara dan penghiburan, lalu perlahan bicara tentang cara melakukan tugas dengan baik dan bagaimana bekerja sama secara harmonis dengan orang lain. Aku tidak membicarakan masalah dalam tugas mereka. Setelah itu, aku merasa sangat bersalah. Aku merasa tidak jujur dan penuh tipu daya.

Terapkan Kebenaran Meskipun Itu Menyinggung

Suatu malam, aku tidak bisa tidur saat memikirkan aku ada hubungannya dengan pekerjaan Injil yang tidak efektif. Aku melihat dua diaken Injil tidak bertanggung jawab dalam tugas mereka, tidak memecahkan masalah yang dihadapi saudara-saudari penginjil, yang memberi mereka tekanan besar, dan menyebabkan beberapa pendatang baru meninggalkan kelompok pertemuan, tetapi aku tidak membicarakan masalah mereka. Aku merasa sangat bersalah sampai tidak tahu harus berbuat apa, jadi aku dengan tulus berdoa kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku merasa sangat bersalah karena tidak bisa memimpin saudara-saudari dengan baik. Tuhan, berilah pencerahan dan tuntun aku dalam menyelesaikan masalah ini." Setelah berdoa, aku menonton video kesaksian pengalaman yang berisi firman Tuhan yang sangat menginspirasiku. Firman Tuhan katakan: "Hati nurani dan nalar kedua-duanya seharusnya menjadi bagian dari kemanusiaan seseorang. Keduanya adalah hal yang paling mendasar dan paling penting. Orang macam apakah yang tidak memiliki hati nurani dan tidak memiliki nalar kemanusiaan yang normal? Secara umum, dia adalah orang yang tidak memiliki kemanusiaan, orang yang memiliki kemanusiaan yang sangat buruk. Secara lebih mendetail, apa perwujudan tidak adanya kemanusiaan yang diperlihatkan orang ini? Cobalah menganalisis ciri-ciri apa yang ditemukan dalam diri orang-orang semacam itu dan perwujudan spesifik apa yang mereka tunjukkan. (Mereka egois dan kejam.) Orang-orang yang egois dan kejam bersikap acuh tak acuh dalam tindakan mereka dan menjauh dari apa pun yang tidak berkaitan dengan mereka secara pribadi. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mereka juga tidak menunjukkan perhatian kepada kehendak Tuhan. Mereka tidak terbeban untuk memberi kesaksian tentang Tuhan atau melaksanakan tugas-tugas mereka, dan mereka tidak memiliki rasa tanggung jawab. ... Ada orang-orang yang tidak mau bertanggung jawab dalam tugas apa pun yang sedang mereka laksanakan. Mereka juga tidak melaporkan masalah yang mereka temukan kepada atasan mereka. Ketika mereka melihat orang-orang suka ikut campur dan mengganggu, mereka berpura-pura tidak melihat. Ketika mereka melihat orang jahat melakukan kejahatan, mereka tidak berusaha menghentikannya. Mereka tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan sedikit pun, juga tidak memikirkan apa tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika melaksanakan tugasnya, orang-orang semacam ini tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun; mereka adalah orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya yang berhasrat akan kenyamanan; mereka berbicara dan bertindak hanya demi kesombongan, reputasi, status, dan kepentingan mereka sendiri, serta pasti akan mencurahkan waktu dan upaya mereka untuk apa pun yang menguntungkan mereka" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku membaca firman Tuhan dua kali dan merasa sangat sedih. Kupikir kemanusiaanku baik, aku membantu saudara-saudariku dengan sabar, dan peduli kepada para diaken Injil itu. Saat bertindak, aku selalu memikirkan perasaan orang lain dan tidak ingin menyakiti mereka. Kupikir ini artinya memikirkan kehendak Tuhan, dan kupikir aku orang baik. Namun, saat melihat dua diaken itu melalaikan pekerjaan gereja, aku tidak membicarakan masalah mereka agar mereka sadar tidak bertanggung jawab dalam tugas. Aku justru memanjakan mereka karena takut membicarakan masalah akan menghancurkan hubungan kami. Aku juga khawatir pemimpinku memarahiku jika membuat mereka negatif dan saudara-saudariku memandang buruk terhadapku, jadi aku memilih melindungi hubunganku dengan mereka, serta citra dan statusku, dan hanya mengirimkan firman Tuhan pelipur lara dan penghiburan untuk bersekutu dengan mereka. Alhasil mereka gagal mengenali masalah mereka, tidak bertobat dan berubah tepat waktu. Demi citra dan kepentingan pribadi, aku tidak memikirkan pekerjaan gereja. Ini bukanlah memikirkan kehendak Tuhan, dan aku bukan orang baik. Sesungguhnya orang dengan kemanusiaan yang baik adalah orang jujur, bisa menerapkan kebenaran dan menjaga kepentingan rumah Tuhan, berani bersekutu dan menyingkap masalah dengan orang lain untuk membantu mereka berubah dan memperlakukan saudara-saudari setulus hati. Namun, aku? Saat melihat masalah dengan para diaken, aku hanya diam, dan membiarkan kepentingan rumah Tuhan dirugikan untuk melindungi kepentinganku. Kemanusiaanku buruk!

Lalu, aku membaca sebuah kutipan firman Tuhan dan memperoleh pemahaman tentang diriku. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Sebagian pemimpin gereja, ketika melihat saudara atau saudari mereka melaksanakan tugas-tugasnya dengan sembrono dan asal-asalan, tidak menegur mereka, walaupun seharusnya mereka menegurnya. Ketika mereka melihat sesuatu yang jelas-jelas merugikan kepentingan rumah Tuhan, mereka pura-pura tidak melihat dan tidak bertanya, dengan alasan agar tidak menyinggung orang lain sedikit pun. Tujuan dan sasaran mereka yang sesungguhnya bukanlah menunjukkan sikap tenggang rasa atas kelemahan orang lain—mereka tahu persis apa niat mereka: 'Jika aku terus melakukan hal ini dan tidak membuat siapa pun tersinggung, mereka akan berpikir bahwa aku adalah seorang pemimpin yang baik. Mereka akan mempunyai suatu pendapat yang baik dan bagus tentang diriku. Mereka akan memberiku pengakuan dan menyukaiku.' Sebesar apa pun kerugian yang diakibatkan terhadap kepentingan rumah Tuhan, dan sebesar apa pun umat pilihan Tuhan dihambat dalam jalan masuk kehidupan mereka, atau sebesar apa pun kehidupan bergereja mereka terganggu, orang-orang semacam itu gigih dalam falsafah iblis mereka dan tidak menyinggung siapa pun. Tidak pernah ada keinginan untuk menegur diri sendiri di dalam hati mereka; paling-paling, mereka hanya menyinggung sepintas tentang masalah tertentu sambil lalu, dan kemudian selesai. Mereka tidak mempersekutukan kebenaran, dan juga tidak menunjukkan esensi dari masalah-masalah orang lain, apalagi membedah keadaan orang-orang. Mereka tidak menuntun orang-orang untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran, dan mereka tidak pernah menyampaikan kehendak Tuhan, atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan orang, atau jenis-jenis watak rusak yang orang singkapkan. Mereka tidak menyelesaikan masalah-masalah nyata seperti ini; sebaliknya, mereka selalu memanjakan kelemahan-kelemahan dan kenegatifan orang lain, dan bahkan memanjakan kecerobohan dan sikap mereka yang asal-asalan. Mereka selalu membiarkan tindakan-tindakan dan perilaku-perilaku orang-orang ini berlanjut tanpa diberitahu seperti apa keadaan mereka sebenarnya, dan justru karena mereka melakukan hal demikian, kebanyakan orang mulai berpikir, 'Pemimpin kita itu seperti seorang ibu bagi kita. Dia bahkan lebih pengertian terhadap kelemahan-kelemahan kita dibanding Tuhan. Tingkat pertumbuhan kita mungkin terlalu rendah untuk mencapai tuntutan Tuhan, tetapi kita hanya perlu memenuhi tuntutan pemimpin kita; dengan mengikuti pemimpin kita, itu berarti kita sedang mengikuti Tuhan. Jika suatu hari Yang di Atas menggantikan pemimpin kita, kita akan memperdengarkan suara kita; untuk mempertahankan pemimpin kita dan mencegahnya agar tidak digantikan oleh Yang di Atas, kita akan bernegosiasi dengan Yang di Atas dan memaksa mereka untuk menyetujui tuntutan kita. Beginilah cara kita memperlakukan pemimpin kita dengan adil.' Jika orang memiliki pemikiran seperti itu di dalam hati mereka, jika mereka memiliki hubungan ketergantungan dengan pemimpin, dan di dalam hatinya, mereka merasakan ketergantungan, kekaguman, rasa hormat, dan pemujaan terhadap pemimpin mereka, dan hampir seolah-olah pemimpin ini telah mengambil tempat Tuhan di dalam hati mereka, dan jika pemimpin tersebut mau mempertahankan hubungan seperti itu, jika pemimpin tersebut memperoleh perasaan senang dari hubungan seperti itu di dalam hatinya, dan percaya bahwa umat pilihan Tuhan harus memperlakukan dirinya seperti ini, maka tidak ada bedanya antara dia dan Paulus, dan dia telah menjejakkan kaki di jalan antikristus. ... Antikristus tidak melakukan pekerjaan nyata, mereka tidak mempersekutukan kebenaran dan menyelesaikan masalah, mereka tidak membimbing orang dalam makan dan minum firman Tuhan dan memasuki kenyataan kebenaran. Mereka bekerja hanya demi status dan ketenaran, mereka hanya peduli untuk membangun diri mereka sendiri, melindungi tempat yang mereka miliki di hati orang, dan membuat semua orang memuja mereka, menghormati mereka, dan mengikuti mereka; dengan cara ini, mereka akan mencapai tujuan mereka. Beginilah cara antikristus berusaha memenangkan hati orang dan mengendalikan umat pilihan Tuhan. Bukankah cara kerja seperti itu jahat, bukankah itu menjijikkan? Itu menjijikkan!" ("Mereka Berusaha Memenangkan Hati Orang" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Setelah membaca kutipan firman Tuhan ini, aku merasa sangat malu. Firman Tuhan dengan akurat menyingkap keadaanku. Aku jelas-jelas melihat kedua diaken itu tak melakukan pekerjaan nyata, dan masalahnya serius, aku seharusnya memakai firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkap watak rusak manusia untuk bersekutu agar mereka tahu masalah mereka dan mengubah sikap mereka terhadap tugas. Ini akan menghentikan mereka menghambat pekerjaan gereja. Namun, untuk menjaga hubunganku dengan mereka dan memberi mereka kesan baik, aku tidak menyingkap esensi masalah mereka, aku hanya memakai firman Tuhan yang menghibur untuk menyemangati mereka. Kupikir dengan begini, mereka akan berpikir aku pemimpin yang baik dan berpendapat baik tentangku, menyetujui dan menyukaiku. Aku sangat egois dan tercela! Karena tidak membicarakan dan menyingkap masalah dua diaken itu tepat waktu, para pendatang baru tidak bisa menyelesaikan gagasan mereka tepat waktu, dan orang lain yang baru menerima Injil meninggalkan kelompok pertemuan. Aku sadar ini kesalahanku. Tugas pemimpin adalah mengawasi serta menindaklanjuti pekerjaan diaken gereja dan pemimpin kelompok, juga menyelesaikan masalah tepat waktu. Kita harus mengetahui situasi saudara-saudari kita, dan saat seseorang melakukan hal yang melanggar prinsip atau memengaruhi pekerjaan gereja, kita harus sabar bersekutu dan membantu mereka. Jika persekutuan kita tetap tak mengubah keadaan, kita harus memangkas, menangani, atau memberhentikan mereka. Ini satu-satunya cara melindungi pekerjaan rumah Tuhan. Namun, sebagai pemimpin gereja, bukan hanya aku tidak bertanggung jawab, aku bertindak sebagai hamba Iblis dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Itu memalukan! Sungguh pilu dan menyedihkan melihat situasi menjadi seperti ini. Semua masalah ini terjadi karena aku tak bertindak seperti pemimpin yang baik. Jika aku bersekutu dan menyingkap masalah mereka, aku tidak akan begitu merugikan pekerjaan gereja. Aku pemimpin palsu yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Aku tidak membantu saudara-saudariku memahami kebenaran dan tidak bisa membawa mereka ke hadapan Tuhan. Aku selalu ingin mereka menyetujui dan membelaku, agar citraku baik dan punya status di hati mereka. Aku berjalan di jalan antikristus menentang Tuhan. Tanpa penghakiman firman Tuhan, entah kejahatan apa yang bisa kulakukan. Setelah menyadari ini, aku menyesali tindakanku, jadi aku dengan tulus berdoa kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku tidak sadar bahwa keegoisanku akan sangat merugikan pekerjaan gereja dan membahayakan kehidupan saudara-saudariku. Aku tidak layak mendapat amanat yang begitu penting. Tuhan, aku ingin bertobat. Aku ingin membawa kembali saudara-saudari yang baru menerima Injil. Bimbinglah aku dalam merenungkan diri agar tidak melakukan kesalahan yang sama lagi." Setelah berdoa, keadaanku sedikit membaik, tetapi aku masih merasa sangat bersalah. Aku merasa seperti pendosa, seolah semua tindakanku mewakili Iblis, bahwa orang-orang sepertiku tidak bisa diselamatkan, tidak ada harapan bagiku.

Saat itu, seorang saudari mengirim beberapa firman Tuhan di grup obrolan. Tuhan berfirman, "Banyaknya pengalaman kegagalan, kelemahan, dan masa-masa negatif yang engkau alami bisa dikatakan sebagai ujian Tuhan bagimu. Ini karena segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan semua hal dan peristiwa ada di tangan-Nya. Entah engkau gagal atau lemah atau tersandung, semua tergantung pada Tuhan dan berada dalam genggaman tangan-Nya. Dari perspektif Tuhan, ini adalah ujian bagimu, dan jika engkau tidak bisa mengenalinya, itu akan menjadi pencobaan. Ada dua keadaan yang manusia harus kenali: satu datang dari Roh Kudus, yang lainnya bersumber dari Iblis. Yang satu adalah keadaan di mana Roh Kudus mencerahkanmu dan memungkinkanmu untuk mengenal dirimu sendiri, membenci dan menyesali dirimu sendiri, dan mampu memiliki kasih yang murni kepada Tuhan, sehingga bisa memusatkan hati untuk memuaskan Dia. Yang satu lagi adalah keadaan di mana engkau mengenal dirimu sendiri, tetapi engkau negatif dan lemah. Bisa dikatakan ini adalah pemurnian Tuhan, dan ini juga bisa dikatakan pencobaan Iblis. Jika engkau mengenali bahwa ini adalah penyelamatan Tuhan atas dirimu dan jika engkau merasa bahwa engkau sekarang sangat berutang kepada-Nya, dan jika mulai sekarang engkau berusaha membalas budi kepada-Nya dan tidak lagi jatuh dalam kebejatan, jika engkau berusaha makan dan minum firman-Nya, dan jika engkau selalu menganggap dirimu kekurangan, dan memiliki hati yang rindu, itu adalah ujian dari Tuhan. Setelah penderitaan berakhir, dan engkau sekali lagi bergerak maju, Tuhan akan tetap memimpin, menerangi, mencerahkan, dan memeliharamu. Namun, jika engkau tidak mengenalinya dan bersikap negatif, semata-mata menelantarkan dirimu dalam keputusasaan, jika engkau berpikir demikian, pencobaan Iblis telah menimpamu" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Akan Disempurnakan Harus Mengalami Pemurnian"). Setelah membaca kutipan firman Tuhan ini, aku merasa terhibur, juga punya kepercayaan diri untuk maju. Saat membaca firman Tuhan yang keras sebelumnya, saat Tuhan menyingkap kerusakanku, rasanya perih dan tidak nyaman, seolah aku telah dikutuk dan tidak punya harapan untuk diselamatkan, jadi aku negatif dan lemah. Namun, saat membaca kutipan firman Tuhan ini, aku memahami kehendak Tuhan. Jika orang tidak membela kepentingan rumah Tuhan dalam tugas, lalu disingkap dan ditangani, wajar jika mereka merasa negatif dan lemah. Namun, jika bisa mencari kebenaran dalam kegagalanku dan merenungkan diri, ini kesempatanku untuk memetik pelajaran. Jika aku negatif, menarik diri, atau menyerah atas diriku, aku akan teperdaya muslihat Iblis dan menyerah pada pencobaan. Kulihat di balik penghakiman Tuhan dan penyingkapan watak rusak manusia ada kasih Tuhan. Tuhan ingin kita mengenal diri sendiri, belajar dari kegagalan, dan tidak dikendalikan watak iblis. Ini hal bagus, kesempatan untuk tumbuh. Menyadari ini, aku tidak lagi merasa negatif atau salah memahami Tuhan. Aku harus melakukan tugas sesuai firman dan prinsip Tuhan. Aku tidak boleh mengikuti emosi dagingku dan menjaga reputasi dan statusku.

Aku lalu membaca beberapa firman Tuhan: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat, Tuhan adalah setia, jadi firman-Nya selalu bisa dipercaya; tindakan-tindakan-Nya, terlebih lagi, tidak mengandung kesalahan dan tidak dapat disangkal, inilah sebabnya Tuhan menyukai mereka yang sepenuhnya jujur kepada-Nya. Kejujuran berarti memberikan hatimu kepada Tuhan, bersungguh-sungguh kepada Tuhan dalam segala sesuatu, terbuka kepada-Nya dalam segala sesuatu, tidak pernah menyembunyikan yang sebenarnya, tidak berusaha menipu mereka yang di atas dan di bawahmu, dan tidak melakukan sesuatu semata-mata demi mengambil hati Tuhan. Singkatnya, jujur berarti kudus dalam tindakan dan perkataanmu, dan tidak menipu baik Tuhan maupun manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Tiga Peringatan"). "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, harga diri, atau reputasimu sendiri, dan jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah setia, memenuhi tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman-firman Tuhan ini membantuku. Dari firman Tuhan, aku paham bahwa Tuhan membenci pendusta, tetapi mengasihi orang jujur. Orang jujur melindungi kepentingan rumah Tuhan dan jalan masuk kehidupan saudara-saudarinya. Saat orang jujur menjadi pemimpin, pekerjaan gereja tidak pernah tertunda. Aku harus dahulukan kepentingan rumah Tuhan dan menghadapi masalah dua diaken itu dengan jujur. Aku harus bersekutu dan menyingkap tindakan mereka agar mereka tahu betapa serius masalah mereka, sungguh bertobat, dan bertindak secara bertanggung jawab lagi. Jika tidak bisa berubah setelah persekutuanku, aku harus pecat mereka untuk melindungi pekerjaan gereja.

Aku lalu menemukan beberapa firman Tuhan dan bersekutu dengan Saudara Kevin lebih dulu, untuk memberi tahu dia tren-tren sosial ini adalah pencobaan dari Iblis dan dia harus melepaskan kecenderungan dagingnya. Kemudian, aku bersekutu dengan Saudari Janelle dan membicarakan kurangnya beban dalam tugasnya, lalu menyuruh dia memikirkan kehendak Tuhan. Yang mengejutkan, setelah persekutuanku, mereka berdua bersedia mengubah sikap terhadap tugas dan memperbaiki perilaku mereka. Lalu, Saudara Kevin juga melakukan beberapa perubahan, jadi saat dicobai lagi, dia bisa dengan sadar meninggalkan dagingnya, sedangkan Saudari Janelle bisa lebih proaktif dalam tugasnya. Saat melihat hasil ini, aku menyalahkan diriku karena tidak membicarakan masalah mereka lebih awal. Aku juga melihat orang yang menerima kebenaran tidak negatif saat disingkap dan diberi saran. Mereka bisa mengenal diri sendiri dari situ, benar-benar bertobat, dan bekerja sama lebih baik dengan Tuhan. Aku sangat senang punya pengalaman ini. Mengalami penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan memberiku pemahaman tentang kerusakanku sendiri. Aku juga melihat bahwa firman yang diungkapkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa adalah kebenaran, bisa mengubah dan menyelamatkan manusia. Syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa!

Sebelumnya: Akibat Memuja Manusia

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Obat Iri Hati

Oleh Saudari Xun Qiu, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Daging manusia adalah milik Iblis, itu penuh dengan watak pemberontak, itu...

Melepaskan Status Tidaklah Mudah

Oleh Saudara Li Jun, TiongkokAku lahir di keluarga petani. Ketika kecil, aku kehilangan orangtuaku, jadi aku dan kakakku harus bergantung...