Merasakan Kemanisan dari Menerapkan Kebenaran

16 September 2022

Oleh Saudari Zhao Lu, Belanda

Pada Maret 2021, pemimpinku mengatur untuk aku memimpin pekerjaan penginjilan di sebuah gereja. Setelah mendengar berita itu, kupikir dalam hati, "Pekerjaan penginjilan di gereja ini selalu tidak bersemangat. Beberapa pengawas telah ditugaskan di sana, tapi pekerjaan itu tak pernah dilakukan dengan baik. Pemimpin ingin aku memimpin, seorang awam yang tak pernah memimpin pekerjaan penginjilan. Bukankah ini hanya akan memperburuk keadaan? Jika aku mengambil pekerjaan ini dan tidak melakukannya dengan baik, ini bukan saja akan memperlihatkan aku tak punya kemampuan untuk bekerja, orang lain mungkin juga berkata aku tak punya kesadaran diri dan tak mengenal diri sendiri. Mungkin lebih baik tidak kuambil pekerjaan itu." Dengan pemikiran ini, aku menolak pengaturan pemimpin.

Kemudian, pemimpinku datang untuk bersekutu denganku, berkata tidak ada calon yang sesuai, dan dia berharap aku dapat memikirkan kehendak Tuhan dan menanggung beban ini. Ketika mendengar pemimpin mengatakan ini, aku sadar menolak tugas ini bukanlah kehendak Tuhan. Aku teringat firman Tuhan, "Engkau semua mengatakan bahwa engkau mempertimbangkan beban Tuhan dan akan membela kesaksian gereja, tetapi siapakah di antaramu yang benar-benar mempertimbangkan beban Tuhan? Tanyakanlah kepada dirimu sendiri: apakah engkau seseorang yang telah menunjukkan pertimbangan akan beban Tuhan? ... Dapatkah engkau membiarkan maksud-maksud-Ku digenapi di dalam dirimu? Sudahkah engkau menyerahkan hatimu pada saat-saat paling krusial? Apakah engkau seseorang yang melakukan kehendak-Ku? Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan ini kepada dirimu sendiri dan seringlah memikirkan tentang hal ini" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 13"). Dihadapkan dengan pertanyaan Tuhan, aku merasa sangat malu. Kami sedang mengalami kesulitan dengan pekerjaan penginjilan, dan pada saat penting ini, aku harus memikirkan kehendak Tuhan. Namun, aku takut disingkapkan dan dipandang rendah, jadi aku menolak tugas Tuhan dan menghindari tanggung jawab. Aku sangat egois dan tak berguna! Aku ingat Tuhan juga berkata, "Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus merasakan kesakitan, seolah-olah pisau sedang ditusuk dan dipelintir di jantung-Nya, namun Dia tidak memiliki niat sedikit pun untuk mengingkari perkataan-Nya; selalu ada kekuatan dahsyat yang mendorong-Nya menuju ke tempat Dia akan disalibkan. Akhirnya, Dia dipaku di kayu salib dan menjadi serupa dengan daging yang berdosa, menyelesaikan pekerjaan penebusan umat manusia. Dia melepaskan belenggu kematian dan alam maut. Di hadapan-Nya, kematian, neraka, dan alam maut kehilangan kuasa mereka, dan ditaklukkan oleh-Nya. Dia hidup selama tiga puluh tiga tahun, dan selama itu Dia selalu melakukan yang terbaik untuk memenuhi kehendak Tuhan sesuai dengan pekerjaan Tuhan pada saat itu, tidak pernah memikirkan keuntungan atau kerugian pribadi-Nya sendiri, dan selalu memikirkan kehendak Bapa. Karena itu, setelah Dia dibaptis, Tuhan berkata: 'Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.' Karena pelayanan-Nya di hadapan Tuhan selaras dengan kehendak Tuhan, Tuhan meletakkan beban berat untuk menebus semua umat manusia di kedua bahu-Nya dan membuat-Nya menyelesaikannya, dan Dia layak serta berhak untuk menyelesaikan tugas penting ini. Di sepanjang hidup-Nya, Dia menanggung penderitaan yang tak terkira bagi Tuhan, dan Dia dicobai oleh Iblis berkali-kali, tetapi Dia tidak pernah tawar hati. Tuhan memberi-Nya tugas yang sedemikian besar karena Dia memercayai-Nya, dan mengasihi-Nya, sehingga Tuhan secara pribadi berkata: 'Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan'" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 1, Bagaimana Melayani dalam Keselarasan dengan Kehendak Tuhan). "Jika, seperti Yesus, engkau semua mampu memberikan kepedulian penuh pada beban Tuhan dan menyangkali dagingmu, Tuhan akan memercayakan tugas penting-Nya kepadamu, sehingga engkau semua akan memenuhi persyaratan melayani Tuhan. Hanya dalam keadaan seperti itulah engkau semua akan berani berkata bahwa engkau semua sedang melakukan kehendak Tuhan dan menyelesaikan amanat-Nya, dan baru pada saat itulah engkau semua akan berani mengatakan bahwa engkau semua benar-benar melayani Tuhan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 1, Bagaimana Melayani dalam Keselarasan dengan Kehendak Tuhan). Saat aku merenungkan firman Tuhan, aku sangat tersentuh. Tuhan Yesus datang berinkarnasi untuk bekerja di bumi, melakukan semua yang Dia bisa untuk kehendak Bapa. Menghadapi penderitaan penyaliban, meskipun Dia merasa lemah, Dia tak punya niat menarik diri atau mundur, Dia tak pernah memikirkan keuntungan dan kerugian pribadi-Nya, dan akhirnya Dia menyelesaikan pekerjaan penebusan bagi seluruh umat manusia. Sebagai orang yang dirusak oleh Iblis, bisa ambil bagian dalam pekerjaan penginjilan adalah kehormatan bagiku. Jika aku menolak tugas ini karena takut disingkapkan, itu akan menghancurkan hati Tuhan! Merenungkan hal ini, aku merasa sangat terinspirasi. Peranku adalah tanpa ragu menerima tugas ini, melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, dan percaya Tuhan pasti membimbingku. Jadi, aku menerima pengaturan pemimpin dan mulai mengawasi pekerjaan penginjilan. Pada waktu itu, aku tak tahu bagaimana melakukan pekerjaan dengan baik, jadi aku sering datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan berseru kepada Tuhan. Untuk melakukan pekerjaan dengan baik, harus ada beberapa orang baik yang bekerja sama, jadi aku mencari beberapa saudara-saudari yang dapat menanggung beban dan memiliki kualitas yang baik untuk mengambil pekerjaan itu, dan pemimpin juga sering membimbing kami dalam pekerjaan. Selain itu, saudara-saudari kami dari gereja lain juga membagikan bagaimana mereka melakukan pekerjaan penginjilan. Sampai September, pekerjaan penginjilan di gereja yang kuawasi hampir sepuluh kali lebih efektif! Pemimpinku juga memujiku, "Pekerjaan penginjilan di gereja yang kauawasi cukup efektif baru-baru ini." Pengawas lainnya berkata, "Jangan lagi menganggap dirimu sebagai orang awam." Mendengar mereka mengatakan hal-hal ini membuatku sangat puas. Akhirnya aku mendapat pujian dari saudara-saudariku sebagai pengawas yang memenuhi syarat. Kelak, selama aku stabil dalam tugasku dan memastikan pekerjaan penginjilan efektif, aku tak perlu khawatir akan dipindahkan atau diberhentikan.

Segera, pemimpin mengatur agar beberapa staf pengijilan datang ke gereja kami. Ketika mendengar hal ini, aku sedikit terkejut, dan merasakan sedikit penentangan, "Pemimpin memindahkan begitu banyak orang. Bukankah ini berarti pekerjaan penginjilan kami harus menjadi beberapa kali lebih efektif? Ini sangat sulit bagiku. Saudara-saudari ini memberitakan Injil dengan baik di gereja mereka sebelumnya. Jika hasil pekerjaan penginjilan mereka tidak baik di gereja yang menjadi tanggung jawabku, bukankah sepertinya aku memiliki kemampuan kerja yang buruk dan lebih rendah daripada orang lain? Jika efektivitas pekerjaan kami tidak meningkat, aku mungkin akan diberhentikan, saudara-saudariku akan mengetahui kemampuanku yang sebenarnya, pemimpin pasti akan kecewa denganku, dan aku takkan pernah lagi dipromosikan atau dibina! Saat ini, aku familier dengan keadaan di gereja. Aku tahu aku mampu melakukan pekerjaan dengan baik, kami mengalami sedikit kemajuan lagi setiap bulan, dan statusku sebagai pengawas aman. Namun sekarang, dengan lebih banyak orang, bagaimana jika segala sesuatunya kelak tidak berhasil? Akan lebih baik untuk mempertahankan status quo. Jika tidak menerima pengaturan ini, maka aku akan menghalangi pekerjaan penginjilan, dan pemimpin pasti akan memberhentikanku. Namun, aku tidak benar-benar puas dengan menerima pengaturan ini." Aku duduk di depan komputerku, melihat daftar orang yang akan dikirim dan merasa sangat frustrasi. Aku ingat apa yang kukatakan kepada pemimpin sebelumnya, "Pekerjaan penginjilan akan lebih efektif jika kita memiliki lebih banyak staf di gereja," dan aku menyesalinya. Pemimpin pasti mendengarkan apa yang kukatakan sebelum memutuskan untuk mengirim lebih banyak staf. Jika kami tak mampu memberikan hasil, akankah pemimpin meminta pertanggungjawabanku? Dengan pemikiran ini, aku lambat mengatur pekerjaan untuk personel baru ini. Pemimpin melihat keadaanku dan menunjukkan bahwa aku sedang melindungi diriku sendiri. Dia juga mengirimiku satu bagian firman Tuhan. "Jika engkau merasa mampu melaksanakan tugas tertentu, tetapi pada saat yang sama engkau juga takut melakukan kesalahan dan disingkirkan, dan karena itu engkau malu, stagnan, dan tak mampu membuat kemajuan, apakah itu adalah sikap yang tunduk? Misalnya, jika saudara-saudarimu memilihmu menjadi pemimpin mereka, engkau mungkin merasa berkewajiban untuk melaksanakan tugas ini karena engkau telah dipilih, tetapi engkau tidak memperlakukan tugas ini dengan sikap yang proaktif. Mengapa engkau tidak proaktif? Karena engkau memiliki pemikiran tentang hal itu, dan merasa bahwa, 'Menjadi pemimpin sama sekali bukanlah hal yang baik. Ini seperti hidup di ujung pisau atau menginjak es tipis. Jika aku melakukan pekerjaan dengan baik, tidak akan ada penghargaan khusus, tetapi jika aku melakukan pekerjaan dengan buruk, aku akan ditangani dan dipangkas. Dan ditangani bahkan bukanlah hal yang terburuk. Bagaimana jika aku digantikan, atau disingkirkan? Jika itu yang terjadi, bukankah semuanya sudah berakhir bagiku?' Pada saat itu, engkau mulai merasakan pergumulan dalam batinmu. Sikap apakah ini? Ini adalah sikap waspada dan salah paham. Ini adalah sikap yang tidak seharusnya orang miliki dalam tugas mereka. Ini adalah sikap berkecil hati dan negatif. ... Jadi bagaimana engkau dapat benar-benar menyelesaikan masalah ini? Engkau harus secara aktif mencari kebenaran dan mengambil sikap tunduk dan kooperatif. Itu benar-benar dapat menyelesaikan masalah. Rasa malu, takut, dan khawatir tidak ada gunanya. Apakah ada hubungan antara apakah engkau akan disingkapkan dan disingkirkan atau tidak dengan menjadi pemimpin? Jika engkau bukan pemimpin, apakah watak rusakmu akan lenyap? Cepat atau lambat, engkau harus menyelesaikan masalah watak rusakmu. Selain itu, jika engkau bukan pemimpin, engkau tidak akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berlatih dan kemajuanmu dalam hidup akan lambat, kesempatanmu untuk disempurnakan hanya sedikit. Meskipun ada sedikit lebih banyak penderitaan ketika menjadi pemimpin atau pekerja, ada juga banyak upah, dan jika engkau mampu menempuh jalan mengejar kebenaran, engkau akan dapat disempurnakan. Sungguh berkat yang besar! Jadi, engkau harus tunduk dan bekerja sama secara aktif. Ini adalah tugas dan tanggung jawabmu. Apa pun jalan yang ada di depan, engkau harus memiliki hati yang taat. Inilah sikap yang harus kaumiliki dalam memperlakukan tugasmu" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?). Firman Tuhan menyingkapkan keadaanku. Setelah jumlah staf penginjilan bertambah, pertimbangan pertamaku adalah masa depan dan nasibku sendiri. Aku khawatir setelah pemimpin menambahkan begitu banyak orang sekaligus, jika pekerjaan penginjilan tidak menjadi lebih efektif, aku akan disingkapkan dan diberhentikan, semua saudara-saudariku akan tahu kemampuanku yang sebenarnya, pemimpin akan mengetahui yang sebenarnya mengenai diriku, lalu takkan pernah lagi mempromosikan atau membinaku. Ini membuatku takut, jadi aku menjadi defensif, punya kesalahpahaman, dan ingin melarikan diri dari lingkungan ini. Dalam firman Tuhan, aku menemukan jalan penerapan. Aku harus selalu menaati pengaturan Tuhan dalam tugasku. Ini adalah tanggung jawabku dan sikap yang harus kumiliki terhadap tugasku. Setelah merenungkan firman Tuhan, aku secara berangsur menenangkan diriku. Aku memanjatkan doa ketaatan kepada Tuhan dan memohon Dia membimbingku melewati lingkungan ini. Setelah berdoa, aku teringat sebaris firman Tuhan, "Otoritas Tuhan dan fakta kedaulatan Tuhan atas nasib manusia adalah hal yang terpisah dari kehendak manusia, dan tidak berubah sesuai dengan kesukaan dan pilihan manusia" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan mengingatkanku tepat pada waktunya. Kapan tepatnya Injil tersebarluas di tempat tertentu sepenuhnya adalah kedaulatan Tuhan. Makin banyaknya orang di areaku yang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dalam setengah tahun terakhir adalah bukti bahwa Roh Kudus bekerja secara intensif di antara mereka. Tuhan ingin mendapatkan lebih banyak orang di antara mereka, dan kehendak Tuhan ada di balik semua ini. Oleh karena itu, meminta lebih banyak saudara-saudari untuk bekerja sama mengabarkan Injil Tuhan dalam lingkup yang lebih luas adalah tren yang tak terelakkan dan pengaturan yang sangat masuk akal. Injil Kerajaan pasti tersebarluas di wilayah ini. Dengan pemikiran ini, aku memiliki sedikit keyakinan di hatiku. Aku tak boleh membiarkan sikap defensif dan kesalahpahamanku menghalangi pekerjaan penginjilan. Aku harus tunduk pada pengaturan Tuhan, menangani pekerjaan penginjilan dengan benar, dan melakukan tugasku. Jadi, pagi-pagi keesokan harinya, aku memberikan tugas kepada semua saudara-saudari baru.

Setelah itu, aku merenungkan mengapa aku selalu takut mengambil tanggung jawab, dan mengapa selalu mengkhawatirkan reputasi dan statusku. Setelah membaca firman Tuhan, aku memperoleh sedikit pengenalan tentang diriku sendiri. Firman Tuhan katakan: "Antikristus adalah orang yang licik, bukan? Apa pun yang mereka lakukan, mereka berkomplot dan memikirkannya delapan atau sepuluh kali, atau bahkan lebih. Pikiran mereka penuh dengan pemikiran tentang bagaimana membuat diri mereka memiliki posisi yang lebih stabil di antara orang banyak, bagaimana memiliki reputasi yang lebih baik dan gengsi yang lebih tinggi, bagaimana menjilat Yang di Atas, bagaimana membuat saudara-saudari mendukung, mencintai, dan menghormati mereka, dan mereka melakukan apa pun untuk mendapatkan hasil ini. Jalan apa yang mereka tempuh? Bagi mereka, kepentingan rumah Tuhan, kepentingan gereja, dan pekerjaan rumah Tuhan bukanlah pertimbangan utama mereka, dan terlebih lagi, bukanlah hal-hal yang menjadi perhatian mereka. Apa yang mereka pikirkan? 'Hal-hal ini tidak ada kaitannya denganku. Tiap orang memperjuangkan kepentingannya sendiri; orang harus hidup untuk diri mereka sendiri dan untuk reputasi dan status mereka sendiri. Itulah tujuan tertinggi mereka. Jika orang tidak tahu bahwa mereka harus hidup untuk diri mereka sendiri dan melindungi diri mereka sendiri, artinya mereka orang bodoh. Jika aku diminta untuk melakukan penerapan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan tunduk kepada Tuhan dan pengaturan rumah-Nya, maka itu akan tergantung pada apakah melakukannya akan bermanfaat bagiku atau tidak, dan apakah akan ada untungnya bagiku jika aku melakukannya. Jika tidak tunduk pada pengaturan rumah Tuhan akan membuatku dikeluarkan dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan berkat, maka aku akan tunduk.' Jadi, untuk melindungi reputasi dan status mereka sendiri, antikristus sering memilih untuk sedikit berkompromi. Dapat dikatakan bahwa demi status, antikristus mampu menanggung segala jenis penderitaan, dan demi memiliki reputasi yang baik, mereka mampu membayar harga berapa pun. Pepatah, 'Seorang pria hebat tahu kapan harus mengalah dan kapan tidak', tampaknya berlaku bagi mereka. Ini adalah cara pikir Iblis, bukan? Ini adalah falsafah hidup Iblis di dunia, dan ini juga merupakan prinsip Iblis untuk bertahan hidup. Ini benar-benar menjijikkan!" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Dua)). Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus sangat licik. Apa pun yang mereka lakukan, ada rencana di hati mereka. Mereka selalu memikirkan apakah yang mereka lakukan baik untuk gengsi dan status mereka atau tidak dan bagaimana mendapatkan reputasi dan status yang lebih tinggi di tengah orang banyak, tapi pekerjaan rumah Tuhan tidak dianggap penting di hati antikristus. Mereka sama sekali tidak memikirkannya. Bukankah perilakuku sama seperti antikristus? Ketika pemimpin mengangkatku menjadi pengawas, pemikiran pertamaku, aku tak cakap dalam tugas ini, itu terlalu sulit, dan jika tidak melakukannya dengan baik, kemungkinan besar aku akan disingkapkan tidak memiliki kualitas atau kemampuan kerja, dan betapa memalukannya jika diberhentikan karena hal itu, jadi aku merasa tak mampu menerima tugas tanpa pamrih seperti itu. Ketika pemimpin memberi gereja kami lebih banyak staf, aku merasa lebih banyak orang berarti lebih banyak tekanan, dan pasti memiliki tanggung jawab yang lebih besar, dan jika pekerjaan penginjilan tidak seefektif yang diharapkan setelah staf ini dipindahkan, kemampuanku yang sebenarnya akan tersingkap, dan mungkin akan kehilangan kedudukanku, dan ini akan sangat memalukan. Untuk menjaga gengsi dan statusku, aku rela menunda pekerjaan gereja daripada menambah jumlah staf. Aku sangat egois dan hina! Bukankah yang kulakukan sama seperti antikristus? Ketika merenungkan hal ini, aku mulai merasa takut dengan apa yang kuperlihatkan dalam perilakuku, terutama ketika melihat Tuhan menyingkapkan bahwa antikristus bisa tampak taat di luarnya, tapi sebenarnya, itu untuk melindungi gengsi dan status mereka; mereka taat sebagai kompromi untuk menipu orang lain. Aku teringat bagaimana, ketika pemimpin memberi gereja kami lebih banyak staf penginjilan, aku memiliki sedikit dari kompromi itu di dalam diriku. Aku tahu itu kesimpulan yang sudah pasti, jadi jika aku tidak menerima pengaturan itu, itu akan menghambat pekerjaan penginjilan. Paling banter, itu akan merusak citraku di hati orang. dan jika ada sesuatu yang tidak beres, aku dapat dipindahkan atau diberhentikan. Karena alasan ini, aku harus taat. Bukankah apa yang kuperlihatkan dan lakukan sama seperti antikristus yang disingkapkan Tuhan? Aku sanggup mengalami penderitaan apa pun demi gengsi dan status, dan berpikir "Manusia yang hebat tahu kapan harus mundur dan kapan harus bergerak maju". Ketaatan seperti yang kumiliki adalah menjijikkan dan memuakkan bagi Tuhan.

Setelah itu, aku membaca bagian lain firman Tuhan. "Jika ada orang yang berkata bahwa mereka mencintai kebenaran dan mereka mengejar kebenaran, padahal pada dasarnya, tujuan yang mereka kejar adalah untuk menonjolkan diri mereka sendiri, untuk pamer, untuk membuat orang mengagumi mereka, untuk mencapai kepentingan diri mereka sendiri, dan melaksanakan tugas mereka bukan untuk menaati atau memuaskan Tuhan, melainkan untuk memperoleh gengsi dan status, maka pengejaran mereka itu tidak dapat dibenarkan. Dengan demikian, dalam hal pekerjaan gereja, apakah tindakan mereka adalah penghambat, atau apakah tindakan mereka membantu memajukannya? Tindakan mereka jelas merupakan penghambat; semua itu tidak memajukan pekerjaan gereja. Ada orang yang berkoar-koar menyatakan bahwa mereka sedang melakukan pekerjaan gereja, tetapi mengejar gengsi dan status pribadi mereka, menjalankan urusan mereka sendiri, membuat kelompok tertutup mereka sendiri, kerajaan kecil mereka sendiri—apakah orang semacam ini sedang melaksanakan tugas mereka? Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya mengganggu, mengacaukan, dan merusak pekerjaan gereja. Apa akibat dari pengejaran mereka akan status dan gengsi? Pertama, ini memengaruhi bagaimana umat pilihan Tuhan makan dan minum firman Tuhan dan memahami kebenaran, ini menghalangi jalan masuk kehidupan mereka, itu menghentikan mereka memasuki jalur yang benar dalam kepercayaan kepada Tuhan, dan membawa mereka ke jalan yang salah—yang merugikan umat pilihan, dan membawa mereka menuju kehancuran. Dan pada akhirnya, apa akibatnya terhadap pekerjaan gereja? Itu mengakibatkan penghancuran, gangguan, dan perusakan. Inilah konsekuensi yang ditimbulkan oleh pengejaran orang akan ketenaran dan status. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka dengan cara ini, bukankah ini dapat didefinisikan sebagai menempuh jalan antikristus? Ketika Tuhan meminta agar orang-orang mengesampingkan status dan gengsi, bukan berarti Dia sedang merampas hak orang untuk memilih; sebaliknya, itu karena, ketika mengejar gengsi dan status, orang mengganggu dan mengacaukan pekerjaan gereja dan jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan, dan bahkan dapat memengaruhi orang lain dalam hal makan dan minum firman Tuhan, dalam hal memahami kebenaran, dan dengan demikian dalam hal memperoleh keselamatan Tuhan. Ini adalah fakta yang tak terbantahkan. Ketika orang mengejar gengsi dan status mereka sendiri, mereka pasti tidak akan mengejar kebenaran dan mereka pasti tidak akan melaksanakan tugas mereka dengan setia. Mereka hanya akan berbicara dan bertindak demi gengsi dan status, dan semua pekerjaan yang mereka lakukan, tanpa terkecuali, adalah demi hal-hal tersebut. Berperilaku dan bertindak dengan cara seperti ini tentu saja berarti menempuh jalan antikristus; itu adalah gangguan dan pengacauan terhadap pekerjaan Tuhan, dan terutama mengakibatkan terhalangnya pengabaran Injil Kerajaan dan aliran bebas kehendak Tuhan di dalam gereja. Jadi, dapat dikatakan dengan pasti bahwa jalan yang ditempuh oleh mereka yang mengejar gengsi dan status adalah jalan penentangan terhadap Tuhan. Ini adalah penentangan yang disengaja terhadap-Nya, perlawanan terhadap-Nya—ini artinya bekerja sama dengan Iblis dalam menentang Tuhan dan melawan Dia. Inilah natur dari pengejaran orang akan status dan gengsi. Masalah dengan orang yang mengejar kepentingan diri mereka sendiri adalah bahwa tujuan yang mereka kejar adalah tujuan Iblis—semua itu adalah tujuan yang jahat dan tidak adil. Ketika orang mengejar kepentingan pribadi seperti gengsi dan status, tanpa disadari mereka menjadi alat Iblis, mereka menjadi saluran bagi Iblis, dan selain itu, mereka menjadi perwujudan Iblis. Mereka memainkan peran negatif di dalam gereja; terhadap pekerjaan gereja, dan terhadap kehidupan bergereja yang normal serta terhadap pengejaran normal umat pilihan Tuhan, efek yang mereka hasilkan adalah mengganggu dan merusak; mereka memiliki efek yang merugikan dan negatif" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Bab Sembilan: Mereka Melakukan Tugas Mereka Hanya untuk Membedakan Diri Mereka Sendiri dan Memuaskan Kepentingan dan Ambisi Mereka Sendiri; Mereka tidak Pernah Mempertimbangkan Kepentingan Rumah Tuhan, dan Bahkan Menjual Kepentingan Tersebut sebagai Ganti Kemuliaan Pribadi (Bagian Satu)). Ketika pemimpin menambah jumlah staf penginjilan, aku tahu betul kami memiliki staf penginjilan yang terlalu sedikit, dan kami pasti tidak mengabarkan Injil secepat jika dilakukan dengan lebih banyak orang. Namun, dalam hal pekerjaanku pada waktu itu, aku sudah familier dengan hal itu. Aku membuat kemajuan setelah beberapa waktu, aku efektif dalam tugasku, dan saudara-saudariku sangat menghormatiku. Agar tidak kehilangan statusku pada waktu itu, aku lebih suka perluasan pekerjaan penginjilan lebih lambat daripada meningkatkan jumlah staf penginjilan. Bukankah aku hanya menghalangi pekerjaan gereja? Itu sangat egois dan hina! Memikirkan hal ini, aku merasa sangat takut, dan menyesali apa yang telah kulakukan. Aku mau bertobat dan berubah, dan tak mau terus mengejar seperti ini. Kemudian, aku membaca dalam firman Tuhan bagaimana Nuh memperlakukan amanat Tuhan, dan merasa sangat termotivasi. Firman Tuhan katakan: "Setelah menerima amanat ini, memahami apa yang tersirat dari firman Tuhan, menilai dari semua yang telah Tuhan firmankan, Nuh tahu bahwa ini bukan perkara sederhana, bukan tugas yang mudah. ... Meskipun Nuh menyadari dan memahami kesulitan besar dari apa yang Tuhan percayakan kepadanya, dan betapa beratnya ujian yang akan dia hadapi, dia tidak berniat untuk menolak, melainkan dia sangat bersyukur kepada Tuhan Yahweh. Mengapa Nuh bersyukur? Karena Tuhan secara tak terduga telah memercayakan sesuatu yang begitu penting kepadanya, dan telah secara pribadi memberi tahu dan menjelaskan setiap rincian kepadanya. Bahkan yang jauh lebih penting, Tuhan juga telah memberitahukan kepada Nuh seluruh kisahnya, dari awal hingga akhir, tentang mengapa bahtera itu harus dibangun. Ini adalah perkara tentang rencana pengelolaan Tuhan sendiri, ini adalah urusan Tuhan sendiri, dan karena Tuhan telah memberitahukan kepadanya tentang perkara ini, Nuh merasakan makna pentingnya. Singkatnya, dinilai dari berbagai tanda ini, dinilai dari nada bicara Tuhan, dan berbagai aspek dari apa yang Tuhan sampaikan kepada Nuh, Nuh bisa merasakan makna penting dipercayakannya pembangunan bahtera itu kepadanya oleh Tuhan, dia dapat menghargai hal ini di dalam hatinya, dan tidak berani menganggapnya enteng, juga tidak berani mengabaikan rincian apa pun" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Lampiran Tiga: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati-Nya (Bagian Dua)). "Menghadapi berbagai macam kesulitan, kesukaran, dan tantangan, Nuh tidak mundur. Ketika beberapa tugas teknisnya yang lebih sulit sering kali gagal dan mengalami kerusakan, meskipun Nuh merasa gelisah dan cemas di dalam hatinya, ketika dia merenungkan firman Tuhan, ketika dia mengingat setiap firman yang Tuhan perintahkan kepadanya, dan peninggian Tuhan terhadap dirinya, dia sering kali merasa sangat termotivasi: 'Aku tidak boleh menyerah, aku tidak boleh mengingkari apa yang Tuhan perintahkan dan percayakan untuk kulakukan; ini adalah amanat Tuhan, dan karena aku menerimanya, karena aku mendengar firman yang diucapkan oleh Tuhan dan suara Tuhan, dan karena aku menerima amanat ini dari Tuhan, aku harus menaatinya secara mutlak, itulah yang seharusnya dicapai oleh seorang manusia.' Jadi, apa pun jenis kesulitan yang dia hadapi, apa pun ejekan atau fitnah yang dia hadapi, betapapun lelahnya tubuhnya, betapapun lemahnya, dia tidak meninggalkan apa yang telah dipercayakan oleh Tuhan kepadanya, dan selalu mengingat setiap kata yang telah Tuhan katakan dan perintahkan. Bagaimanapun lingkungannya berubah, sebesar apa pun kesulitan yang dia hadapi, dia percaya bahwa semua ini tidak akan berlangsung selamanya, bahwa hanya firman Tuhan yang tidak akan pernah berlalu, dan hanya apa yang Tuhan perintahkan untuk dilakukan yang harus diselesaikan. Nuh memiliki iman sejati kepada Tuhan di dalam dirinya, dan ketaatan yang sudah seharusnya dia miliki, dan dia terus membangun bahtera yang Tuhan minta untuk dibangun olehnya. Hari demi hari, tahun demi tahun, Nuh bertambah tua, tetapi imannya tidak berkurang, dan tidak ada perubahan dalam sikap dan tekadnya untuk menyelesaikan amanat Tuhan. Meskipun ada kalanya tubuhnya merasa lelah dan lemah, dan dia jatuh sakit, dan di dalam hatinya dia merasa lemah, tekad dan ketekunannya untuk menyelesaikan amanat Tuhan dan menaati firman Tuhan tidak berkurang. Selama bertahun-tahun Nuh membangun bahtera, Nuh berlatih mendengarkan dan menaati firman Tuhan, dan menerapkan salah satu kebenaran penting dalam hal pelaksanaan amanat Tuhan oleh orang biasa dan makhluk ciptaan Tuhan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 3, Lampiran Tiga: Bagaimana Nuh dan Abraham Mendengarkan Firman Tuhan dan Menaati-Nya (Bagian Dua)). Aku merenungkan firman Tuhan dan melihat Nuh penuh ucapan syukur atas amanat Tuhan. Dia bersyukur kepada Tuhan atas peninggian dan kepercayaan-Nya. Nuh tahu pembangunan bahtera adalah proyek besar, dan akan memakan waktu lama, dan kelak dia pasti menghadapi kesulitan yang tak terhitung. Meskipun demikian, Nuh tak ragu menerima amanat Tuhan, dan tak mengendur bahkan untuk sesaat. Dia hanya mulai mempersiapkan berbagai bahan dan barang yang dibutuhkan untuk membangun bahtera. Selama waktu ini, dia harus menghadapi segala macam kesulitan, dan kesalahpahaman keluarganya dan fitnah dari kerabat dan teman-temannya. Tekanan emosi yang dia hadapi sangat besar, dan prosesnya pasti tak terbayangkan sulitnya, tapi apa pun kesulitan yang dia hadapi, Nuh tak pernah menyerah, dan dengan iman dan ketaatan yang sejati kepada Tuhan, dia terus membangun bahtera. Tuhan berfirman: "Nuh berlatih mendengarkan dan menaati firman Tuhan, dan menerapkan salah satu kebenaran penting dalam hal pelaksanaan amanat Tuhan oleh orang biasa dan makhluk ciptaan Tuhan." Sikap Nuh terhadap amanat Tuhan mempermalukan dan menginspirasiku. Aku telah makan dan minum lebih banyak firman Tuhan daripada Nuh, tapi ketika perluasan pekerjaan penginjilan Tuhan membutuhkan kerja samaku, aku hanya ingin melindungi gengsi dan statusku, dan sama sekali tidak memikirkan kehendak Tuhan. Aku benar-benar egois dan hina, dan berutang terlalu banyak kepada Tuhan! Menyebarluaskan Injil Kerajaan adalah kehendak Tuhan yang mendesak, dan apa pun kesulitan yang kita hadapi, Tuhan akan memimpin dan membimbing kita. Selain itu, ada begitu banyak saudara-saudari yang bisa kita ajak berkomunikasi. Para pemimpin juga sering memberi kami persekutuan dan bimbingan. Aku merenungkannya dan menyadari kesulitanku tak seberapa dibandingkan dengan Nuh. Aku tahu aku harus meniru Nuh, dengan melakukan tugasku dengan baik dengan iman dan ketaatan kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan untuk memperluas pekerjaan penginjilan secara lokal. Kemudian, aku mencari saudara-saudari yang mengawasi pekerjaan penginjilan di gereja lain, dan berdiskusi dengan mereka bagaimana membuat pekerjaan penginjilan lebih efektif. Mereka memberiku beberapa saran dan ide, dan langkah demi langkah, aku menerapkan saran-saran ini.

Setelah beberapa waktu berlalu, kami menerima sejumlah besar orang yang menyelidiki jalan yang benar. Setiap hari, banyak orang menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman. Namun, kami masih kekurangan staf penyiraman. Jika para petobat baru ini tak mampu membangun dasar dengan cara yang benar karena kurangnya penyiraman, mereka dapat diganggu oleh kekuatan jahat antikristus. Pemikiran itu membuatku merasa sangat bersalah, dan merasa berutang banyak kepada para petobat baru ini. Pada waktu itu, aku tak tahu harus berbuat apa. Aku sangat cemas sehingga mulai menangis, tapi tepat saat aku merasa tak berdaya, aku teringat satu bagian firman Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Ketika sesuatu terjadi, semua orang harus lebih banyak berdoa bersama-sama dan memiliki hati yang menghormati Tuhan. Orang sama sekali tidak boleh mengandalkan ide-ide mereka sendiri untuk bertindak sembarangan. Asalkan orang sepikiran dan sehati dalam berdoa kepada Tuhan dan mencari kebenaran, mereka akan mampu memperoleh pencerahan dan penerangan dari pekerjaan Roh Kudus, dan mereka akan dapat memperoleh berkat-berkat Tuhan. Apa yang Tuhan Yesus katakan? ('Bahwa jika dua orang di antara kalian di bumi setuju mengenai apa pun yang hendak mereka minta, itu akan dilakukan untuk mereka oleh Bapa-Ku yang ada di surga. Karena di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama dalam nama-Ku, di situlah Aku ada di tengah-tengah mereka' [Matius 18:19-20].) Apa yang ditunjukkan oleh ayat ini? Ayat ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat meninggalkan Tuhan, manusia harus bersandar kepada Tuhan, manusia tidak mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, dan manusia tidak sepatutnya menempuh jalannya sendiri. Apa yang dimaksud ketika kita berkata bahwa manusia tidak mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain? Ini artinya engkau harus bekerja sama secara harmonis, melakukan segala sesuatu dengan sehati dan sepikiran, dan memiliki tujuan yang sama. Dalam bahasa sehari-hari, dapat dikatakan bahwa 'seikat lidi sulit untuk dipatahkan'. Jadi, bagaimana engkau bisa menjadi seperti seikat lidi? Engkau harus sehati dan sepikiran, dan kemudian Roh Kudus akan bekerja" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Firman Tuhan memberiku jalan dan arah. Jadi, aku membawa kesulitan ini dan mendiskusikannya dengan pengawas setiap kelompok, dan kami mencari solusi bersama. Itu beban yang kami semua miliki dan secara sukarela mengirim beberapa saudara-saudari dari kelompok kami untuk menyirami para petobat baru, untuk meringankan masalah di gereja-gereja. Pada akhir Desember, hasil pekerjaan penginjilan gereja kami sepuluh kali lipat dari hasil kami setengah tahun yang lalu. Pada waktu itu, saudara-saudariku sangat gembira sehingga menangis, dan aku juga sangat gembira. Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku atas bimbingan-Nya! Pekerjaan Tuhan dilakukan oleh Tuhan sendiri, dan manusia hanya bekerja sama. Aku juga merasa sangat bersalah dan malu karena keinginanku untuk mempertahankan gengsi dan statusku hampir menghambat pekerjaan penginjilan.

Setelah beberapa waktu, aku melihat rekan sekerjaku yang mengawasi pekerjaan gereja agak terlalu sibuk. Aku ingin membantu meringankan sebagian dari bebannya, dan dia dengan senang hati setuju. Namun, setelah mulai melakukan pekerjaan itu, aku mendapati bahwa itu jauh lebih rumit dari yang kubayangkan. Aku tak punya pengalaman kerja, dan tak cakap menggunakan kebenaran untuk menyelesaikan masalah. Aku khawatir tentang pendapat orang lain tentang diriku jika tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Akankah mereka merasa aku tidak memiliki kenyataan kebenaran, dan bukan siapa-siapa? Dengan begitu, sebagai pengawas, aku tak mungkin membangun citraku di antara mereka. Makin kupikirkan, makin aku merasa pekerjaan ini berisiko, dan seharusnya tidak mengambilnya. Aku menyesal memikirkan segala sesuatu dengan cara yang begitu sederhana, dan ingin mencari alasan untuk membuat rekan sekerjaku melakukan tindak lanjut. Pada saat inilah aku teringat pengalaman kegagalanku beberapa waktu yang lalu. Aku sadar sedang kembali mempertahankan reputasiku, dan teringat satu bagian firman Tuhan. "Bagi semua orang yang melaksanakan tugas mereka, sedalam atau sedangkal apa pun pemahaman mereka akan kebenaran, cara penerapan paling sederhana yang dapat digunakan untuk masuk ke dalam kenyataan kebenaran adalah dengan memikirkan kepentingan rumah Tuhan dalam segala sesuatu, dan melepaskan keinginan yang egoistis, niat, motif, kesombongan, dan status pribadi. Prioritaskan kepentingan rumah Tuhan—inilah setidaknya yang harus orang lakukan. Jika orang yang sedang melaksanakan tugasnya bahkan tidak bisa berbuat sebanyak ini, lalu bagaimana mungkin mereka bisa disebut melaksanakan tugasnya? Ini bukanlah melaksanakan tugas" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Kebebasan dan Kemerdekaan Hanya Dapat Diperoleh dengan Menyingkirkan Watak yang Rusak). Firman Tuhan mengingatkanku tepat pada waktunya, bahwa aku harus melepaskan statusku dan mendahulukan pekerjaan gereja. Gereja memiliki begitu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan rekan sekerjaku terlalu sibuk, tapi aku masih punya sedikit waktu dan tenaga, jadi aku harus berbagi beban. Jika aku berusaha membuat rekan sekerjaku melakukan pekerjaan ini untuk menjaga reputasiku, itu adalah sikap yang egois dan hina. Jadi, aku membuang gagasan itu. Aku ingin berupaya sebaik mungkin untuk melakukan pekerjaan ini dengan baik.

Bisa bebas dari cengkeraman gengsi dan status, dapat memikirkan beban Tuhan dengan hati yang tulus, dan melakukan tugasku dengan sebaik mungkin sepenuhnya merupakan hasil yang dicapai oleh firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Apa Penyebab Keadaan Negatif

Oleh Saudari Xin Che, Korea Aku telah menyirami petobat baru selama dua tahun terakhir. Suatu kali, pemimpin bahas pekerjaan dengan kami,...