Bicara Doktrin Menyingkap Kejelekanku

16 September 2022

Oleh Saudara Au Bin, Pantai Gading

Juli 2019, aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman. Pemimpin mempersekutukan firman Tuhan dengan sangat baik dalam pertemuan, lalu saudara-saudari mengatakan "Amin" dan mengangguk setuju. Aku iri dan berpikir mempersekutukan firman Tuhan dengan baik berarti punya kenyataan kebenaran. Jadi, aku sering membaca firman Tuhan, lalu meniru siapa pun yang kulihat pandai bersekutu. Di kemudian waktu, beberapa orang memuji persekutuanku. Aku sangat senang, berpikir aku pandai memahami firman Tuhan dan kebenaran. Namun, lambat laun aku makin congkak dan angkuh. Baru setelah mendapat bimbingan firman Tuhan, aku menjadi sadar diri.

Aku dan Saudari Deryles ada di kelompok yang sama. Kuperhatikan kadang dia hanya berbagi sedikit persekutuan tentang firman Tuhan. Kupikir dia punya kualitas rendah dan pemahaman buruk tentang firman Tuhan. Itu tak sebanding dengan persekutuanku. Namun, saat kami melakukan tugas bersama, dia sangat efektif, dan setiap kali mendiskusikan pekerjaan, pemimpin akan menyebutkan namanya. Saat itu kupikir: Dia tak banyak bersekutu di pertemuan, kenapa dia sangat efektif, tapi aku tak sebanding? Aku tak bisa memahaminya. Dalam pertemuan, pemimpin memintanya bersekutu, lalu aku berpikir: Dia punya kualitas rendah, apa yang bisa dia persekutukan? Aku tak mau mendengarnya. Kupikir aku lebih paham kebenaran daripada dia, kualitasku bagus, dan aku bisa lebih banyak bersekutu dengan firman Tuhan. Jadi, aku tampil baik di tiap pertemuan. Namun, tak disangka tak lama kemudian, dia terpilih sebagai pemimpin kelompok. Aku sulit menerimanya. Kenapa dia yang dipilih, bukan aku? Aku merasa lebih cocok menjadi pemimpin kelompok.

Lalu, pada Mei 2020, aku terpilih menjadi diaken Injil. Saat itu, kuberi tahu diriku bahwa aku mampu melakukan tugas ini. Saat beberapa saudara-saudari punya masalah, aku mengirimkan beberapa firman Tuhan. Setelah membacanya, mereka akan berkata, "Firman yang kau pilih sangat bagus, benar-benar ditujukan untuk keadaanku." Aku merasa memahami kebenaran dan bisa memakainya untuk memecahkan masalah, aku tepat untuk peran ini. Lain waktu setelah aku bersekutu, beberapa orang berkata, "Persekutuanmu sangat membantu kami." Aku merasa sangat bahagia dan berpikir persekutuanku punya penerangan Roh Kudus, serta bisa membantu saudara-saudariku. Setelah beberapa saat, aku berhenti fokus merenungkan firman Tuhan yang kupersekutukan karena merasa sudah membaca dan memahaminya, tapi saat menghadapi masalah rumit, aku tak tahu cara menanganinya. Seperti saat beberapa saudara-saudari tak bisa melakukan tugas rutin mereka karena pekerjaan atau sekolah, bagaimanapun bersekutu, aku tak bisa menyelesaikan masalah mereka. Beberapa orang sangat antusias pada pertemuan, tapi antusiasme mereka berkurang setelah satu atau dua hari, dan aku tak tahu cara bersekutu untuk membantu mereka. Pada masa itu, sering kali kupikir: Aku bisa bersekutu dengan firman Tuhan, kenapa tak bisa menyelesaikan masalah saudara-saudariku?

Aku sering mencari Tuhan melalui doa, dan suatu hari, aku membaca kutipan firman-Nya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Menjunjung tinggi firman Tuhan dan mampu menjelaskannya secara gamblang bukan berarti engkau memiliki realitas; segala sesuatu tidak sesederhana yang engkau bayangkan. Entah engkau memiliki realitas atau tidak bukan didasarkan pada apa yang engkau ucapkan, melainkan pada apa yang engkau hidupi. Hanya ketika firman Tuhan menjadi hidupmu dan ungkapan alamimu, barulah engkau disebut memiliki realitas, dan hanya dengan demikianlah engkau dianggap memiliki pemahaman sejati dan tingkat pertumbuhan yang nyata" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Melakukan Kebenaranlah yang Berarti Memiliki Realitas"). "Tuhan tidak menuntut manusia untuk mampu berbicara tentang realitas; itu terlalu mudah, bukan begitu? Mengapa kemudian Tuhan berbicara tentang jalan masuk ke dalam kehidupan? Mengapa Dia berbicara tentang perubahan? Jika orang hanya mampu mengatakan omong kosong tentang realitas, dapatkah mereka mencapai perubahan watak? Laskar kerajaan yang baik bukan dilatih untuk menjadi sekelompok orang yang hanya mampu berbicara tentang realitas atau membual; sebaliknya, mereka dilatih untuk hidup dalam firman Tuhan setiap saat, pantang menyerah apa pun kemunduran yang mereka hadapi, dan selalu hidup sesuai dengan firman Tuhan serta tidak kembali kepada dunia. Inilah realitas yang Tuhan maksudkan; inilah tuntutan Tuhan terhadap manusia. Oleh karena itu, jangan memandang realitas yang diucapkan oleh Tuhan itu terlalu sederhana. Sekadar mengalami pencerahan Roh Kudus tidak sama artinya dengan memiliki realitas. Ini bukanlah tingkat pertumbuhan manusia—ini adalah anugerah Tuhan, dan manusia tidak memiliki sumbangsih di dalamnya. Setiap orang harus menanggung penderitaan Petrus, dan bahkan lebih lagi, memiliki kemuliaan Petrus, yang harus mereka hidupi setelah mereka memperoleh pekerjaan Tuhan. Hanya ini yang bisa disebut realitas" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Melakukan Kebenaranlah yang Berarti Memiliki Realitas"). "Apakah sangkamu memiliki pengetahuan berarti memiliki kebenaran? Bukankah itu sudut pandang yang membingungkan? Engkau sanggup mengatakan pengetahuan sebanyak butiran pasir di pantai, tetapi tidak ada dari perkataanmu yang mengandung jalan yang nyata. Dengan begini, bukankah engkau berusaha membodohi orang? Bukankah engkau sekadar pamer, tanpa memiliki hakikat untuk mendukungnya? Perilaku seperti ini berbahaya bagi orang lain! Semakin tinggi teorinya dan semakin hampa teori tersebut dalam hal kenyataan, semakin teori itu tidak mampu membawa orang ke dalam kenyataan. Semakin tinggi teorinya, semakin teori itu membuatmu melawan dan menentang Tuhan. Jangan menggemari teori rohani—itu tidak berguna! Beberapa orang telah berbicara tentang teori rohani selama beberapa dekade, dan mereka telah menjadi raksasa spiritualisme, tetapi pada akhirnya, mereka tetap gagal untuk memasuki kenyataan kebenaran. Karena mereka belum menerapkan atau mengalami firman Tuhan, mereka tidak memiliki prinsip atau jalan untuk menerapkannya. Orang-orang seperti ini adalah diri mereka sendiri tanpa kenyataan kebenaran, jadi bagaimana mereka bisa membawa orang lain ke jalan yang benar dalam iman mereka kepada Tuhan? Mereka hanya bisa menyesatkan orang. Bukankah ini merugikan orang lain dan diri mereka sendiri? Paling tidak, engkau harus bisa memecahkan masalah nyata yang ada di depanmu. Artinya, engkau harus mampu menerapkan dan mengalami firman Tuhan, serta menerapkan kebenaran. Hanya inilah yang dimaksud dengan ketaatan kepada Tuhan. Hanya setelah engkau masuk ke dalam kehidupan, barulah engkau memenuhi syarat untuk bekerja bagi Tuhan, dan hanya jika engkau berkorban untuk Tuhan dengan tulus, barulah engkau dapat diperkenan oleh Tuhan. Jangan selalu membuat pernyataan muluk-muluk dan berbicara tentang teori bombastis; ini tidak nyata. Mengutip teori rohani untuk membuat orang mengagumimu bukanlah bersaksi tentang Tuhan, melainkan memamerkan dirimu sendiri. Ini sama sekali tidak bermanfaat bagi orang dan tidak mendidik kerohanian mereka, dan dapat dengan mudah menyebabkan mereka menyembah teori rohani dan tidak berfokus pada penerapan kebenaran—dan bukankah ini berarti menyesatkan orang?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Lebih Fokus pada Kenyataan"). Firman Tuhan menggambarkan keadaanku dengan tepat. Aku dulu berpikir jika bersekutu banyak pemahaman tentang firman Tuhan dan penalaranku jelas, artinya aku memahami kebenaran dan punya kenyataan. Namun, kini aku sadar punya kenyataan bukan tentang seberapa baik kau bersekutu, tapi kuncinya adalah apa bisa menerapkan firman Tuhan dalam situasi apa pun, juga apa firman Tuhan telah menjadi tolok ukur untuk memandang dan melakukan sesuatu. Yang kubagikan dalam pertemuan hanyalah realisasi yang kudapat dari firman Tuhan, hanya pemahaman harfiah dari firman-Nya. Tak berarti aku telah menerapkan aspek kebenaran ini, atau benar-benar memahami arti firman Tuhan. Namun, karena tak menyadari tingkat pertumbuhanku sesungguhnya, aku melebih-lebihkan diriku. Jadi, saat melihat Saudari Deryles tak banyak bersekutu di pertemuan, lebih sedikit daripadaku, aku mulai memandang rendah dia, berpikir dia tak mengerti firman Tuhan, berkualitas rendah, dan tak seharusnya dibina sebagai pemimpin kelompok. Sebenarnya, meski Saudari Deryles tak banyak bicara, yang dia katakan tentang firman Tuhan bukanlah arti harfiahnya, dan persekutuannya diperoleh dari pengalaman nyata. Dalam tugasnya, dia fokus menerapkan firman Tuhan dan mendapatkan hasil nyata. Namun, aku? Aku hanya menggunakan kepalaku untuk menafsirkan firman Tuhan, tapi saat menghadapi masalah dan kesulitan kehidupan nyata orang lain, aku tak bisa menyelesaikannya dengan kebenaran. Aku ingat bagaimana keadaan beberapa orang terpengaruh dan mereka tak bisa bertugas dengan baik karena pekerjaan, sekolah, atau masalah hidup lainnya. Dalam pertemuan, aku hanya bisa mengucapkan kata yang membesarkan hati, menyuruh mereka menjalankan tugas dengan serius, tapi saat aku sendiri mengalami masalah serupa, aku tak tahu cara melewatinya, dan hidup dalam kenegatifan, tak mencurahkan hati dalam tugasku. Dalam situasi ini, aku tak mencari kebenaran atau jalan keluar, juga tak punya pengalaman nyata dan pengetahuan. Jadi, bagaimana aku bisa memecahkan masalah dan kesulitan orang lain? Aku juga sadar meskipun bisa dengan cepat bersekutu dengan firman Tuhan, aku tak menerapkan yang kupersekutukan sesudahnya. Aku puas hanya bicara dengan orang lain, mendapatkan kekaguman dan rasa hormat mereka. Saat menghadapi keadaan nyata, kusadar aku tak memahami kebenaran. Aku baru mengerti doktrin, arti harfiah dari firman Tuhan.

Kemudian, aku membaca kutipan firman Tuhan. "Sebagai orang yang dipakai Tuhan, semua orang layak bekerja bagi Tuhan, artinya, semua orang memiliki kesempatan untuk dipakai oleh Roh Kudus. Namun, ada satu hal yang harus engkau semua sadari: ketika manusia melakukan pekerjaan yang diamanatkan Tuhan, manusia telah diberi kesempatan untuk dipakai oleh Tuhan, tetapi apa yang dikatakan dan diketahui manusia bukan seluruhnya merupakan tingkat pertumbuhan manusia. Satu-satunya yang dapat engkau semua lakukan adalah mengetahui dengan lebih baik kekuranganmu sendiri selama melakukan pekerjaanmu, dan mulai menerima pencerahan yang lebih besar dari Roh Kudus. Dengan cara ini, engkau semua akan dimampukan untuk memperoleh jalan masuk yang lebih baik dalam melakukan pekerjaanmu. Jika manusia menganggap bimbingan yang berasal dari Tuhan sebagai jalan masuk mereka sendiri dan sebagai sesuatu yang pada dasarnya ada dalam diri mereka, maka tidak ada kemungkinan bagi tingkat pertumbuhan manusia itu untuk berkembang. Pencerahan saat Roh Kudus bekerja dalam diri manusia terjadi ketika mereka berada dalam keadaan yang normal; pada saat seperti itu, orang sering keliru mengira bahwa pencerahan yang mereka terima adalah tingkat pertumbuhan mereka sendiri yang sebenarnya, karena Roh Kudus mencerahkan dengan cara yang sangat biasa, dan Dia memanfaatkan apa yang pada dasarnya ada dalam diri manusia. Ketika orang bekerja dan berbicara, atau ketika mereka berdoa dan melakukan saat teduh, suatu kebenaran tiba-tiba menjadi jelas bagi mereka. Namun, pada kenyataannya, hal yang manusia lihat itu hanyalah pencerahan Roh Kudus (tentu saja, pencerahan ini berkaitan dengan kerja sama manusia) dan tidak merepresentasikan tingkat pertumbuhan manusia yang sebenarnya. Setelah suatu periode pengalaman, di mana manusia menjumpai beberapa kesulitan dan ujian, tingkat pertumbuhan manusia yang sebenarnya menjadi jelas dalam keadaan seperti itu. Baru setelah itulah, manusia mendapati bahwa tingkat pertumbuhannya tidaklah sehebat itu, dan keegoisan, sifat memikirkan diri sendiri, serta keserakahan manusia semuanya muncul. Baru setelah mengalami beberapa siklus pengalaman seperti ini, banyak dari mereka yang dibangunkan di dalam roh mereka, akhirnya menyadari bahwa apa yang telah mereka alami di masa lalu bukanlah kenyataan pribadi mereka sendiri, melainkan penerangan sesaat dari Roh Kudus, dan bahwa manusia hanyalah telah menerima terang tersebut. Ketika Roh Kudus menerangi manusia agar memahami kebenaran, itu sering kali dilakukan dengan cara yang jelas dan gamblang, tanpa menjelaskan bagaimana terjadinya atau ke mana arah tujuannya. Artinya, daripada memasukkan kesulitan manusia ke dalam pengungkapan ini, Dia secara langsung mengungkapkan kebenaran. Ketika manusia menjumpai kesulitan dalam proses masuknya, dan ia kemudian menyertakan pencerahan Roh Kudus, ini menjadi pengalaman nyata manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pekerjaan dan Jalan Masuk (2)"). Setelah merenungkan firman ini, aku mengerti bisa mencerahkan dalam persekutuan tak berarti aku punya kualitas atau tingkat pertumbuhan, itu pencerahan dan bimbingan Roh Kudus. Namun, karena tak benar-benar menyadari kualitas dan tingkat pertumbuhanku, aku salah mengira pekerjaan Roh Kudus sebagai tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, kupikir aku telah memperoleh kebenaran, jadi tak coba membuat kemajuan dan tak fokus berusaha mencari kebenaran. Aku sangat congkak dan tak sadar diri. Aku juga ingat setelah menjadi diaken Injil, aku sering bersekutu dengan firman Tuhan, tapi jarang merenungkan itu sesudahnya, kupikir kerena sudah membaca firman Tuhan ini, aku tahu apa artinya, dan tak perlu merenungkannya. Lalu, saat melihat orang lain tak banyak bersekutu, kupandang rendah mereka dan tak cermat mendengarkan perkataannya. Namun sebenarnya, tanpa pekerjaan dan pencerahan Roh Kudus, aku tak akan bisa memahami firman Tuhan atau persekutuan dengan pemahamanku. Aku sama sekali tak mengenali pekerjaan Roh Kudus! Sama seperti Paulus. Dia mendapatkan banyak dengan membagikan Injil dan sangat efektif, tapi ini semua pekerjaan dan bimbingan Roh Kudus. Paulus tak mengenali pekerjaan Roh Kudus, berpikir itu karena kualitas dan karunianya sendiri. Meraih kesuksesan karena dirinya. Akibatnya, dia makin congkak dan angkuh, dia bilang dia tak berada di bawah salah satu rasul, bahkan akhirnya bersaksi bahwa baginya, hidup adalah Kristus. Pada akhirnya, dia dihukum oleh Tuhan karena menyinggung watak Tuhan. Sangat berbahaya jika tak mengenali pekerjaan Roh Kudus! Setelah memahami ini, aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Ya Tuhan, aku salah mengira pencerahan-Mu sebagai tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, menggunakan itu untuk menyanjung diri dan mendapatkan status di hati orang lain. Hari ini aku akhirnya sadar ini hal yang Engkau benci. Ya Tuhan, aku ingin bertobat. Aku mencari bantuan-Mu." Setelah berdoa, aku menangis. Aku melihat kecongkakan dan kurangnya nalarku, membuat Tuhan membenciku. Aku membenci diriku. Aku tak punya pengalaman nyata dan kesadaran, tak bisa memecahkan masalah nyata. Bagaimana aku bisa yakin aku punya kenyataan kebenaran? Aku malu karena kecongkakan dan kebodohanku.

Kemudian, aku diberhentikan karena tak efektif dalam tugas. Aku merasa sedikit negatif dan sedih, tapi tahu ada kehendak Tuhan di balik pemindahanku, dan aku harus menaati Dia. Setelah itu, aku mulai memberitakan Injil. Aku mendengar Saudari Deryls telah menjadi pengawas dan bertanggung jawab atas pekerjaan Injil gereja. Aku kaget—bagaimana dia bisa langsung menjadi pengawas? Bukankah itu terlalu cepat? Kualitasnya tak terlalu menonjol. Pengawas harus fasih bicara dan pandai mengatur. Namun, dia tak banyak bersekutu di pertemuan, kenapa dia memimpin kami? Aku tak bisa menerimanya. Kemudian, dia mengirimiku pesan untuk menindaklanjuti pekerjaanku, tapi aku mengabaikannya. Aku juga menunggu kesempatan menemukan lubang dalam persekutuannya, agar bisa menanyainya dan membuatnya kehilangan muka.

Suatu kali dalam pertemuan, dia membuka tentang keadaannya, berkata beberapa orang tak menanggapi pesannya, termasuk aku. Dia merasa sedikit terluka dan sedih. Aku merasa tak enak saat mendengarnya. Aku sadar ini bukan cara tepat untuk memperlakukan dia. Kemudian, aku membaca beberapa kutipan firman Tuhan. Tuhan berfirman: "Jangan merasa benar sendiri; ambil kelebihan orang lain dan gunakan untuk mengimbangi kekuranganmu sendiri, lihat bagaimana orang lain hidup dengan firman Tuhan; dan lihat apakah kehidupan, perbuatan, dan ucapan mereka layak ditiru. Jika engkau menganggap orang lain lebih rendah daripadamu, engkau merasa benar sendiri, egois, dan tidak berguna bagi siapa pun" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 22"). "Kecongkakan adalah sumber dari watak manusia yang rusak. Semakin congkak manusia, semakin mereka tidak masuk akal, dan semakin mereka tidak masuk akal, semakin besar kemungkinan mereka untuk menentang Tuhan. Seberapa seriuskah masalah ini? Orang yang memiliki watak congkak tidak hanya menganggap orang lain berada di bawah mereka, tetapi, yang terburuk adalah mereka bahkan bersikap merendahkan Tuhan, dan tidak ada rasa takut akan Tuhan di dalam hati mereka. Meskipun orang mungkin terlihat percaya kepada Tuhan dan mengikuti Dia, mereka sama sekali tidak memperlakukan-Nya sebagai Tuhan. Mereka selalu merasa bahwa mereka memiliki kebenaran dan menganggap diri mereka hebat. Inilah esensi dan akar dari watak yang congkak, dan itu berasal dari Iblis. Karena itu, masalah kecongkakan harus diselesaikan. Merasa bahwa seseorang lebih baik daripada yang lain—itu adalah masalah sepele. Masalah seriusnya adalah bahwa sikap congkak seseorang menghalangi orang tersebut untuk tunduk kepada Tuhan, pada pemerintahan-Nya, dan pengaturan-Nya; orang seperti itu selalu merasa ingin bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan kekuasaan atas orang lain. Orang seperti ini tidak sedikit pun menghormati Tuhan, apalagi mengasihi Tuhan atau tunduk kepada-Nya. Orang-orang yang congkak dan sombong, terutama mereka yang begitu congkak sampai kehilangan akalnya, tidak mampu tunduk kepada Tuhan dalam kepercayaan mereka kepada-Nya, dan bahkan meninggikan serta memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri. Orang-orang semacam itulah yang paling menentang Tuhan dan sama sekali tidak memiliki rasa takut akan Tuhan. Jika orang-orang ingin sampai pada titik di mana mereka menghormati Tuhan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan masalah watak mereka yang congkak. Semakin teliti engkau menyelesaikan masalah watakmu yang congkak, semakin engkau akan memiliki rasa hormat kepada Tuhan, dan baru setelah itulah, engkau mampu tunduk kepada-Nya dan memperoleh kebenaran serta mengenal Dia. Hanya mereka yang memperoleh kebenaran yang merupakan manusia sejati" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Melalui firman Tuhan, kusadar alasanku menentang Saudari Deryls menjadi pengawas adalah karena naturku congkak, dan selalu percaya aku lebih baik atau lebih cakap. Saat melihat Saudari Deryls bersekutu lebih sedikit daripada yang lain, aku memandang rendah dia. Kupikir dia di bawahku, dengan tingkat pertumbuhan lebih rendah, dan tak bersekutu sebaikku, jadi aku tak senang dengan kepemimpinannya. Saat dia mengirimiku pesan untuk menindaklanjuti pekerjaan, aku tak memedulikan dan mengabaikannya. Aku bahkan coba menemukan lubang dalam persekutuannya untuk dikritisi, menunjukkan dia tak sebanding denganku dan seharusnya tak menjadi pengawas. Ini menyebabkan dia menjadi negatif dan merasa terkekang. Watakku terlalu congkak—aku tak memikirkan orang lain. Aku tak punya kemanusiaan normal. Sebenarnya, di gereja, memilih atau mempromosikan seseorang tak tergantung seberapa baik mereka bersekutu dari luar, melainkan apa mereka menerapkan kebenaran, mencari kebenaran, dan punya kemanusiaan baik. Namun, aku? Aku hanya melihat betapa sedikit saudari ini bersekutu, lalu memandang rendah dia. Melihat diriku sendiri, meskipun dari luar pembicara andal, aku jarang menerapkan firman Tuhan. Aku puas hanya memahami arti harfiah, berpikir aku punya pikiran, kualitas, dan lebih cakap daripada yang lain. Bagaimana aku bisa sangat merendahkan dan terlalu percaya diri? Aku tak punya kesadaran diri! Pada titik ini, aku sadar ada kehendak Tuhan di balik Saudari Deryls menjadi pengawas, aku harus coba melihat kelebihannya, belajar darinya, dan memperbaiki kelemahanku. Kemudian, dari interaksi dengannya, aku sadar dia menjalankan tugasnya dengan serius dan bertanggung jawab. Saat mengalami kesulitan dalam tugas, dia mencari kebenaran, berdoa, dan mengandalkan Tuhan untuk mengatasinya, tak seperti aku, yang menjadi negatif dalam situasi sulit, tak mencari kebenaran, dan ceroboh dalam tugas. Yang paling menghantamku adalah dia punya pekerjaan sebagai tukang listrik yang sangat menghalangi tugasnya, jadi agar tugasnya tak terpengaruh, dia memilih melepaskan pekerjaannya dan menyerahkan segalanya ke tangan Tuhan. Ini hal yang tak bisa kulakukan. Aku juga sadar dia sangat detail dalam tugasnya. Dia memahami keadaan calon penerima Injilnya secara rinci dan menyusun pekerjaan yang harus dia lakukan setiap hari. Itu sebabnya dia efektif dalam tugas. Namun, aku hanya fokus pada kemampuan bersekutu di permukaan dan jarang menerapkan kebenaran. Juga jarang mencari prinsip kebenaran dalam tugasku, yang membuatku tak efektif dalam tugas. Saat menghadapi kenyataan, aku sama sekali tak lebih baik darinya. Aku bahkan tak tahu tingkat pertumbuhanku sesungguhnya atau esensiku, tapi selalu berpikir aku hebat. Aku benar-benar tak punya nalar! Sejak saat itu, apa pun masalah yang kutemui dalam tugas, aku akan minta bantuan Saudari Deryls, dan memberi tahu dia keadaanku sebenarnya. Dia selalu sabar bersekutu denganku dan memberiku nasihat. Saran-sarannya sangat membantuku. Aku bisa merasakan ini adalah kasih Tuhan bagiku!

Suatu hari, aku membaca kutipan firman Tuhan. "Bagi umat manusia yang rusak, masalah tersulit untuk diselesaikan adalah melakukan kesalahan yang sama. Untuk mencegah hal ini, orang harus terlebih dahulu menyadari bahwa mereka belum memperoleh kebenaran, bahwa belum ada perubahan dalam watak hidup mereka, dan bahwa meskipun mereka percaya kepada Tuhan, mereka masih hidup di bawah kekuasaan Iblis dan belum diselamatkan; setiap saat mereka cenderung untuk mengkhianati Tuhan dan menyimpang dari Tuhan. Jika mereka memiliki perasaan krisis ini di hati mereka—jika, sebagaimana sering orang katakan, mereka siap berperang di masa damai—maka mereka akan dapat sedikit mengendalikan diri, dan ketika sesuatu terjadi pada diri mereka, mereka akan berdoa kepada Tuhan dan bergantung pada Tuhan, serta akan mampu menghindarkan diri mereka melakukan kesalahan yang sama. Engkau harus melihat dengan jelas bahwa watakmu belum berubah, bahwa naturmu yang mengkhianati Tuhan masih mengakar sedemikian dalam di dalam dirimu dan belum disingkirkan, bahwa engkau masih berisiko mengkhianati Tuhan, dan bahwa engkau selalu menghadapi kemungkinan mengalami kebinasaan dan dimusnahkan. Ini hal yang nyata, jadi engkau semua harus berhati-hati. Ada tiga hal terpenting yang harus diingat: pertama, engkau masih belum mengenal Tuhan; kedua, belum ada perubahan dalam watakmu; dan ketiga, engkau belum hidup dalam gambar manusia yang sejati. Ketiga hal ini sesuai dengan fakta, semua itu nyata, dan engkau harus jelas tentang semua itu, engkau harus mengenal dirimu sendiri. Jika engkau memiliki tekad untuk menyelesaikan masalah ini, engkau harus memilih motomu sendiri: misalnya, 'Aku adalah kotoran di atas tanah', 'Aku adalah setan', atau 'Aku sering kali jatuh ke dalam dosa yang sama', atau 'Aku selalu berada dalam bahaya'. Salah satu dari frasa ini cocok untuk dijadikan sebagai moto pribadimu, dan itu akan membantu jika engkau selalu mengingatkan dirimu sendiri akan hal itu. Ulangilah perkataan itu di dalam hatimu, renungkanlah itu, dan engkau mungkin mampu melakukan kesalahan lebih sedikit atau berhenti melakukan kesalahan, atau—tetapi yang terpaling adalah luangkan lebih banyak waktu untuk membaca firman Tuhan dan memahami kebenaran, untuk mengenal naturmu sendiri dan melepaskan diri dari kerusakanmu; hanya dengan cara demikianlah engkau akan aman" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia, Vol. 2, Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya). Firman Tuhan membuatku mengerti bahwa aku telah dirusak Iblis, punya natur congkak, penuh dengan kotoran dan kerusakan. Aku tak punya keserupaan dengan manusia sejati. Dari pengalaman ini, aku menyadari tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya. Aku berhenti melebih-lebihkan diri dan terlalu percaya diri. Pada saat yang sama, aku sadar apa pun kualitas atau keterampilanku, itu tak berarti aku memahami kebenaran dan punya jalan masuk. Meskipun bisa mempersekutukan beberapa firman Tuhan, sebagian besar adalah doktrin. Aku tak punya pengalaman nyata dan punya banyak kekurangan. Aku harus selalu ingat kekurangan yang kumiliki, dan mencari dengan rendah hati saat menghadapi kebenaran. Aku harus merenung dan lebih mengenal diriku. Itulah satu-satunya cara menghindari kecongkakan, keangkuhan, dan penghargaan diri. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Aku Teguh di Jalan Ini

Oleh Saudari Han Chen, Tiongkok Beberapa tahun yang lalu, aku ditangkap karena memberitakan Injil. Partai Komunis menghukumku tiga tahun...