Keragu-raguan Saat Melaporkan Masalah

14 Desember 2022

Bulan September 2021, aku membagikan Injil di gereja. Setelah beberapa saat, aku sadar pengawas pekerjaan Injil tak memikul beban dalam tugas, dan dia sudah lama tak menanyakan perkembangan tugas kami. Setiap kali datang, dia hanya bekerja sekenanya dan tak pernah menyelesaikan masalah nyata. Dia tak membantu atau bermanfaat bagi tugas kami sama sekali. Awalnya, kupikir karena baru mulai mengawasi pekerjaan Injil, dia belum terbiasa, dan wajar jika dia bingung untuk beberapa waktu, setelah berlatih, dia akan menguasainya. Namun, setelah beberapa saat, itu tak seperti yang kubayangkan.

Suatu kali, kami menghadapi hambatan dalam pekerjaan Injil, lalu menyurati pengawas untuk mencari solusi. Namun, tak ada sudut pandang atau saran yang jelas dalam tanggapannya. Dia hanya mengirimkan sebuah kutipan firman Tuhan untuk dibaca yang tak berkaitan dengan masalah kami. Menurutku ini sulit dipercaya. Bagaimana bisa pengawas ini sangat acuh tak acuh dalam tugasnya? Dia biasanya tak bisa menemukan masalah saat menindaklanjuti pekerjaan, saat kami berinisiatif mencarinya dan bertanya, dia tak punya sudut pandang atau saran yang jelas. Dia sangat tak bertanggung jawab. Awalnya, aku ingin membicarakan ini dengannya di pertemuan, tapi aku punya keraguan. Apa dia akan bilang aku congkak? Terlalu menuntut? Niatku adalah mengincar kelemahannya? Jika dia tak bisa menerima perkataanku dan justru menyelidiki tanggung jawabku, bukankah itu hanya mencari masalah? Memikirkan ini, aku kehilangan keberanian membicarakan itu. Saat kami bertemu, aku mengecilkan masalah ini, dan hanya mengingatkan dia, "Jika kau punya waktu, tindak lanjutilah pekerjaan kami dan lihat apa ada masalah." Namun, tak disangka dia berkata, "Kalian semua sudah lama melakukan pekerjaan Injil dan memahami semua prinsip lebih baik daripadaku. Kalian juga mendapat hasil bagus. Aku di sini hanya untuk belajar dari kalian." Setelah ini, setiap kali kuingatkan agar lebih memperhatikan pekerjaan kami, dia selalu mengatakan hal seperti itu. Kupikir dalam hati, "Dia tak melakukan kerja nyata dan selalu berdalih untuk dirinya. Ini tak menerima kebenaran." Tugas utama pengawas adalah menemukan dan menyelesaikan masalah serta kesulitan nyata saudara-saudari dalam tugas, juga mengawasi dan menindaklanjuti pekerjaan. Namun, dia tak bisa menemukan atau menyelesaikan masalah, jadi tak bisa melakukan kerja nyata. Jika keadaan ini berlanjut, pasti akan berdampak pada pekerjaan Injil. Di kemudian hari, aku ingin membicarakan ini dengannya lagi, untuk menyadarkan dia akan masalahnya dan cepat memperbaikinya. Namun, aku berpikir lagi, "Aku dulu pernah menjadi pengawas dan diberhentikan karena tak bisa melakukan kerja nyata. Jika terus menghujani dia dengan pendapat, apa dia akan pikir aku terlalu menghargai status? Merasa tak adil karena aku tak dijadikan pengawas, jadi sengaja mencari-cari masalah? Apa pandangnya tentangku akan buruk, lalu memecatku dari tugas? Sebaiknya tak usah. Mungkin dia belum cukup lama menangani pekerjaan itu. Mungkin dia akan membaik jika aku menunggunya lebih terbiasa." Jadi, aku tak membicarakan masalah ini dengannya lagi.

Beberapa saat kemudian, kami menghadapi masalah dalam pekerjaan Injil dan mencari bantuan darinya. Namun, dia masih mengesampingkannya dan membiarkan kami menyelesaikan itu sendiri. Di lain waktu, aku tak sengaja mendengarnya berkata karena tak memahami secara spesifik tentang perolehan pengikut kami, saat pemimpin menanyainya, dia hanya asal memilih angka untuk dilaporkan, akibatnya ada perbedaan besar dengan angka sebenarnya. Aku sangat marah saat mendengar ini. Kami memberi tahu dia situasi spesifik pekerjaan Injil kami setiap bulan, mengingatkan dia untuk lebih banyak menindaklanjuti dan membimbing pekerjaan kami, tapi dia masih tak tahu berapa petobat baru yang masuk gereja dalam sebulan. Dia sama sekali tak melakukan kerja nyata. Dengan sikap seperti ini terhadap tugas, bagaimana dia bisa bertindak sebagai pengawas? Tidak heran dia tak bisa menemukan masalah. Saat menelaah semua perilaku itu, aku merasa pengawas ini tak bisa melakukan kerja nyata, dia pekerja palsu dan tak cocok mengawasi pekerjaan Injil. Saat itu, aku benar-benar ingin menulis laporan tentang masalah dia, tapi kupikir, "Jika pengawas tahu aku yang melaporkan dia, akankah dia berpikir aku sengaja mencari kesalahannya dan mempersulit hidupnya? Jika dia bicara buruk tentangku kepada pemimpin, apa pemimpin akan memindahkan atau memecatku?" Memikirkan ini, aku mundur lagi. Beberapa hari kemudian, kudengar Saudari Liu Xiangyi dari kelompok lain bicara tentang bagaimana pengawas ini tak pernah memecahkan masalah nyata mereka. Saat mereka beri tahu dia tentang anggota kelompok berwatak congkak, terobsesi dengan status, sering mencari kelemahan orang lain, menyerang dan mengekang mereka, juga mengganggu orang menjalankan tugas, pengawas itu hanya membiarkannya, dan tak menganggapnya penting. Akhirnya, satu-satunya cara menyelesaikan masalah adalah melaporkannya kepada pemimpin. Aku merasa sangat bersalah saat mendengar Xiangyi mengatakan ini. Aku sudah lama tahu pengawas ini punya masalah, tapi untuk melindungi diri sendiri, aku bungkam. Kenapa aku tak bisa menerapkan kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja?

Saat masa teduh, aku membaca beberapa kutipan firman Tuhan. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Ada juga beberapa pemimpin palsu yang sedikit berkualitas dan mampu melakukan sedikit pekerjaan, yang tahu sedikit tentang prinsip menangani setiap jenis orang, tetapi mereka takut menyinggung orang lain, jadi tidak berani membatasi orang jahat dan antikristus. Mereka hidup berdasarkan falsafah Iblis, menjauh dari hal-hal yang bukan urusan pribadi mereka. Mereka tidak peduli apakah pekerjaan gereja efektif atau tidak, atau apakah jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan dirugikan atau tidak; mereka menganggap hal-hal seperti itu tidak ada hubungannya dengan mereka. Jadi, selama pemimpin palsu seperti itu menjabat, tatanan normal kehidupan bergereja menjadi tidak terpelihara, dan tugas serta jalan masuk kehidupan umat pilihan Tuhan menjadi tidak terjamin. Apa natur dari masalah ini? Bukan bahwa pemimpin palsu seperti itu tidak bisa bekerja karena kualitas mereka buruk, jadi dalam hal apa mereka adalah pemimpin palsu? Mereka pemimpin palsu karena adanya masalah dengan kemanusiaan mereka. Selama masa jabatan mereka sebagai pemimpin, masalah dalam hal orang jahat dan antikristus yang merusak dan mengganggu pekerjaan gereja sama sekali tidak terselesaikan. Beberapa saudara-saudari sangat dirugikan karena hal ini, dan ini merupakan kemunduran besar bagi pekerjaan gereja. Pemimpin palsu semacam ini melihat adanya masalah dan melihat adanya orang yang menyebabkan gangguan dan kekacauan, dan mereka tahu apa tanggung jawab mereka, apa yang harus mereka lakukan dan bagaimana mereka harus melakukannya, tetapi mereka sama sekali tidak melakukan apa pun. Mereka berpura-pura tuli dan bisu, tidak mendengar atau mempertanyakan apa pun, tidak melaporkan hal itu kepada atasan mereka. Mereka berpura-pura tidak tahu apa pun dan tidak melihat apa pun. Bukankah ini adalah masalah dalam kemanusiaan mereka? Apa prinsip kepemimpinan mereka? 'Aku tidak menyebabkan gangguan atau kekacauan, tetapi aku tidak akan melakukan apa pun yang menyinggung orang, atau apa pun yang menyerang martabat orang lain. Meskipun aku digolongkan sebagai pemimpin palsu, aku tetap tidak akan melakukan apa pun yang menyinggung orang lain. Aku harus membuat jalur pelarianku sendiri.' Cara berpikir macam apa ini? Ini adalah cara berpikir Iblis. Dan watak macam apa ini? Bukankah ini sangat licik dan menipu? Orang seperti itu tidak sedikit pun tulus dalam memperlakukan amanat Tuhan; mereka selalu licik dan curang dalam melaksanakan tugasnya, dengan begitu banyak perhitungan yang keji, memikirkan diri sendiri dalam segala hal. Mereka sama sekali tidak memikirkan pekerjaan gereja dan sama sekali tidak memiliki hati nurani atau nalar. Mereka sangat tidak layak untuk bekerja sebagai pemimpin. ... Dalam hati-Ku, terlihat semantap atau sebaik apa pun orang semacam ini, atau betapapun penuh aturan dan pendiamnya mereka, atau betapapun bekerja keras dan kompetennya mereka, fakta bahwa mereka bertindak tanpa prinsip dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan gereja mengharuskan-Ku untuk 'memandang mereka berdasarkan hal ini,' sebagaimana yang seharusnya. Sebagai penutup, Aku akan mendefinisikan orang seperti ini. Mereka mungkin tidak melakukan kesalahan besar, tetapi mereka sangat licik dan menipu; mereka sama sekali tidak memikul tanggung jawab, juga sama sekali tidak menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Mereka tidak memiliki kemanusiaan. Kurasa mereka seperti sejenis binatang—dalam kelicikan mereka, mereka agak mirip dengan rubah" (Firman, Vol. 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja). "Begitu kebenaran telah menjadi kehidupan di dalam dirimu, saat engkau mengamati ada orang yang menghujat Tuhan, yang tidak takut akan Tuhan, yang ceroboh, dan asal-asalan saat melakukan tugas mereka, atau yang menyela dan mengganggu pekerjaan gereja, engkau akan menanggapinya sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, dan akan mampu mengidentifikasi serta mengungkapkannya bila perlu. Jika kebenaran belum menjadi hidupmu, dan engkau masih hidup dalam watak jahatmu, maka ketika engkau menemukan orang-orang jahat dan setan-setan yang menyebabkan gangguan dan kekacauan pada pekerjaan gereja, engkau akan berpura-pura tidak melihatnya dan menolak untuk mendengarnya; engkau akan mengabaikan mereka, tanpa teguran dari hati nuranimu. Engkau bahkan akan menganggap siapa pun yang menyebabkan gangguan terhadap pekerjaan gereja tidak ada sangkut pautnya dengan dirimu. Sebanyak apa pun pekerjaan gereja dan kepentingan rumah Tuhan dirugikan, engkau tidak peduli, tidak menengahi, ataupun merasa bersalah—hal mana membuatmu menjadi seseorang yang tidak berhati nurani atau tidak berakal, orang tidak percaya, pelaku pelayanan. Engkau makan apa yang adalah milik Tuhan, minum apa yang adalah milik Tuhan, dan menikmati semua yang berasal dari Tuhan, tetapi merasa bahwa kerugian apa pun terhadap kepentingan rumah Tuhan tidak ada kaitannya denganmu—hal mana membuatmu menjadi pengkhianat yang tidak tahu berterima kasih. Jika engkau tidak melindungi kepentingan rumah Tuhan, apakah engkau masih bisa disebut manusia? Ini adalah setan yang telah menyusup ke dalam gereja. Engkau berpura-pura percaya kepada Tuhan, berpura-pura menjadi umat pilihan, dan engkau mau mendompleng di rumah Tuhan. Engkau tidak menjalani kehidupan manusia, dan jelas adalah salah satu dari orang tidak percaya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya Mereka yang Benar-Benar Tunduk kepada Tuhan Memiliki Hati yang Takut akan Dia"). Firman Tuhan membuatku sedih. Apalagi saat membaca ini, "Mereka tidak memiliki kemanusiaan," "dalam kelicikan mereka, mereka agak mirip dengan rubah," "setan yang telah menyusup ke dalam gereja," dan "orang tidak percaya," Aku merasa watak Tuhan tak mentoleransi pelanggaran. Tuhan sangat membenci dan muak dengan orang-orang licik. Tuhan mendefinisikan orang-orang ini sebagai setan dan orang tidak percaya. Aku merasa sangat takut dan bersalah, juga merasa Tuhan menyingkap dan mencelaku secara langsung. Merenungkan perilakuku saat itu, aku sudah melihat dengan jelas pengawas itu bekerja sekenanya dan tak melakukan kerja nyata, juga ingin membicarakan ini dengannya beberapa kali, tapi aku selalu terlalu berhati-hati, takut dia akan menyebutku congkak dan tak masuk akal, jadi aku tak berani bicara dengannya. Bahkan saat bicara dengannya, aku selalu mengecilkan masalah dan tak berani menyebutkan masalah lengkapnya, bahkan sampai menyemangati, meski melawan keyakinanku, hanya agar bisa melindungi reputasi dan hubunganku dengannya. Aku lalu memutuskan dia adalah pekerja palsu yang tak bisa melakukan kerja nyata, dia harus dipindahkan atau diberhentikan, juga untuk melindungi pekerjaan gereja, dia harus disingkap dan dilaporkan. Namun, aku khawatir pengawas itu akan bilang aku mengincar status dan sengaja mempersulit hidupnya, juga takut dia akan menekanku. Jadi, untuk melindungi diri, aku pura-pura tak tahu dan membiarkan pekerjaan Injil dirugikan tanpa melaporkan apa pun. Aku benar-benar licik, egois, dan tercela! Aku tak punya ketulusan terhadap Tuhan. Mengingat bertahun-tahun aku percaya Tuhan, menikmati perbekalan begitu banyak firman Tuhan, bagaimana bisa aku melihat pekerjaan gereja dirugikan dan hanya ingin melindungi diri sendiri, bukan melindungi pekerjaan gereja? Jika aku melaporkan masalah pengawas lebih cepat, dia tak akan menghambat atau menghalangi pekerjaan gereja.

Saat mencela diri habis-habisan, kulihat firman Tuhan, "Selama bertahun-tahun, cara pikir yang diandalkan oleh orang-orang untuk bertahan hidup telah sedemikian merusak hati mereka hingga mencapai titik di mana mereka menjadi orang-orang yang tak bisa dipercaya, pengecut dan tercela. Bukan hanya tidak memiliki kemauan keras atau tekad, mereka juga telah menjadi tamak, congkak dan degil. Mereka sama sekali tidak memiliki tekad yang melampaui keakuannya, bahkan mereka tidak mempunyai keberanian sedikit pun untuk menepis tekanan pengaruh kegelapan ini. Pemikiran dan kehidupan orang-orang telah sedemikian rusaknya, sehingga perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan masih teramat menjijikkan, bahkan ketika orang-orang membicarakan perspektif mereka tentang percaya kepada Tuhan, itu benar-benar tak tertahankan untuk didengar. Orang-orang semuanya pengecut, tidak kompeten, hina dan rapuh. Mereka tidak merasa muak akan kuasa kegelapan dan mereka tidak menyukai terang dan kebenaran; sebaliknya mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengenyahkannya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mengapa Engkau Enggan Menjadi Sebuah Kontras?"). Memikirkan firman Tuhan, aku sadar telah sangat dirusak oleh Iblis dan racun Iblis telah mengakar jauh di dalam hatiku. Falsafah iblis seperti "Lindungi dirimu, jangan sampai disalahkan," "Semakin sedikit masalah, semakin baik," "Paku yang paling menonjol akan dipalu," dan "Lebih baik aman daripada menyesal," telah menjadi naturku dan pedoman yang kupatuhi, serta yang mencengkeramku dengan kuat, membuatku hanya memikirkan kepentingan sendiri dalam ucapan dan tindakanku. Aku bahkan hanya menonton saat pengawas yang tak melakukan kerja nyata, menunda dan merugikan pekerjaan gereja. Aku berpura-pura bodoh, menahan lidah, dan tak melindungi pekerjaan gereja sama sekali. Aku tanpa sadar memihak Iblis dan melayani sebagai kaki tangannya. Tuhan sangat jijik terhadapku! Aku melihat bahwa falsafah duniawi ini adalah kekeliruan dan kebohongan yang digunakan Iblis untuk menyesatkan dan merusak orang. Hidup berdasarkan falsafah itu, aku hanya akan menjadi makin licik, jahat, egois, dan hina. Untuk melindungi kepentingan sendiri, aku waspada terhadap Tuhan dan orang-orang, apa pun gangguan atau kekacauan yang menimpa gereja, aku tetap tak peduli, apatis, dan mengasingkan diri. Kebenaran yang harusnya kuterapkan tak diterapkan, tugas yang harusnya kulakukan tak terpenuhi, aku sama sekali tak punya hati nurani, nalar, kemanusiaan, atau martabat. Tanpa bertobat, akhirnya aku akan dibenci dan disingkirkan oleh Tuhan. Makin dipikir, makin aku menyesal. Aku merasa telah sangat dirusak Iblis sampai tak punya kemanusiaan. Aku sangat membenci diriku. Namun, pada saat yang sama, aku bertekad menerapkan kebenaran. Aku tak bisa terus bersikap tak bijaksana. Aku harus memikirkan kehendak Tuhan, menerapkan kebenaran, dan segera melaporkan masalah pengawas itu kepada pemimpin. Kemudian, aku melaporkan masalah pengawas tak melakukan kerja nyata kepada pimpinan.

Setelah mengirimkan laporan, aku merasakan beban berat terangkat dari pundakku. Namun, setelah dua atau tiga hari, pemimpin masih belum menanggapi dan keraguanku mau tak mau kembali. Akankah pemimpin membaca laporan itu dan berpikir aku mengincar status atau sengaja mencari-cari kesalahan? Apa dia akan menyebutku pelaku kejahatan dan mengusirku? Hatiku bergejolak memikirkannya. Aku membuka diri kepada Xiangyi tentang keadaanku. Dia berkata, "Bukankah kau menyangkal kebenaran Tuhan dan fakta bahwa di rumah Tuhan, kebenaran berkuasa? ..." Setelah mengatakan ini, dia memilih sebuah kutipan firman Tuhan dan membacakannya. Tuhan Yang Mahakuasa berfirman: "Orang-orang seperti antikristus selalu memperlakukan keadilan dan watak Tuhan sesuai gagasan mereka sendiri, dengan mempertanyakan dan menentangnya. Mereka berpikir, 'Bahwa Tuhan itu adil, hanyalah sebuah teori. Apa benar ada yang namanya keadilan di dunia ini? Selama bertahun-tahun aku hidup, belum pernah sekalipun aku menemukan atau melihatnya. Dunia ini sangat gelap dan jahat, orang-orang jahat dan para setan hidup makmur, hidup penuh dengan kepuasan. Aku belum pernah melihat mereka mendapatkan apa yang pantas mereka terima. Aku tak bisa melihat di mana keadilan Tuhan dalam hal ini; aku bertanya-tanya, apakah keadilan Tuhan itu benar-benar ada? Siapa yang pernah melihatnya? Tak seorang pun pernah melihatnya, dan tak seorang pun bisa membuktikannya.' Inilah yang mereka pikirkan dalam hati mereka. Mereka tidak menerima semua pekerjaan Tuhan, semua firman-Nya, dan semua pengaturan-Nya atas dasar keyakinan bahwa Dia adalah adil, melainkan selalu meragukan dan menghakimi, selalu penuh dengan gagasan, yang berarti mereka tidak pernah mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Antikristus percaya kepada Tuhan selalu dengan cara seperti ini. Apakah mereka memiliki iman yang benar kepada Tuhan? Tidak. Antikristus selalu mempertahankan sikap ragu-ragu dalam hal keadilan Tuhan. ... Sebagai contoh, ketika suatu masalah muncul dalam pekerjaan gereja, separah apa pun kesalahannya, apa pun akibatnya, reaksi pertama antikristus adalah membersihkan diri mereka dari kesalahan dan melemparkan kesalahan itu. Agar tidak perlu bertanggung jawab, mereka bahkan akan mengalihkan perhatian orang dari diri mereka, mengatakan beberapa hal yang terdengar benar dan bagus dan melakukan sesuatu yang dangkal, untuk menutupi yang sebenarnya tentang masalah itu. Pada waktu-waktu biasa, orang tidak dapat melihat hal ini, tetapi ketika sesuatu menimpa mereka, keburukan antikristus pun tersingkap. Seperti seekor landak, dengan semua duri berdiri tegak, mereka melindungi diri mereka sendiri dengan sekuat tenaga, berharap tak perlu memikul tanggung jawab apa pun. Sikap macam apa ini? Bukankah ini sikap yang tidak percaya bahwa Tuhan itu adil? Mereka tidak percaya bahwa Tuhan memeriksa semuanya atau bahwa Dia itu adil; mereka ingin menggunakan cara mereka sendiri untuk melindungi diri mereka. Mereka yakin, 'Jika aku tidak melindungi diriku sendiri, tak seorang pun akan melakukannya. Tuhan juga tidak bisa melindungiku. Mereka mengatakan Dia adil, tetapi ketika orang menghadapi masalah, apakah Dia benar-benar memperlakukan mereka dengan adil? Sama sekali tidak—Tuhan tidak melakukan hal itu.' Ketika dihadapkan dengan masalah atau penganiayaan, mereka merasa tidak dibantu, dan berpikir, 'Jadi, di manakah Tuhan? Manusia tidak bisa melihat-Nya atau menyentuh-Nya. Tak seorang pun bisa membantuku; tak seorang pun bisa bersikap adil terhadapku dan memastikan keadilan ditegakkan.' Mereka menganggap satu-satunya cara untuk melindungi diri mereka adalah dengan cara mereka sendiri, karena kalau tidak, mereka akan dirugikan, diintimidasi, dan dianiaya—dan rumah Tuhan pun tidak terkecuali dalam hal ini. ... Mereka hanya memedulikan pengejaran mereka sendiri akan gengsi dan status, dan sama sekali tidak melakukan apa pun untuk menjunjung tinggi pekerjaan gereja. Terhadap siapa pun yang melakukan hal buruk dan merugikan kepentingan rumah Tuhan, mereka tidak menyingkapkan atau melaporkannya, melainkan bertindak seolah-olah mereka tidak melihatnya. Jika melihat prinsip mereka dalam menangani berbagai hal dan perlakuan mereka terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka, apakah mereka memiliki pengetahuan tentang watak adil Tuhan? Apakah mereka memiliki iman? Mereka tidak memilikinya. 'Tidak memiliki' di sini bukan berarti mereka tidak memiliki kesadaran akan hal ini, melainkan mereka selalu mempertanyakan watak adil Tuhan di dalam hati mereka. Mereka tidak menerima, juga tidak mengakui bahwa Tuhan itu adil" (Firman, Vol. 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Sepuluh (Bagian Satu)). Tuhan mengungkapkan bahwa natur antikristus itu sangat licin dan licik. Mereka mengamati semua hal dan orang-orang menggunakan wawasan mereka dan mendekati masalah dengan sikap curiga. Mereka tak memercayai kedaulatan Tuhan, atau Tuhan mengawasi segala sesuatu, apalagi watak Tuhan itu benar. Jadi, saat melihat sesuatu yang merugikan pekerjaan gereja, mereka selalu melindungi diri dan kepentingan pribadi serta tak menerapkan kebenaran. Seolah-olah jika tak berhati-hati dan tak melindungi diri sendiri, mereka akan ditekan, dihukum. Aku merenungkan bahwa aku serupa antikristus. Aku tak meyakini kebenaran Tuhan, atau kebenaran dan keadilan berkuasa di rumah Tuhan. Aku melihat pengawas tak melakukan kerja nyata, tapi terlalu khawatir dan tak berani melapor. Bahkan saat akhirnya punya keberanian menulis laporan, karena tak punya pemahaman yang benar tentang kebenaran Tuhan, saat melihat pemimpin tak menanggapi setelah beberapa hari, aku menjadi curiga dan waspada. Aku takut pemimpin tak akan menangani pekerja palsu, dan aku akan diusir sebagai pelaku kejahatan yang mengincar kelemahan orang. Aku benar-benar licik! Aku tak punya iman kepada Tuhan. Bukankah aku menyangkal kebenaran dan kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu? Aku melihat pengaturan Tuhan dari sudut pandang orang tak percaya, juga curiga dan waspada terhadap para pemimpin gereja. Kupikir gereja tak adil dan tak benar seperti dunia luar. Ini bukan percaya kepada Tuhan. Bukankah ini fitnah dan penghujatan terhadap Tuhan?

Aku lalu teringat firman Tuhan, "Apakah kebenaran itu pilih kasih? Bisakah kebenaran sengaja menentang orang? Jika engkau mengejar kebenaran, bisakah itu memberatkanmu? Jika engkau berdiri teguh demi keadilan, apakah itu akan menjatuhkanmu? Jika benar cita-citamu adalah mengejar kehidupan, dapatkah kehidupan menghindarimu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Pengalaman Petrus: Pengetahuannya tentang Hajaran dan Penghakiman"). "Bagaimana mungkin seseorang di antara mereka yang benar-benar mencari Tuhan akan dikutuk oleh Tuhan? Bagaimana mungkin orang yang memiliki akal yang sehat dan hati nurani yang peka dikutuk oleh Tuhan? Bagaimana mungkin seseorang yang benar-benar menyembah dan melayani Tuhan ditelan oleh api murka-Nya? Bagaimana mungkin orang yang bersukacita karena menaati Tuhan ditendang dari rumah Tuhan? Bagaimana mungkin orang yang tidak pernah merasa cukup dalam mengasihi Tuhan hidup dalam hukuman Tuhan? Bagaimana mungkin seseorang yang bersukacita karena meninggalkan segalanya untuk Tuhan ditinggalkan begitu saja?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Memiliki Watak yang Tidak Berubah Berarti Memusuhi Tuhan"). Ya, esensi Tuhan itu benar dan setia. Kebenaran yang Tuhan ungkapkan adalah untuk diterapkan dan dijalani oleh manusia. Mengejar dan menerapkan kebenaran serta melindungi pekerjaan gereja tentu saja positif dan memenuhi perkenanan Tuhan. Khususnya, melaporkan dan menyingkap antikristus, pelaku kejahatan, pemimpin dan pekerja palsu memenuhi perkenanan Tuhan serta perbuatan yang baik dan lurus. Coba pikirkan, apa pernah orang yang menerapkan kebenaran dan punya rasa keadilan dikeluarkan dari gereja? Apa ada orang yang mengejar dan mencintai kebenaran ditinggalkan atau disingkirkan Tuhan? Sebaliknya, orang yang menerapkan kebenaran bukan hanya tak ditekan atau dikucilkan, tapi menerima perlindungan, persetujuan, dan rasa hormat dari saudara-saudari mereka. Meski beberapa orang ditekan serta dihukum oleh antikristus dan pelaku kejahatan karena menerapkan kebenaran, ini hanya sementara, antikristus dan pelaku kejahatan akan disingkap serta diusir atau disingkirkan dari gereja. Selain itu, mereka yang ditekan antikristus dan pelaku kejahatan akan mendapat keuntungan melalui doa mereka kepada Tuhan dan mengejar kebenaran. Mereka bukan hanya akan mendapatkan ketajaman tentang pelaku kejahatan dan antikristus, tapi juga pemahaman dan pengalaman tentang kedaulatan Tuhan yang mahakuasa. Semua ini sepenuhnya menunjukkan watak benar Tuhan serta kebenaran dan keadilan berkuasa di rumah Tuhan. Di rumah Tuhan, hanya antikristus dan orang yang berniat melakukan kejahatan akan disingkirkan atau diusir oleh gereja. Niatku tak buruk melaporkan masalah pengawas itu, juga bukan dengan sengaja mengincar kelemahannya. Itu dilakukan karena memikirkan pekerjaan gereja. Hal-hal yang kulaporkan adalah fakta objektif dan bukan upaya menzalimi dia. Tindakanku dilakukan untuk kebaikan, bukan merugikan, untuk pengawas dan pekerjaan gereja. Jika dia orang yang bisa mengejar dan menerima kebenaran, setelah dilaporkan, dia akan bisa merenungkan diri dan memetik pelajaran. Situasi ini akan membuatnya lebih jelas melihat kekurangan dan kerusakannya serta mengembangkan jalan masuk kehidupannya. Jika dia membenciku karena ini, bahkan menekan atau memecatku tiba-tiba, ini akan mengungkapkan bahwa dia tak mencintai atau menerima kebenaran, tak cocok untuk dibina atau posisi penting. Menyadari ini, hatiku jauh lebih cerah dan aku tak lagi merasa terkekang. Melaporkan pemimpin dan pekerja palsu yang tak melakukan kerja nyata adalah tanggung jawab dan kewajibanku. Apa pun konsekuensinya, aku tak akan menyesal melakukan ini.

Malam itu, datang surat dari pimpinan yang mengatakan pengawas itu telah diberhentikan. Aku sangat terharu membaca surat pemimpin itu. Kebenaran dan keadilan benar-benar berkuasa di rumah Tuhan. Aku memuji dan bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku! Melalui pengalaman ini, aku bukan hanya mendapatkan ketajaman tentang pemimpin dan pekerja palsu, tapi juga sadar betapa liciknya naturku dan mendapatkan pemahaman tentang watak benar Tuhan. Ini semua karena kasih karunia Tuhan! Di masa depan, apa pun yang kuhadapi, aku bersedia memikirkan kehendak Tuhan, menerapkan kebenaran, melindungi pekerjaan gereja, serta memenuhi tanggung jawab dan tugasku. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait