Bahaya yang Ditimbulkan dari Pamer

06 Agustus 2021

Oleh Saudari Ruo Yu, Spanyol

Beberapa tahun lalu, aku menunaikan tugas menyiram dengan beberapa saudara-saudari yang sebaya. Mereka sangat antusias dan bertanggung jawab. Mereka sering dipuji oleh orang-orang, yang membuatku sangat mengagumi mereka. Aku berharap suatu hari dapat menjadi seperti mereka dan dikagumi oleh orang lain. Kemudian, aku dipindahkan ke gereja lain. Tidak lama setelah itu, pemimpin di sana dinyatakan sebagai pemimpin palsu dan diganti karena tidak melakukan kerja nyata, dan aku terpilih menjadi pemimpin gereja di tempat mereka. Saudara-saudari yang mengenalku memberiku semangat dengan mengatakan, "Tuhan sedang mengangkatmu, engkau harus menjaganya baik-baik." Aku tahu tugas ini akan menjadi tanggung jawab besar dan merasa ini adalah kesempatan bagus untuk membuktikan diri. Jika aku melakukannya dengan baik, aku akan dihormati oleh saudara-saudari. Diam-diam aku bertekad mengerahkan yang terbaik untuk melakukan tugas ini dengan baik.

Pada setiap pertemuan kelompok setelahnya, aku membedah bagaimana pemimpin sebelumnya tidak melakukan kerja nyata dan sering berbicara negatif, dan semua orang pun merasa sangat marah dengan itu. Melihat ini, aku sering kali harus mengingatkan diriku bahwa saudara-saudari kini bisa membedakan pemimpin palsu dan mengharapkan aku melakukan kerja nyata. Aku harus bekerja keras dan berusaha mendapatkan perkenanan mereka. Sebagai pemimpin gereja, aku harus menjadi yang paling proaktif di gereja dan bersedia lebih menderita dari siapa pun, juga bisa berkorban lebih banyak dari siapa pun. Aku harus memiliki lebih banyak iman daripada yang lain saat ujian datang dan tidak bersikap negatif saat mereka negatif. Aku harus lebih baik daripada orang lain di gereja dalam segala hal agar semua orang akan terus memujiku. Didominasi oleh pemikiran seperti itu, aku menyibukkan diri dengan semua pertemuan kelompok dan tidur larut malam setiap hari. Terkadang, saat mengobrol dengan yang lain, aku sengaja menyebutkan betapa sibuknya aku dengan pekerjaan gereja dan selarut apa aku pergi tidur. Saat mendengar ini, mereka akan mengira aku sangat bertanggung jawab dan begitu bersedia menderita, serta selalu menyuruhku menjaga diri. Mereka juga akan memberiku makanan khas dan minuman dari kampung halaman mereka. Setiap kali salah satu dari mereka ada dalam keadaan buruk, aku akan bergegas mendukung mereka, tidak peduli cuacanya. Dalam pertemuan, aku memberi tahu saudara-saudari tentang si anu yang telah lama merasa negatif, tetapi menjadi positif lagi saat aku bersekutu dengannya. Semua orang kemudian berpikir aku sangat penyayang dan sabar meski masih muda. Untuk menangani pekerjaan gereja, saat calon petobat muncul, aku akan segera meminta diaken penginjilan untuk pergi bersekutu dengan mereka, dan terkadang aku bahkan pergi sendiri untuk membagikan kesaksian kepada mereka. Kemudian, pekerjaan penginjilan mulai membuat kemajuan dan dalam sebuah pertemuan, aku memberi tahu yang lain, "Lihat, 'kan? Pekerjaan penginjilan kita sebelumnya tidak bagus, tetapi kini kita punya orang yang menerima pekerjaan Tuhan setiap bulan. Kita harus berusaha lebih keras lagi." Saudara-saudari kemudian merasa pekerjaan penginjilan telah tertangani sejak aku tiba dan mereka makin mengagumi dan mengidolakanku. Saat memperse pengalamanku dalam pertemuan, aku sangat menekankan beberapa contoh dari jalan masuk kehidupan yang positif. Aku takut jika terlalu banyak membicarakan kerusakanku, yang lain akan berpikir aku lemah saat masalah muncul dan tingkat pertumbuhanku kecil, lalu tidak mengagumiku lagi. Jadi, aku cenderung tak bicara banyak tentang kenegatifan atau kelemahanku atau bagaimana aku menunjukkan kerusakanku. Sedangkan untuk bagaimana aku mengejar kebenaran, menerapkan firman Tuhan, melakukan tugasku dengan iman, dan mencari bimbingan Tuhan, aku membicarakan semua itu, memastikan menceritakan setiap detail kecil. Karena sudah lama bersekutu seperti ini, yang lain mengira aku andal dalam mengejar kebenaran dan selalu bisa menemukan jalan penerapan. Mereka akan mencariku untuk bersekutu saat mengalami kesulitan.

Setelah beberapa saat, semua aspek pekerjaan gereja mulai mengalami kemajuan. Iman orang-orang bertumbuh, dan makin banyak orang ingin melakukan tugas mereka. Melihat kesuksesan ini, aku makin merasa seolah-olah aku adalah pilar gereja. Aku berdiri tegak dan berbicara lebih berani ke mana pun aku pergi. Kupikir aku berhasil sebagai pemimpin gereja dan pantas mendapatkan posisiku. Saat bekerja dengan orang lain, aku selalu memimpin. Aku pamer seolah-olah diriku lebih baik dari mereka agar mereka mengagumiku dan menuruti perkataaanku. Suatu saat, kami harus menyewa rumah untuk berkumpul. Seorang diaken dan seorang saudara yang adalah rekan kerjaku pergi untuk memeriksa rumah itu. Aku berpikir, "Seharusnya aku yang menentukan masalah sepenting itu. Engkau tidak bisa menyetujuinya tanpa aku melihatnya sendiri." Sebenarnya, dalam hatiku aku tahu bahwa saudara ini lebih tua dan lebih berpengalaman dariku, serta lebih tahu apakah rumahnya tepat atau tidak. Namun, aku memeras otak tentang bagaimana bisa menunjukkan betapa pintarnya aku, berpikir, "Apa detail dan masalah lain yang harus kita pertimbangkan saat menyewa rumah?" Jadi, aku mengajukan beberapa pertanyaan dan membuat mereka bertanya lebih banyak. Akhirnya, ditemukan beberapa masalah dengan rumah itu dan saat rekan kerjaku tahu, mereka berkata, "Kami sangat malu. Kami lebih tua darimu, tetapi tidak mempertimbangkan segala sesuatunya dengan cermat sepertimu." Aku merasa sangat puas dengan diriku saat mendengar ini. Sejak saat itu, semua orang mendatangiku untuk mencari jawaban dan mendiskusikan berbagai hal. Seiring berjalannya waktu, orang-orang yang bekerja denganku menjadi sedikit pasif, menungguku memberi pendapat tentang segalanya. Mereka mulai makin mengandalkanku.

Secara bertahap, aku mendapati wibawaku di antara rekan kerja menjadi lebih kuat dan aku harus memiliki suara dalam semua masalah gereja, besar atau kecil. Saudara-saudari mencariku untuk memberi mereka persekutuan dalam setiap kesulitan. Aku merasa sangat diperlukan oleh gereja dan sering merasa sangat berpuas diri. Terkadang aku berpikir kemalangan akan menimpa mereka yang dihormati, dan aku merasa tidak nyaman dan bertanya kepada diriku, "Semua orang sangat mengagumiku—apakah aku sudah menyimpang?" Namun kemudian, aku berpikir, "Aku seorang pemimpin. Saudara-saudari memang seharusnya datang kepadaku tentang masalah mereka. Serta ada masalah yang mereka miliki yang bisa aku bantu selesaikan. Normal bagi mereka untuk mengandalkanku! Siapa yang tidak suka bersama seseorang yang membantu mereka?" Maka aku mengabaikan teguran dan peringatan Roh Kudus dan tidak memeriksa keadaanku atau jalan yang kulewati. Sebaliknya, aku justru melanjutkan jalan yang keliru. Barulah saat Tuhan menghajar dan mendisiplinkanku, hatiku yang mati rasa mulai sadar.

Saat bangun tidur pada suatu pagi, aku mendapati mata kiriku sangat sakit dan terus mengeluarkan air mata. Lalu, saat melihat ke cermin, aku mendapati seluruh sisi kiri wajahku kaku. Aku tidak bisa menutup mata atau menggerakkan mulut. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Pada pertemuan sore itu, seorang saudari terkejut melihatku, dan mengatakan itu adalah kelumpuhan wajah dan aku harus segera mencari perawatan. Dia berkata jika aku menunda-nunda, wajahku tidak akan pernah kembali normal. Ini adalah pukulan yang sangat keras dan pikiranku menjadi hampa. Bagaimana aku bisa menderita penyakit seperti itu di usia semuda ini? Jika perkataan saudari itu benar dan wajahku akan menjadi cacat, bagaimana aku akan melakukan tugasku? Bagaimana aku menghadapi orang-orang? Aku merasa benar-benar linglung, kemudian hatiku mulai melemah. Semua orang membicarakan penyakitku, tetapi pikiranku benar-benar kacau. Aku tidak punya energi sama sekali.

Perjalanan pulangku hari itu sangat kabur. Aku ingin berdoa kepada Tuhan, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Yang bisa kulakukan adalah terus meminta Tuhan membimbingku untuk menenangkan hatiku dan mencari kehendak-Nya. Tiba-tiba, aku teringat sebuah lagu pujian firman Tuhan: "Ketika penderitaan dari penyakit menimpamu, bagaimana seharusnya engkau mengalaminya? Engkau harus datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa, berusaha memahami kehendak-Nya dan memeriksa pelanggaran macam apa yang telah engkau lakukan atau kerusakan apa yang belum engkau selesaikan. Engkau pasti akan menderita secara fisik. Hanya dengan dibuat marah karena penderitaanlah orang dapat berhenti menjadi tak terkendali dan selalu hidup di hadapan Tuhan. Ketika orang merasa sedih, mereka selalu berdoa, merenungkan apakah mereka telah melakukan kesalahan atau mungkin telah menyinggung Tuhan. Ini bermanfaat bagi mereka. Ketika orang mengalami penderitaan dan ujian yang besar, itu pasti tidak terjadi secara kebetulan" ("Engkau Harus Mencari Kehendak Tuhan Saat Penyakit Menyerang" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"). Firman Tuhan berkata, "Ketika orang mengalami penderitaan dan ujian yang besar, itu pasti tidak terjadi secara kebetulan." Firman Tuhan membuatku sadar bahwa penyakit ini bukanlah kebetulan. Kehendak baik Tuhan pasti ada di belakangnya dan Dia sedang mendisiplinkanku. Aku harus mencari dengan sungguh-sungguh dan merenungkan diriku untuk mencari tahu bagaimana aku telah menyinggung Tuhan. Aku datang ke hadapan Tuhan dalam doa: "Tuhan Yang Mahakuasa! Aku jatuh sakit dan aku tahu dalam hatiku bahwa ini adalah pendisiplinan dari-Mu, bahwa Engkau menggunakan penyakit ini untuk memperingatkanku dan membuatku merenungkan diri. Namun, aku mati rasa sekarang. Aku belum tahu apa masalahku. Tolong beri aku pencerahan agar bisa belajar dari penyakit ini." Setelah berdoa, aku terus memikirkannya, tetapi tidak tahu bagaimana aku menyinggung Tuhan. Jadi, aku datang ke hadapan Tuhan lagi dalam doa yang sungguh-sungguh dan meminta Dia membimbingku. Aku berdoa dan melakukan pencarian selama beberapa hari. Syukur kepada Tuhan karena mendengar doa-doaku. Tidak lama kemudian, Tuhan mengatur situasi sehingga aku bisa melihat masalahku.

Suatu hari, aku pergi ke rumah Saudari Zhao untuk akupunktur. Seluruh keluarganya menanyakan keadaanku, takut aku akan merasa murung. Selama akupunktur, mereka membacakan Prinsip Menangani Penyakit. Saudari Zhao memberitahuku agar tidak khawatir, tetapi untuk berdoa serta lebih mengandalkan Tuhan serta beriman, dan bahwa dengan pengobatan, aku akan membaik dalam waktu singkat. Namun, karena dia sebelumnya berkata tanpa perawatan yang tepat, wajahku bisa cacat selamanya, aku sangat takut. Namun, melihat dia begitu mengkhawatirkanku, aku berpikir, "Jika yang lain tahu perasaanku yang sebenarnya, akankah mereka berpikir tingkat pertumbuhanku kecil? Kapan pun seseorang menghadapi ujian atau jatuh sakit, aku bersekutu dengan mereka tentang kebenaran sehubungan dengan iman, merasa sangat kuat dalam iman. Namun sekarang, setelah tiba-tiba jatuh sakit, aku menunjukkan kurangnya iman serta mengungkapkan kekhawatiran dan ketakutan. Akankah semua orang mengira aku hanya mengkhotbahkan doktrin?" Jadi, aku tersenyum dan berkata kepada Saudari Zhao, "Aku memang merasa sedikit lemah karena sedang sakit, tetapi aku percaya semuanya ada di tangan Tuhan. Penderitaan fisik ini bukanlah apa-apa. Yang paling menyakitkan bagiku adalah tidak bisa menemukan kehendak Tuhan atau mengetahui apa masalahku. Aku sungguh sedih karena mati rasa." Dia menatapku dengan kagum dan berkata, "Engkau harus merenungkan dirimu setelah kini engkau sakit. Periksalah dan coba pahami dirimu, serta menjalani pengobatan. Engkau bisa saja sakit karena selalu bekerja begitu keras. Engkau melakukan tugasmu sejak fajar hingga senja, dan kami semua menghormati itu. Bahkan sekarang, engkau masih ingin melakukan tugasmu. Jangan khawatirkan itu. Aku menegur saudari yang bekerja denganmu karena tidak melakukan bagian pekerjaannya. Aku telah mengingatkannya untuk lebih memerhatikan pekerjaan gereja." Aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia mengatakan ini, jadi aku meluruskannya, mengatakan, "Bukan aku saja yang mengerjakan pekerjaan gereja. Jangan berpikir bahwa aku sempurna." Aku berpikir dalam perjalanan pulang hari itu, "Bagaimana dia bisa mengkritik saudari itu seperti itu karena aku? Apakah di matanya aku lebih bertanggung jawab daripada orang lain? Aku pasti selalu memuji diriku dan meremehkan orang lain." Aku berpikir tentang bagaimana aku menyembunyikan kelemahanku dari Saudari Zhao dan berpura-pura memiliki iman yang kuat, bukankah aku telah menipunya? Aku bertanya-tanya tentang hal ini saat melihat Saudari Zhang berjalan ke arahku. Dia begitu mengkhawatirkanku dan berkata, "Engkau harus menjaga dirimu dengan baik. Apa yang akan kami lakukan jika engkau ditumbangkan oleh kondisi ini?" Mendengarnya berbicara terus terang, aku merasa sangat takut. Saat melanjutkan perjalanan, aku terus memikirkan apa yang dia katakan. Hatiku mulai gugup dan berpikir, "Aku hanya seorang pemimpin gereja yang tidak penting. Gereja akan baik-baik saja tanpaku. Bagaimana dia bisa bertanya apa yang akan mereka lakukan tanpaku? Perkataannya menunjukkan aku telah mengambil tempat di hati mereka. Hati adalah bait Tuhan, jika aku mendapat tempat di sana, bukankah aku menentang Tuhan?" Aku berpikir tentang bagaimana aku selalu menginginkan perkenanan dan kekaguman orang, tetapi saat mendengar saudari itu mengatakan itu, aku merasa tidak nyaman dan takut. Kupikir, "Apakah saudara-saudari lain juga telah tertipu olehku? Jika orang lain merasakan hal yang sama seperti Saudari Zhang, bukankah itu berarti aku membawa orang ke hadapanku? Aku berada di jalan antikristus!" Aku teringat beberapa antikristus yang pernah kulihat diusir sebelumnya dan merasakan bulu kudukku berdiri. Aku merasa seperti telah menemui malapetaka besar.

Saat sampai di rumah, aku mengambil buku firman Tuhanku dan membaca ini: "Orang-orang yang memiliki natur yang congkak dapat tidak menaati Tuhan, menentang-Nya, melakukan tindakan yang mengkritik-Nya dan mengkhianati-Nya, serta melakukan hal-hal yang mengagungkan diri mereka sendiri dan yang merupakan upaya untuk membangun kerajaan mereka sendiri. Jika, misalkan saja, suatu negara menerima dua puluh ribu orang dan engkau diatur untuk pergi ke sana untuk bekerja, dan Aku mengabaikanmu selama sebulan dan memberimu otoritas untuk bertindak sendiri, sebelum sepuluh hari berlalu, engkau pasti sudah membuat dirimu dikenal oleh semua orang; dan dalam sebulan, mereka semua akan berlutut di hadapanmu, menaikkan pujian untukmu dengan kalimat yang mengatakan bahwa engkau berkhotbah dengan penuh wawasan, dan terus-menerus mengklaim bahwa perkataanmu adalah apa yang mereka butuhkan dan bahwa engkau dapat memenuhi kebutuhan mereka—semua tanpa pernah menyebut kata 'Tuhan'. Bagaimana engkau melakukan pekerjaan ini? Melihat orang-orang ini mampu bereaksi seperti itu membuktikan bahwa pekerjaan yang kaulakukan sama sekali tidak melibatkan memberi kesaksian tentang Tuhan; sebaliknya, itu hanya memberi kesaksian tentang dirimu sendiri dan memamerkan dirimu sendiri. Bagaimana engkau bisa mencapai hasil seperti itu? Beberapa orang berkata, 'Yang kupersekutukan adalah kebenaran; aku tentu saja tidak pernah bersaksi tentang diriku sendiri!' Sikapmu itu—cara itu—adalah sikap yang mencoba bersekutu dengan orang-orang dari posisi Tuhan, dan bukan sikap yang berdiri di posisi manusia yang rusak. Segala sesuatu yang kauucapkan adalah perkataan yang bombastis dan menuntut orang lain; itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirimu sendiri. Oleh karena itu, dampak yang ingin kaucapai adalah membuat orang-orang memujamu, iri kepadamu, dan memujimu sampai, pada akhirnya, mereka semua memiliki pengetahuan akan dirimu, bersaksi tentang dirimu, memuliakan dirimu, dan menyanjungmu tinggi. Jika itu terjadi, engkau akan tamat; engkau akan gagal! Bukankah sekarang engkau semua sedang berada di jalan ini? Jika engkau diminta untuk memimpin beberapa ribu atau beberapa puluh ribu orang, engkau pasti merasa gembira. Engkau kemudian pasti memunculkan kecongkakan dan mulai mencoba untuk menempati posisi Tuhan, berbicara dan menggerakkan tanganmu, serta engkau pasti tidak tahu apa yang harus dikenakan, apa yang harus dimakan, atau cara berjalan. Engkau pasti tidak mau bertemu dengan sebagian besar dari orang-orang posisinya berada di bawahmu, dan engkau pasti secara berangsur-angsur merosot, dan dipukul seperti penghulu malaikat. Engkau semua mampu melakukan hal ini, bukan? Jadi, apa yang harus engkau semua lakukan? Jika, suatu hari, pengaturan benar-benar dibuat untukmu pergi keluar dan melakukan pekerjaan, dan engkau semua mampu melakukan hal-hal ini, lalu bagaimana pekerjaan itu bisa diperluas? Bukankah ini merepotkan? Lalu, siapa yang berani membiarkanmu pergi ke sana? Ketika engkau pergi ke sana, engkau pasti tidak kembali; engkau pasti tidak memperhatikan apa pun yang Tuhan katakan, dan engkau pasti hanya terus pamer dan memberi kesaksian tentang dirimu sendiri, seolah-olah engkau sedang membawa keselamatan kepada manusia, melakukan pekerjaan Tuhan, dan membuat orang merasa seolah-olah Tuhan telah menampakkan diri dan bekerja di sini—dan saat orang-orang memujamu, engkau akan sangat gembira, dan engkau bahkan pasti setuju jika mereka memperlakukanmu seperti Tuhan. Begitu engkau mencapai tahap itu, engkau akan tamat; engkau akan disingkirkan. Tanpa kausadari, natur congkak seperti ini akan menjadi kehancuran bagimu. Inilah contoh orang yang berjalan di jalan antikristus. Orang yang sampai pada titik ini telah kehilangan kesadaran; kepekaan mereka tidak lagi berfungsi" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Natur Congkak adalah Sumber Penentangan Manusia Terhadap Tuhan"). "Beberapa orang mungkin menggunakan kedudukan mereka untuk berulang kali bersaksi tentang diri mereka sendiri, meninggikan diri mereka, dan bersaing dengan Tuhan untuk mendapatkan orang dan status. Mereka menggunakan berbagai metode dan cara untuk membuat orang-orang memuja mereka, terus-menerus mencoba memenangkan hati orang dan mengendalikan mereka. Beberapa orang bahkan dengan sengaja menyesatkan orang agar berpikir bahwa mereka adalah Tuhan, sehingga mereka dapat diperlakukan seperti Tuhan. Mereka tidak akan pernah memberitahu seseorang bahwa mereka telah rusak—bahwa mereka juga rusak dan sombong, dan orang-orang tidak perlu memuja mereka, dan sebaik apa pun mereka melakukan sesuatu, semuanya itu karena peninggian dari Tuhan dan toh mereka melakukan apa yang memang harus mereka lakukan. Mengapa mereka tidak mengatakan hal-hal ini? Karena mereka sangat takut kehilangan tempat mereka di hati orang-orang. Itulah sebabnya orang-orang semacam ini tidak pernah meninggikan Tuhan dan tidak pernah menjadi saksi bagi Tuhan" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri I"). "Semua orang yang merosot mengagungkan diri mereka sendiri dan menjadi saksi bagi diri mereka sendiri, mereka berkeliling membual tentang diri mereka sendiri dan membesar-besarkan diri sendiri, dan mereka sama sekali tidak memedulikan Tuhan. Apakah engkau semua punya pengalaman tentang apa yang Aku sedang bicarakan? Banyak orang selalu memberikan kesaksian tentang diri mereka sendiri: 'Aku menderita seperti ini dan itu, aku telah melakukan pekerjaan ini dan itu, Tuhan telah memperlakukanku begini dan begitu; Dia memintaku untuk melakukan ini dan itu; Dia sangat menghargaiku; sekarang aku seperti ini dan itu.' Mereka sengaja berbicara dengan nada tertentu dan dengan sikap badan tertentu. Pada akhirnya, sebagian orang akhirnya mengira bahwa orang-orang ini adalah Tuhan. Begitu mereka sudah sampai sejauh itu, Roh Kudus sudah lama meninggalkan mereka. Sementara itu, walaupun mereka diabaikan dan tidak diusir, nasib mereka sudah ditetapkan, dan yang dapat mereka lakukan hanyalah menunggu datangnya hukuman mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Manusia Mengajukan Terlalu Banyak Tuntutan Terhadap Tuhan"). Firman Tuhan menusuk hatiku seperti pedang. Aku seperti apa yang dikatakan firman Tuhan, selalu meninggikan diri dan pamer dalam tugasku. Sejak menjadi pemimpin, kupikir untuk menjadi seorang pemimpin, aku harus lebih baik dari yang lain dan memiliki tingkat pertumbuhan lebih tinggi untuk mendapatkan perkenanan dan kekaguman semua orang. Saat mempersekutukan pengalamanku, aku berpura-pura dan hampir tidak pernah membicarakan kelemahan dan kerusakanku sendiri, takut orang lain tak akan mengagumiku jika tahu aku sama rusaknya dengan mereka. Bahkan saat jatuh sakit, aku menjadi negatif dan mulai mengeluh, serta merasa sangat ketakutan, tetapi untuk menjaga citra, aku menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya dan hanya berbicara tentang hal-hal positif agar yang lain makin mengidolakanku dan berpikir betapa positifnya aku, dan betapa aku memiliki iman lebih besar dari orang lain. Lagi pula, sebagai seorang pemimpin, aku seharusnya begadang dan lebih menderita. Namun, aku selalu sengaja menyebutkan betapa sibuknya aku kepada saudara-saudari, tentang selarut apa aku tidur dan sekeras apa aku bekerja agar mereka berpikir aku sangat bertanggung jawab dan pekerja keras. Keberhasilan yang kulihat dalam tugasku jelas-jelas karena Roh Kudus, tetapi aku tidak pernah memuliakan Tuhan, hanya menunjukkan berapa banyak aku menderita dan berkorban agar semua orang menganggapku sebagai pilar gereja seolah-olah tidak ada yang bisa dilakukan tanpaku. Aku selalu bersekutu seperti ini, menipu orang lain, yang menyebabkanku didisiplinkan dengan penyakit ini. Namun, yang lain percaya aku sakit karena bekerja sangat keras, dan mereka bahkan menegur saudari yang bekerja denganku karena tidak melakukan bagian pekerjaannya seolah-olah aku menanggung beban terbesar bagi gereja. Aku meninggikan diri dan pamer dengan cara ini, menipu dan mengekang orang lain, serta membawa mereka ke hadapanku. Aku telah secara terbuka memusuhi Tuhan. Memikirkan hal ini, aku merasa takut. Demi membuat orang lain menghormati dan mengidolakanku, aku menggunakan segala cara untuk memamerkan diri dan menipu orang lain, yang membuat mereka mengandalkanku sampai tidak ada tempat bagi Tuhan di hati mereka. Mereka meminta pendapat dan perkenananku dalam segala hal—bukankah aku memerintah seperti ratu di gereja? Gereja seharusnya menjadi tempat menyembah Tuhan. Dengan meninggikan diri dan membawa orang lain ke hadapanku, bukankah aku mencoba menggantikan Tuhan dan mengubah Dia menjadi boneka? Aku telah menentang dan mengkhianati Tuhan seperti seorang antikristus—aku telah melakukan dosa mengerikan dengan menyinggung watak Tuhan! Aku merasa ketakutan saat itu. Aku jatuh sakit karena membuat marah Tuhan dan kini Dia menunjukkan watak benar-Nya. Aku membenci diriku karena begitu mati rasa dan memberontak, serta melihat bagaimana watak benar Tuhan tidak menoleransi pelanggaran. Aku berlutut di hadapan Tuhan untuk berdoa dan bertobat, "Tuhan Yang Mahakuasa! Selama setahun terakhir, aku tidak melayani-Mu, tetapi justru melakukan kejahatan. Aku telah membawa orang-orang ke hadapanku, bersaing dengan-Mu untuk mendapatkan kendali. Aku telah berlaku seperti antikristus, sangat tercela dan memalukan. Ya Tuhan, aku benar-benar melakukan kesalahan." Diliputi penyesalan, aku merasa terlalu malu untuk menghadap Tuhan.

Lalu, aku mulai berpikir, "Bagaimana aku bisa berada di jalan yang salah seperti itu? Apa yang menyebabkan ini terjadi?" Aku membaca firman Tuhan: "Ada orang-orang yang secara khusus mengidolakan Paulus. Mereka suka pergi ke luar dan berkhotbah dan melakukan pekerjaan, mereka suka menghadiri pertemuan-pertemuan dan berkhotbah, dan mereka suka orang-orang mendengarkan mereka, memuja mereka, dan mengerumuni mereka. Mereka suka memiliki status di dalam pikiran orang lain, dan mereka menghargainya bila orang lain menghargai citra yang mereka tunjukkan. Mari kita menganalisis natur mereka dari perilaku-perilaku ini: apa natur mereka? Jika mereka benar-benar bersikap seperti ini, itu sudah cukup untuk menunjukkan bahwa mereka itu congkak dan sombong. Mereka tidak menyembah Tuhan sama sekali; mereka mencari status yang lebih tinggi dan ingin memiliki otoritas atas orang lain, menguasai mereka, dan memiliki status di pikiran mereka. Ini adalah gambaran klasik dari Iblis. Aspek yang menonjol dari natur mereka adalah kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain. Perilaku semacam itu dapat memberimu pandangan yang sangat jelas akan natur mereka" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Cara Mengenal Natur Manusia"). "Sejak umat manusia dirusak oleh Iblis, natur mereka mulai berubah dan mereka berangsur-angsur kehilangan rasionalitas yang dimiliki oleh manusia normal. Mereka sekarang tidak lagi bertindak layaknya manusia dalam posisinya sebagai manusia; sebaliknya, mereka ingin melampaui status sebagai manusia, dan mereka mendambakan sesuatu yang lebih tinggi dan lebih besar. Dan apakah sesuatu yang lebih tinggi ini? Mereka ingin melampaui Tuhan, melampaui surga, dan melampaui segala sesuatu. Apa akar penyebab yang membuat manusia telah menjadi seperti ini? Kesimpulannya, natur manusia terlalu congkak. ... Perwujudan dari kecongkakan adalah memberontak, melawan dan menentang Tuhan. Ketika manusia congkak, merasa diri penting, dan merasa diri benar, mereka cenderung membangun kerajaan mereka sendiri dan melakukan segala sesuatu sesuka mereka. Mereka juga menarik orang lain ke dalam tangan mereka sendiri dan menariknya ke dalam pelukan mereka. Ketika orang mampu melakukan hal-hal semacam ini, esensi dari kecongkakan mereka adalah esensi kecongkakan dari malaikat utama. Ketika kecongkakan dan kepentingan diri mereka sendiri mencapai tingkat tertentu, hal itu memastikan bahwa mereka adalah malaikat utama dan akan menyingkirkan Tuhan. Jika engkau memiliki watak yang congkak semacam ini, maka Tuhan tidak akan memiliki tempat di hatimu" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Natur Congkak adalah Sumber Penentangan Manusia Terhadap Tuhan"). Firman Tuhan memberiku pemahaman yang lebih jelas tentang esensi masalahku dan aku melihat alasan mengapa aku selalu meninggikan diri dan pamer dalam tugasku. Itu karena naturku yang congkak dan sombong. Jalan yang kutempuh telah salah sejak awal. Meninggikan diri dan pamer dalam tugas membuatku seperti Paulus. Paulus selalu meninggikan diri dan bersaksi untuk dirinya sendiri saat melakukan pekerjaannya serta tidak sekali pun dalam suratnya bersaksi bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan yang berinkarnasi. Dia hanya bersaksi tentang betapa dia menderita dan berkorban, bahkan berkata "Sebab bagiku hidup adalah Kristus" (Filipi 1:21) dan "Aku sudah melakukan pertandingan yang baik. Aku sudah menyelesaikan perlombaanku, aku sudah menjaga imanku: Mulai dari sekarang sudah tersedia bagiku mahkota kebenaran" (2 Timotius 4:7-8). Dia membuat orang lain percaya bahwa dia pantas mendapatkan mahkota dan upah. Aku melihat naturku sama seperti Paulus. Aku menikmati dikagumi dan diidolakan, membuat orang-orang berkumpul di sekitarku, dan mendengar orang-orang memujiku ke mana pun aku pergi. Aku harus mendapat tempat di hati orang-orang. Seperti firman Tuhan, aku melihat naturku dipenuhi oleh "kecongkakan dan kesombongan, ketidakrelaan untuk menyembah Tuhan, dan keinginan untuk dipuja orang lain." Aku sangat congkak sehingga tidak masuk akal. Aku tidak bisa mengambil tempatku sebagai makhluk ciptaan dan menyembah Tuhan, aku juga tidak memperlakukan Tuhan sebagai Tuhan, justru menghormati diriku sendiri. Aku memakai kedok dalam tugasku agar dihormati dan diidolakan, yang membuatku menipu saudara-saudariku. Saat masalah muncul, mereka mengandalkanku dan memintaku membuat semua keputusan dalam pekerjaan. Aku membawa orang-orang ke hadapanku dan mendirikan kerajaanku sendiri. Bagaimana mungkin perilaku seperti itu tidak membangkitkan murka Tuhan dan membuat Dia membenciku? Penyakitku adalah kebenaran Tuhan dan aku pantas mendapatkannya karena melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Aku bersyukur kepada Tuhan karena mendisiplinkanku dan menghentikan perbuatan jahatku.

Menyadari hal ini, aku berdoa kepada Tuhan: "Mulai besok, aku akan dengan sengaja menerapkan kebenaran dan meninggalkan dagingku. Aku akan membongkar kerusakanku agar orang lain bisa melihat keburukanku, melihatku apa adanya, dan tidak lagi mengidolakanku." Saat waktu teduh esok paginya, aku membaca beberapa firman Tuhan tentang menjadi jujur dan terbuka, serta tentang cara memuliakan Tuhan dan bersaksi untuk-Nya. Tuhan berfirman: "Ketika menjadi kesaksian bagi Tuhan, engkau terutama harus berbicara lebih banyak tentang bagaimana Tuhan menghakimi dan menghajar orang, ujian apa yang Dia gunakan untuk memurnikan orang dan mengubah watak mereka. Engkau juga harus berbicara tentang berapa banyak kerusakan yang telah tersingkap dalam pengalamanmu, berapa banyak yang telah kautanggung, dan bagaimana engkau pada akhirnya ditaklukkan oleh Tuhan; berbicaralah tentang berapa banyak pengetahuan nyata tentang pekerjaan Tuhan yang kaumiliki, dan bagaimana engkau harus menjadi kesaksian bagi Tuhan dan membalas kasih-Nya. Engkau semua harus mengucapkan perkataan semacam ini secara lebih praktis, sambil menyampaikannya dengan cara yang sederhana. Jangan berbicara tentang teori-teori kosong. Berbicaralah dengan lebih rendah hati; berbicaralah dari hati. Inilah yang harus engkau alami. Jangan memperlengkapi dirimu dengan teori-teori kosong yang tampaknya mendalam dalam upaya memamerkan diri; melakukannya membuatmu tampak sangat congkak dan tidak bernalar. Berbicaralah lebih banyak tentang hal-hal yang nyata dari pengalaman nyatamu yang murni dan berasal dari hatimu; inilah yang paling bermanfaat bagi orang lain dan yang paling tepat untuk mereka pahami. Dahulu, engkau semua adalah orang-orang yang paling menentang Tuhan dan paling enggan untuk tunduk kepada-Nya, tetapi sekarang engkau telah ditaklukkan oleh firman-Nya—jangan pernah melupakan hal itu. Engkau harus merenungkan dan memikirkan tentang perkara-perkara ini lebih lanjut. Setelah orang memahami perkara-perkara ini dengan jelas, mereka akan tahu bagaimana menjadi kesaksian; jika tidak, mereka akan cenderung melakukan tindakan yang memalukan dan tidak bernalar" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mengejar Kebenaran Orang Dapat Mencapai Perubahan dalam Wataknya"). "'Berbagi dan membicarakan pengalaman' berarti membicarakan setiap pemikiran di dalam hatimu, keadaanmu, pengalaman dan pengetahuanmu tentang firman Tuhan, serta watak rusak di dalam dirimu. Dan setelah itu, orang lain melihat hal-hal ini, dan menerima hal yang positif dan mengenali apa yang negatif. Hanya inilah arti berbagi, dan hanya inilah arti berbicara" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur"). Aku paham dari firman Tuhan bahwa untuk benar-benar memuliakan dan bersaksi bagi Tuhan, kita harus lebih banyak membicarakan kerusakan dan pemberontakan kita, membeberkan keadaan dan pikiran kita yang sebenarnya, membicarakan motif dasar kita, apa yang telah kita lakukan dan apa hasilnya, serta tentang bagaimana kita mengalami penghakiman firman Tuhan, dan mengenal diri kita sendiri. Kita juga harus menyingkap dan membedah esensi rusak kita agar semua orang bisa melihat kita apa adanya dan membicarakan bagaimana Tuhan telah menghajar dan mendisiplinkan kita, serta mengatur situasi untuk membimbing kita agar semua orang bisa melihat kasih-Nya untuk manusia. Kita juga harus bicara dari hati dan tidak bersumbar atau pamer. Sekarang, setelah memiliki jalan penerapan, aku membuka diri kepada yang lain dalam persekutuan tentang bagaimana aku telah melangkah di jalan antikristus belakangan ini. Aku membedah konsekuensi menakutkan dari melangkah di jalan ini dan menipu orang-orang, serta makin aku bersekutu tentang ini, makin jelas aku melihat diriku. Setelahnya, yang lain berkata mereka tidak menyadari semua ini dan telah dikelabui ucapan pintar dan perbuatan baikku. Satu saudari berkata, "Aku dahulu berpikir engkau andal dalam menerapkan kebenaran, seolah-olah engkau selalu bisa tetap positif dengan membaca firman Tuhan. Kini aku melihat bahwa engkau pun sangat rusak, engkau bisa negatif dan lemah juga, serta bahwa umat manusia yang rusak itu semuanya sama saja. Kita tidak bisa mengidolakan siapa pun atau menganggap siapa pun sempurna." Seorang saudari lain berkata, "Aku dahulu berpikir engkau sangat kuat dan tak pernah ingin terbuka di dekatmu. Aku dahulu berpikir aku sangat rusak jika dibandingkan denganmu! Setelah engkau membuka diri kepada kami hari ini, aku melihat bahwa kita semua sama." Mendengar para saudari mengatakan ini membuatku sangat malu dan menyesal. Aku memberi tahu mereka: "Jangan kagumi aku lagi. Aku telah melangkah di jalan antikristus dan menyesatkan kalian semua." Kemudian para partner dan rekan kerjaku menggunakan firman Tuhan untuk membantuku mengenal diriku, dan tiba-tiba aku merasa jauh lebih dekat dengan mereka semua. Aku merasa lebih nyaman saat sampai di rumah hari itu. Malam itu, aku hampir lupa tentang penyakitku dan tidur seperti bayi. Aku sangat senang saat bangun keesokan harinya dan mendapati wajahku telah kembali normal. Wajahku telah membaik dalam waktu semalam saja!

Dalam pertemuan setelah itu, aku membaca ini dalam firman Tuhan: "Biasanya, jika mengenai mereka yang niat dan tujuannya tidak benar, juga mereka yang suka dilihat oleh orang lain, yang berhasrat melakukan banyak hal, yang cenderung menimbulkan gangguan, yang pandai meneriakkan doktrin agama, yang merupakan antek Iblis, dll.—ketika orang-orang ini tampil, mereka menjadi kesulitan bagi gereja, dan ini menyebabkan saudara-saudari tidak mendapatkan apa-apa ketika makan dan minum firman Tuhan. Jika engkau menjumpai orang-orang semacam ini bersandiwara, larang mereka dengan segera. Jika mereka tidak berubah meskipun sudah berulang kali diperingatkan, mereka akan menderita kerugian. Jika mereka yang dengan keras kepala mempertahankan cara-cara mereka dalam upaya membela diri dan menutupi dosa-dosa mereka, gereja harus segera menghentikan mereka dan tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk bermanuver. Jangan kehilangan banyak dengan mencoba berhemat sedikit; tetaplah tujukan pandanganmu pada gambaran besarnya" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 17"). Firman Tuhan menyingkap sifatku yang paling jelas sepanjang tahun lalu. Sejak menjadi pemimpin, aku selalu menikmati memimpin dalam segala hal yang kulakukan. Aku pamer seperti diriku lebih baik dari semua orang. Saat mendiskusikan pekerjaan dengan partner kerjaku, meskipun mereka memiliki ide sendiri, aku harus selalu memimpin dan melontarkan pendapat "superior"-ku. Aku tampak proaktif dan positif, tetapi pada kenyataannya aku hanya ingin pamer dalam semua yang kulakukan dan membuat orang-orang mengagumiku. Memikirkan ini, aku menyadari bahwa natur congkakku telah menyebabkan aku berperilaku sangat memalukan. Orang lain menghormati pendapatku dan mendiskusikan berbagai hal denganku. Mereka hidup dalam kenyataan kebenaran—mereka tidak seperti diktator atau congkak. Namun, aku menganggap ini berarti aku lebih baik dari mereka, serta selalu ingin meremehkan dan menunjukkan betapa aku jauh lebih baik. Itu semua sangat menggelikan. Aku merasa seperti kaisar dalam Pakaian Baru Kaisar, tak memiliki kesadaran diri. Aku tidak tahu betapa memalukannya aku berperilaku, hanya pamer di setiap kesempatan yang kudapat. Berpikir tentang perilaku, aku merasa jengah dan malu. Kupikir aku hebat karena aku tidak pernah benar-benar mengenal diriku sendiri. Aku merasa takut memikirkan jalan yang kulalui, terutama saat membaca firman Tuhan bahwa saat kita menemukan orang dengan motif keliru yang senang pamer, kita harus "larang mereka dengan segera," dan jika mereka tidak merenungkan diri, justru membuat alasan, "gereja harus segera menghentikan mereka." Ini menunjukkan kebenaran dan kemegahan Tuhan. Aku telah pamer di setiap kesempatan yang kupunya dan akhirnya menipu saudara-saudariku serta membuat mereka makin mengidolakanku. Hal ini membuat mereka tidak punya tempat untuk Tuhan dalam hati mereka. Aku diam-diam mengubah orang yang bekerja denganku menjadi boneka dan mereka tidak lagi bertindak secara bertanggung jawab. Merajalela di gereja, aku hanya menyebabkan kerusakan tanpa menyadarinya sama sekali, seraya menganggap diriku sebagai bintang yang naik daun. Jika Tuhan tidak menghakimiku dengan begitu tegas, aku tak akan pernah tahu apa-apa tentang diriku atau jalan salah yang kulalui, atau bahwa aku berada di jalan tanpa bisa kembali. Memahami ini, sudut pandanganku mengenai segala sesuatu mulai berubah. Aku dahulu berpikir jika aku orang yang cakap yang dikagumi oleh orang lain, sedikit pamer bukanlah masalah besar, bahkan itu mulia. Kini aku sadar bahwa pamer dengan cara yang begitu tercela untuk membuat orang menghormatiku adalah hal yang memalukan. Aku merasakan betapa tak bermartabatnya tidak memahami diri sendiri, tidak mencari perubahan watak, serta mengikuti watak congkakku dan pamer di setiap kesempatan. Orang yang memiliki kemanusiaan mampu membuang kecongkakan mereka, menghormati Tuhan, berperilaku baik, melakukan tugas secara nyata, dan bersaksi bagi Tuhan baik dalam perkataan maupun perbuatan. Orang-orang seperti ini menjalani kehidupan yang bijaksana dan bermartabat.

Setelah itu, aku merasa jijik dan tercekat setiap kali pamer tanpa sadar. Aku kemudian secara sadar mengingatkan diriku sendiri bahwa aku harus jujur dan tidak bersumbar, tidak peduli aku sedang bersama siapa. Aku terutama harus lebih nyata dalam persekutuanku dan tidak pamer. Sebelum mempersekutukan pengalamanku, aku berdoa dengan penuh perhatian kepada Tuhan, meminta-Nya untuk menjaga hatiku dan mengoreksi motifku agar aku lebih banyak bersaksi bagi-Nya. Setelah persekutuan, aku bertanya kepada diriku apakah aku telah pamer dalam perkataanku. Terkadang aku mendapati bahwa aku telah sedikit pamer dalam perkataanku, jadi saat selanjutnya aku bertemu dengan kelompok yang sama, aku akan menelanjangi diri, dan menganalisis perilakuku sebelumnya agar mereka memahami kata-kataku dan tidak mengidolakanku secara membuta. Setelah bersekutu seperti ini, saudara-saudari bisa melihat tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya dan tidak lagi mengagumiku.

Memikirkan kembali semua yang terjadi, Tuhan memberiku kesempatan untuk melakukan tugasku, tetapi aku melangkah di jalan antikristus untuk melakukan kepentinganku sendiri dan menjadi musuh-Nya. Aku sangat berutang budi kepada Tuhan. Jika Dia tidak mendisiplinkanku dengan penyakit itu, tanpa penghakiman firman-Nya, aku masih belum mengenal diriku sama sekali. Aku selalu menyanyikan lagu pujian "Ketahuilah bahwa Hajaran dan Penghakiman Tuhan adalah Kasih," tetapi aku tidak pernah memiliki pengalaman atau pemahaman nyata tentang itu. Sekarang, aku benar-benar merasakan bahwa penghakiman, hajaran, didikan, dan disiplin Tuhan adalah kasih dan penyelamatan terbesar-Nya! Aku sangat tersentuh saat merenungkan kasih Tuhan dan menyesal karena tidak mengejar kebenaran. Aku berkata kepada diriku bahwa aku harus berusaha menjadi orang yang jujur. Dalam pertemuan, aku berfokus pada bagaimana bersekutu tentang firman Tuhan dengan cara yang akan memberi kesaksian bagi Tuhan. Saat bersama rekan-rekan kerjaku, aku berusaha lebih keras untuk menghormati dan menguatkan pendapat mereka yang sesuai dengan kebenaran, dan aku berhenti membungkam mereka serta pamer seperti yang kulakukan sebelumnya. Aku dan rekan-rekan kerjaku setara, tanpa ada yang memimpin lagi. Saat masalah muncul, semua orang mengejar prinsip dan menerapkannya. Aku sangat bersyukur atas penghakiman dan hajaran Tuhan yang membuatku memahami watak benar-Nya dan mulai menghormati-Nya. Aku berusaha mengambil tempatku sebagai makhluk ciptaan seraya melayani Dia dan melakukan tugasku dengan baik. Aku bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa karena telah menyelamatkanku.

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Pilihan di Tengah Kemelut

Oleh Saudara Li Xinmo, TiongkokDi suatu musim dingin beberapa tahun lalu, seorang pemimpin tinggi menyampaikan bahwa pemimpin dan pekerja...