Mulai Melangkah di Jalan Kepercayaan kepada Tuhan

21 September 2019

Oleh Rongguang, Provinsi Heilongjiang

Pada 1991, berkat rahmat Tuhan, aku mulai mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa karena sakit. Pada waktu itu, aku tidak tahu sedikit pun tentang percaya kepada Tuhan, tetapi hal yang menakjubkan adalah, ketika membaca firman yang diungkapkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa, aku menikmatinya. Aku merasa firman-Nya begitu bagus, dan ketika aku bernyanyi atau berdoa aku seringkali tergerak oleh Roh Kudus sampai mencucurkan air mata. Rasa manis di hatiku itu, kenikmatan bahwa seakan-akan suatu peristiwa gembira telah turun atasku. Khususnya ketika aku berada dalam pertemuan-pertemuan dengan saudara-saudari, Roh Kudus akan melakukan pekerjaan yang sedemikian agung, dan dengan menyanyikan lagu-lagu pujian, membaca firman Tuhan, dan bersekutu tentang kebenaran, aku merasa begitu riang dan damai di hatiku. Aku merasa seakan-akan aku telah melampaui daging dan aku hidup di langit ketiga, bahwa segala sesuatu yang berasal dari dunia telah dimusnahkan. Aku sangat bersukacita dan berbahagia. Karenanya, pada waktu itu aku memercayai bahwa percaya kepada Tuhan adalah semata-mata menikmati rahmat dan berkat-Nya.

Seiring semakin banyaknya firman Tuhan yang disampaikan (pada waktu itu, firman tersebut terus-menerus dikirimkan ke gereja, bacaan demi bacaan), aku juga tahu semakin banyak. Ketika aku melihat "anak-anak sulung" disebut di dalam firman-Nya dan aku belajar bahwa Tuhan mengaruniakan berkat yang besar atas anak-anak sulung-Nya, aku berusaha untuk menjadi salah seorang di antaranya, berharap bahwa di masa yang akan datang aku dapat memerintah bersama Tuhan. Kemudian, aku membaca firman-Nya berikut ini: "Hari-hari akan berakhir; segala sesuatu di dunia akan tak lagi berarti, dan segala sesuatu akan dilahirkan kembali menjadi baru. Ingatlah ini! Jangan lupa! Tidak bisa ada ambiguitas! Langit dan bumi akan berakhir, tetapi firman-Ku tidak akan berakhir!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 15"). Aku merasakan keadaan yang lebih mendesak, dan berpikir: Aku mulai percaya kepada Tuhan begitu terlambat; apakah aku tidak akan bisa memperoleh berkat ini? Aku perlu berusaha lebih keras untuk itu. Maka, ketika gereja menetapkanku untuk melakukan suatu tugas, aku sangat proaktif. Aku tidak takut pada kesulitan. Aku memutuskan untuk meninggalkan segala sesuatunya demi mengikuti Tuhan sehingga aku dapat memperoleh berkat dengan menjadi seorang anak sulung. Sejatinya, Tuhan tidak pernah mengatakan dengan pasti di dalam firman-Nya bahwa kita dapat menjadi anak-anak sulung. Hanya karena kita ambisius dan memiliki hasrat yang berlebihan, kita percaya bahwa karena Tuhan telah memanggil kita sebagai anak-anak-Nya dan bahwa Dia kini meninggikan kita, kita tentunya akan menjadi anak sulung. Beginilah aku percaya bahwa aku sudah, secara alamiah, menjadi seorang anak sulung. Kemudian, aku membaca firman Tuhan yang baru disampaikan dan seringkali menyebut tentang "pelaku pelayanan", dan semakin banyak disebut tentang penghakiman atas pelaku pelayanan. Aku tidak memasukkannya dalam hati, tetapi sekadar berpikir dengan gembira: Untungnya aku mengikuti Tuhan Yang Mahakuasa, jika tidak aku akan menjadi seorang pelaku pelayanan. Beginilah bagaimana, ketika aku membaca mengenai berkat dan janji Tuhan untuk anak-anak sulung, aku percaya bahwa sebagian dari itu akan menjadi milikku. Ketika aku membaca firman-Nya mengenai penghiburan dan nasihat untuk anak sulung-Nya, aku juga merasa bahwa firman tersebut ditujukan kepadaku. Aku merasa jauh lebih senang khususnya ketika aku membaca firman berikut: "Bencana besar pasti tidak akan menimpa anak-anak-Ku, orang-orang yang Kukasihi; Aku akan menjaga anak-anak-Ku setiap saat dan setiap detik. Engkau semua pasti tidak akan harus menanggung kesakitan dan penderitaan seperti itu. Sebaliknya, intinya adalah untuk menyempurnakan anak-anak-Ku, dan melaksanakan firman-Ku dalam diri mereka. Sebagai hasilnya, engkau semua dapat mengenali kemahakuasaan-Ku, semakin bertumbuh dalam hidup, memikul beban bagi-Ku lebih awal, dan mengabdikan seluruh dirimu untuk penyelesaian rencana pengelolaan-Ku. Engkau semua harus bersukacita dengan gembira dan bahagia karena ini. Aku akan menyerahkan semuanya kepadamu, memungkinkanmu untuk memegang kendali; Aku akan menempatkan semua itu di tanganmu. Jika benar bahwa seorang anak mewarisi seluruh harta ayahnya, bukankah lebih benar lagi hal ini berlaku bagimu, anak-anak sulung-Ku? Engkau semua benar-benar diberkati. Alih-alih menderita bencana besar, engkau akan menikmati berkat yang kekal. Betapa mulianya! Betapa mulianya!" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 68"). Aku berpikir: Apakah aku sedang bermimpi? Manna dari langit yang begitu menakjubkan telah jatuh atasku? Aku tidak berani sepenuhnya memercayai hal ini, tetapi aku takut saudara-saudariku akan mengatakan bahwa imanku terlalu kecil, sehingga aku tidak berani untuk tidak memercayainya.

Suatu hari, aku dengan penuh semangat datang untuk berpartisipasi dalam sebuah pertemuan, dan aku melihat bahwa dua pemimpin telah datang ke gereja. Ketika aku hadir dalam persekutuan dengan mereka, mereka mengatakan bahwa mereka adalah pelaku pelayanan. Setelah mendengar hal ini, aku terkejut, dan bertanya kepada mereka: "Jika kalian adalah pelaku pelayanan, tidakkah kita semua adalah pelaku pelayanan?" Mereka mengatakan kebenaran: "Hampir semua dari kita di Tiongkok adalah pelaku pelayanan." Mendengar mereka mengatakan ini, hatiku hancur: "Tidak mungkin! Inikah kebenarannya?" Namun, ketika aku melihat ekspresi mereka yang berat dan penuh rasa sakit dan bahwa wajah-wajah yang lain juga sangat muram, aku tidak bisa tidak memercayainya. Aku berpikir: Sebagai pemimpin, mereka telah meninggalkan keluarga dan karier mereka, telah menanggung begitu banyak penderitaan dan membayar harga yang sedemikian mahal demi pekerjaan Tuhan. Aku sangat hijau dibandingkan dengan mereka; jika mereka adalah pelaku pelayanan, apa lagi yang dapat kukatakan? Aku pun hanya akan menjadi seorang pelaku pelayanan.

Setelah pulang, sekali lagi aku mengambil buku firman Tuhan dan membaca apa yang Tuhan telah sampaikan mengenai pelaku pelayanan, dan aku melihat ini: "Engkau semua yang melakukan pelayanan bagi-Ku, dengarkanlah! Engkau dapat menerima sedikit anugerah-Ku ketika melakukan pelayanan bagi-Ku. Artinya, engkau semua akan tahu untuk sementara waktu mengenai pekerjaan-Ku di kemudian hari dan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang—tetapi engkau pasti tidak akan menikmatinya. Inilah anugerah-Ku. Ketika pelayananmu selesai, segeralah pergi dan jangan tetap tinggal. Engkau semua yang adalah anak-anak sulung-Ku tidak boleh menjadi congkak, tetapi engkau boleh berbangga, sebab Aku telah mengaruniakan berkat-berkat yang tidak berkesudahan atasmu. Engkau semua yang adalah sasaran untuk dimusnahkan tidak boleh menyusahkan dirimu sendiri atau merasa sedih mengenai nasibmu. Siapa yang menjadikanmu keturunan Iblis? Setelah engkau menyelesaikan pelayananmu bagi-Ku, engkau boleh kembali ke jurang maut karena engkau tidak akan berguna lagi bagi-Ku dan Aku akan mulai menangani engkau semua dengan hajaran-Ku. Sekali Aku memulai pekerjaan-Ku, Aku akan melanjutkannya sampai akhir; perbuatan-Ku akan terlaksana, dan pencapaian-Ku akan bertahan selamanya. Semua ini berlaku bagi anak-anak sulung-Ku, anak-anak-Ku, dan umat-Ku, dan ini pun berlaku bagi engkau semua: hajaran-Ku terhadapmu akan abadi" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 86"). Segera setelah aku membaca firman ini, aku diserang rasa sakit yang belum pernah kurasakan. Aku langsung menutup buku firman Tuhan itu dan tidak berani melihatnya lagi. Suatu saat, rasa sedih, bingung, dan kecewa bercampur-aduk di hatiku. Aku berpikir: Kemarin, aku berada dalam buaian kebahagiaan, tetapi hari ini aku diusir keluar dari rumah Tuhan. Kemarin, aku adalah anak Tuhan, tetapi hari ini aku telah menjadi musuh Tuhan, keturunan Iblis. Kemarin, rahmat Tuhan yang tanpa batas menantiku, tetapi hari ini lubang tanpa dasar menjadi tempat tujuanku, dan aku akan dihukum dalam keabadian. Jika Dia tidak mengaruniakan berkat, tidak masalah, tetapi mengapa Dia tetap harus menghajarku? Apakah gerangan salahku? Untuk apa gerangan semuanya ini? Semakin aku berpikir, semakin aku merasa aku tidak dapat menghadapi kenyataan ini. Aku menutup mataku dan tidak mau berpikir tentangnya lagi. Aku sangat berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi.

Sejak saat itu, segera setelah aku menganggap diriku sebagai pelaku pelayanan, aku merasakan rasa sakit yang tak terperi dalam hatiku, dan aku tidak berani membaca firman Tuhan lagi. Namun, Tuhan sangat berhikmat, dan firman-Nya yang menghajar dan menyingkap orang tidak hanya dibubuhi dengan misteri, tetapi ada pula nubuat-nubuat tentang malapetaka di masa yang akan datang juga pandangan kerajaan dan hal-hal serupa. Semuanya ini adalah hal yang ingin kuketahui, sehingga aku masih tidak dapat meninggalkan firman-Nya. Ketika membaca firman pewahyuan Tuhan, kata-kata-Nya yang setajam silet berulang kali menusuk hatiku, dan aku tak punya pilihan kecuali menerima penghakiman dan hajaran-Nya. Aku merasa bahwa penghakiman-Nya yang megah dan penuh kemurkaan selalu besertaku. Selain rasa sakit, aku tahu kebenaran yang sesungguhnya dari keadaanku yang telah dirusak oleh Iblis. Ternyata, aku adalah anak naga merah yang sangat besar, keturunan Iblis, dan sasaran penghancuran. Dalam keputusasaan, aku tidak lagi berani untuk secara tamak berharap akan berkat apa pun, dan aku bersedia untuk menerima takdir Tuhan bahwa aku adalah seorang pelaku pelayanan. Namun demikian, Tuhan menguji lubuk terdalam hati manusia, dan Dia mengetahui bahwa aku tidak benar-benar melepaskan motif untuk memperoleh berkat. Ketika aku merasa bahwa aku bersedia menjadi seorang pelaku pelayanan, Tuhan sekali lagi mengatur suatu keadaan yang menunjukkan watak yang rusak yang sudah disembunyikan di dalam diriku. Suatu hari, ketika membaca firman Tuhan, aku melihat: "Setelah Aku kembali ke Sion, mereka yang berada di bumi akan terus memuji-Ku seperti di masa lalu. Para pelaku pelayanan yang setia itu akan menanti seperti biasa untuk memberikan pelayanan kepada-Ku, tetapi fungsi mereka akan berakhir. Hal terbaik yang dapat mereka lakukan adalah merenungkan keadaan hadirat-Ku di bumi. Pada saat itu, Aku akan mulai mendatangkan bencana ke atas orang-orang yang akan menderita malapetaka; tetapi, semua orang percaya bahwa Aku adalah Tuhan yang benar. Aku pasti tidak akan menghukum para pelaku pelayanan yang setia itu, tetapi hanya membiarkan mereka menerima kasih karunia-Ku" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 120"). Melihat ini, aku berpikir: Aku tidak akan lagi berpikir tentang status anak sulung dan aku tidak akan lagi menginginkan berkat yang besar. Kini aku hanya akan berupaya menjadi pelaku pelayanan yang setia. Kini hanya inilah upaya tunggalku. Di masa yang akan datang, tidak peduli apa pun yang gereja tetapkan bagiku untuk kulakukan, aku akan melakukannya dengan setulus mungkin. Aku sama sekali tidak boleh kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang pelaku pelayanan. Jika aku bahkan tidak sanggup untuk menjadi seorang pelaku pelayanan yang setia tetapi seorang pelaku pelayanan yang biasa-biasa saja, setelah aku menyelesaikan pelayananku aku harus kembali ke lubang tanpa dasar atau ke danau api dan belerang. Jika demikian, untuk apa semuanya ini? Aku tidak berani mengungkapkan pemikiran ini kepada siapa pun, tetapi aku tidak bisa meloloskan diri dari pandangan Tuhan. Aku membaca firman Tuhan yang menyatakan: "Tidak seorang pun dapat memahami natur manusia kecuali Aku; orang semua berpikir bahwa mereka setia kepada-Ku, tidak mengetahui bahwa kesetiaan mereka tidak murni. Ketidakmurnian ini akan menghancurkan orang karena ketidakmurnian ini adalah siasat si naga merah yang sangat besar. Hal itu sudah lama Kusingkapkan; Aku adalah Tuhan yang mahakuasa, jadi, masakan Aku tidak memahami sesuatu yang begitu sederhana? Aku mampu menembus darahmu dan dagingmu untuk melihat niat-niatmu. Tidak sulit bagi-Ku untuk memahami natur manusia, tetapi orang-orang menganggap diri mereka pandai, mengira bahwa tidak seorang pun kecuali diri mereka sendiri yang tahu niat mereka. Tidakkah mereka tahu bahwa Tuhan yang mahakuasa ada di surga dan bumi dan segala sesuatu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 118"). "Kebanyakan orang sekarang menyimpan sedikit harapan, tetapi ketika harapan itu berubah menjadi kekecewaan, mereka tidak mau melangkah lebih jauh dan meminta untuk berbalik arah. Aku telah mengatakan sebelumnya bahwa Aku tidak menyuruh siapa pun tetap tinggal di sini bila itu bertentangan dengan kehendak mereka, tetapi pikirkan dengan saksama apa konsekuensinya bagimu. Ini bukan Aku sedang mengancammu; ini mengenai fakta" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 118"). Setelah membaca ini, hatiku berdebar-debar. Aku merasa bahwa Tuhan benar-benar menguji lubuk hati manusia yang terdalam dan memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang manusia. Apa pun pikiran yang kumiliki di dalam diriku, Tuhan mengetahui; aku diam-diam punya harapan kecil dalam hatiku dan Tuhan membencinya dan merasa jijik karenanya. Baru pada waktu itulah aku punya sedikit rasa hormat kepada Tuhan. Aku bertekad bahwa aku tidak akan lagi mengadakan transaksi dengan Tuhan, tetapi aku akan secara jujur bertindak sebagai seorang pelaku pelayanan serta menaati rancangan-rancangan-Nya.

Baru setelahnya, aku mengetahui bahwa pengalamanku selama tiga bulan terakhir ini adalah ujian pelaku pelayanan. Ini merupakan pekerjaan pertama yang Tuhan selesaikan dalam diri orang yang diuji dengan firman-Nya. Setelah menjalani ujian pelaku pelayanan, aku mengerti bahwa Tuhan tidak hanya murah hati dan pengasih, tetapi Dia juga adalah Tuhan yang benar dan megah yang tidak membiarkan pelanggaran umat manusia. Firman-Nya mengandung otoritas dan kuasa, sehingga manusia tak punya pilihan kecuali mengembangkan hati yang dipenuhi rasa hormat dan takut. Aku juga jadi mengetahui bahwa umat manusia adalah ciptaan Tuhan, bahwa kita semestinya percaya kepada Tuhan serta menyembahnya-Nya. Inilah hal yang benar dan pantas. Tidak perlu ada alasan, atau syarat, dan tidak boleh ada ambisi serta hasrat yang terlalu besar. Jika orang percaya kepada Tuhan dengan tujuan memperoleh sesuatu dari-Nya, maka jenis kepercayaan semacam ini mengeksploitasi dan menipu-Nya. Kepercayaan ini adalah sebuah ekspresi dari kurangnya nurani dan nalar dan bahkan lebih berbahaya. Bahkan bila orang percaya kepada Tuhan tetapi tidak memperoleh apa pun dan kemudian mendapat hukuman-Nya, mereka harus percaya kepada-Nya. Umat manusia harus percaya kepada Tuhan dan menaati-Nya karena Dia adalah Tuhan. Aku juga menyadari bahwa diriku sendiri adalah seorang anak dari naga merah yang sangat besar, keturunan Iblis, dan salah satu dari mereka yang akan binasa. Tuhan adalah Tuhan segala ciptaan, dan bagaimana pun Dia memperlakukanku, itu sudah selayaknya. Semuanya itu benar, dan aku harus menaati rancangan dan pengaturan-Nya tanpa syarat. Aku tidak boleh berdebat dengan-Nya, dan terlebih lagi aku tidak semestinya menentang-Nya. Mengingat kembali keburukanku sendiri yang tersingkap di dalam ujian ini, aku merasa benar-benar malu. Aku hanya ingin memperoleh status yang tinggi, berkat yang besar, atau bahkan duduk berdampingan dengan Tuhan dan memerintah bersama-Nya. Ketika aku melihat bahwa aku tidak akan memperoleh berkat yang kuharapkan tetapi malah akan menanggung malapetaka, aku berpikir untuk mengkhianati Tuhan dan meninggalkan-Nya. Penyingkapan yang benar-benar transparan ini membuatku dengan jelas melihat bahwa tujuanku memercayai Tuhan adalah agar diberkati. Aku mencoba mengadakan transaksi dengan Tuhan. Aku benar-benar tak punya malu, dan aku telah sepenuhnya kehilangan nalar yang semestinya dimiliki seseorang. Aku adalah benar-benar seorang keturunan Iblis. Jika bukan karena hikmat yang sedemikian di dalam pekerjaan Tuhan—memakai ujian pelaku pelayanan untuk menaklukkan diriku, untuk mematahkan ambisiku guna meraih berkat—aku mungkin masih bergerak cepat di jalan yang keliru untuk mencari berkat. Aku mungkin belum akan memahami esensiku sendiri yang rusak, dan khususnya aku tidak akan dengan taat menerima penghakiman dan hajaran dari firman Tuhan. Akhirnya, aku tentu akan sangat lelah karena ambisi dan hasratku sendiri, dan kesempatan untuk diselamatkan akan hilang selamanya bagiku.

Setelah menjalani ujian pelaku pelayanan, aku tidak lagi berani untuk percaya kepada Tuhan dan melakukan tugasku demi memperoleh berkat, dan aku tidak lagi berani untuk melakukan berbagai hal dengan maksud untuk bertransaksi dengan Tuhan. Aku merasa bahwa mengeksploitasi dan menipu Tuhan dengan cara ini terlalu tercela dan keji. Pada waktu yang sama, aku memperoleh pemahaman bahwa Tuhan yang memakai ujian ini untuk menyelamatkan umat manusia punya maksud yang baik, dan aku tahu bahwa tidak ada bagian dari-Nya yang membenci manusia, dan kasih-Nya kepada umat manusia belum berubah sejak Dia menciptakan dunia. Dalam hatiku, aku bersedia mengikuti jalan untuk mengasihi Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan dan membalas kasih Tuhan dalam imanku kepada-Nya dan pelaksanaan tugasku di masa yang akan datang. Namun demikian, karena maksud untuk meraih berkat dan mengadakan transaksi dengan Tuhan telah begitu mengakar kuat di hatiku, tidaklah mungkin untuk sepenuhnya memulihkannya dengan mengalami hanya satu kali ujian. Setelahnya, Tuhan menjalankan beberapa kali ujian secara berturut-turut—ujian pada waktu-waktu hajaran, ujian kematian, dan ujian selama tujuh tahun. Dari ujian-ujian ini, ujian yang paling membuatku paling banyak menderita dan memperoleh adalah ujian tujuh tahun di tahun 1999.

Pada tahun 1999, aku dipilih sebagai pemimpin gereja. Kebetulan ini adalah tahun ketika injil kerajaan dikabarkan secara besar-besaran, dan pengaturan kerja menetapkan bahwa kami mencoba untuk menyelamatkan semua orang yang punya kemungkinan untuk diselamatkan. Ketika aku melihat pengaturan ini, aku berpikir bahwa pekerjaan Tuhan akan diselesaikan pada tahun 2000. Maka, dalam upaya untuk mendapatkan tujuan akhir yang bagus bagi diriku sendiri ketika waktunya tiba, aku menyibukkan diri dengan pekerjaan injil dari pagi dini hari sampai larut malam. Sementara untuk kehidupan gereja, aku sekadar melibatkan diri secara singkat dan bekerja acuh tak acuh. Walaupun aku menyadari bahwa maksudku salah, aku tidak kuasa untuk mengontrol hasratku guna meraih berkat, sampai pada taraf bahwa aku merasa bahwa melakukan apa pun di luar pekerjaan injil justru menghambatku, termasuk membaca firman Tuhan. Dengan cara inilah aku mulai bekerja dengan semangat.

Sebelum aku menyadarinya, tahun itu telah berakhir. Aku membayangkan bahwa ketika pekerjaan Tuhan selesai, bencana besar pasti terjadi, dan karenanya aku menunggu setiap hari terjadinya bencana itu, menunggu akhir dari pekerjaan Tuhan. Tepat menjelang Festival Musim Semi, ada persekutuan dari pemimpin gereja yang mengatakan perlunya menjalani ujian tujuh tahun. Setelah mendengar pesan ini, aku merasa terguncang dan hatiku bergolak. Aku tidak punya pilihan kecuali mulai berdebat dengan Tuhan: Ujian tujuh tahun? Bagaimana bisa tujuh tahun lagi ditimpakan atasku—bagaimana aku dapat hidup melalui ini? Ya, Tuhan, aku mohon kepada-Mu untuk membunuhku. Aku benar-benar tidak sanggup untuk menanggung penderitaan ini lagi! Keesokan harinya, aku masih belum dapat membebaskan diri dari depresi. Aku berpikir: Bagaimana pun, ada waktu tujuh tahun untuk dijalani. Besok adalah hari baru—aku akan keluar dan berhenti memikirkan ini. Segera setelah aku naik bus, aku merasa Roh Kudus yang ada di dalam diriku mencelaku: Ketika kau dahulu bersedia mencari dengan penuh kerelaan, kau membayar harga yang harus kaubayar dan mengatakan bahwa kau akan mengasihi Tuhan hingga akhir, bahwa kau tidak akan meninggalkan-Nya, bahwa kau bersedia menanggung segala kesukaran dan berbagi segala sukacita. Kau orang munafik yang membodohi dirimu sendiri! Menghadapi celaan Roh Kudus, aku merasa sangat malu, dan berpikir: "Memang benar. Sebelumnya, ketika aku menikmati rahmat Tuhan, aku berjanji kepada-Nya untuk mencurahkan diri bagi-Nya sepanjang hidupku, tetapi kini ketika ada banyak kesulitan dan aku harus menderita, aku ingin menarik kembali kata-kataku. Maka, bukankah janji-janjiku itu kebohongan belaka? Tuhan telah begitu mengasihiku, dan kini ketika aku menghadapi suatu lingkungan yang tidak kuharapkan, aku menolaknya dengan keras sampai pada titik bahwa aku ingin mengkhianati Tuhan. Aku benar-benar tak punya nalar dan hati nurani!" Ketika aku berpikir tentang hal ini, aku tidak lagi merasa ingin keluar, tetapi kembali ke rumah dengan berat hati. Walaupun aku terpaksa bersikap "taat", ketika aku berpikir tentang fakta bahwa masih ada tujuh tahun tersisa dalam pekerjaan Tuhan, aku merasa bahwa percaya kepada Tuhan itu terlalu menyakitkan, terlalu sulit. Aku menuruti kata hatiku sendiri dan apa pun yang kulakukan, aku tidak bergegas atau khawatir. Aku berlambat-lambat setiap harinya dalam melakukan tugasku seakan itu hanyalah hari biasa. Aku hidup dalam kondisi yang negatif dan bertentangan. Secara perlahan, aku kehilangan pekerjaan Roh Kudus, dan meskipun aku ingin mengubah kondisiku sendiri, aku tidak sanggup.

Suatu hari, aku melihat firman Tuhan ini: "Ketika beberapa orang pertama kali melaksanakan tugas mereka, mereka penuh kekuatan, seolah-olah itu tidak akan pernah habis. Tetapi mengapa sementara mereka mengerjakannya mereka tampak kehilangan kekuatan itu? Orang yang dahulu dan orang yang sekarang seperti dua orang yang berbeda. Mengapa mereka berubah? Apa alasannya? Itu karena iman mereka kepada Tuhan berjalan ke arah yang salah sebelum itu sampai ke jalur yang benar. Mereka memilih jalan yang salah. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalam pengejaran awal mereka, dan pada saat penting hal itu muncul. Apa yang tersembunyi? Itu adalah antisipasi yang ada di dalam hati mereka sementara mereka percaya kepada Tuhan, antisipasi bahwa hari Tuhan akan segera tiba sehingga penderitaan mereka akan berakhir; antisipasi bahwa Tuhan akan diubah rupa-Nya dan bahwa semua penderitaan mereka akan berakhir" ("Mereka yang Telah Kehilangan Pekerjaan Roh Kudus adalah yang Paling Berisiko" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Firman Tuhan mendorongku untuk mencari akar dari masalahku. Ternyata bahwa aku memiliki suatu harapan tersembunyi di dalam pengejaranku, berharap bahwa hari Tuhan akan datang segera dan bahwa aku tidak akan lagi menderita, bahwa aku akan memperoleh tujuan akhir yang bagus. Sejak awal, pengejaran-pengejaranku didominasi oleh harapan ini, dan ketika harapanku tidak terpenuhi, aku menderita dan hancur sampai pada titik ingin mengkhianati Tuhan, bahkan berpikir untuk melarikan diri lewat kematian. Baru saat itulah aku melihat bahwa aku telah mengikuti Tuhan selama bertahun-tahun, tetapi pada intinya bukan melangkah di jalan untuk mengejar kebenaran; mataku senantiasa tertuju pada hari Tuhan, dan aku telah mengadakan transaksi dengan-Nya untuk meraih berkat-berkat-Nya. Walaupun kemudian aku tidak punya pilihan kecuali terus bertahan di dalam rumah Tuhan serta tidak meninggalkan-Nya, jika aku tidak menyelesaikan pencemaran di dalam diriku ini, cepat atau lambat aku akan menentang dan mengkhianati Tuhan. Setelah menyadari keadaan diriku yang membahayakan, dalam hati aku berdoa kepada Tuhan: Apakah yang dapat kulakukan untuk membersihkan pencemaran tentang berharap akan hari Tuhan? Kemudian, aku sekali lagi membaca firman Tuhan yang menyatakan: "Apakah engkau tahu bahwa dengan percaya kepada Tuhan di Tiongkok, mampu menjalani penderitaan ini dan menikmati pekerjaan Tuhan, orang-orang asing benar-benar iri kepada engkau semua? Keinginan orang-orang asing adalah: kami juga ingin mengalami pekerjaan Tuhan, kami akan menderita apa pun untuk itu. Kami ingin mendapatkan kebenaran juga! Kami juga ingin mendapatkan pengertian, mendapatkan tingkat pertumbuhan, tetapi sayangnya kami tidak memiliki lingkungan itu. ... Menyempurnakan sekelompok orang di negara si naga merah yang sangat besar, membuat mereka menanggung penderitaan ini, dapat dikatakan sebagai peninggian terbesar Tuhan. Pernah dikatakan: 'Aku sudah lama membawa kemuliaan-Ku dari Israel ke Timur.' Apakah engkau semua mengerti arti dari pernyataan ini sekarang? Bagaimana seharusnya engkau menempuh jalan di depan? Bagaimana seharusnya engkau mengejar kebenaran? Jika engkau tidak mengejar kebenaran, lalu bagaimana engkau bisa mendapatkan pekerjaan Roh Kudus? Begitu engkau kehilangan pekerjaan Roh Kudus, engkau akan berada dalam bahaya yang paling besar. Penderitaan saat ini tidaklah berarti. Tahukah engkau apa yang akan dilakukan penderitaan itu bagi engkau semua?" ("Mereka yang Telah Kehilangan Pekerjaan Roh Kudus adalah yang Paling Berisiko" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus"). Dari firman Tuhan ini, aku dapat melihat bahwa ada makna yang besar dalam manusia masa kini karena mampu menderita. Hal itu memungkinkan orang untuk memperoleh kebenaran, dan penderitaan yang terjadi karena pekerjaan Tuhan, terlebih lagi karena rahmat dan peninggian Tuhan—itu adalah kebaikan khusus bagi kita. Persis seperti difirmankan Tuhan, "Penderitaan saat ini tidaklah berarti. Tahukah engkau apa yang akan dilakukan penderitaan itu bagi engkau semua?" Merenungkan firman ini, walaupun aku menyadari bahwa penderitaan memiliki nilai dan makna, aku tidak sepenuhnya merasa jelas mengenai apa yang Tuhan ingin capai di dalam diriku melalui penderitaan ini. Aku merenungkan ini: Walaupun aku tidak memahami makna penderitaan pada saat ini, yang dapat kulakukan hanyalah sungguh mengejar kebenaran, mencari kebenaran lebih dalam, sebab hanya jika aku memperoleh kebenaran, aku dapat sungguh memahami makna penderitaan, dan hanya saat itulah aku dapat membersihkan pencemaran yang ada di dalam diriku ini.

Tak terasa kini sudah tahun 2009. Tujuh tahun itu berlalu tanpa aku sadari. Aku telah berkembang secara positif dan akhirnya merasa bahwa tujuh tahun itu tidaklah selama yang pernah kubayangkan. Setelah beberapa tahun itu, dalam firman penghakiman dan penyingkapan Tuhan, dalam pewahyuan ujian dan pemurnian Tuhan, aku telah melihat jati diriku. Aku telah melihat bahwa aku, dalam segala aspek, seorang anak dari naga merah yang sangat besar, sebab aku penuh dengan racunnya, seperti racun "Jangan bangun terlalu pagi jika tidak ada untungnya, untung menentukan segala-galanya." Ini gambaran klasik dari naga merah yang sangat besar. Di bawah kuasa racun ini, kepercayaanku kepada Tuhan harus diganjar dengan berkat. Pencurahan diriku kepada Tuhan punya batas waktu, dan aku ingin menderita sedikit saja dan memperoleh berkat yang besar. Dalam rangka membersihkanku dari maksud yang kuat untuk diberkati dan dari sikap bertransaksi di dalam diriku, Tuhan menyelesaikan berbagai ujian dan pemurnian atas diriku. Baru saat itulah, pencemaran dalam kepercayaanku kepada Tuhan disucikan. Dan, aku melihat di dalam penyingkapan Tuhan bahwa aku penuh dengan watak Iblis yang rusak. Aku congkak, penuh tipu daya, egois dan tercela, sembrono, dan asal-asalan. Penyingkapan-penyingkapan itu membuatku melihat jati diriku dengan semakin jelas, menyadari bahwa aku telah dirusak terlalu dalam oleh Iblis, bahwa aku adalah anak neraka. Melalui pekerjaan penghakiman dan pemurnian-Nya, rasa syukurku terhadap Tuhan bertumbuh, permintaanku berkurang, ketaatanku kepada-Nya bertumbuh, dan cintaku pada diriku sendiri berkurang. Aku hanya memohon untuk dimampukan menanggalkan watak iblisku yang rusak, untuk menjadi orang yang benar-benar menaati dan menyembah Tuhan. Mengikuti Tuhan sampai hari ini, aku akhirnya mengerti bahwa penyelamatan Tuhan atas umat manusia benar-benar tidak mudah. Pekerjaan-Nya terlalu praktis—pekerjaan-Nya untuk mengubah dan menyelamatkan umat manusia tidaklah sesederhana yang dibayangkan orang. Kini, aku tidak lagi seperti seorang bocah yang naif, yang semata-mata berharap bahwa hari Tuhan akan datang segera, tetapi selalu merasa bahwa kerusakanku sendiri terlalu dalam, bahwa aku teramat sangat membutuhkan penyelamatan Tuhan dan teramat sangat perlu mengalami lebih banyak penghakiman dan hajaran-Nya, ujian dan pemurnian-Nya. Jika aku dapat memiliki nurani dan nalar yang semestinya ada di dalam kemanusiaan yang normal, dan dengan tepat mengalami pekerjaan Tuhan, serta pada akhirnya aku dapat hidup dalam keserupaan seorang manusia sejati, hatiku akan bersuka cita. Kini, ketika aku memikirkan tentang apa yang kusingkapkan mengenai diriku sendiri ketika ujian selama tujuh tahun itu terjadi atasku, aku merasa bahwa aku terlalu berutang budi kepada Tuhan, bahwa aku terlalu banyak melukai hati-Nya. Jika pekerjaan Tuhan berakhir pada tahun 2000, aku, yang sepenuhnya najis, pasti akan menjadi sasaran pembinasaan dan penghancuran. Ujian tujuh tahun itu benar-benar merupakan toleransi dan belas kasih Tuhan kepadaku, dan terlebih lagi, itu merupakan penyelamatan Tuhan yang paling sejati dan paling nyata bagiku.

Begitu aku selesai menjalani tujuh tahun itu dan aku merenungkan firman dari Tuhan yang tidak kupahami sebelumnya: "Apakah engkau tahu bahwa dengan percaya kepada Tuhan di Tiongkok, mampu menjalani penderitaan ini dan menikmati pekerjaan Tuhan, orang-orang asing benar-benar iri kepada engkau semua? Keinginan orang-orang asing adalah: kami juga ingin mengalami pekerjaan Tuhan, kami akan menderita apa pun untuk itu. Kami ingin mendapatkan kebenaran juga! Kami juga ingin mendapatkan pengertian, mendapatkan tingkat pertumbuhan, tetapi sayangnya kami tidak memiliki lingkungan itu. ... Menyempurnakan sekelompok orang di negara si naga merah yang sangat besar, membuat mereka menanggung penderitaan ini, dapat dikatakan sebagai peninggian terbesar Tuhan. Pernah dikatakan: 'Aku sudah lama membawa kemuliaan-Ku dari Israel ke Timur.' Apakah engkau semua mengerti arti dari pernyataan ini sekarang?" Aku dapat memahami sedikit makna dari firman ini; aku akhirnya dapat merasakan bahwa penderitaan benar-benar bermakna. Walaupun aku menderita selama mengalami ujian ini, baru setelah penderitaanlah aku menyadari bahwa apa yang kuperoleh begitu berharga, begitu bernilai. Melalui mengalami ujian-ujian ini, aku melihat watak Tuhan Yang Mahakuasa yang benar dan kemahakuasaan serta hikmat-Nya. Aku memahami maksud baik Tuhan, dan aku mencicipi bahwa itu adalah kasih Tuhan yang besar bagi umat manusia, persis seperti ketika seorang ayah mengajar anaknya. Aku juga mengalami otoritas dan kuasa di dalam firman-Nya, dan aku melihat kebenaran dari kerusakanku sendiri yang diakibatkan oleh Iblis. Aku menghargai jerih-payah Tuhan di dalam pekerjaan penyelamatan-Nya, dan melihat bahwa Dia kudus dan terhormat, dan bahwa manusia itu buruk dan tercela. Aku juga mengalami bagaimana Tuhan menaklukkan dan menyelamatkan umat manusia untuk membawa mereka ke jalan yang benar di dalam memercayai-Nya. Ketika aku berpikir tentang hal itu sekarang, jika Tuhan tidak melakukan satu demi satu pekerjaan ujian-Nya yang menyakitkan itu atasku, aku tidak mungkin bisa memperoleh pemahaman mengenai hal-hal ini. Kesusahan dan pemurnian begitu berguna bagi pertumbuhan manusia dalam hidup mereka. Melaluinya, manusia dapat memperoleh hal yang paling praktis dan bernilai dalam rangkaian kepercayaan mereka kepada Tuhan—kebenaran. Setelah menyadari nilai dan makna dari penderitaan, aku tidak lagi memimpikan masuk ke kerajaan dengan mengendarai sebuah sedan, tetapi aku bersedia bersikap praktis dan masuk akal dan mengalami pekerjaan Tuhan, untuk benar-benar mengejar kebenaran guna mengubah diriku sendiri.

Setelah mengalami pekerjaan Tuhan selama beberapa tahun, baru sekaranglah aku memiliki sedikit pemahaman praktis mengenai firman Tuhan berikut: "Iman yang sejati kepada Tuhan berarti sebagai berikut: orang mengalami firman dan pekerjaan-Nya atas dasar kepercayaan bahwa Tuhan memegang kedaulatan atas segala sesuatu, membersihkan watak rusak orang, memenuhi kehendak Tuhan, dan akhirnya mengenal Tuhan. Hanya perjalanan semacam inilah yang disebut 'iman kepada Tuhan'" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kata Penutup"). Sebelum aku mengalami ujian-ujian dari Tuhan ini, aku dipenuhi oleh maksud kuat untuk memperoleh berkat dan sikap bertransaksi. Walaupun dalam prinsipnya aku tahu apa artinya percaya kepada Tuhan dan apa tujuan percaya kepada Tuhan, aku masih hanya memusatkan perhatianku pada upaya untuk meraih berkat. Aku tidak mengindahkan kebenaran, aku tidak membersihkan diriku sendiri dari watakku yang rusak untuk menyenangkan kehendak Tuhan dan mengenal Tuhan sebagai tujuan dari pengejaranku. Baru kini aku memahami bahwa ketika Tuhan menjadi daging, pekerjaan utama-Nya adalah untuk memperbaiki maksud manusia yang ingin diberkati dan sikap bertransaksi mereka. Itu dikarenakan hal-hal ini benar-benar merupakan penghalang dan batu sandungan antara manusia dan masuknya mereka ke jalan yang benar dalam memercayai Tuhan. Ketika hal-hal ini terkandung dalam hati manusia, mereka tidak akan mengejar kebenaran. Mereka tidak akan memiliki tujuan yang benar dalam pengejaran mereka; mereka akan melangkah di jalan yang salah. Ini merupakan jalan yang tidak direstui oleh Tuhan. Kini, pekerjaan penaklukan dan penyelamatan Tuhan telah menghancurkan benteng Iblis di dalam diriku. Aku tidak lagi khawatir, tidak lagi disibukkan dengan pemikiran-pemikiran untuk memperoleh berkat atau mengalami bencana. Tanpa pencemaran ini, aku merasa jauh lebih ringan, lebih bebas. Aku dapat mulai mengejar kebenaran dengan sikap praktis dan masuk akal. Mampu berubah seperti ini adalah buah yang lahir dari banyak ujian serta pemurnian oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Tuhan Yang Mahakuasa-lah yang telah menuntunku ke jalan yang benar dalam memercayai-Nya. Mulai sekarang, tidak peduli ujian macam apa yang Tuhan berikan, tidak peduli betapa menyakitkannya pemurnian yang kualami, aku akan menerima dan taat, dan sungguh-sungguh mengalaminya. Aku akan mencari kebenaran dari ujian dan pemurnian itu, dan mencapai suatu watak yang bebas dari kerusakan untuk menyenangkan kehendak Tuhan, guna membalas rahmat keselamatan yang telah bertahun-tahun Tuhan limpahkan.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Pilihan di Tengah Krisis

Oleh Saudara Zhang Jin, Tiongkok Beberapa waktu lalu, aku menerima surat dari Saudara Zhao. Pemimpin gereja mereka, serta seorang saudara...