Ketika Harapanku untuk Dipromosikan Hancur
Pada bulan November 2020, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Tak lama setelah itu, pemimpin memintaku bertanggung jawab menjadi...
Kami menyambut semua pencari yang merindukan penampakan Tuhan!
Pada bulan Juni 2022, aku terpilih sebagai pemimpin tim yang bertanggung jawab atas pekerjaan video. Setelah beberapa lama, aku mulai memahami pekerjaan ini dan mampu memantau serta memahami keadaan anggota tim dan kemajuan pekerjaan. Meskipun kemampuanku masih kurang, aku merasa bisa menangani pekerjaan itu.
Suatu hari, pemimpin datang untuk memahami situasi pekerjaan tim. Kebetulan, aku baru saja memahami alasan lambatnya kemajuan pekerjaan, seperti kurangnya kerja sama yang erat di antara anggota tim, ketidaksepakatan yang perlu dibicarakan dan tidak ada kesepakatan yang tercapai, yang kemudian menyebabkan pengerjaan ulang dan penundaan kemajuan, dan beberapa proses rumit yang juga menunda kemajuan. Setelah memahami situasi ini, aku bersekutu dan memperbaikinya, dan aku melaporkan situasi ini kepada pemimpin. Kupikir karena aku sudah melakukan beberapa pekerjaan nyata, pemimpin akan mengatakan bahwa aku sudah melakukan pekerjaan dengan bagus. Tak disangka, begitu aku selesai berbicara, pemimpin bertanya kepadaku, "Mengapa anggota tim tidak bisa bekerja sama secara harmonis? Apa masalah utama mereka?" Saat dihadapkan dengan pertanyaan ini, aku tidak tahu bagaimana menjawabnya karena aku benar-benar tidak memahami alasannya. Aku tidak yakin di mana kendala mereka; aku hanya bisa melihat dari luar bahwa mereka tidak bisa bekerja sama dengan erat. Selanjutnya, pemimpin mengajukan beberapa pertanyaan lagi dan aku masih tidak bisa menjawabnya. Pemimpin kemudian berkata kepadaku, "Apa kau hanya mendengarkan apa saja yang saudara-saudari katakan padamu tanpa menemukan akar permasalahan dari apa yang mereka laporkan? Apa kau benar-benar bisa menyelesaikan masalah seperti ini?" Saat mendengar pemimpin mengatakan ini, aku merasa malu. Aku hanya bisa berpikir, "Bukankah kau menyiratkan bahwa aku tidak tahu cara mengatasi masalah? Kedengarannya seperti aku tidak tahu cara mengelola pekerjaan ini." Lalu, pemimpin itu menunjukkan bahwa aku hanya menyinggung permukaan masalah dan tidak bisa menyelesaikan hingga ke sumbernya, serta memasukkan prinsip-prinsip saat bersekutu denganku, sehingga membantuku memahami bahwa dalam melakukan pekerjaan, seseorang harus belajar memahami pokok dan inti masalah. Aku merasa agak tidak yakin: aku sudah mencoba yang terbaik untuk menemukan masalah dan berkomunikasi dengan anggota tim, dan itu bukannya aku tidak tahu cara mengelola pekerjaan. Aku menatap komputer dengan wajah cemberut, tidak ingin berinteraksi dengan pemimpin itu. Saat mengetik, aku sengaja menekan papan ketik dengan keras untuk melampiaskan ketidakpuasanku, dan berpikir, "Pemimpin mengatakan hal ini di depan dua rekan kerjaku, bagaimana orang lain akan melihatku? Mengapa dia hanya menunjukkan masalahku? Apa rekan kerja lain melakukan pekerjaan mereka dengan sempurna?" Aku merasa kata-kata pemimpin itu seakan-akan meniadakan semua usahaku. Makin kupikirkan, aku jadi makin merasa marah. Aku merasa pemimpin bersikap terlalu keras terhadapku.
Setelah pertemuan, mengingat kembali kritikan pemimpin membuatku merasa sangat terhina. Aku mengira rekan kerjaku pasti akan menganggap bahwa aku tidak bagus dalam pekerjaanku, jadi aku agak kesal dan berpikir, "Mulai sekarang, aku tidak akan bekerja begitu keras dalam tugasku karena tidak ada yang melihatnya! Lain kali jika pemimpin mengajukan pertanyaan, aku tidak akan terlalu bersemangat untuk menjawabnya." Aku merasa sangat sedih, penuh dengan kemarahan dan keluhan, dan ingin menangis. Di malam hari, aku membaca sebuah kalimat dalam surat yang ditulis oleh seorang rekan kerja, "Jika saudara-saudari dengan tulus ingin melaksanakan tugas mereka dengan baik, mereka seharusnya bersedia menerimanya ketika pemimpin mereka menindaklanjuti untuk mengawasi pekerjaan dan segera menunjukkan masalah dan penyimpangan mereka." Saat membaca kalimat ini, aku merasa sangat malu. Saat menghadapi pengawasan dan arahan dari pemimpin, aku tidak merasa sedih karena tidak melaksanakan tugas dengan baik, tetapi aku marah karena pemimpin berbicara tanpa mempertimbangkan harga diriku. Dengan cara apa aku menjadi orang yang dengan tulus melaksakan tugasku? Aku datang ke hadapan Tuhan dan berdoa, "Tuhan, hari ini pemimpin menunjukkan masalahku, dan aku merasa menentang. Aku tahu sikap ini tidak sesuai dengan maksud-Mu, tetapi pelajaran apa yang harusnya kupetik, dan bagaimana seharusnya aku merenungkan diri dan mengenal diriku sendiri? Semoga Engkau memberikan pencerahan dan bimbingan kepadaku."
Keesokan paginya, aku membaca firman Tuhan ini: "Adalah hal yang baik jika engkau dapat menerima rumah Tuhan untuk mengawasi, mengamati, dan berusaha memahamimu. Ini membantumu dalam melaksanakan tugasmu, dalam mampu melaksanakan tugasmu dengan cara yang memenuhi standar dan memenuhi maksud-maksud Tuhan. Hal itu bermanfaat dan membantumu, tanpa kerugian sama sekali. Setelah engkau memahami prinsip ini, bukankah seharusnya engkau tidak lagi memiliki perasaan penolakan atau kewaspadaan terhadap pengawasan pemimpin, pekerja dan umat pilihan Tuhan? Meskipun terkadang seseorang berusaha untuk memahamimu, mengamatimu, dan mengawasi pekerjaanmu, hal itu bukanlah sesuatu yang harus dianggap pribadi. Mengapa Aku mengatakan ini? Sebab tugas-tugasmu sekarang, tugas yang kau kerjakan, dan pekerjaan apa pun yang kaulakukan bukanlah urusan pribadi atau pekerjaan pribadi seseorang; semua itu berkaitan dengan pekerjaan rumah Tuhan dan berkaitan dengan satu bagian dari pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu, ketika ada orang yang menghabiskan sedikit waktu mereka untuk mengawasi atau mengamatimu, atau berusaha memahamimu secara mendalam, mencoba berbicara dari hati ke hati denganmu, dan mencari tahu bagaimana keadaanmu selama waktu ini, dan bahkan terkadang ketika sikap mereka sedikit lebih keras, dan mereka sedikit memangkas, mendisiplinkan, dan menegurmu, semua ini karena mereka memiliki sikap serius dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan rumah Tuhan. Engkau tidak boleh memiliki pemikiran atau emosi negatif sedikit pun terhadap hal ini. Apa artinya jika engkau mampu menerima ketika orang lain mengawasi, mengamati, dan berusaha memahamimu? Artinya, di dalam hatimu, engkau menerima pemeriksaan Tuhan. Jika engkau tidak menerima pengawasan, pengamatan, dan upaya orang untuk memahami dirimu—jika engkau menolak semua ini—mampukah engkau menerima pemeriksaan Tuhan? Pemeriksaan Tuhan jauh lebih mendetail, mendalam, dan akurat daripada ketika orang berusaha memahami dirimu; tuntutan Tuhan jauh lebih spesifik, teliti, dan mendalam. Jika engkau tak dapat menerima dirimu diawasi oleh umat pilihan Tuhan, bukankah pernyataanmu bahwa engkau mampu menerima pemeriksaan Tuhan adalah omong kosong? Agar engkau mampu menerima pemeriksaan dan pengujian Tuhan, engkau harus terlebih dahulu menerima pengawasan oleh rumah Tuhan, oleh para pemimpin dan pekerja, atau saudara-saudari. ... Jika seorang pemimpin mengawasi pekerjaanmu, itu merupakan hal yang baik. Mengapa? Karena hal itu berarti mereka bertanggung jawab atas pekerjaan gereja; ini adalah tugasnya, tanggung jawabnya. Kemampuan untuk memenuhi tanggung jawab tersebut membuktikan bahwa mereka adalah pemimpin yang kompeten, pemimpin yang baik. Jika engkau diberi kebebasan dan hak asasi sepenuhnya, dan engkau dapat melakukan apa pun yang kauinginkan, mengikuti keinginanmu, dan menikmati kebebasan dan demokrasi sepenuhnya, dan apa pun yang kaulakukan atau bagaimanapun engkau melakukannya, pemimpin itu tidak peduli atau tidak mengawasi, tidak pernah menanyaimu, tidak memeriksa pekerjaanmu, tidak berbicara ketika masalah ditemukan, dan hanya membujuk atau bernegosiasi denganmu, apakah mereka pemimpin yang baik? Jelas tidak. Pemimpin semacam itu merugikanmu. Mereka membiarkanmu berbuat jahat, membiarkanmu menentang prinsip dan berbuat sekehendak hatimu—mereka menjerumuskanmu ke jurang api. Ini bukanlah pemimpin yang bertanggung jawab dan sesuai standar. Sebaliknya, jika seorang pemimpin mampu secara teratur mengawasimu, mengidentifikasi masalah dalam pekerjaanmu dan segera mengingatkan atau menegur serta menyingkapkanmu, sekaligus mengoreksi serta membantumu dalam pengejaran yang keliru dan penyimpanganmu dalam melaksanakan tugasmu tepat waktu, dan melalui pengawasan, teguran, pembekalan, dan bantuan mereka, engkau akan mampu mengubah sikapmu yang salah terhadap tugasmu, engkau akan mampu membuang beberapa pandangan yang tidak masuk akal, ide-idemu sendiri dan hal-hal yang timbul dari sikap yang gampang marah akan secara bertahap berkurang, dan engkau akan mampu dengan tenang menerima pernyataan dan pandangan yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran, bukankah ini bermanfaat bagimu? Manfaatnya tentu sangat besar!" (Firman, Jilid 5, Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja, "Tanggung Jawab Para Pemimpin dan Pekerja (7)"). Firman Tuhan menenangkan hatiku. Aku menyadari bahwa Tuhan tidak suka melihatku memendam begitu banyak kebencian. Sebaliknya, Dia berharap aku bisa menenangkan diriku, pertama-tama merenungkan penyimpangan dan masalah dalam pekerjaanku, dan menerima pengawasan serta bimbingan pemimpin. Aku membaca firman Tuhan bahwa para pemimpin dan pekerja yang bertanggung jawab akan menindaklanjuti dan memahami pekerjaan setiap orang, mengidentifikasi masalah dan penyimpangan, serta memberikan bimbingan dan koreksi tepat waktu. Terkadang, sikap mereka mungkin agak tegas, dan bahkan disertai dengan kritik dan pemangkasan. Sebenarnya, merekalah yang bertanggung jawab atas pekerjaan itu, dan hal itu untuk memastikan bahwa pekerjaan itu dilakukan dengan baik. Inilah yang seharusnya dilakukan pemimpin yang memenuhi syarat. Ketika menghadapi pengawasan dan bimbingan pemimpin, orang yang bernalar seharusnya dengan aktif menerimanya. Namun, tanggapan awalku terhadap pengawan dan bimbingan itu adalah untuk menentangnya, dan aku telah mencoba membenarkan diriku sendiri dalam hatiku agar tidak kehilangan muka. Dengan cara apa aku memiliki sikap penerimaan yang nyata? Saat merenungkan bagaimana aku baru saja terpilih sebagai pemimpin tim dan memiliki banyak kekurangan, aku memahami bahwa pengawasan, pertanyaan, dan bimbingan dari pemimpin berarti mereka bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Sama seperti ketika pemimpin menunjukkan bahwa aku hanya menyinggung permukaan masalah dan tidak memahami akar penyebab tidak adanya kerja sama yang harmonis di antara anggota tim sehingga penyelesaian masalah tidak tuntas. Setelah merenungkannya dengan teliti, aku menyadari bahwa memang begitulah adanya. Aku telah mengelola pekerjaan secara dangkal dan tidak menyelesaikan masalah hingga ke akarnya, sehingga wajar saja berujung pada hasil yang buruk. Aku seharusnya dengan wajar menerima bimbingan pemimpin dan tidak menentang atau membenarkan diriku sendiri. Setelah memikirkan hal ini, aku tidak lagi menentang pemimpin. Kemudian, aku teringat firman Tuhan bahwa kita harus merenungkan dan mengenali diri kita sendiri dalam setiap situasi yang kita hadapi, dan bahwa hanya dengan cara inilah kita dapat membuat kemajuan dan perubahan. Jadi, aku dengan sadar mencari firman Tuhan yang relevan untuk memikirkan dan merenungkan diriku sendiri, sambil berdoa dalam hati kepada Tuhan juga, memohon kepada-Nya untuk mencerahkan dan membimbingku dalam mengenali diriku sendiri.
Suatu pagi saat waktu teduhku, aku membaca bagian firman Tuhan: "Ketika ada orang-orang yang ditugaskan pada sebuah bidang pekerjaan oleh Yang di Atas, beberapa waktu berlalu tanpa ada kemajuan sama sekali. Mereka tidak memberi tahu Yang di Atas apakah mereka sedang mengerjakannya, atau bagaimana keadaannya, atau apakah ada kesulitan atau masalah yang terjadi. Mereka tidak memberikan umpan balik. Beberapa pekerjaan mendesak dan tidak dapat ditunda, tetapi mereka menunda-nunda, mengulur-ulur untuk waktu yang lama tanpa menyelesaikan pekerjaan tersebut. Yang di Atas kemudian harus mengajukan pertanyaan. Ketika Yang di Atas bertanya, mereka menganggap pertanyaan-pertanyaan itu sangat memalukan, dan mereka menentangnya di dalam hati: 'Baru kira-kira sepuluh hari sejak aku ditugaskan pekerjaan ini. Aku bahkan belum mengetahui apa yang harus kulakukan, dan Yang di Atas sudah mulai bertanya. Tuntutan mereka terhadap orang-orang terlalu tinggi!' Lihatlah mereka, mencari-cari kesalahan dari pertanyaan tersebut. Apa masalahnya di sini? Katakan kepada-Ku, bukankah wajar bagi Yang di Atas untuk bertanya? Di satu sisi, Yang di Atas ingin mengetahui lebih banyak tentang keadaan kemajuan pekerjaan, serta kesulitan apa yang masih harus diselesaikan; dan selain itu, Yang di Atas ingin mengetahui lebih banyak tentang seperti apa kualitas orang-orang yang ditugaskan pada pekerjaan tersebut, dan apakah mereka benar-benar mampu menyelesaikan masalah dan melakukan pekerjaan dengan baik. Yang di Atas ingin mengetahui fakta yang sebenarnya, dan sering kali, mereka bertanya dalam keadaan seperti itu. Bukankah itu sesuatu yang seharusnya mereka lakukan? Yang di Atas khawatir bahwa engkau tidak tahu cara menyelesaikan masalah dan tidak mampu menangani pekerjaan itu. Itulah sebabnya Yang di Atas bertanya. Ada orang-orang yang sangat menentang dan tidak suka akan pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Mereka tidak mau membiarkan orang lain bertanya, dan selama orang lain bertanya, mereka bersikap menentang dan memiliki sejumlah kecurigaan, selalu berpikir, 'Mengapa mereka selalu bertanya dan ingin tahu lebih banyak? Apakah mereka tidak memercayaiku dan memandang rendah diriku? Jika mereka tidak memercayaiku, mereka seharusnya tidak menggunakanku!' Mereka tidak pernah memahami pertanyaan dan pengawasan dari Yang di Atas, tetapi menentangnya. Apakah orang-orang semacam ini memiliki nalar? Mengapa mereka tidak mengizinkan Yang di Atas untuk bertanya dan mengawasi mereka? Selain itu, mengapa mereka bersikap melawan dan menentang? Apa masalahnya di sini? Mereka tidak peduli apakah pelaksanaan tugas mereka efektif atau apakah itu akan menghambat kemajuan pekerjaan. Mereka tidak mencari prinsip-prinsip kebenaran ketika melaksanakan tugas, tetapi melakukan apa pun yang mereka inginkan. Mereka tidak memikirkan hasil atau efisiensi pekerjaan, dan sama sekali tidak memikirkan kepentingan rumah Tuhan, apalagi memikirkan yang Tuhan maksudkan dan tuntut. Pemikiran mereka adalah, 'Aku memiliki cara dan kebiasaanku sendiri untuk melaksanakan tugasku. Jangan menuntut terlalu banyak dariku atau menuntut hal-hal yang terlalu terperinci. Sudah cukup bagiku untuk melaksanakan tugasku. Aku tidak boleh terlalu lelah atau terlalu menderita.' Mereka tidak memahami pertanyaan dan upaya Yang di Atas untuk mengetahui lebih banyak tentang pekerjaan mereka. Apa yang tidak ada dari kurangnya pemahaman mereka ini? Bukankah tidak adanya ketundukan? Bukankah tidak adanya rasa tanggung jawab? Kesetiaan? Jika mereka benar-benar bertanggung jawab dan setia dalam melaksanakan tugas mereka, apakah mereka akan menolak pertanyaan Yang di Atas tentang pekerjaan mereka? (Tidak.) Mereka akan dapat memahaminya. Jika mereka benar-benar tidak dapat memahaminya, hanya ada satu kemungkinan: mereka memandang tugas mereka sebagai profesi dan mata pencaharian mereka, dan mereka memanfaatkannya, pada saat yang sama menganggap tugas yang mereka laksanakan sebagai syarat dan alat tawar-menawar untuk mendapatkan upah. Mereka hanya akan melakukan sedikit pekerjaan untuk menyelamatkan mukanya agar dilihat oleh Yang di Atas, tanpa ada upaya untuk menjadikan amanat Tuhan sebagai tugas dan kewajiban mereka. Jadi, ketika Yang di Atas bertanya tentang pekerjaan mereka atau mengawasinya, mereka akan masuk ke dalam kerangka berpikir yang menentang dan tidak suka. Bukankah demikian? (Ya.) Dari mana masalah ini berasal? Apa esensinya? Sikap mereka terhadap bidang pekerjaan itu keliru. Mereka hanya memikirkan kesenangan dan kenyamanan daging, status dan harga diri mereka sendiri, bukannya memikirkan efektivitas pekerjaan dan kepentingan rumah Tuhan. Mereka sama sekali tidak berusaha bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran. Jika mereka benar-benar memiliki sedikit hati nurani dan nalar, mereka akan mampu memahami pertanyaan dan pengawasan Yang di Atas. Mereka akan mampu berkata dari hati, 'Untunglah Yang di Atas bertanya. Jika tidak, aku akan selalu bertindak berdasarkan keinginanku sendiri, yang akan menghambat efektivitas pekerjaan, atau bahkan mengacaukannya. Yang di Atas bersekutu dan memeriksa berbagai hal, dan itu benar-benar telah menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Betapa bagusnya hal itu!' Ini akan memperlihatkan bahwa mereka adalah orang yang bertanggung jawab. Mereka takut jika mereka melakukan pekerjaan itu sendiri, jika terjadi kesalahan atau kelalaian, dan itu menyebabkan kerugian bagi pekerjaan rumah Tuhan dan tidak akan ada cara untuk memperbaikinya, itu akan menjadi tanggung jawab yang tidak mampu mereka pikul. Bukankah itu rasa tanggung jawab? (Ya.) Itu adalah rasa tanggung jawab, dan itu adalah tanda bahwa mereka sedang memenuhi kesetiaan mereka" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Dua)). Melalui firman Tuhan, aku menyadari bahwa mereka yang benar-benar bertanggung jawab dan setia dalam tugas mereka dengan senang menerima pengawasan dan bimbingan dari orang lain untuk menebus kekurangan mereka dan berusaha sebaik mungkin untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik. Namun, mereka yang tidak setia pada tugas mereka mempertimbangkan citra dan status mereka sendiri dalam setiap situasi. Ketika orang lain mengawasi atau menanyakan tentang pekerjaan mereka, mereka merasa bahwa orang lain tidak menganggap mereka tinggi atau menunjukkan perhatian kepada mereka, dan mereka menentang dan menjadi antagonistis, dan sama sekali tidak menunjukkan sikap menerima kebenaran. Dengan merenungkan bagaimana aku menanggapi pengawasan pemimpin, bukankah itu merupakan indikasi kurangnya kesetiaanku? Ketika aku melaporkan situasi pekerjaanku kepada pemimpin, kupikir aku sudah melakukan beberapa pekerjaan nyata, dan bahwa pemimpin akan berpikir baik tentangku. Namun, tanpa disangka-sangka, pemimpin telah menemukan banyak masalah dalam pekerjaan yang telah kutindak lanjuti, dan menunjukkan bahwa aku hanya melihat masalah-masalah yang dangkal dan tidak memahami akar masalah untuk dipersekutukan dan diatasi. Aku merasa bahwa pemimpin meniadakan hasil pekerjaanku, dan aku menjadi menentang serta tidak puas. Terutama ketika aku memikirkan bagaimana pemimpin mempertanyakan dengan saksama pekerjaanku di depan rekan-rekan kerjaku, dan menunjukkan masalahku, yang membuatku merasa terhina, aku menjadi sangat marah. Aku terus membenarkan dan membela diriku sendiri dalam hati, mencoba agar tidak kehilangan muka, dan bahkan merajuk dengan kesal. Nyatanya, pengawasan dan bimbingan dari pemimpin ditujukan untuk membantuku melaksanakan tugasku dengan baik, yang bermanfaat bagi pekerjaan gereja. Namun, aku tidak memiliki sikap menerima sama sekali dan bahkan merasa bahwa pemimpin sengaja meremehkan dan merendahkanku. Aku hanya peduli dengan citra dan statusku, tanpa mempertimbangkan pekerjaan rumah Tuhan sama sekali. Aku bukanlah orang yang setia dalam melaksanakan tugas. Selain itu, aku sudah sangat congkak dan merasa diri benar, selalu berpikir bahwa pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku itu cukup bagus, dan tidak seburuk yang dikatakan oleh pemimpin. Jadi, aku sangat menentang dan melawan bimbingan dan bantuan dari pemimpin yang berniat baik, tanpa sikap mencari atau menerima. Aku benar-benar terlalu merasa diri benar dan keras kepala, memperlihatkan watak iblis yang muak akan kebenaran. Bagaimana aku bisa menerima kebenaran dan mendapatkannya jika aku bahkan tidak bisa menerima bimbingan biasa dari orang lain saat melaksanakan tugasku? Setelah menyadari hal-hal ini, aku menganalisis masalah yang ditunjukkan oleh pemimpin, dan ketika mendiskusikan pekerjaan dengan anggota timku, aku secara sadar merenungkan natur dan akar masalah yang muncul. Aku kemudian menunjukkan solusi untuk masalah-masalah nyata ini. Mereka mengatakan bahwa persekutuan semacam ini efektif dan dapat menyelesaikan beberapa masalah. Melihat hasil ini membuatku senang. Terkadang masih ada area dalam pekerjaanku yang belum kupertimbangkan secara menyeluruh, dan pemimpin akan menunjukkannya kepadaku. Aku dengan sadar menerima, memperbaiki kesalahan, dan memiliki beberapa jalan masuk, dan perlahan-lahan aku mulai merasa bahwa aku mendapatkan sesuatu.
Kemudian, aku ditugaskan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan beberapa tim lainnya. Beberapa bulan kemudian, pada suatu hari, pemimpin bertanya kepadaku mengenai situasi pekerjaan. Ada beberapa detail yang tidak bisa kujelaskan secara gamblang. Pemimpin itu kemudian berkata kepadaku dengan tegas, "Kau sudah bertanggung jawab atas tim-tim ini untuk sementara waktu, tetapi kau bahkan tidak tahu detailnya. Bukankah ini tidak bertanggung jawab dan tidak melakukan pekerjaan nyata?" Saat mendengar kata-kata pemimpin itu, aku merasa wajahku memanas karena rasa malu. Meskipun aku tahu bahwa pemimpin mengatakan hal yang benar, aku masih sulit menerimanya, aku khawatir bahwa pemimpin memandangku sebelah mata dan apa yang akan dipikirkan oleh rekan kerjaku. Namun, kemudian aku teringat akan firman Tuhan yang pernah kubaca beberapa waktu sebelumnya: "Jika mereka benar-benar memiliki sedikit hati nurani dan nalar, mereka akan mampu memahami pertanyaan dan pengawasan Yang di Atas. Mereka akan mampu berkata dari hati, 'Untunglah Yang di Atas bertanya. Jika tidak, aku akan selalu bertindak berdasarkan keinginanku sendiri, yang akan menghambat efektivitas pekerjaan, atau bahkan mengacaukannya. Yang di Atas bersekutu dan memeriksa berbagai hal, dan itu benar-benar telah menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Betapa bagusnya hal itu!' Ini akan memperlihatkan bahwa mereka adalah orang yang bertanggung jawab" (Firman, Jilid 4, Menyingkapkan Antikristus, Bab Delapan (Bagian Dua)). Ketika aku merenungkan firman Tuhan, hatiku perlahan-lahan menjadi tenang. Pertanyaan pemimpin terhadap pekerjaanku adalah karena aku tidak bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut; justru akulah yang tidak melakukan pekerjaan nyata. Apa alasannya yang kumiliki untuk menentang kritik dan pemangkasan dari orang lain? Aku terus mengkhawatirkan citraku sendiri, bukankah aku masih mencoba membela diriku sendiri? Bukankah aku masih mengutamakan citraku sendiri, sebelum pekerjaan rumah Tuhan? Kalau dipikir-pikir, karena aku bertanggung jawab atas pekerjaan tim-tim ini, aku seharusnya memiliki tanggung jawab untuk memikul pekerjaan itu. Namun, kini begitu pemimpin mempertanyakan pekerjaan tersebut secara mendetail, telah menjadi jelas bahwa aku tidak memahami secara spesifik tugas-tugas ini dan belum melakukan pekerjaan nyata apa pun. Namun, aku masih ingin menyelamatkan citraku dan tidak ingin orang lain mengungkapkan atau mengkritikku. Bukankah aku masih belum menerima kebenaran? Saat menyadari hal ini, aku merasa sedikit menyesal dan bersedia menerima bimbingan pemimpin untuk memperbaiki masalahku. Setelah itu, aku mulai mengambil inisiatif untuk terlibat dalam pekerjaan tim dan untuk benar-benar memahami situasi spesifik dari setiap aspeknya. Aku membicarakan masalah yang aku identifikasi dengan anggota tim, dan mereka juga mengungkapkan kesediaan untuk segera menyelesaikan masalah ini. Dengan benar-benar berpartisipasi dalam pekerjaan ini, aku memperoleh banyak hal. Aku dengan hati-hati merenungkan masalah yang ada dalam tugas ini dan kemudian mendapatkan beberapa ide. Melakukan penerapan dengan cara ini membuatku merasa lebih nyaman.
Melalui pengalaman ini, aku menyadari bahwa menerima pengawasan dan bimbingan dalam melaksanakan tugas seseorang adalah sikap bertanggung jawab atas pekerjaan gereja. Masih banyak penyimpangan dan kekurangan dalam tugasku yang membutuhkan pengawasan dan bimbingan pemimpin. Kalau hanya mengandalkan diriku sendiri, aku tidak bisa melaksanakan banyak tugas dengan baik dan bahkan mungkin menunda pekerjaan gereja. Pengawasan dan bimbingan pemimpin terhadap pekerjaanku tidak ditujukan untuk mempersulitku. Sebaliknya, bimbingan dan pengawasan tersebut bermanfaat bagiku untuk melaksanakan tugasku dengan baik dan untuk merenungkan serta mengetahui kekurangan dan kelemahanku. Sekarang, aku dapat menangani pengawasan dan bimbingan dari saudara-saudari dengan benar dan bersedia menerimanya, merenungkan diriku sendiri, dan memperbaiki penyimpanganku.
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.
Pada bulan November 2020, aku mulai berlatih menyirami petobat baru. Tak lama setelah itu, pemimpin memintaku bertanggung jawab menjadi...
Surat untuk Ai XiTeruntuk Ai Xi,Lama tidak berjumpa! Bagaimana kabarmu? Sudah setahun lebih kita tidak saling jumpa, tetapi apa yang...
Oleh Saudari Zhixin, AmerikaPada April 2023, aku terpilih sebagai ketua kelompok penyiraman. Ketika jumlah para petobat baru secara...
Pada November 2019, aku sedang mengerjakan tugas kepemimpinan bersama Saudari Zhou. Untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik dan...