Mengenal Diriku Melalui Penghakiman
"Dalam hidupnya, jika manusia ingin ditahirkan dan mencapai perubahan dalam wataknya, jika ia ingin hidup dalam kehidupan yang bermakna dan memenuhi tugasnya sebagai makhluk ciptaan, ia harus menerima hajaran dan penghakiman Tuhan dan tidak membiarkan disiplin Tuhan dan pukulan-Nya menjauh darinya, agar ia dapat membebaskan diri dari manipulasi dan pengaruh Iblis, dan hidup di dalam terang Tuhan. Ketahuilah bahwa hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia."
Dikutip dari "Hajaran dan Penghakiman Tuhan ialah Terang bagi Keselamatan Manusia" dalam "Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru"
Menyanyikan lagu pujian ini, aku selalu teringat pengalaman saat baru percaya Tuhan. Saat itu, firman Tuhan, "Hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia," belum jelas bagiku. Kupikir menjalani penghakiman dan hajaran pasti sangat menyakitkan. Jadi, kenapa Tuhan berfirman itu perlindungan dan berkat bagi umat manusia? Lalu, kemudian, aku benar-benar mengalami penghakiman firman Tuhan, serta dipangkas dan ditangani, jadi aku memahami ini dan merasakan betapa nyatanya firman Tuhan.
Aku ingat di akhir Juni 2015, aku terpilih menjadi pengkhotbah yang melayani lima gereja. Awalnya aku gugup saat berkumpul dengan para pemimpin dan diaken dari gereja-gereja itu, khawatir pemahamanku tentang kebenaran terlalu dangkal, dan tak akan membantu orang lain. Jadi, aku coba mempersiapkan sebelum setiap pertemuan, memikirkan firman Tuhan untuk dibahas dengan beban yang tulus. Setelah bersekutu dengan firman Tuhan, aku menanyakan kesulitan apa yang mereka alami. Aku khawatir mereka akan menyebut masalah yang tak kualami dan tak tahu jawabannya, jadi aku berdoa, meminta Tuhan membimbingku menjadi orang jujur dan hanya bersekutu tentang yang kupahami. Jika tak paham, aku terus terang bahwa aku tak punya wawasan tentang itu, lalu berdoa dan lebih banyak mencari. Setelah menerapkan ini selama beberapa waktu, perlahan aku mulai memahami prinsip pekerjaan gereja dan makin menguasai pekerjaan itu. Aku merasa lebih termotivasi daripada di awal, bekerja lembur. Aku tak lagi terintimidasi dalam pertemuan dengan para pemimpin gereja dan tahu cara menyelesaikan masalah. Kadang saat mendengar saudara-saudari bilang aku masih sangat muda, belum lama percaya, tapi begitu beriman, mampu menderita dan membayar mahal, mengejar kebenaran, aku sangat puas dengan diriku. Tak lama setelah itu, aku mengatur pemilihan di gereja. Semua pemimpin dan pekerja gereja yang kupimpin dipilih, satu demi satu. Melihat hasilnya, aku merasa telah bekerja dengan baik, jadi tak heran aku terpilih sebagai pengkhotbah! Itu karena aku punya kualitas baik dan berbakat.
Lalu, pada akhir Agustus 2015, saat aku merasa bekerja cukup baik dalam tugas, seorang pemimpin tingkat atas memberitahuku karena aku masih muda, kemanusiaanku belum matang dan tak punya pengalaman hidup, tak bisa menyelesaikan masalah nyata saudara-saudari, jadi berdasarkan prinsip, aku tak cocok menjadi pengkhotbah, dan harus mulai pelatihan sebagai pemimpin gereja. Aku tak berani bicara saat itu, tapi merasa sangat kecewa. Aku merasa meski pengalaman hidupku terbatas, kemajuanku sangat pesat sejak menjadi pengkhotbah dan telah menguasai beberapa prinsip pekerjaan gereja. Aku juga mengatur beberapa pemilihan gereja sendiri baru-baru ini, dan yang lain bilang aku mengejar kebenaran. Aku merasa perubahan tugasku tak adil. Pemahaman dan kualitasku juga tak buruk, dari semua rekan sekerjaku, aku yang tercepat merespons dan belajar, jadi potensi kemajuanku yang terbesar. Selain itu, dari beberapa pengkhotbah, hanya aku yang tak punya ikatan keluarga. Aku beriman sepenuh hati, mampu menderita dan membayar mahal dalam tugas, jadi kenapa aku dipindahkan?
Selama beberapa hari, hanya itu yang bisa kupikirkan, aku pun tak temukan kedamaian batin. Aku berdoa di hadapan Tuhan, "Ya Tuhan, aku dipindahkan dari tugasku. Pelajaran apa yang harus kupetik? Aku tak bisa melihat masalahku—tolong bimbing aku." Setelah itu kubaca kutipan firman Tuhan ini: "Ketika menghadapi masalah kehidupan nyata, bagaimana seharusnya engkau mengenal dan memahami otoritas Tuhan dan kedaulatan-Nya? Ketika engkau dihadapkan dengan masalah-masalah ini dan tidak tahu bagaimana memahami, menangani dan mengalami hal-hal ini, sikap apa yang harus engkau ambil untuk menunjukkan niatmu untuk tunduk, keinginanmu untuk tunduk, dan realitas ketundukanmu pada kedaulatan dan pengaturan Tuhan? Pertama-tama, engkau harus belajar menunggu; lalu, engkau harus belajar mencari; kemudian engkau harus belajar tunduk. 'Menunggu' berarti menantikan waktu Tuhan, menantikan orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia atur bagimu, menantikan kehendak-Nya untuk secara berangsur-angsur terungkap dengan sendirinya bagimu. 'Mencari' berarti mengamati dan memahami maksud Tuhan yang bijaksana bagimu melalui orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Dia persiapkan, memahami kebenaran melalui semua itu, memahami apa yang harus manusia capai dan jalan-jalan yang harus ia patuhi, memahami hasil seperti apa yang ingin Tuhan capai dalam diri manusia dan pencapaian seperti apa yang ingin Dia dapatkan dalam diri mereka. 'Tunduk,' tentu saja, berarti menerima orang-orang, peristiwa, dan hal-hal yang telah Tuhan atur, menerima kedaulatan-Nya, dan melalui itu, mengetahui bagaimana Tuhan mengatur nasib manusia, bagaimana Dia membekali manusia dengan hidup-Nya, bagaimana Dia mengerjakan kebenaran dalam diri manusia" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik III"). Aku juga sadar tugasku telah diubah, dan meski tak memahami kehendak Tuhan atau tak tahu pelajaran yang harus kupetik, setidaknya aku harus tunduk, menunggu dan mencari kehendak Tuhan. Jika aku tetap kesal, itu bukan mempersulit orang lain, tapi memberontak melawan Tuhan. Kemudian, aku berdoa kepada Tuhan, siap tunduk dan berusaha yang terbaik menjadi pemimpin gereja.
Lalu, beberapa bulan kemudian, rekan sekerjaku, Saudari Xu, bilang gereja sedang memilih pengkhotbah, dan dia dengar pemimpin tingkat atas telah menominasikan kandidat. Mendengar ini, aku tak bisa menenangkan diri. Aku langsung menjawab, "Apa? Dia mencalonkan kandidat? Prinsip pemilihan jelas-jelas menyatakan tak seorang pun boleh mencalonkan kandidat, itulah yang dilakukan Iblis, naga merah yang sangat besar. Melakukan ini melanggar prinsip." Rekan sekerjaku langsung menanggapi, "Aku hanya mendengar itu, tapi tak tahu apa itu benar. Jangan menyebarkan itu." Saat dia mengatakan itu, aku setuju secara lisan, tapi terus memikirkannya dalam hati. Tak ada asap tanpa api, jika pemimpin tingkat atas tak melakukannya, kenapa ada orang mengatakan itu? Dia pasti melakukan itu dan ketahuan, karena itulah hal ini dibicarakan. Aku dahulu pengkhotbah dan dia memindahkanku dari posisi itu, lalu kini dia menunjuk kandidat. Dia benar-benar bertindak tanpa prinsip. Jadi, kusebutkan hal ini kepada seorang pemimpin di gereja lain, Saudari Lin. Beberapa saat kemudian, Saudari Lin memberitahuku bahwa dia akhirnya memahami masalah ini dalam pertemuan rekan sekerja. Pemimpin tingkat atas memilih orang untuk pemilihan itu dari pemimpin gereja yang sedikit lebih baik. Itu bukan menunjuk kandidat. Pemimpin tingkat atas juga bilang aku mengganggu pekerjaan gereja karena sembarangan menyebarkan desas-desus. Aku merasa dizalimi saat mendengar itu, juga merasa tak punya motivasi semacam itu. Aku hanya selintas memberi tahu Saudari Lin tentang yang kutahu. Bagaimana aku bisa tunjukkan muka setelah pemimpin tingkat atas bilang aku punya motivasi, dan membedahku di depan semua orang? Makin dipikirkan, rasanya makin dizalimi, dan aku tak bisa menahan air mata. Aku berdoa kepada Tuhan berulang kali, meminta Dia membimbingku memetik pelajaran. Aku sangat tertekan dan sengsara selama beberapa hari dan tak punya energi untuk apa pun. Lalu, dalam suatu pertemuan, aku membaca kutipan firman Tuhan dalam "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran" yang memberiku pemahaman tentang diriku. Firman Tuhan katakan: "Mereka di antara saudara-saudari yang selalu menyebarkan kenegatifan mereka adalah kaki tangan Iblis dan mereka mengacaukan gereja. Orang-orang seperti ini suatu hari kelak harus diusir dan disingkirkan. Dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan, jika orang tidak memiliki hati yang menghormati Tuhan, jika mereka tidak memiliki hati yang taat kepada Tuhan, mereka bukan saja tidak akan mampu melakukan pekerjaan apa pun bagi-Nya, tetapi justru sebaliknya, mereka akan menjadi orang-orang yang mengganggu pekerjaan Tuhan dan yang menentang Dia. ... Orang-orang yang dengan tulus percaya kepada Tuhan selalu memiliki Dia di dalam hati mereka, dan mereka selalu memelihara hati yang menghormati Tuhan, hati yang mengasihi Tuhan. Mereka yang percaya kepada Tuhan harus melakukan segala sesuatu dengan hati-hati dan bijaksana, dan semua yang mereka lakukan haruslah sesuai dengan tuntutan Tuhan dan mampu memuaskan hati-Nya. Mereka tidak boleh keras kepala, melakukan apa pun yang mereka sukai; itu tidak sesuai dengan tata tertib orang kudus. Orang tidak boleh mengamuk, mengibarkan panji Tuhan sembari menyombongkan diri dan menipu di mana-mana; ini adalah jenis perilaku yang paling memberontak. Keluarga mempunyai aturan mereka sendiri dan negara memiliki hukum mereka sendiri—bukankah terlebih lagi di rumah Tuhan? Bukankah standarnya bahkan lebih ketat? Bukankah bahkan ada lebih banyak ketetapan administratif? Orang bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi ketetapan administratif Tuhan tidak dapat diubah seenaknya. Tuhan adalah Tuhan yang tidak menoleransi pelanggaran manusia; Dia adalah Tuhan yang menghukum mati manusia. Sungguhkah manusia belum mengetahui hal ini?" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Firman Tuhan "kaki tangan Iblis" dan "mengacaukan gereja" membuatku pedih dan takut. Berdasarkan firman Tuhan, memberi tahu Saudari Lin bahwa pemimpin menunjuk kandidat tanpa memahami situasi sebenarnya adalah sembarangan menyebar dan menabur perselisihan. Saudari Xu jelas-jelas memperingatkanku, dia hanya mendengar itu dan tak tahu apa itu benar, tapi aku langsung memberi tahu Saudari Lin tentang itu. Aku ingin lebih banyak orang berpikir pemimpin tingkat atas tak bertindak sesuai prinsip, bahwa dalam hal sepenting pemilihan, dia menunjuk kandidat, bertindak sembunyi-sembunyi agar orang bias terhadapnya. Melakukan itu berarti menghancurkan pemimpin tingkat atas, menjadi kaki tangan Iblis, mengganggu pekerjaan gereja. Lalu, aku baca kutipan lain dari firman Tuhan. "Orang-orang yang adalah kepunyaan Iblis akan dikembalikan kepada Iblis, sedangkan orang-orang yang adalah milik Tuhan pasti akan mencari kebenaran; ini ditentukan oleh natur mereka. Biarlah semua yang mengikuti Iblis binasa! Tidak akan ada rasa kasihan yang ditunjukkan kepada orang-orang seperti ini. Biarlah mereka yang mencari kebenaran memperoleh pemeliharaan dan biarlah mereka menikmati firman Tuhan sepuas hati mereka. Tuhan itu adil; Dia tidak akan pilih kasih kepada siapa pun. Jika engkau adalah iblis, engkau tidak akan mampu melakukan kebenaran; jika engkau adalah orang yang mencari kebenaran, engkau pasti tidak akan ditawan oleh Iblis. Ini tidak diragukan lagi" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Peringatan Bagi Orang yang Tidak Melakukan Kebenaran"). Membaca firman Tuhan, "Biarlah semua yang mengikuti Iblis binasa," aku mulai gemetar ketakutan. Jika tak bertobat, terus bertindak sekehendak hati, menjadi kaki tangan Iblis, aku akan disingkap dan disingkirkan oleh Tuhan. Lalu, aku merenungkan ini: "Orang-orang yang adalah kepunyaan Iblis akan dikembalikan kepada Iblis, sedangkan orang-orang yang adalah milik Tuhan pasti akan mencari kebenaran." Jika bisa mencari kebenaran untuk mengatasi pelanggaranku dan mengenal diriku, tak bisakah aku mendapatkan belas kasih Tuhan? Lalu, aku bertanya-tanya kenapa reaksiku seperti itu mendengar Saudari Xu bilang pemimpin tingkat atas menunjuk kandidat. Beberapa bulan sebelumnya, saat tugasku diubah, aku sangat kesal dan sangat menentang pemimpin tingkat atas. Jadi, saat mendengar orang bilang pemimpin tingkat atas menunjuk kandidat, aku merasa dia pasti tak bertindak sesuai dengan prinsip, jadi kuberi tahu Saudari Lin tentang itu, ingin dia memihakku dan bias terhadap pemimpin itu juga. Aku sengaja menghakimi pemimpin tingkat atas dan ada juga unsur balas dendam. Itu motivasi yang sangat tercela dan kejam! Aku diliputi penyesalan saat melihat sisi buruk diriku. Jika pemimpin tingkat atas tak segera membedah esensi tindakanku agar semua orang bisa melihat motivasiku yang sebenarnya, begitu berita palsu itu menyebar ke saudara-saudari, mereka akan bias terhadap pemimpin tingkat atas dan tak akan bisa bekerja sama dengannya. Itu akan berdampak langsung pada pekerjaan gereja. Setelah itu, aku bergegas berdoa di hadapan Tuhan dan bertobat. Aku berdoa, "Ya Tuhan, aku menjadi kaki tangan iblis, mengacaukan dan mengganggu pekerjaan rumah Tuhan. Aku tak ingin terus bicara dan bertindak dari kerusakan. Aku ingin memahami pelanggaran dan perbuatan jahatku, serta benar-benar bertobat. Tolong bimbing aku."
Aku berdoa dan mencari di hadapan Tuhan selama masa itu. Kenapa aku begitu menentang terhadap perubahan tugasku, bahkan sampai bekerja untuk Iblis, menciptakan perselisihan di antara saudara-saudari, menghakimi pemimpin tingkat atas? Dalam masa teduhku suatu hari, kubaca firman Tuhan ini: "Mereka yang memuliakan dirinya sendiri di hadirat Tuhan adalah orang-orang yang paling hina, sedangkan mereka yang menganggap dirinya hina adalah orang-orang yang paling dihormati. Dan mereka yang berpikir bahwa mereka mengetahui pekerjaan Tuhan dan yang bahkan mampu menyatakan pekerjaan Tuhan kepada orang lain dengan gembar-gembor besar bahkan sementara mereka memandang langsung ke arah-Nya—mereka adalah orang-orang yang paling bodoh. Orang-orang semacam itu tidak memiliki kesaksian tentang Tuhan, congkak dan penuh kesombongan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Semua Orang yang Tidak Mengenal Tuhan adalah Orang-Orang yang Menentang Tuhan"). "Aku menasihati engkau semua agar tidak menganggap dirimu lebih berharga daripada emas. Jika orang lain bisa menerima penghakiman Tuhan, mengapa engkau tidak bisa? Apakah engkau jauh lebih tinggi di atas orang lain? Jika orang lain bisa menghormati kebenaran, mengapa engkau tidak bisa melakukan hal itu juga?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Kristus Melakukan Pekerjaan Penghakiman dengan Menggunakan Kebenaran"). Penghakiman dan penyingkapan firman Tuhan langsung menyentuh hatiku. Aku memang orang yang congkak dan angkuh. Aku telah melayani sebagai pengkhotbah dan mempelajari beberapa prinsip, jadi merasa punya kualitas baik dan belajar dengan cepat, bahwa aku orang berbakat dan harus dibina. Mendengar saudara-saudari memujiku bisa menderita, berkorban dalam tugas, dan mencari kebenaran di usia sangat muda, aku mulai meninggikan diri. Aku melabeli diriku pencari kebenaran. Pemimpin tingkat atas bersekutu denganku tentang prinsip, dan berkata situasiku yang membuatku tak cocok melayani sebagai pengkhotbah, tapi aku tak bisa menerima itu. Aku bahkan merasa perubahan tugasku adalah karena pemimpin tingkat atas coba mempersulitku, dia tak mengikuti prinsip. Aku terlalu meninggikan diri, berpikir aku hebat, tanpa melihat esensi diriku. Aku juga sangat yakin cocok menjadi pengkhotbah, tapi sebenarnya, aku belum lama menjadi orang percaya dan tak punya banyak pengalaman nyata. Menghadapi masalah nyata, seperti pemimpin gereja tak bekerja sama dengan baik, aku tak punya pengalaman nyata untuk membantu mereka. Dua bulan setelah tugasku diganti, aku masih tak senang, bahkan tak ada penerimaan paling mendasar. Aku bahkan diam-diam menghakimi tindakan pemimpin tingkat atas telah melawan prinsip. Aku congkak melampaui nalar. Aku tak bisa memecahkan masalah nyata dengan kebenaran dan tak tahu cara mengalami pekerjaan Tuhan. Aku juga tak benar-benar tunduk atau memetik pelajaran saat menghadapi masalah. Itu saja sudah cukup untuk menunjukkan aku tak punya banyak pengalaman nyata, tak paham kebenaran, dan tak punya pengetahuan tentang kerusakan yang kutunjukkan. Bagaimana aku bisa menyelesaikan masalah nyata di gereja-gereja itu? Saat pemimpin tingkat atas mengubah tugasku, dia bilang aku tak punya banyak pengalaman hidup dan tak bisa memecahkan masalah nyata. Tanpa kenyataan mengungkapkan ini, aku tak akan pernah tahu betapa congkaknya aku.
Lalu, aku membaca ini dalam kutipan firman Tuhan: "Hari ini Tuhan menghakimi, menghajar dan menghukum engkau, tetapi ketahuilah bahwa penghukuman atasmu bertujuan supaya engkau dapat mengenal dirimu sendiri. Penghukuman, kutukan, penghakiman, hajaran—semua ini bertujuan agar engkau dapat mengenal dirimu sendiri, sehingga watakmu bisa berubah, dan terlebih lagi, supaya engkau dapat mengetahui nilaimu, dan melihat bahwa semua tindakan Tuhan adalah benar, dan sesuai dengan watak-Nya dan kebutuhan pekerjaan-Nya, bahwa Dia bekerja sesuai dengan rencana-Nya untuk keselamatan manusia, dan bahwa Dia adalah Tuhan yang benar yang mengasihi dan menyelamatkan manusia, yang menghakimi dan menghajar manusia" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Engkau Harus Mengesampingkan Berkat Status dan Memahami Kehendak Tuhan untuk Memberikan Keselamatan kepada Manusia"). Aku sangat tersentuh setelah membaca firman Tuhan. Tugasku yang diubah adalah kasih dan perlindungan Tuhan bagiku. Jika itu tak terjadi, aku tak akan tahu betapa congkaknya aku. Pemimpin tingkat atas mengeksposku, lalu penghakiman dan penyingkapan Tuhan yang keras benar-benar menamparku, tapi itu membantuku melihat kecongkakanku, kurangnya rasa hormatku kepada Tuhan, menjadi kaki tangan Iblis demi status dan keuntungan sendiri, serta mengganggu pekerjaan gereja. Tuhan menghentikanku tepat waktu, memungkinkanku mengenal diriku.
Setelah itu, aku hanya berusaha yang terbaik sebagai pemimpin gereja. Rekan sekerjaku, Saudari Xu, mengurus keluarga selain melakukan tugas. Aku tak punya tanggung jawab rumah tangga seperti itu, jadi waktuku sedikit lebih bebas. Saat saudara-saudari mengalami kesulitan, aku lebih sering bersekutu dan menyelesaikan masalah. Awalnya, aku memahami dan memaafkan Saudari Xu, tapi setelah beberapa saat, aku mulai merasa lebih terlibat daripada dia. Kadang kulihat saat ada masalah di keluarganya, dia tak segera menindaklanjuti atau menangani urusan gereja, jadi aku merasa membencinya. Aku merasa dia terlalu menyayangi keluarganya, dan seiring waktu itu menghambat pekerjaan gereja. Kadang aku bersekutu dengan Saudari Xu, tapi melihatnya terlihat sedikit cemas, nada suaraku keras dan tajam terhadapnya. Saudari Xu merasa terkekang olehku, takut aku marah kepadanya jika dia melakukan kesalahan. Karena tak memahami benar watak congkakku, masalah lamaku mulai muncul lagi tak lama kemudian.
Kemudian, Saudari Xu menjadi kandidat pengkhotbah, lalu terpilih. Sulit bagiku menerima itu saat mengetahuinya. Kupikir aku tak bisa menjadi kandidat hanya karena masih muda, tapi mustahil aku kalah dari Saudari Xu. Kualitasku lebih baik daripada dia, energiku lebih banyak dalam tugas, dan tak terikat keluarga. Aku juga baru dipangkas dan ditangani, aku telah gagal dan disingkap, lalu mendapatkan pemahaman tentang diriku. Aku masih menunjukkan sedikit kecongkakan, tapi sudah berubah sedikit. Kini Saudari Xu terpilih sebagai pengkhotbah, bertanggung jawab atas pekerjaan beberapa gereja, tapi aku hanya bertanggung jawab atas satu gereja, apa itu artinya kemampuanku kurang? Aku masih sangat muda—bukankah hanya menjadi pemimpin di gereja itu menyia-nyiakan bakatku? Dengan kualitasku, aku hanya bisa memimpin satu gereja? Tak bisakah aku memainkan peran penting di rumah Tuhan? Kenapa pemimpin tingkat atas tak melihat kemajuan dan perubahanku? Seorang pengkhotbah, Saudari Zhang, juga memangkas dan menanganiku dalam pertemuan beberapa kali berturut-turut. Dia bilang, "Dalam interaksiku dahulu denganmu, kupikir kemanusiaanmu sangat baik. Aku terkejut melihatmu sangat congkak dan mementingkan diri sendiri. Dengan sedikit kualitas, kau memandang rendah dan selalu membatasi orang lain. Kau terus merengut kepada orang-orang. Sekarang kulihat kau tak punya kemanusiaan yang baik." Aku sangat sedih mendengarnya mengatakan itu. Kenapa dia harus membicarakan masalahku di setiap pertemuan? Kenapa dia begitu keras kepadaku? Aku hanya menunjukkan sedikit kerusakan, sedikit congkak, tapi apa perlu bicara denganku seperti itu? Saat benar-benar tak tahan, aku lari ke kamar mandi untuk menangis diam-diam. Jantungku serasa dihujam pisau. Aku memanggil Tuhan dalam doa setiap hari, meminta Dia membimbingku memetik pelajaran.
Selama masa itu, aku membaca banyak firman Tuhan yang menghakimi dan menyingkap. Salah satu kutipan itu menorehkan kesan mendalam padaku. Firman Tuhan katakan: "Sebaiknya engkau semua mencurahkan lebih banyak upaya untuk mengetahui kebenaran tentang mengenal dirimu sendiri. Mengapa engkau semua tidak berkenan bagi Tuhan? Mengapa watakmu adalah kejijikan bagi-Nya? Mengapa perkataanmu membangkitkan kebencian-Nya? Begitu engkau semua telah menunjukkan sedikit kesetiaan, engkau memuji dirimu sendiri dan menuntut upah untuk sumbangsih kecilmu; engkau memandang rendah orang lain ketika mampu memperlihatkan sedikit ketaatan, dan menjadi sombong di hadapan Tuhan setelah menyelesaikan tugas kecil. Karena menyambut Tuhan, engkau semua meminta uang, hadiah, dan pujian. Hatimu sakit ketika memberikan satu atau dua koin; lalu ketika memberi sepuluh koin, engkau semua berharap mendapat berkat dan diistimewakan dari yang lain. Kemanusiaan seperti itu benar-benar menjijikkan untuk dibicarakan atau didengarkan. Adakah yang layak dipuji dari perkataan dan tindakanmu? Mereka yang melakukan tugasnya dan yang tidak; mereka yang memimpin dan yang mengikuti; mereka yang menyambut Tuhan dan yang tidak; mereka yang memberi sumbangan dan yang tidak; mereka yang berkhotbah dan yang menerima firman, dan seterusnya: manusia-manusia seperti itu semuanya mencari pujian bagi diri mereka sendiri. Tidakkah menurutmu ini menggelikan? Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau percaya kepada Tuhan, engkau tidak dapat hidup sesuai dengan Tuhan. Sekalipun mengetahui sepenuhnya bahwa engkau sama sekali tidak layak, engkau tetap saja menyombong. Tidakkah engkau semua merasa bahwa akalmu sudah tumpul sedemikian rupa sampai-sampai engkau tidak lagi punya pengendalian diri? Dengan akal seperti ini, bagaimana mungkin engkau layak bersekutu dengan Tuhan? Di saat genting ini, tidakkah engkau semua cemas akan dirimu sendiri? Watakmu telah sedemikian merosot sampai-sampai engkau tidak mampu untuk sesuai dengan Tuhan. Dengan demikian, bukankah imanmu itu menggelikan? Bukankah imanmu itu tidak masuk akal? Bagaimana engkau akan menghadapi masa depanmu? Bagaimana engkau akan memilih jalan yang harus engkau lalui?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Mereka yang Tidak Sesuai dengan Kristus Pasti Merupakan Lawan Tuhan"). Firman Tuhan dengan sempurna menyingkap keadaanku. Setelah mempelajari beberapa prinsip dalam tugas, aku merasa punya kualitas hebat dan berbakat. Saat aku sedikit berkorban dan membayar, aku meninggikan diri dan merasa mengejar kebenaran. Saat aku dan Saudari Xu bermitra, aku melakukan sedikit lebih banyak pekerjaan, lalu merasa lebih banyak mengejar dan lebih baik. Melihat Saudari Xu terhambat urusan keluarga, aku tak memaklumi, justru meremehkan dan memandang rendah dia, serta cenderung mengkritiknya. Aku sama sekali tak punya kasih untuknya, justru selalu menahannya. Itu benar-benar menunjukkan watak congkak dan membuat Tuhan jijik. Meski Saudari Xu punya keterikatan keluarga, kemanusiaannya baik dan kukuh dalam melakukan tugas. Persekutuannya juga sangat nyata, dan dia bisa menyelesaikan kesulitan orang. Seperti saat musim sibuk di ladang, beberapa orang datang terlambat ke pertemuan atau tak rutin hadir. Aku bersekutu dengan mereka bahwa ini waktu krusial untuk mengejar kebenaran, mereka tak akan mendapatkan apa-apa dari sibuk dengan kehidupan daging, dan orang bodoh merusak diri dengan hasrat akan kenyamanan. Aku akan mempersekutukan kata-kata hampa itu, dan mereka akan mengangguk setuju, tapi setelah itu tetap sibuk dengan ladang dan terus datang terlambat ke pertemuan. Namun, Saudari Xu punya ikatan keluarga, dia bisa memahami perjuangan kehidupan nyata mereka. Dia bersekutu dengan saudara-saudari tentang pengalamannya untuk membantu mereka. Mereka mendengarkan dan merasa itu sangat nyata, lalu biasanya rutin berkumpul lagi. Kami berdua bersekutu dengan saudara-saudari. Aku tak bisa menyelesaikan masalah nyata mereka, tapi Saudari Xu bisa mendapat hasil dengan persekutuannya. Dari sini kita tahu dia benar-benar punya pengalaman nyata.
Kemudian aku membaca kutipan lain dari firman Tuhan yang membantuku memahami apa itu kenyataan. Firman Tuhan katakan: "Menjunjung tinggi firman Tuhan dan mampu menjelaskannya secara gamblang bukan berarti engkau memiliki realitas; segala sesuatu tidak sesederhana yang engkau bayangkan. Entah engkau memiliki realitas atau tidak bukan didasarkan pada apa yang engkau ucapkan, melainkan pada apa yang engkau hidupi. Hanya ketika firman Tuhan menjadi hidupmu dan ungkapan alamimu, barulah engkau disebut memiliki realitas, dan hanya dengan demikianlah engkau dianggap memiliki pemahaman sejati dan tingkat pertumbuhan yang nyata. Engkau harus mampu menanggung pemeriksaan untuk jangka waktu panjang, dan engkau harus dapat hidup dalam keserupaan yang Tuhan kehendaki. Itu bukan semata-mata tentang bersikap, melainkan harus mengalir secara alami dari dalam dirimu. Hanya dengan demikian, engkau akan benar-benar memiliki realitas, dan baru kemudian engkau akan memperoleh kehidupan. ... Celakalah mereka yang sombong dan congkak, dan celakalah mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang diri mereka sendiri; orang-orang seperti itu paling pintar berbicara tetapi paling buruk dalam mewujudkan kata-kata mereka dalam tindakan. Begitu ada sedikit saja tanda kesukaran, orang-orang ini mulai ragu dan pikiran untuk menyerah memasuki pikiran mereka. Mereka tidak memiliki realitas apa pun; yang mereka miliki hanyalah teori yang lebih muluk daripada agama, tanpa satu pun realitas yang Tuhan kehendaki saat ini. Aku paling muak terhadap orang-orang yang hanya berbicara tentang teori dan tidak memiliki realitas. Mereka berteriak paling nyaring ketika melakukan pekerjaan mereka, tetapi begitu dihadapkan pada realitas, mereka hancur berantakan. Bukankah itu menunjukkan bahwa orang-orang ini tidak memiliki realitas? Seberapa pun ganasnya angin dan ombak, jika engkau dapat tetap bertahan tanpa mengizinkan sedikit pun keraguan memasuki pikiranmu, serta dapat berdiri teguh dan tetap tidak menyangkal bahkan ketika tidak ada orang lain yang tersisa, maka engkau bisa dianggap memiliki pemahaman yang benar dan benar-benar memiliki realitas. Jika engkau condong ke arah mana pun angin bertiup—jika engkau mengikuti mayoritas dan belajar meniru omongan orang lain—sefasih apa pun engkau bicara, itu bukan bukti bahwa engkau memiliki realitas. Oleh karena itu, Aku menasihatimu agar engkau tidak buru-buru meneriakkan omong kosong. Apakah engkau tahu apa yang akan Tuhan perbuat? Janganlah bersikap seperti Petrus agar tidak mempermalukan diri sendiri dan tidak bisa lagi mengangkat kepala; ini tidak akan berguna bagi siapa pun. Kebanyakan orang tidak memiliki tingkat pertumbuhan yang nyata. Sekalipun Tuhan telah melakukan banyak pekerjaan, Dia belum mendatangkan realitas atas manusia; lebih tepatnya, Dia tidak pernah secara pribadi menghajar siapa pun. Beberapa orang telah disingkapkan oleh ujian seperti itu, dengan tangan mereka yang berdosa terulur lebih jauh dan makin jauh, berpikir bahwa mereka dapat dengan mudahnya memanfaatkan Tuhan, bahwa mereka dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan. Karena mereka bahkan tidak mampu menghadapi ujian semacam ini, ujian yang lebih menantang akan mustahil mereka hadapi, apa lagi memiliki realitas. Bukankah mereka sedang mencoba membodohi Tuhan? Memiliki realitas bukanlah sesuatu yang dapat dipalsukan, dan realitas juga bukan sesuatu yang dapat engkau peroleh lewat mengetahuinya. Itu tergantung pada tingkat pertumbuhanmu yang sebenarnya, dan apakah engkau mampu bertahan menghadapi semua ujian atau tidak. Pahamkah engkau sekarang?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Hanya Melakukan Kebenaranlah yang Berarti Memiliki Realitas"). Firman Tuhan sangat jelas. Entah seseorang punya kenyataan bukan hanya dilihat dari ucapan mereka, tapi apa mereka menerapkan kebenaran, juga bersaksi tentang Tuhan dalam hidup. Jika kau hanya memahami doktrin, lalu berpikir punya kenyataan, itu congkak dan kurang pengetahuan diri. Aku merasa diliputi iman, menangani pekerjaan gereja dengan cepat, antusias dalam tugas, dan tampak bisa tunduk kepada Tuhan, tapi setelah Saudari Xu terpilih menjadi pengkhotbah, aku kehilangan keseimbangan. Aku merasa lebih baik darinya, lebih cakap, kenapa aku tak dipilih? Keluhan bermunculan di hatiku, merasa itu tak adil bagiku. Berdasarkan yang kutunjukkan, aku tak mengenal diriku dan tak bisa tunduk pada situasi yang Tuhan tetapkan. Sama sekali tak punya kenyataan kebenaran. Aku hanya punya antusiasme dalam tugas dan bisa bicara doktrin. Kupikir itu tingkat pertumbuhanku yang sebenarnya, tapi aku tak memahami kesulitan saudara-saudari yang sebenarnya dan tak bisa memecahkan masalah mereka. Menjadikanku pemimpin gereja adalah memberiku kesempatan, tapi aku tak mengenal diriku sama sekali dan ingin berjuang menjadi pengkhotbah. Aku congkak di luar nalar. Aku ingin dihargai secara khusus oleh Tuhan, yang tak mungkin. Tuhan tak akan menyukai orang yang lepas kendali dan tanpa nalar. Melihat diriku punya watak congkak dan tak membuat perubahan apa pun, perilakuku dibenci dan menjijikan bagi Tuhan, aku merasa sangat menyesal. Rasanya aku terlalu mati rasa dan benar-benar tak mengenal diriku. Jika Saudari Zhang tak menanganiku, aku tak akan melihat masalahku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena mengatur situasi seperti itu untukku.
Setelah itu, kubaca kutipan lain dari firman Tuhan yang membantuku memahami kehendak Tuhan. Firman Tuhan katakan: "Saat engkau mengalami sedikit kendala atau kesulitan, itu baik bagimu; jika engkau semua diberi kemudahan, engkau semua akan hancur, lalu bagaimana engkau dapat dilindungi? Sekarang ini, karena engkau semua dihajar, dihakimi, dan dikutuk, maka engkau diberi perlindungan. Oleh karena engkau semua telah banyak menderita, maka engkau dilindungi. Jika tidak, engkau pasti sudah lama jatuh ke dalam kebobrokan. Ini bukanlah mempersulitmu dengan sengaja—natur manusia sulit untuk diubah, dan harus dengan cara ini barulah watak manusia bisa berubah. Saat ini, engkau semua bahkan tidak memiliki nurani ataupun nalar yang dimiliki oleh Paulus, dan engkau juga tidak memiliki kesadaran dirinya. Engkau semua harus selalu ditekan, dan harus selalu dihajar dan dihakimi supaya semangatmu bangkit. Hajaran dan penghakiman adalah yang terbaik bagi hidupmu. Dan bila perlu, harus ada juga hajaran berbagai peristiwa yang menimpamu; hanya dengan demikian engkau semua akan sepenuhnya tunduk. Seperti itulah naturmu, sehingga tanpa hajaran dan kutukan, engkau tidak akan mau menundukkan kepala, tidak akan mau tunduk. Tanpa adanya berbagai fakta di hadapan matamu, tidak akan ada pengaruhnya. Sifatmu terlalu hina dan tidak berharga! Tanpa hajaran dan penghakiman, akan sulit bagi engkau semua untuk ditaklukkan, dan akan berat bagi ketidakbenaran dan ketidaktaatanmu untuk dikalahkan. Natur lamamu sudah begitu kuat berakar. Jika engkau semua ditempatkan di atas takhta, engkau tidak akan tahu tingginya surga dan dalamnya bumi, terlebih lagi ke mana arah tujuanmu. Engkau semua bahkan tidak tahu dari mana engkau berasal, jadi bagaimana engkau semua dapat mengenal Sang Pencipta? Tanpa hajaran dan kutukan zaman sekarang yang datang tepat pada waktunya, akhir hidupmu pasti sudah lama tiba. Belum lagi nasibmu—bukankah hal itu bahkan lebih terancam bahaya? Tanpa hajaran dan penghakiman yang datang tepat pada waktunya ini, siapa yang tahu akan menjadi seberapa congkaknya engkau semua, atau seberapa bejatnya engkau jadinya. Hajaran dan penghakiman ini telah membawamu sampai ke hari ini, dan hal itu telah mempertahankan kelangsungan hidupmu. Jika engkau semua masih 'dididik' dengan menggunakan metode yang sama dengan metode 'ayah'-mu, siapa yang tahu dunia macam apa yang akan engkau semua masuki! Engkau semua sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan memeriksa dirimu sendiri. Bagi orang-orang sepertimu, jika engkau sekadar mengikuti dan menaati tanpa menimbulkan gangguan atau kekacauan, tujuan-Ku akan tercapai. Bukankah lebih baik bagimu jika menerima hajaran dan penghakiman saat ini? Adakah pilihan lain bagimu?" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Penerapan (6)"). Saat membaca firman Tuhan, adegan demi adegan melintas di benakku, dari menjadi pengkhotbah hingga tugasku berubah. Aku benar-benar bisa merasakan penghakiman dan pemangkasan Tuhan adalah perlindungan-Nya bagiku. Aku sangat congkak sehingga tak bisa melihatnya, juga benar-benar keras kepala dan memberontak di hati. Jika fakta tak mengetuk pintuku berulang kali seperti itu, entah sejauh apa aku akan tersesat dalam kecongkakanku. Aku juga merasakan betapa nyatanya kasih Tuhan bagi umat manusia. Tuhan terus mengatur situasi untuk memperingatkanku dan membantuku datang ke hadapan-Nya untuk merenungkan diri. Firmannya membimbingku, menghakimi serta menyingkap pemberontakan dan kerusakanku, membuatku mengenal diri sendiri dan bertobat kepada Tuhan. Tuhan begitu bertanggung jawab atas kehidupan manusia. Dia begitu pengasih dan sangat layak mendapat kasih kita. Arti sebenarnya dari kata-kata ini, "Hajaran dan penghakiman Tuhan adalah terang, serta terang keselamatan manusia, dan tidak ada berkat, kasih karunia, atau perlindungan yang lebih baik bagi manusia," adalah sesuatu yang mulai kupahami. Jika orang ingin wataknya ditahirkan dan berubah, itu tak bisa dipisahkan dari penghakiman dan hajaran Tuhan. Aku memanjatkan doa ketundukan kepada Tuhan, siap mengabdi dalam tugas itu, meski tak pernah dipromosikan, aku siap dan bersedia tunduk pada pengaturan Tuhan.
Tak lama, aku mendapat surat dari pemimpin tingkat atas, memberi tahu aku telah dipromosikan dan akan bertugas di tempat lain. Aku tak pernah membayangkan itu. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan saat itu dan merasakan betapa pengasihnya Dia! Kenyataannya adalah Tuhan tak coba membuatku terjebak di sana, tak bisa melakukan tugas lain, aku hanya bermasalah dan menentang segalanya, jadi aku butuh Tuhan mengatur keadaan itu untuk mentahirkan dan mengubahku. Aku juga benar-benar merasakan niat tulus Tuhan untuk menyelamatkanku. Syukur kepada Tuhan!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.