Kenapa Aku Tak Berani Mengawasi Pekerjaan

24 November 2022

Oleh Saudari Song Yu, Belanda

Dua tahun lalu, saat aku mulai melayani sebagai pemimpin gereja, beberapa rekan sekerjaku telah percaya Tuhan lebih lama dariku. Kupikir mereka lebih memahami kebenaran dan punya lebih banyak pengalaman kerja daripadaku, jadi aku tak berani bertanya terlalu banyak tentang beberapa pekerjaan gereja. Aku takut mereka bilang aku baru menjadi pemimpin, jadi ikut campur dalam semua pekerjaan dan coba melibatkan diri meski tak tahu apa-apa. Dalam beberapa hal terkait prinsip, aku tak berani mempertahankan pandangan dan pendapatku. Takut orang lain akan bilang aku terlalu congkak dan tak punya pengetahuan diri, jadi aku selalu menahan diri dalam tugas.

Saat itu, kulihat kemajuan beberapa pekerjaan gereja terlalu lambat, saudara-saudari melakukan tugas tanpa memahami prinsip, dan kemajuan tertunda karena mereka sering terjebak pada hal sepele. Saudari Zhang telah mengawasi pekerjaan ini selama hampir dua tahun, tapi masih tak memahami pekerjaan itu dan tak bisa memecahkan masalah nyata. Dia tak cocok menjadi pemimpin. Karena Saudari Zhang ada di bawah Saudari Li, kulaporkan masalah ini kepada Saudari Li dan menyarankan memberhentikan Saudari Zhang, tapi dia bilang Saudari Zhang masih bisa melakukan beberapa pekerjaan untuk sekarang, dan dia tak bisa menemukan pengganti yang cocok, jadi ingin mempertahankannya dulu. Saat mendengar tanggapan Saudari Li, dalam pikiranku aku tak setuju, "Saudari Zhang sudah hampir dua tahun menjadi pemimpin, tapi bahkan belum menyelesaikan masalah dasar, itu memengaruhi kemajuan pekerjaan. Kenapa mempertahankan dia? Kita tahu dia tak cocok untuk pekerjaan itu, mari tak gunakan dia di sini, dan bina seseorang yang berkualitas baik." Aku ingin beri tahu Saudari Li, kita harus bertindak sesuai prinsip, tapi kupikir, "Dia sudah bilang tak bisa menemukan pengganti yang cocok untuk saat ini. Jika aku terus memintanya memindahkan Saudari Zhang, apa dia akan merasa aku kelewatan dan mengganggu pekerjaannya? Aku baru mulai bekerja di gereja, jika kesanku buruk di mata Saudari Li, bagaimana kami bisa bermitra setelah itu? Lupakan saja, sebaiknya kubiarkan."

Aku lalu mengetahui Saudari Chen, yang mengawasi pekerjaan video, tak melakukan kerja nyata. Proyek video yang dia tangani sudah tiga bulan belum menghasilkan video yang memenuhi standar. Dia tak tahu keadaan orang-orang di kelompoknya atau masalah dan kesulitan yang mereka hadapi dalam membuat video, mereka juga sering harus mengerjakan ulang video di masa itu, yang menunda kemajuan. Aku mendiskusikan cara menangani masalah ini dengan para rekan sekerjaku. Mereka semua berpikir Saudari Chen punya kemanusiaan yang baik, sudah lama mengepalai pekerjaan video dan familier dengan profesi itu, jadi karena tak ada kandidat yang cocok untuk saat ini, dia bisa tetap bertanggung jawab. Aku tak setuju saat mendengar itu, kupikir, "Kita tak bisa pertahankan dia hanya karena kemanusiaannya tak buruk dan akrab dengan pekerjaan itu. Yang penting adalah apa dia melakukan kerja nyata dan memecahkan masalah nyata. Saudari Chen tak bisa memecahkan masalah dalam pekerjaan video sama sekali. Mempertahankan dia bukan tindakan tepat. Dia perlu diganti." Aku punya kekhawatiran, "Tanggung jawab utama Saudari Liu adalah pekerjaan video dan mereka semua merasa Saudari Chen cocok, jika aku tak setuju, apa mereka akan berpikir aku terlalu mengendalikan? Sebelumnya, aku ingin memindahkan Saudari Zhang dan kini ingin memberhentikan Saudari Chen. Akankah mereka berpikir aku terlalu congkak, ingin menggantikan siapa pun yang kuanggap tak cocok tanpa memberi kesempatan bertobat, dan aku tak punya perasaan?" Jadi, saat kata-kata itu ada di ujung lidahku, aku menelannya.

Setelah lebih dari sebulan, Saudari Zhang dan Saudari Chen diberhentikan karena tak melakukan kerja nyata. Pada saat yang sama, para pemimpin tingkat atasku menyatakan aku pemimpin tak bertanggung jawab, karena tak segera mengganti pemimpin yang kutahu tak layak, yang menunda pekerjaan gereja. Mereka menanganiku dengan keras karena tak melakukan kerja nyata dan menganalisisku, aku berpedoman falsafah iblis menjadi penyenang orang, tak menerapkan kebenaran dan tak menjunjung pekerjaan gereja. Mereka bilang aku tak cocok menjadi pemimpin, lalu diberhentikan. Pemangkasan dan penanganan para pemimpin terasa seperti pukulan. Tak kusangka masalahku begitu serius sehingga pantas diberhentikan. Itu membuatku sangat sedih. Aku merasa yang kudapat dari tugasku hanyalah penyesalan dan utang budi kepada Tuhan. Aku benar-benar membenci diriku. Kenapa aku tak bisa menerapkan kebenaran dan menjunjung pekerjaan gereja? Kenapa selalu hidup berpedoman falsafah iblis? Aku berdoa kepada Tuhan, meminta Tuhan membimbingku dalam memahami masalahku.

Di masa teduh rohaniku, aku baca beberapa firman Tuhan, "Watak apakah ketika orang tidak bertanggung jawab terhadap tugas mereka, melakukannya dengan ceroboh dan asal-asalan, bertindak seperti orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya, dan tidak membela kepentingan rumah Tuhan? Ini adalah kelicikan, ini adalah watak Iblis. Hal yang paling mencolok dalam falsafah hidup manusia adalah kelicikan. Orang berpikir bahwa jika mereka tidak licik, mereka akan cenderung menyinggung orang lain dan tidak dapat melindungi diri mereka sendiri; mereka berpikir mereka harus cukup licik untuk tidak menyakiti atau menyinggung siapa pun, dan dengan demikian membuat diri mereka aman, melindungi mata pencaharian mereka, dan memiliki pengaruh di antara orang banyak. Semua orang tidak percaya hidup berdasarkan falsafah Iblis. Mereka semua adalah orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya dan tidak menyinggung siapa pun. Engkau telah datang ke rumah Tuhan, membaca firman Tuhan, dan mendengarkan khotbah dari rumah Tuhan. Jadi, mengapa engkau selalu menjadi orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya? Orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya hanya melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bukan kepentingan gereja. Ketika mereka melihat ada orang yang melakukan kejahatan dan merugikan kepentingan gereja, mereka mengabaikannya. Mereka suka menjadi orang yang selalu setuju dengan pemimpinnya, dan tidak menyinggung siapa pun. Ini artinya tidak bertanggung jawab, dan orang semacam itu terlalu licik dan tak dapat dipercaya. Untuk melindungi kesombongan dan reputasi mereka sendiri, dan menjaga nama baik dan status mereka, beberapa orang dengan senang hati membantu orang lain dan berkorban untuk teman-teman mereka apa pun taruhannya. Namun, ketika mereka harus melindungi kepentingan rumah Tuhan, kebenaran, dan keadilan, mereka tidak memiliki niat baik seperti itu, niat itu telah lenyap sama sekali. Ketika mereka seharusnya menerapkan kebenaran, mereka tidak melakukannya. Apa yang sedang terjadi? Untuk melindungi martabat dan reputasi mereka sendiri, mereka akan membayar harga berapa pun dan menderita apa pun. Namun, ketika mereka harus melakukan pekerjaan nyata, melindungi hal-hal positif, serta melindungi dan membekali umat pilihan Tuhan, mengapa mereka tidak lagi memiliki kekuatan untuk membayar harga apa pun dan menderita apa pun? Itu tak masuk akal. Sebenarnya, mereka memiliki semacam watak yang muak akan kebenaran. Mengapa watak mereka adalah watak yang muak akan kebenaran? Karena setiap kali ada sesuatu yang melibatkan bersaksi bagi Tuhan, menerapkan kebenaran, melindungi umat pilihan Tuhan, berperang melawan tipu daya Iblis, atau melindungi hal-hal positif, mereka melarikan diri dan bersembunyi, dan tidak melakukan apa yang sepantasnya mereka lakukan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). "Ketika engkau semua melihat suatu masalah dan tidak melakukan apa pun untuk menghentikannya, dan tidak bersekutu tentangnya, dan tidak berusaha untuk membatasinya, dan selain itu, engkau tidak melaporkannya kepada atasanmu, tetapi berperan sebagai 'orang baik', apakah itu tanda ketidaksetiaan? Apakah orang-orang baik tersebut setia kepada Tuhan? Tidak sedikit pun. Orang semacam itu bukan saja tidak setia kepada Tuhan—mereka juga bertindak sebagai kaki tangan Iblis, pelayan dan pengikutnya. Mereka tidak setia dalam tugas dan tanggung jawab mereka, melainkan kepada Iblislah, mereka sangat setia. Di sinilah letak inti masalahnya" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Penyelesaian Tugas yang Benar Membutuhkan Kerja Sama yang Harmonis"). Firman Tuhan mengungkapkan orang licik melakukan segala cara untuk melindungi kepentingan sendiri. Untuk menjaga reputasi, saat bersosialisai, mereka menerapkan falsafah duniawi dan tak menyinggung orang. Jika perlu menerapkan kebenaran untuk melindungi pekerjaan gereja, mereka mundur. Aku sungguh licik. Setelah menjadi pemimpin, kulihat para rekan sekerja lebih lama percaya Tuhan dan punya pengalaman kerja lebih banyak dariku, jadi aku merasa harus punya pengetahuan diri. Jika itu bukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku, aku tak khawatir atau bertanya lagi, agar mereka tak berpikir aku suka ikut campur dan membuat kesan buruk. Demi menjaga hubungan baik dengan para rekan sekerja, punya pijakan yang kokoh di antara mereka, aku bersikap licik dan curang, serta selalu menjadi penyenang orang. Saat melihat ada pemimpin palsu di gereja, aku tak segera memecat mereka. Bahkan dalam lingkup wewenangku, aku tak berani bertanya terlalu banyak. Aku takut terlalu berinisiatif akan membuat orang bilang aku melangkahi wewenang. Aku hidup berpedoman "Lindungi pertemananmu dengan tak pernah menunjukkan kesalahan orang lain," "Ketika kau tahu sesuatu kitu salah, lebih baik jangan terlalu membicarakannya," "Diam itu emas, dan orang yang banyak bicara banyak melakukan kesalahan," "Lindungi dirimu, jangan sampai disalahkan," dan falsafah iblis lainnya. Dalam segala hal, aku menjaga hubungan dengan orang dan citraku di mata rekan sekerja. Aku mengikuti dan mendukung pandangan mereka tanpa memikirkan apakah pekerjaan gereja akan dirugikan. Aku melihat masalah, tapi tak berani angkat bicara. Aku tahu harus menerapkan kebenaran, tapi aku melindungi diri sendiri dan mengikuti arus. Bukan saja licik dan curang, aku juga lelah dengan kebenaran. Kupikir mendiamkan kesalahan orang lain itu tindakan cerdas. Dengan cara ini, aku bisa menjaga hubunganku dan rekan sekerja, punya pijakan kuat di antara para pemimpin dan pekerja. Aku tak menduga akan disingkap dan diberhentikan begitu cepat. Aku melihat pemimpin yang tak layak, tapi tak berani menjunjung prinsip dan memberhentikan mereka tepat waktu. Justru membiarkan mereka terus menunda dan merugikan pekerjaan di gereja. Aku melindungi pemimpin palsu dan bertindak sebagai kaki tangan Iblis. Aku melakukan kejahatan dan menentang Tuhan. Saat memikirkan ini, aku menyesal. Seandainya aku menjunjung prinsip dan memberhentikan dua pemimpin palsu lebih awal, itu tak akan menunda pekerjaan gereja begitu lama.

Aku juga merenungkan diri. Kenapa aku selalu merasa lebih banyak menyuarakan pendapat atau melakukan lebih banyak pekerjaan artinya terlalu ikut campur? Dengan membaca firman Tuhan tentang apa itu tugas, aku sadar pandangan ini sama sekali tak masuk akal. Tuhan berfirman, "Apa yang dimaksud dengan tugas? Tugas adalah amanat yang dipercayakan Tuhan kepada manusia, itu adalah bagian dari pekerjaan rumah Tuhan, dan itu adalah tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipikul oleh setiap umat pilihan Tuhan. Apakah tugas adalah semacam pekerjaan? Apakah ini urusan keluarga pribadi? Dapatkah dikatakan bahwa bahwa begitu engkau diberi sebuah tugas, tugas ini pun menjadi urusan pribadimu? Sama sekali tidak demikian. Jadi, bagaimana engkau harus melaksanakan tugasmu? Dengan bertindak sesuai dengan tuntutan, firman, dan standar Tuhan, dan dengan mendasarkan perilakumu pada prinsip-prinsip kebenaran dan bukannya pada keinginan manusia yang subjektif. Beberapa orang berkata, 'Begitu tugas telah diberikan kepadaku, bukankah tugas itu adalah urusanku sendiri? Tugasku adalah tanggung jawabku, dan bukankah apa yang dibebankan kepadaku adalah urusanku sendiri? Jika aku menangani tugasku sebagai urusanku sendiri, bukankah itu berarti aku akan melakukannya dengan benar? Akankah aku melakukannya dengan baik jika aku tidak memperlakukannya seperti urusanku sendiri?' Apakah perkataan-perkataan ini benar atau salah? Semua itu salah; semua itu bertentangan dengan kebenaran. Tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri, itu adalah urusan Tuhan, itu adalah bagian dari pekerjaan Tuhan, dan engkau harus melakukannya sebagaimana yang Tuhan tuntut; engkau sesuai standar hanya jika engkau melaksanakan tugasmu dengan hati yang taat kepada Tuhan. Jika engkau selalu melaksanakan tugasmu menurut gagasan dan imajinasimu sendiri, dan menurut kecenderunganmu sendiri, engkau tidak akan pernah sesuai standar. Hanya melaksanakan tugasmu sesuai keinginanmu bukanlah berarti engkau sedang melaksanakan tugasmu, karena yang kaulakukan tidak berada dalam lingkup pengelolaan Tuhan, itu bukan pekerjaan rumah Tuhan; sebaliknya engkau sedang menjalankan urusanmu sendiri, melakukan tugasmu sendiri, jadi, ini tidak diingat oleh Tuhan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Mencari Prinsip Kebenaran Orang Dapat Melaksanakan Tugasnya dengan Baik"). Firman Tuhan dengan jelas menerangkan definisi tugas. Tugas adalah titipan dan amanat Tuhan bagi manusia. Saat menerima tugas, kita menerima tanggung jawab dan kewajiban. Dalam proses menjalankan tugas, kita harus mencari kehendak Tuhan dan melakukan tugas sesuai prinsip kebenaran. Hanya dengan cara ini kita mengamalkan sesuai kehendak Tuhan. Sebagai pemimpin gereja, semua aspek pekerjaan gereja, termasuk pengaturan atau pemindahan staf, menindaklanjuti dan memecahkan berbagai masalah dalam pekerjaan, dan mengawasi pekerjaan rekan sekerja lain adalah tanggung jawabku dan hal yang seharusnya kulakukan. Namun, aku memaknai bekerja dengan baik sebagai melangkahi batas. Kupikir menangani pekerjaanku dan mengambil lebih banyak tanggung jawab itu berlebihan, akan menyinggung perasaan orang, dan memengaruhi hubunganku dengan rekan sekerja. Aku tak menganggap memenuhi tugasku dan menerapkan kebenaran sebagai hal positif. Justru merasa menerapkan kebenaran akan merugikan kepentinganku sendiri. Pikiranku sangat konyol. Dikendalikan pandangan yang salah ini, aku tak bisa melakukan tugas dengan baik, dan sama sekali tak memikirkan kehendak Tuhan. Saat melihat pemimpin palsu di gereja, aku tak berani angkat bicara atau menyebutkannya, juga tak berani menindaklanjuti pekerjaan yang seharusnya kuawasi. Aku menjaga hubungan dengan rekan sekerja dan posisi kepemimpinanku. Aku tak melakukan tugasku sama sekali! Karena niatku dalam tugas salah kupikir menerapkan kebenaran artinya melangkahi batas, dan menggunakan ini sebagai dalih tak melakukan kerja nyata. Aku sangat licik!

Aku juga sadar saat menilai apa Saudari Chen cocok menjadi pengawas, aku khawatir jika mengusulkan memberhentikan dia, rekan sekerjaku akan berpikir aku terlalu congkak dan ingin mengganti siapa pun yang menurutku tak layak tanpa memberi kesempatan bertobat. Dalam hal ini, bukan hanya berpedoman falsafah iblis, aku juga tak bisa membedakan antara kecongkakan dan kepatuhan pada prinsip kebenaran. Dalam firman Tuhan, kubaca, "Jika setiap kali engkau memiliki ide atau pendapat, engkau secara membabi buta menegaskan bahwa itulah yang benar dan itulah yang harus dilakukan, artinya engkau sedang bersikap congkak dan merasa diri benar. Jika engkau memiliki ide atau pendapat yang kaurasa benar, tetapi engkau sendiri tidak sepenuhnya yakin, dan engkau mampu memastikannya dengan mencari dan bersekutu, maka ini bukanlah bersikap merasa diri benar. Memperoleh persetujuan dan penerimaan semua orang sebelum melaksanakannya adalah cara bertindak yang masuk akal" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Hanya dengan Sering Hidup di Hadapan Tuhanlah Orang Dapat Memiliki Hubungan yang Normal dengan-Nya"). "Jika engkau yakin bahwa sesuatu yang kautemukan adalah masalah, dan membicarakannya akan bermanfaat bagi pekerjaan Tuhan, tetapi engkau tidak berani mematuhi prinsip, apa sebenarnya masalahnya? Jika engkau jelas tahu bahwa sesuatu adalah masalah, mengapa engkau takut untuk mematuhi prinsip? Ini adalah masalah yang sifatnya serius, dan ini berkaitan dengan apakah engkau mencintai kebenaran dan apakah engkau memiliki rasa keadilan atau tidak. Engkau harus menyuarakan pendapatmu, walaupun engkau tidak tahu apakah pendapatmu itu benar. Jika engkau memiliki pendapat atau ide, engkau harus mengatakannya, dan mengizinkan orang lain untuk menilainya. Akan bermanfaat bagimu jika engkau melakukannya, dan itu akan membantu dalam memecahkan masalahnya. Jika engkau berkata dalam hatimu, 'Aku tidak terlibat. Jika apa yang kukatakan benar, aku tidak akan mendapat pujian, dan jika salah, aku akan ditangani. Itu tidak sepadan,' bukankah itu berarti engkau egois dan jahat? Manusia selalu memikirkan kepentingannya sendiri, dan tak mampu menerapkan kebenaran. Itu adalah hal tersulit untuk manusia lakukan. Bukankah engkau semua memiliki begitu banyak falsafah hidup dan rencana licik di dalam dirimu? Ada sangat banyak falsafah Iblis dalam diri engkau semua, dan engkau telah lama dikuasai oleh semua itu. Maka, tidak mengherankan, setelah orang mendengar khotbah selama bertahun-tahun mereka tetap tidak memahami kebenaran, dan jalan masuk mereka ke dalam kenyataan kebenaran lambat, serta tingkat pertumbuhan mereka tetap sangat sedikit. Alasannya adalah karena hal-hal rusak seperti ini menghalangi dan mengganggu mereka. Berdasarkan apa manusia hidup ketika mereka perlu menerapkan kebenaran? Mereka hidup berdasarkan watak-watak yang rusak ini, berdasarkan gagasan, imajinasi, dan falsafah hidup, serta berdasarkan karunia. Jika manusia hidup berdasarkan hal-hal ini, akan sangat sulit bagi mereka untuk datang ke hadapan Tuhan, karena beban mereka terlalu besar dan kuk yang mereka pikul terlalu berat. Manusia yang hidup berdasarkan hal-hal ini sangatlah jauh dari kebenaran. Hal-hal ini menghalangimu sehingga engkau tidak memahami dan menerapkan kebenaran. Jika engkau tidak memahami kebenaran, imanmu kepada Tuhan pasti tidak akan meningkat, apalagi pengenalanmu akan Tuhan. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan menakutkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Sebenarnya yang Orang Andalkan untuk Hidup?"). Aku mengerti dari firman Tuhan, jika kau punya pemikiran atau sudut pandang, tapi tak mencari prinsip kebenaran, tak bersekutu dan mendiskusikannya dengan semua orang, langsung memutuskan pemikiranmu benar, dan ingin orang lain mematuhimu, ini adalah kecongkakan. Jika pandanganmu salah, tak masuk akal, dan tak sesuai prinsip kebenaran, justru selalu berpikir kau benar dan tak mendengarkan pendapat orang lain, ini juga kecongkakan. Namun, jika kau mencari kebenaran, lalu memutuskan pandangan dan perbuatanmu sesuai dengan kebenaran, kau juga melindungi pekerjaan gereja, jika bisa menjunjung prinsip tanpa dibatasi orang lain, itu manifestasi rasa keadilan dan kesetiaan kepada Tuhan. Bukan kecongkakan. Juga, jika kau tak yakin apakah pemikiranmu benar, ada juga prinsip penerapan, yaitu menyatakan pemikiranmu, agar semua orang bisa bersekutu, mengenali, dan mencari tahu cara bertindak yang benar. Saudari Zhang dan Saudari Chen bukan pemimpin baru dengan penyimpangan kecil dalam tugas yang pantas mendapat kesempatan, bantuan, dan dukungan. Mereka sudah lama menjadi pemimpin. Selain itu, kualitas mereka buruk, tak melakukan pekerjaan nyata, dan tak bisa memecahkan masalah apa pun dalam pekerjaan mereka. Orang-orang seperti itu adalah pemimpin palsu. Mengidentifikasi pemimpin palsu dan menggantinya tepat waktu, itulah menjunjung pekerjaan gereja dan bertindak sesuai prinsip. Itu bukan kecongkakan, juga bukan dengan kejam tak memberi kesempatan. Aku melihat dengan jelas ada masalah dengan kedua pemimpin itu, tapi karena takut rekan sekerjaku menyebutku congkak, aku tak berani mempertahankan pandanganku. Aku hidup berpedoman falsafah iblis, menyenangkan orang, tak menerapkan kebenaran, diam tanpa daya saat pekerjaan tertunda, dan tak melakukan apa-apa. Aku adalah pemimpin, tapi tak melakukan pekerjaanku. Aku benar-benar pemimpin palsu. Tuhan jijik dan membenci perbuatanku. Pemecatanku sepenuhnya kebenaran Tuhan, dan itu juga penyelamatan Tuhan bagiku. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan dalam hati dan sangat menyesali perbuatanku. Aku berdoa kepada Tuhan, "Tuhan, aku dulu hidup berpedoman falsafah iblis. Aku terus mengkhianati kebenaran dan tak hidup sesuai kehendak-Mu. Aku ingin bertobat. Bimbinglah aku dalam menerapkan kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja." Tak disangka, begitu sikapku berubah, saudara-saudariku memilihku sebagai pemimpin lagi, dan mendorongku untuk melakukan tugas dengan baik. Aku sangat tersentuh dan sangat bersyukur bahwa Tuhan memberiku kesempatan lagi.

Kemudian, aku mencari jalan penerapan untuk masalahku, lalu membaca kutipan firman Tuhan, "Jika engkau memiliki motivasi dan sudut pandang 'orang baik', engkau tidak akan mampu menerapkan kebenaran dan mematuhi prinsip dalam segala hal, dan engkau akan selalu gagal dan jatuh. Jika engkau tidak sadar dan tidak pernah mencari kebenaran, artinya engkau adalah orang tidak percaya, dan engkau tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup. Lalu, apa yang harus kaulakukan? Ketika menghadapi hal-hal semacam itu, engkau harus berseru kepada Tuhan dalam doa, memohon keselamatan, dan memohon agar Tuhan memberimu lebih banyak iman dan kekuatan untuk memampukanmu mematuhi prinsip, melakukan apa yang harus kaulakukan, menangani segala sesuatu berdasarkan prinsip, berdiri teguh, melindungi kepentingan rumah Tuhan, dan mencegah kerugian apa pun terjadi pada pekerjaan rumah Tuhan. Jika engkau mampu meninggalkan kepentingan diri sendiri, reputasi, dan pendirianmu tentang 'orang baik', dan jika engkau melakukan apa yang harus kaulakukan dengan hati yang jujur dan seutuhnya, engkau akan mengalahkan Iblis dan akan mendapatkan aspek kebenaran ini. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, mempertahankan hubunganmu dengan orang lain dan tidak pernah menerapkan kebenaran, tidak berani mematuhi prinsip, akan mampukah engkau menerapkan kebenaran dalam hal-hal lain? Engkau tidak akan memiliki iman, tidak ada kekuatan. Jika engkau tak pernah mampu mencari atau menerima kebenaran, apakah percaya kepada Tuhan seperti itu akan memungkinkanmu memperoleh kebenaran? (Tidak.) Dan jika engkau tidak mampu memperoleh kebenaran, dapatkah engkau diselamatkan? Tidak. Jika engkau selalu hidup berdasarkan falsafah Iblis, sama sekali tidak memiliki kenyataan kebenaran, engkau tidak akan pernah dapat diselamatkan. Seharusnya engkau mengerti dengan jelas bahwa memperoleh kebenaran adalah syarat yang diperlukan untuk memperoleh keselamatan. Jadi, bagaimana agar engkau dapat memperoleh kebenaran? Jika engkau mampu menerapkan kebenaran, jika engkau mampu hidup berdasarkan kebenaran, dan kebenaran menjadi dasar hidupmu, maka engkau akan memperoleh kebenaran dan memiliki hidup, dan karena itu engkau akan menjadi salah satu dari mereka yang diselamatkan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Bagian Tiga"). Dari firman Tuhan aku mengerti dengan menjadi penyenang orang, menjaga hubungan dengan orang lain, tak berani menjunjung prinsip kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja, esensi tindakanku adalah melindungi kepentingan pribadi dengan mengorbankan kepentingan gereja. Ini adalah pelanggaran dan pengkhianatan terhadap Tuhan. Jika tak bertobat dan mencari kebenaran untuk menyelesaikan masalahku, aku pasti akan ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Selain itu, aku juga menemukan jalan penerapan. Saat ada masalah dan kita ingin melindungi kepentingan sendiri, berdoalah dan andalkan Tuhan, mohon Tuhan agar memberi kita kekuatan, meninggalkan daging, menjunjung prinsip kebenaran, dan fokus kepada kepentingan gereja. Dalam proses menerapkan cara ini, dengan pencerahan Roh Kudus, kita lebih memahami kebenaran, tekad kita untuk menerapkan kebenaran tumbuh, dan watak rusak kita tak bisa mengekang kita, jadi kita bisa hidup sedikit lebih bebas. Aku memutuskan dalam tugasku mulai sekarang, tak akan lagi menjaga hubungan dengan orang lain, dan dalam hal prinsip, aku harus menerapkan kebenaran untuk melindungi pekerjaan gereja.

Setelah beberapa waktu, aku mendapati hasil penyiraman di gereja yang diawasi Saudari Wang buruk dan jumlah kehadiran di banyak pertemuan petobat baru tak teratur. Aku mengetahui bahwa Saudari Wang tak melakukan kerja nyata. Dia jarang memecahkan masalah dan kesulitan petobat baru, juga jarang menindaklanjuti dan mempelajari pekerjaan staf penyiraman. Ada juga beberapa staf penyiraman dengan kemanusiaan buruk, yang terbiasa asal-asalan, bermuslihat, dan licik dalam tugas, dia tak segera memecat mereka. Aku tahu betul Saudari Wang tak bisa lagi menjadi pengawas. Namun, kupikir, "Saudari Wang dulu rekan sekerjaku. Jika tahu aku menyelidikinya dan ingin memecatnya, apa nanti pendapatnya tentangku? Apa dia akan berpikir tindakanku terlalu kejam?" Aku sadar bahwa aku ingin menjaga hubungan dengan orang lagi. Aku berdoa kepada Tuhan, meminta diberi kekuatan agar bisa menjunjung prinsip kebenaran dan melindungi pekerjaan gereja. Setelah itu, kuberi tahu para rekan sekerja tentang niatku memberhentikan Saudari Wang. Saudari Liu bilang, "Saudari Wang telah lama mengawasi pekerjaan penyiraman dan punya pengalaman kerja. Jika kau berhentikan dia, akan sulit untuk cepat menemukan pengganti yang cocok." Namun, kali ini, aku mempertahankan pendapatku dan tak berkompromi. Pada saat yang sama, aku melaporkan masalah ini kepada pemimpin tingkat atas dan setelah persekutuan dan analisis, mereka mencopot Saudari Wang dari posisinya. Melalui pengalamanku, aku sadar orang yang hidup berpedoman falsafah iblis hanya bisa menjadi tercela dan kejam. Mereka bukan hanya merugikan pekerjaan gereja, tapi membuat Tuhan jijik dan membenci mereka. Menerapkan kebenaran dan firman Tuhan bisa memberi kita kebebasan dan pelepasan spiritual yang sejati.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait