Cara Memandang Tugasmu

07 Agustus 2020

Oleh Saudara Zhong Cheng, Tiongkok

Tuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hal paling mendasar yang dituntut dari manusia dalam kepercayaan mereka kepada Tuhan adalah mereka memiliki hati yang jujur, mereka mengabdikan diri sepenuhnya, dan menaati dengan sungguh-sungguh. Hal tersulit bagi manusia adalah mempersembahkan seluruh hidupnya sebagai ganti kepercayaan sejati, yang melaluinya mereka dapat memperoleh seluruh kebenaran, dan memenuhi tugas mereka sebagai makhluk ciptaan Tuhan" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Keberhasilan atau Kegagalan Tergantung pada Jalan yang Manusia Jalani"). "Tugas adalah pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada manusia; tugas adalah misi yang harus manusia laksanakan. Namun, sebuah tugas tentu saja bukan bisnis yang engkau kelola secara pribadi, juga bukan merupakan suatu pendukung untuk membuatmu terlihat menonjol di tengah kerumunan Sebagian orang menggunakan tugas mereka sebagai kesempatan untuk terlibat dalam manajemen mereka sendiri dan membentuk kelompok-kelompok tertutup; beberapa untuk memuaskan keinginan mereka; beberapa untuk mengisi kekosongan yang mereka rasakan di dalam hati mereka; dan beberapa untuk memuaskan mentalitas mereka yang selalu ingin mendapat keberuntungan, berpikir bahwa asalkan mereka memenuhi tugas-tugas mereka, mereka akan mendapat bagian di dalam rumah Tuhan dan di tempat tujuan indah yang Tuhan atur bagi manusia. Sikap seperti itu terhadap tugas adalah keliru; itu memuakkan bagi Tuhan dan harus segera diselesaikan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Firman Tuhan memberi tahu kita bahwa tugas adalah amanat Tuhan bagi umat manusia, dan bahwa kita harus menjalankan tugas kita dengan hati yang jujur. Penting bagi kita untuk mengesampingkan kepentingan kita sendiri dan melakukan yang terbaik untuk memenuhi tanggung jawab kita. Ini adalah sikap yang harus kita miliki terhadap tugas kita. Namun di masa lalu, aku selalu memperlakukan tugas seolah-olah itu adalah usahaku sendiri, mengeksploitasinya untuk membantuku menonjolkan diri dan dikagumi orang lain. Aku tidak berfokus menerapkan kebenaran, tetapi sebaliknya, aku berpikir tentang untung rugiku. Ini menghambat pekerjaan gereja. Mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan memberiku beberapa pemahaman tentang natur dan konsekuensi dari melakukan tugasku dengan cara seperti itu, dan sekarang, aku telah mengubah pandanganku tentang hal itu.

Pada tahun 2017, tugasku di gereja adalah menulis. Pemimpin gereja kemudian mengatur agar Saudara Lin bekerja bersamaku dan menyuruhku untuk benar-benar membantunya. Aku menyetujui tugas ini dengan senang hati, berpikir, "Aku pernah mendengar bahwa Saudara Lin sangat cakap. Jika dia dapat memahami prinsip-prinsip dengan cepat, kami pasti akan melihat lebih banyak keberhasilan dalam pekerjaan tim kami. Pemimpin akan berpikir aku cakap dan benar-benar menghargaiku, jadi aku harus membantunya sebanyak yang kubisa." Aku memberi Saudara Lin semua prinsip relevan yang telah kukumpulkan untuk dia pelajari agar dia bisa memahami semua yang perlu dia ketahui sesegera mungkin. Ketika dia menghadapi hambatan dalam pekerjaannya, aku akan dengan sabar bersekutu dengannya dan membantu menyelesaikan masalahnya. Setelah beberapa saat, dia memahami beberapa dari prinsip-prinsipnya dan mencapai hasil dalam tugasnya. Melihatnya mengalami kemajuan yang cepat seperti itu membuatku sangat senang. Dia memahami segala sesuatu dengan begitu cepat, kurasa dia benar-benar memiliki potensi! Tim kami menjadi jauh lebih efisien dan ada banyak pekerjaanku yang dapat didelegasikan. Aku memperkirakan bahwa dengan Saudara Lin berlatih sedikit lebih lama, kami akan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dalam tugas kami.

Suatu hari, pemimpin mengatakan ada sebuah gereja yang sangat membutuhkan seseorang untuk bertanggung jawab atas pekerjaan pengeditan, dan karena Saudara Lin cakap dalam tugas itu dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya, dia akan dipindahkan ke gereja itu untuk melakukan tugasnya. Aku terkejut mendengar ini, berpikir, "Apa? Kau akan memindahkannya? Kau tidak bisa melakukan itu. Aku telah berupaya keras untuk membuatnya memahami pekerjaan itu dan memahami prinsip-prinsipnya, dan dia baru saja mulai menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan bagi tim. Jika dia dipindahkan sekarang, pekerjaan kami pasti akan terhambat. Lalu apa yang akan orang pikirkan tentang diriku? Mereka akan mengatakan aku tidak cakap." Aku menjadi semakin kesal ketika aku memikirkannya. Pemimpin mengatakan bahwa setelah Saudara Lin dipindahkan, aku dapat melatih orang lain. Aku tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi aku menentang gagasan itu. Kupikir, "Kau mengatakannya seolah-olah itu hal yang biasa. Kau pikir melatih seseorang itu sangat mudah? Butuh banyak waktu dan upaya yang sangat besar! Selain itu, setelah Saudara Lin dipindahkan, semua tanggung jawab akan kembali jadi tanggunganku. Pekerjaanku sendiri sudah sangat membuatku sibuk, jadi dengan berkurang satu orang, pekerjaan kami pasti akan terhambat." Semakin aku memikirkannya, semakin aku menentangnya di hatiku. Dua hari kemudian, pemimpin memintaku menuliskan evaluasi tentang Saudara Lin. Kupikir, "Aku harus berfokus pada kelemahannya dan bagaimana dia menunjukkan kerusakan daripada menunjukkan kualitasnya yang baik. Mungkin dengan begitu, pemimpin tidak akan memindahkannya." Aku merasa sedikit bersalah setelah aku selesai menuliskan evaluasiku, dan bertanya-tanya apakah aku sedang bersikap tidak jujur. Namun kemudian kupikir aku hanya memikirkan tentang pekerjaan tim. Jadi, aku menyerahkan evaluasiku kepada pemimpin. Beberapa hari berlalu tanpa respons dari pemimpin, dan aku mulai merasa khawatir, berpikir, "Mungkinkah dia belum membacanya dan tetap akan memindahkan Saudara Lin? Tidak, aku tidak boleh terlalu pasif. Aku harus memikirkan cara untuk mempertahankan Saudara Lin." Aku mencoba menanyakan sudut pandang Saudara Lin mengenai masalah ini, "Menurutmu, apa yang akan kau lakukan jika kau diminta untuk menerima tugas menulis untuk gereja lain?" Tanpa ragu, dia menjawab, "Aku akan tunduk pada pengaturan gereja. Aku bersedia melakukannya." Aku dengan cepat menimpali, "Ketika bertanggung jawab untuk tugas menulis, adalah penting untuk memahami prinsip-prinsip dan cakap mengerjakannya. Tanpa itu, kemajuan pekerjaan akan pasti terhambat. Aku merasa adalah lebih baik bagimu untuk melanjutkan tugasmu di sini." Di luar dugaanku, Saudara Lin sama sekali tidak terpengaruh, tetapi hanya berkata dengan penuh percaya diri, "Jika kesempatan itu tiba-tiba muncul, aku bersedia untuk pergi dan mengandalkan Tuhan." Aku merasa kecewa karena tidak mencapai tujuanku, dan aku merasa sedikit frustrasi dengannya. Suatu kali aku melihat bahwa ada beberapa masalah dalam tugasnya, dan aku tak mampu menahan diriku untuk tidak marah dan menceramahinya. Selama masa itu, setiap kali aku berpikir tentang pemindahan Saudara Lin, aku selalu merasa sangat resah. Aku tak mampu menemukan ketenangan apa pun dalam pekerjaanku. Aku juga tidak memiliki pemahaman tentang masalah apa pun dalam pekerjaan. Aku terus-menerus dalam keadaan bingung. Aku merasa sangat tersiksa. Aku berdoa kepada Tuhan dan memohon kepada-Nya untuk membimbingku untuk mengenal diriku sendiri.

Kemudian aku membaca firman dari Tuhan ini: "Orang jarang menerapkan kebenaran; mereka acap kali mengabaikan kebenaran, dan mereka hidup dalam watak Iblis yang rusak, yang egois dan hina. Mereka mementingkan prestise, reputasi, status, dan kepentingan pribadi mereka, dan mereka belum mendapatkan kebenaran. Oleh karena itu, penderitaan mereka hebat, kekhawatiran mereka banyak, dan belenggu yang mengikat mereka banyak" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Jalan Masuk Kehidupan Dimulai dengan Pelaksanaan Tugas"). "Standar apa yang digunakan untuk menilai apakah perbuatan seseorang itu baik atau buruk? Itu tergantung pada apakah engkau, dalam pemikiran, ungkapan, dan tindakanmu, memiliki kesaksian dalam hal menerapkan kebenaran dan hidup dalam kebenaran kenyataan atau tidak. Jika engkau tidak memiliki kenyataan ini atau tidak hidup di dalamnya, engkau pastilah seorang pelaku kejahatan. Bagaimana Tuhan memandang pelaku kejahatan? Pemikiran dan tindakan lahiriahmu tidak menjadi kesaksian untuk Tuhan, juga tidak mempermalukan atau mengalahkan Iblis; sebaliknya, pemikiran dan tindakan lahiriahmu mempermalukan Tuhan, dan penuh dengan tanda-tanda yang menyebabkan Tuhan menjadi malu. Engkau tidak bersaksi bagi Tuhan, tidak mengorbankan dirimu untuk Tuhan, engkau juga tidak memenuhi tanggung jawab dan kewajibanmu kepada Tuhan; sebaliknya, engkau bertindak demi kepentinganmu sendiri. Apa arti dari 'demi kepentinganmu sendiri'? Demi Iblis. Karena itu, pada akhirnya, Tuhan akan berkata, 'Pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan.' Di mata Tuhan, engkau belum melakukan perbuatan baik, tetapi sebaliknya, perilakumu telah berubah menjadi jahat. Engkau tidak akan diberi upah dan Tuhan tidak akan mengingatmu. Bukankah ini sama sekali sia-sia?" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ketika aku merenungkan firman Tuhan, aku menyadari bahwa Tuhan memutuskan apakah manusia sedang berbuat baik ataukah jahat "bukan berdasarkan apakah mereka secara lahiriah mengorbankan diri atau tidak, berapa banyak mereka menderita, atau seberapa besar harga yang dibayar," tetapi terutama berdasarkan melihat motif orang dan apakah tindakan mereka adalah untuk Tuhan, ataukah untuk diri mereka sendiri, dan apakah mereka menerapkan kebenaran atau tidak. Aku merenungkan keadaanku selama masa itu dan menyadari bahwa upayaku membantu Saudara Lin untuk dengan cepat memahami prinsip-prinsip bukanlah demi pekerjaan gereja. Aku hanya ingin meningkatkan efisiensi tim melalui dia, sehingga aku akan terlihat baik. Ketika aku mengetahui dia akan dipindahkan, aku takut pekerjaan tim akan terhambat, bahwa reputasi dan statusku akan dirugikan, jadi ketika aku menuliskan evaluasiku, aku sengaja menyoroti kesalahan Saudara Lin, mencoba memperdaya pemimpin. Aku bahkan mengatakan beberapa hal negatif agar mengurangi semangatnya untuk bertugas. Bagaimana itu bisa dikatakan menerapkan kebenaran dan melakukan tugasku? Aku melakukan tugasku secara egois, tidak memikirkan pekerjaan gereja secara keseluruhan, tetapi hanya memikirkan hasil pekerjaan yang menjadi tanggung jawabku, dan apakah reputasi dan statusku akan dirugikan atau tidak. Aku juga menipu dan menghambat pekerjaan gereja yang pemimpin telah atur. Akulah yang mengganggu pekerjaan rumah Tuhan, melakukan kejahatan dan menentang Tuhan! Ketika aku menyadari betapa berbahayanya keadaan diriku, aku menaikkan doa ini kepada Tuhan, "Ya Tuhan, aku sangat egois dan hina. Aku telah mengganggu pekerjaan rumah Tuhan demi kepentinganku sendiri. Tuhan, aku ingin bertobat kepada-Mu."

Kemudian aku membaca bagian ini dalam firman Tuhan: "Jangan selalu melakukan segala sesuatu demi kepentinganmu sendiri dan jangan selalu mempertimbangkan kepentinganmu sendiri; jangan memikirkan status, gengsi, atau reputasimu sendiri. Juga jangan mempertimbangkan kepentingan manusia. Engkau harus terlebih dahulu memikirkan kepentingan rumah Tuhan, dan menjadikannya prioritas utamamu. Engkau harus mempertimbangkan kehendak Tuhan dan mulailah dengan merenungkan apakah engkau murni atau tidak dalam memenuhi tugasmu, apakah engkau telah berusaha sekuatmu untuk setia, melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tanggung jawabmu, dan mengerahkan seluruh tenagamu atau tidak, serta apakah engkau telah dengan sepenuh hati memikirkan tugasmu dan pekerjaan rumah Tuhan atau tidak. Engkau harus memikirkan hal-hal ini. Renungkanlah hal-hal ini sesering mungkin, maka akan menjadi lebih mudah bagimu untuk melaksanakan tugasmu dengan baik" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku menemukan jalan penerapan di dalam firman Tuhan. Aku harus memperbaiki motifku dalam tugasku, menerima pemeriksaan Tuhan, melepaskan kepentingan pribadiku, dan menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan. Saudara Lin memiliki kualitas yang baik, dan dia mencari kebenaran ketika menghadapi masalah, jadi jika dia bisa menerima pekerjaan di gereja lain, itu akan menguntungkan pekerjaan rumah Tuhan. Dengan begitu, dia juga akan mendapatkan lebih banyak latihan, jadi aku harus mendukungnya. Setelah itu, aku mencari pemimpin dan berterus terang tentang motif egoisku yang licik dan memberikan penilaian yang objektif dan adil tentang Saudara Lin. Dia akhirnya dipindahkan ke gereja lain, dan akhirnya aku merasakan sedikit kedamaian batin.

Pada saat itu, kupikir aku sudah sedikit berubah. Tak pernah kubayangkan bahwa ketika aku menghadapi situasi yang sama, natur jahatku akan muncul lagi ke permukaan.

Pada musim dingin tahun 2018, aku dan Saudara Chen bekerja bersama sebagai pemimpin tim. Kami saling menutupi kelemahan masing-masing, dan dengan bimbingan Tuhan, kami melihat hasil yang semakin baik dalam pekerjaan kami. Aku benar-benar menikmati bekerja bersama Saudara Chen. Suatu kali setelah pertemuan, pemimpin berbicara kepadaku dan berkata bahwa tim yang lain membutuhkan bantuan, dan Saudara Chen mungkin akan dipindahkan. Aku merasa bahwa Saudara Chen memiliki kualitas yang baik, dia memahami kebenaran dengan cepat, dan bertanggung jawab dalam tugasnya, jadi dia sangat berguna dalam memajukan pekerjaan tim kami. Jika dia pergi dan pekerjaan kami terhambat, apa yang akan pemimpin pikirkan tentang diriku? Apakah dia akan berpikir aku tidak cakap dalam pekerjaanku? Aku benar-benar tidak mau melepaskan Saudara Chen, tetapi mempertimbangkan pekerjaan gereja, aku harus setuju. Di luar dugaanku, pemimpin kemudian melanjutkan dengan berkata ada kebutuhan mendesak lainnya di gereja dan dia ingin Saudari Lu, anggota tim lainnya, untuk pergi membantu. Jantungku hampir berhenti ketika aku mendengar ini. Kupikir, "Kau akan memindahkan Saudari Lu? Saudara Chen telah dipindahkan, dan sekarang Saudari Lu juga akan pergi. Dua orang utama di tim kami akan pindah, jadi pekerjaan kami pasti akan terhambat. Tidak! Aku tak bisa membiarkanmu mengambil Saudari Lu." Namun kemudian terlintas di benakku, "Jika aku langsung menolaknya, bukankah pemimpin akan mengatakan aku bersikap egois?" Aku kemudian menyarankan saudari lainnya yang tidak memiliki kualitas sebaik Saudari Lu. Setelah meninjau segalanya, pemimpin tetap merasa bahwa Saudari Lu adalah pilihan yang lebih baik, dan memintaku untuk bersekutu dengan dia tentang perubahan tugas ini. Aku berkata akan melakukannya, tetapi dalam hatiku, aku sama sekali menentang gagasan itu. Setelah itu aku mengutarakan pendapatku kepada saudara lainnya, mengeluh tentang pemimpin yang tidak memedulikan kesulitanku, secara tiba-tiba memindahkan dua orang penting. Bagaimana aku bisa melakukan pekerjaanku sebagai pemimpin tim? Aku terus-menerus mengeluh, lalu tiba-tiba menyadari bahwa apa yang kukatakan itu salah. Bukankah itu berarti aku sedang berusaha membuat saudara ini memihakku dan menyuarakan keluhanku? Itu menyinggung Tuhan. Semakin aku memikirkannya, semakin buruk perasaanku. Aku segera datang ke hadapan Tuhan dalam doa dan merenungkan diriku sendiri. Setelah berdoa, aku merenungkan mengapa setiap kali seseorang dalam timku akan segera dipindahkan, aku selalu menentangnya, mengusahakan segala cara untuk menghentikannya. Apa natur sesungguhnya yang ada di balik perbuatanku?

Aku membaca firman Tuhan ini: "Tugas adalah pekerjaan yang dipercayakan Tuhan kepada manusia; tugas adalah misi yang harus manusia laksanakan. Namun, sebuah tugas tentu saja bukan bisnis yang engkau kelola secara pribadi, juga bukan merupakan suatu pendukung untuk membuatmu terlihat menonjol di tengah kerumunan Sebagian orang menggunakan tugas mereka sebagai kesempatan untuk terlibat dalam manajemen mereka sendiri dan membentuk kelompok-kelompok tertutup; beberapa untuk memuaskan keinginan mereka; ... Sikap seperti itu terhadap tugas adalah keliru; itu memuakkan bagi Tuhan dan harus segera diselesaikan" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). "Dalam konteks pekerjaan pada zaman sekarang, orang masih akan melakukan hal-hal yang sama jenisnya dengan yang direpresentasikan oleh perkataan, 'Bait Suci lebih besar daripada Tuhan.' Sebagai contoh, orang memandang pelaksanaan tugas mereka sebagai mata pencaharian; mereka memandang tindakan bersaksi bagi Tuhan dan bertarung melawan si naga merah yang sangat besar sebagai gerakan politik demi membela hak asasi manusia, demi demokrasi dan kebebasan; mereka mengubah tugas mereka menggunakan keterampilan mereka menjadi karier, tetapi memperlakukan takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan tidak lebih dari sekadar doktrin keagamaan untuk ditaati; dan lain sebagainya. Bukankah perilaku ini pada dasarnya sama dengan menganggap 'Bait Suci lebih besar daripada Tuhan?' Perbedaannya hanyalah bahwa dua ribu tahun lalu, orang melakukan urusan pribadi mereka di dalam bangunan fisik Bait Suci, sedangkan pada zaman sekarang, orang sibuk melakukan urusan pribadi mereka dalam Bait Suci yang tak kasatmata. Orang-orang yang mencintai aturan, memandang aturan sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, orang-orang yang mencintai status, memandang status sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, mereka yang mencintai karier, memandang karier sebagai hal yang lebih besar daripada Tuhan, dan lain sebagainya—semua pengungkapan mereka membuat-Ku mengatakan: 'Melalui perkataan, orang-orang memuji Tuhan sebagai yang terbesar, tetapi di mata mereka, segala sesuatu lebih besar daripada Tuhan.' Ini karena begitu orang menemukan peluang dalam perjalanan mengikuti Tuhan untuk memamerkan bakat mereka sendiri, atau untuk mengerjakan urusan atau karier mereka sendiri, mereka pun menjauhkan diri dari Tuhan dan menerjunkan diri dalam karier yang mereka cintai. Sedangkan untuk hal yang telah dipercayakan Tuhan kepada mereka, dan kehendak-Nya, hal-hal tersebut telah lama mereka tanggalkan. Apa perbedaan antara keadaan orang-orang ini dengan mereka yang melakukan urusan mereka sendiri di Bait Suci dua ribu tahun yang lalu?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Pekerjaan Tuhan, Watak Tuhan, dan Tuhan itu Sendiri III").

Ketika aku merenungkan firman Tuhan, aku mendapatkan lebih banyak kejelasan tentang esensi tindakanku sendiri. Aku menentang dan menghalangi setiap kali pemimpin memindahkan seseorang dari timku, terutama karena aku memperlakukan tugasku sebagai usaha pribadiku. Aku selalu menganggap saudara-saudari itu sebagai orang yang telah kulatih, jadi mereka harus melakukan tugas mereka dalam timku sendiri, memajukan pekerjaan dalam timku, dan mereka seharusnya tidak dipindahkan. Pemikiranku sangat tak masuk akal, sangat menggelikan. Apa pun kualitas atau kelebihan yang dimiliki saudara-saudari itu semuanya telah ditentukan oleh Tuhan untuk pekerjaan-Nya sendiri. Mereka seharusnya ditempatkan di mana pun di rumah Tuhan di tempat mereka dibutuhkan. Itu adalah fakta. Namun aku berusaha untuk menahan mereka di bawah kendaliku, memperlakukan mereka sebagai alat untuk memberikan pelayanan kepadaku, untuk bekerja bagiku. Aku menentang siapa pun yang ingin memindahkan seseorang dari timku, dan aku bahkan menghakimi dan mencoba membentuk kelompok tertutup di balik layar. Apa bedanya diriku dari orang-orang Farisi yang menentang Tuhan Yesus? Orang-orang Farisi melihat bait suci sebagai wilayah pengaruh mereka sendiri dan tidak mengizinkan orang percaya meninggalkan bait suci untuk mengikuti Tuhan Yesus. Mereka melakukan segala cara untuk mengendalikan orang percaya sehingga mereka dapat mempertahankan status dan penghasilan mereka sendiri, dan tanpa tahu malu mengklaim bahwa orang-orang percaya adalah milik mereka. Adapun aku, aku telah menahan saudara-saudari di bawah kendaliku, tidak ingin rumah Tuhan memindahkan mereka. Bukankah itu berarti aku sedang menggunakan lingkup pengaruhku sendiri untuk menentang Tuhan? Aku mengambil jalan antikristus, menentang Tuhan, dan aku telah menyinggung watak-Nya! Pemikiran ini membuatku takut, dan aku mulai membenci keegoisan dan keburukanku. Aku segera berdoa kepada Tuhan dalam pertobatan. Setelah itu aku pergi dan berbicara kepada Saudari Lu tentang pemindahannya, dan kemudian berbicara kepada saudara yang telah kutipu, bersekutu dan membedah natur dan akibat-akibat dari apa yang kukatakan sehingga dia memiliki beberapa pemahaman. Akhirnya aku mendapatkan sedikit kedamaian.

Setelah Saudari Lu dan Saudara Chen dipindahkan, Saudari Li masuk ke dalam tim. Dia memiliki kualitas yang baik dan cepat memahami segala sesuatu. Tidak ada penundaan dalam pekerjaan tim. Aku benar-benar mengalami bahwa melakukan tugasku demi kepentingan rumah Tuhan, bukan demi tujuanku sendiri, adalah cara yang benar untuk melihat berkat Tuhan. Tuhan akan mengatur orang yang tepat untuk pekerjaan-Nya. Dia akan menjunjung tinggi pekerjaan-Nya sendiri. Suatu hari, tiga bulan setelah itu, ketika Saudari Lin kembali dari sebuah pertemuan, "dia berkata bahwa gereja terdekat melakukan pekerjaan Injil dengan baik, dan mereka sangat membutuhkan orang-orang untuk menyirami jemaat baru." Pemimpin menyarankan agar Saudari Li pergi menerima tugas penyiraman. Aku kembali merasa sedikit tidak puas, tetapi aku segera menyadari bahwa keadaanku salah. Aku teringat saat-saat di masa lalu ketika aku mengabaikan kepentingan rumah Tuhan demi mengejar reputasi dan statusku sendiri. Aku merasa sangat buruk, sangat merasa bersalah, dan kemudian firman Tuhan ini muncul di benakku: "Sebuah tugas bukanlah urusan pribadimu sendiri, dan dengan memenuhi tugas, engkau tidak sedang menguntungkan diri sendiri atau mengelola bisnis pribadimu sendiri. Di rumah Tuhan, apa pun yang engkau lakukan, engkau tidak sedang mengerjakan usahamu sendiri; itu adalah pekerjaan rumah Tuhan, itu adalah pekerjaan Tuhan. Engkau harus terus-menerus mengingat ini dan berkata, 'Ini bukan urusanku sendiri; aku sedang melakukan tugasku dan memenuhi tanggung jawabku. Aku sedang melakukan pekerjaan rumah Tuhan. Ini adalah sebuah tugas yang dipercayakan Tuhan kepadaku dan aku melakukannya untuk Dia. Ini bukan urusan pribadiku.' Jika engkau berpikir itu adalah urusan pribadimu sendiri, dan engkau melakukannya sesuai dengan niat, prinsip, dan motifmu sendiri, maka engkau akan berada dalam masalah" (Firman, Vol. 3, Pembicaraan Kristus Akhir Zaman, "Apa Arti Pelaksanaan Tugas yang Memadai?"). Firman Tuhan membuatnya semakin jelas bahwa tugasku merupakan amanat Tuhan untukku, bukan usaha pribadiku. Aku tidak boleh begitu saja melakukan apa pun sesuka hatiku demi memuaskan kepentinganku sendiri. Aku seharusnya memikirkan kepentingan rumah Tuhan, mencari kebenaran, dan melakukan apa yang Tuhan tuntut. Itulah satu-satunya sikap dan nalar yang harus dimiliki makhluk ciptaan dalam tugasnya. Aku dahulu selalu berpikir tentang kepentinganku sendiri, dan aku melakukan banyak hal yang merusak kepentingan rumah Tuhan dan menentang Tuhan. Aku tahu aku tidak boleh hidup seperti itu lagi. Aku harus menyangkali keinginan egoisku sendiri dan menerapkan kebenaran. Dengan pemikiran ini, aku merasa sangat lega. Aku berkata kepada Saudari Lin, "Pemimpin mengatur ini demi menguntungkan pekerjaan rumah Tuhan. Kita harus segera berbicara dengan Saudari Li tentang perubahan dalam tugasnya ini. Kita tidak boleh menghambat pekerjaan rumah Tuhan."

Belajar melepaskan kepentinganku sendiri dalam tugasku, memikirkan pekerjaan rumah Tuhan, mengetahui posisiku, dan memiliki sedikit hati nurani dan nalar semuanya berasal dari mengalami penghakiman dan hajaran firman Tuhan. Syukur kepada Tuhan!

Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.

Konten Terkait

Aib dari Masa Laluku

Oleh Saudari Li Yi, TiongkokPada Agustus 2015, aku dan keluargaku pindah ke Xinjiang. Aku pernah mendengar bahwa Partai Komunis telah...