Yang Sebenarnya di Balik Kecerobohan

12 Mei 2022

Oleh Saudara Qian Bei, Korea

Bulan Oktober lalu kami selesai memproduksi sebuah video. Kami mengerahkan banyak upaya mengerjakannya dan mencurahkan banyak waktu dan energi, tetapi yang mengejutkan, ketika pemimpin memeriksanya, dia menunjukkan banyak masalah dalam hal detail. Dia berkata efek khusus dalam video itu tidak dikerjakan dengan baik, bahwa itu bukan perbaikan dari video sebelumnya dan harus diulang. Mendengar ini, aku terkejut. Tak pernah kubayangkan akan ada masalah besar seperti itu. Bukankah itu berarti semua upaya dan sumber daya kami telah sia-sia? Itu tampak seperti pemborosan besar.

Yang Sebenarnya di Balik Kecerobohan

Aku agak bingung. Tak tahu bagaimana memahami situasi itu, atau pelajaran apa yang perlu kupetik. Kupikir video itu telah melalui beberapa tahap penyuntingan, selama waktu itu pemimpin telah menontonnya, tetapi tak pernah menyebutkan masalah-masalah itu. Kurasa aku kurang berkualitas, jadi wajar bila masalah seperti itu terlewatkan olehku. Namun aku terus memikirkannya, dan sesuatu tentang itu terasa aneh. Apakah masalah besar seperti itu terjadi hanya karena aku kurang berkualitas? Aku begitu buruk dalam tugasku; apa penyebab masalah ini? Lalu aku ingat sesuatu yang pernah dikatakan pemimpin sebelumnya, bahwa dia baru memeriksa video dalam hal konsep dan kesinambungannya, tetapi bukan berarti tidak ada masalah. Dia menyuruh kami memikirkan detailnya, memeriksanya secara menyeluruh, dan memperbaiki setiap masalah yang kami temukan. Namun bukan itu yang kulakukan. Kupikir karena pemimpin telah menonton video itu, seharusnya tidak ada masalah, jadi selama produksi aku tidak meninjaunya dengan saksama atau banyak memikirkannya. Sikapku benar-benar ceroboh dan asal-asalan. Jadi ketika masalah muncul, aku berkata pemimpin sudah meninjaunya. Bukankah itu berarti aku mengabaikan tanggung jawab? Itu sangat tidak masuk akal bagiku. Kemudian kupikir pasti ada pelajaran untukku dalam hal ini, jadi aku berdoa dan mencari, memohon agar Tuhan membimbingku dalam mengenal diriku sendiri.

Beberapa hari kemudian, saudari yang bekerja sama denganku memintaku meninjau video yang sudah selesai bersamanya. Aku berbicara tentang beberapa masalah yang kuperhatikan dalam ulasanku, tetapi dia berkata bahwa pemimpin telah menontonnya, dan berkata bahwa dia menyukai konsepnya, dan kami harus segera menyelesaikannya. Aku punya beberapa saran untuk merevisinya, tetapi tidak berani menyebutkannya setelah mendengar bahwa pemimpin telah menontonnya dan berkata dia menyukainya. Aku takut penilaianku salah, dan kami membuat beberapa perubahan yang ternyata salah. Jadi aku hanya akan menghalangi. Namun aku melihat ada beberapa masalah dalam video itu, jadi aku meminta saudara lain untuk menontonnya, dan dia sependapat dengan apa yang kurasakan. Kupikir aku harus mengemukakan lagi hal ini. Namun kemudian kupikir, jika kami merevisinya dan pengeditan yang kusarankan itu sangat rumit, kemudian ketika pemimpin bertanya siapa yang mengerjakannya, bukankah itu akan menjadi tanggung jawabku? Bukankah aku akan ditangani? Jika kami lanjutkan dan bertanya kepada pemimpin, dan dia bilang tak ada masalah, video itu tidak perlu diedit lagi. Itu berarti kami tak perlu repot-repot, dan tak perlu terus memikirkannya. Jadi kusarankan kepada saudari yang bekerja sama denganku agar kami bertanya kepada pemimpin, sehingga pikiran kami bisa tenang. Namun begitu aku selesai berbicara, aku merasa ada yang tidak beres. Situasi ini terasa sangat akrab bagiku, yaitu tanggapanku hanya satu setiap kali mendengar pendapat yang berbeda: tanyakan pada pemimpin dan biarkan dia yang memutuskan. Jika pemimpin memberikan persetujuannya, kami tak perlu khawatir tentang hal itu dan bisa melanjutkannya; sebaliknya, jika dia mengatakan ada masalah, artinya kami perlu mengeditnya. Itu yang kami lakukan setiap saat. Sebenarnya, bukan berarti kami tidak mengetahui dengan baik tentang prinsip dan persyaratan membuat video. Kami bisa mencari kebenaran dan bertindak berdasarkan prinsip untuk masalah semacam itu, dan pemimpin telah menjelaskan bahwa ulasannya hanyalah agar tampilan video lebih besar, sementara kami perlu memeriksa dan memperbaiki masalah yang lebih kecil. Itu adalah tugas yang diberikan kepadaku, dan itu adalah pekerjaanku. Jadi mengapa akusama sekali tidak melakukannya dengan segenap hati? Dalam menghadapi berbagai masalah atau perbedaan pendapat, aku tidak mencari prinsip dengan saudara-saudari untuk mencapai kesepakatan dan memikul tanggung jawab, alih-alih aku menyerahkannya kepada pemimpin, dan tidak melaksanakan tugasku. Kemudian aku teringat beberapa firman Tuhan: "Ada orang-orang yang selalu pasif dalam melaksanakan tugasnya, selalu duduk, menunggu dan mengandalkan orang lain. Sikap macam apa itu? Itu sikap yang tidak bertanggung jawab. ... Engkau hanya mengkhotbahkan huruf-huruf tertulis dan kata-kata doktrin serta hanya mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan, tetapi engkau tidak melakukan pekerjaan nyata apa pun. Jika engkau tak ingin melaksanakan tugasmu, engkau harus menerima bahwa dirimulah yang harus disalahkan dan engkau harus mengundurkan diri. Jangan pertahankan kedudukanmu sembari tidak melakukan apa pun di situ, jangan mengorbankan pekerjaan rumah Tuhan. Bukankah melakukan demikian berarti merugikan umat pilihan Tuhan dan membahayakan pekerjaan rumah-Nya? Dalam caramu berbicara, tampaknya engkau memahami segala macam doktrin, tetapi ketika diminta melaksanakan suatu tugas, engkau ceroboh dan asal-asalan, tidak teliti sedikit pun. Seperti itukah mengorbankan diri dengan tulus untuk Tuhan? Engkau tidak memiliki ketulusan terhadap Tuhan, tetapi engkau berpura-pura memilikinya. Apakah engkau mampu menipu Dia? Dalam caramu biasanya berbicara, tampaknya ada kepercayaan diri yang begitu besar; engkau ingin menjadi tiang rumah Tuhan dan batu karangnya. Namun ketika melaksanakan tugasmu, engkau bahkan tidak berguna seperti batang korek api. Bukankah ini berarti engkau terang-terangan menipu Tuhan? Tahukah kau apa akibatnya jika mencoba menipu Tuhan? Dia akan membencimu dan menyingkirkanmu! Semua orang disingkapkan selama melaksanakan tugas mereka—tetapkan saja seseorang untuk suatu tugas, dan tak lama kemudian akan tersingkap apakah dia orang yang jujur ataukah penipu dan apakah dia orang yang mencintai kebenaran atau tidak. Mereka yang mencintai kebenaran dapat melaksanakan tugasnya dengan tulus dan dapat menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan; mereka yang tidak sedikit pun mencintai kebenaran tidak menjunjung tinggi pekerjaan rumah Tuhan, dan tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Ini terlihat oleh mereka yang memiliki mata untuk melihat. Tak seorang pun yang melaksanakan tugasnya dengan buruk adalah orang yang mencintai kebenaran atau orang yang jujur; mereka semua adalah target penyingkapan dan akan disingkirkan" ("Hanya dengan Bersikap Jujur, Orang Dapat Hidup dalam Keserupaan dengan Manusia Sejati" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Tuhan berfirman kita harus bertanggung jawab dalam tugas kita dan melakukan pekerjaan praktis. Itulah satu-satunya cara melaksanakan tugas kita dengan baik. Jika kita tidak melaksanakan tugas kita dengan segenap hati, dan malah mengacaukannya, tanpa bersikap serius tentang masalah ataupun memikul tanggung jawab, selalu ingin memaksakannya pada orang lain, dan hanya melaksanakan pekerjaan yang terlihat di luarnya saja, artinya kita tidak bisa melaksanakan tugas kita dengan baik, dan Tuhan tidak akan puas. Di mata Tuhan, orang-orang seperti itu tidak berguna, dan tidak layak untuk melaksanakan tugas. Aku sadar aku persis seperti apa yang Tuhan singkapkan. Ketika menghadapi masalah dalam tugasku, jika kucurahkan segenap hatiku ke dalamnya, berdoa, mencari, dan bersekutu tentang prinsip dengan saudara-saudari lainnya, maka kami akan mencapai kesepakatan dan menemukan solusi. Namun kupikir itu merepotkan, dan aku tidak mau berusaha. Jadi aku ingin langsung menemui pemimpin, berpikir bahwa tidak akan terlalu merepotkan jika dia saja yang mengambil keputusan. Kami tak perlu repot-repot sama sekali. Jika tidak, kami hanya akan lama berkutat dalam masalah, dan mungkin tetap tidak menemukan jawaban. Jadi aku menyerahkan banyak masalah kepada pemimpin. Sebagai ketua tim, aku tidak memikul tanggung jawab atau membayar harga yang seharusnya kubayarkan. Selain itu, dalam diskusi kerja kami, terkadang aku mendapati masalah atau mendapatkan sedikit bimbingan Roh Kudus, tetapi setelah kujelaskan, jika seorang saudara atau saudari menyatakan pendapat berbeda, aku akan diam saja. Aku takut orang lain akan mengatakan aku congkak, dan yang lebih menakutkan bagiku adalah jika ada masalah, aku harus bertanggung jawab. Aku hanya merasa, karena aku telah menyampaikan pendapatku, terserah bagaimana mereka mempertimbangkannya, dan jika kami tidak bisa mencapai kesepakatan, kami bisa bertanya kepada pemimpin. Dengan begitu, jika masalah muncul, setidaknya tidak semuanya menjadi tanggung jawabku. Aku tidak mencari bagaimana cara bertindak menurut prinsip-prinsip kebenaran atau persyaratan rumah Tuhan, apalagi memikirkan apa yang akan menguntungkan bagi rumah Tuhan. Aku tidak ingin membayar harga sedikit pun, dan tidak bertanggung jawab. Di luarnya, aku terlihat mendeteksi dan mengemukakan berbagai masalah, tetapi aku tidak menyelesaikannya. Aku selalu membiarkan orang lain yang menjadi penentu keputusan, dan aku tidak mau mengambil keputusan. Bukankah itu berarti aku menipu, bersikap egois dan hina? Aku tidak menjunjung tinggi kepentingan rumah Tuhan. Sebelumnya, setiap kali kami menghadapi masalah, aku pasti selalu bertanya kepada pemimpin, berpikir bahwa masuk akal bila bertanya ketika aku tidak mengerti, daripada memercayai diri sendiri secara membabi buta. Dengan penyingkapan firman Tuhan, aku dapat melihat bahwa aku tidak bertanggung jawab, ceroboh dalam tugasku, dan tidak setia. Sekarang setelah menyadarinya, aku sadar bahwa aku benar-benar dungu dan mati rasa. Tuhan telah menyiapkan begitu banyak situasi untukku, tetapi aku tidak pernah mencari kebenaran atau memetik pelajaran. Aku selalu saja menyepelekan tugasku, tidak melaksanakannya dengan bertanggung jawab. Itu adalah cara yang berbahaya untuk melaksanakan tugasku. Sekarang aku menemukan masalah dan rekan kerjaku memiliki gagasan berbeda. Jika aku tidak mencari prinsip kebenaran bersamanya agar mencapai kesepakatan atau mencari solusi, tetapi hanya bergegas bertanya kepada pemimpin, itu jelas mengacau. Kusadari bahwa aku harus mengubah keadaanku, jika aku terus mengambil jalan tengah dan tidak bertanggung jawab, aku sedang melakukan kesalahan secara sadar. Jadi kusarankan kepada rekan kerjaku agar kami membuat versi lain dan membandingkan keduanya, kemudian meminta pemimpin agar meninjau versi yang menurut kami lebih baik. Saudari itu mengungkapkan persetujuannya pada pengaturan ini. Setelah melakukannya, aku benar-benar merasa tenang.

Kemudian aku membaca bagian firman Tuhan ini: "Apakah orang yang takut memikul tanggung jawab adalah pengecut, ataukah ada masalah dengan watak mereka? Engkau harus bisa membedakannya. Sebenarnya ini bukan masalah kepengecutan: jika orang itu mengejar kekayaan atau melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka sendiri, mengapa mereka bisa begitu berani? Mereka mau mengambil risiko apa pun. Namun, ketika mereka melakukan sesuatu untuk gereja, untuk rumah Tuhan, mereka sama sekali tak mau mengambil risiko. Orang-orang semacam itu egois dan keji, yang paling curang dari semuanya. Siapa pun yang tidak memikul tanggung jawab berarti tidak sedikit pun tulus kepada Tuhan, apalagi memiliki kesetiaan. Orang macam apa yang berani memikul tanggung jawab? Orang yang bertindak sebagai pemimpin dan maju dengan berani pada saat genting dalam pekerjaan rumah Tuhan, yang tidak takut memikul tanggung jawab yang berat, menanggung kesukaran besar, ketika mereka melihat pekerjaan yang paling penting dan krusial. Itu adalah orang yang setia kepada Tuhan, seorang prajurit Kristus yang baik. Apakah dalam hal ini semua orang yang takut memikul tanggung jawab dalam tugas mereka bersikap seperti itu karena mereka tidak memahami kebenaran? Tidak; itu adalah masalah dalam kemanusiaan mereka. Mereka tidak memiliki rasa keadilan atau tanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang egois dan keji, bukan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dengan hati yang tulus. Mereka tidak menerima kebenaran sedikit pun, dan karenanya, mereka tidak dapat diselamatkan. Untuk percaya kepada Tuhan dan memperoleh kebenaran, orang harus membayar harga yang mahal, dan untuk menerapkan kebenaran, orang juga harus mengalami sedikit kesukaran, meninggalkan dan melepaskan beberapa hal. Jadi, dapatkah orang yang takut memikul tanggung jawab memperoleh kebenaran? Tidak, karena mereka takut menerapkan kebenaran, takut menimbulkan kerugian bagi kepentingan mereka; mereka takut dihina, diremehkan, dan dikritik. Mereka tidak berani menerapkan kebenaran sehingga mereka tak mampu memperolehnya, dan seberapapun lamanya mereka percaya kepada Tuhan, mereka tidak dapat memperoleh keselamatan Tuhan. Mereka yang mampu melaksanakan tugas di rumah Tuhan haruslah orang-orang yang terbeban untuk pekerjaan gereja, yang bertanggung jawab, yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip kebenaran, yang menderita dan membayar harga. Kekurangan dalam area-area ini berarti tidak layak untuk melaksanakan tugas dan tidak memenuhi syarat untuk pelaksanaan tugas. Ada banyak orang yang takut memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Ketakutan mereka terwujud dalam tiga cara utama. Yang pertama, mereka memilih tugas yang tidak menuntut tanggung jawab. Jika seorang pemimpin gereja mengatur agar mereka melaksanakan sebuah tugas, mereka pertama-tama bertanya apakah mereka harus bertanggung jawab untuk itu: jika harus bertanggung jawab, mereka tidak mau menerimanya; jika tugas itu tidak menuntut mereka untuk bertanggung jawab, mereka menerimanya dengan enggan, tetapi tetap harus melihat apakah pekerjaan itu melelahkan, menyusahkan atau tidak, dan sekalipun mereka menerima tugas itu dengan enggan, mereka tidak termotivasi untuk melaksanakannya dengan baik, tetap memilih bersikap sembrono dan asal-asalan. Kenyamanan, tidak bekerja keras, dan tidak ada kesulitan fisik—inilah prinsip mereka. Yang kedua, ketika kesulitan menimpa mereka atau mereka menghadapi masalah, upaya pertama mereka adalah melaporkannya kepada pemimpin dan meminta pemimpin untuk menangani dan menyelesaikannya, dengan harapan dia dapat membuat mereka merasa tenang dan santai. Mereka tidak peduli bagaimana pemimpin menangani masalah ini dan tidak memedulikan hal ini—selama mereka tidak harus mempertanggungjawabkannya, maka semuanya baik-baik saja bagi mereka. Apakah pelaksanaan tugas seperti itu setia kepada Tuhan? Ini disebut mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, pengabaian terhadap tugas, malas. Semua hanya bicara, tanpa melakukan apa pun yang nyata. Mereka berkata, 'Jika ini adalah tugasku yang harus kutangani, bagaimana jika akhirnya aku melakukan kesalahan? Bukankah aku yang akan ditangani? Bukankah aku orang pertama yang harus bertanggung jawab untuk itu?' Inilah yang mereka khawatirkan. Namun, apakah engkau percaya bahwa Tuhan dapat menyelidiki semua hal ini? Semua orang melakukan kesalahan. Jika seseorang yang niatnya benar belum punya pengalaman dan belum pernah menangani hal semacam itu sebelumnya, tetapi mereka telah melakukan yang terbaik, itu terlihat oleh Tuhan. Engkau harus percaya bahwa Tuhan memeriksa segala sesuatu dan hati manusia. Jika orang bahkan tidak memercayai hal ini, bukankah mereka adalah orang tidak percaya? Apa gunanya orang semacam itu melaksanakan tugas? Ada satu cara lagi di mana ketakutan seseorang untuk mengambil tanggung jawab terwujud. Ketika mereka melaksanakan tugas mereka, beberapa orang hanya melakukan sedikit pekerjaan yang remeh dan sederhana, pekerjaan yang tidak memerlukan tanggung jawab. Pekerjaan yang mengandung kesulitan dan memerlukan tanggung jawab, mereka lemparkan kepada orang lain, dan jika terjadi kesalahan, mereka melemparkan kesalahan kepada orang-orang itu dan menjauhkan diri mereka dari masalah. ... Siapa pun yang takut memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya bahkan tidak dapat dianggap sebagai pelaku pelayanan yang setia. Mereka tidak layak untuk melaksanakan tugas" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan benar-benar menyentuh hatiku, dan aku merasa ini adalah Tuhan yang menjelaskan keadaanku saat itu. Dalam tugas yang telah rumah Tuhan percayakan kepadaku, Aku tidak bekerja berdasarkan prinsip kebenaran atau bersandar kepada Tuhan untuk melakukan yang terbaik. Sebaliknya, aku melarikan diri dari masalah dan melalaikan tanggung jawab, membebankan hal-hal di pundak pemimpin supaya dia bisa menanganinya. Aku akan melakukan apa pun yang pemimpin katakan, berpikir bahwa jika pada akhirnya hal itu tidak dilaksanakan dengan baik, aku tidak akan bertanggung jawab untuk itu, dan aku tidak akan ditangani. Bukankah itu berarti menipu? Aku bahkan yakin bahwa ini adalah cara yang cerdas untuk melakukan sesuatu. Namun dalam firman Tuhan, aku mengerti bahwa itu berarti melepaskan diri dari tanggung jawab, mengabaikan tugasku, dan bersikap curang. Aku menjadi licik dan curang terhadap Tuhan dalam tugasku. Aku selalu menyisakan jalan keluar untuk diriku, sehingga aku bisa menghindari tanggung jawab. Aku tidak tulus atau membayar harga yang sebenarnya, juga tidak berusaha melaksanakan semua yang bisa kulakukan. Aku hanya menyepelekan dan bersikap tidak jujur, dan meskipun aku melakukan pelayanan, aku tidak setia. Aku tidak layak mendapatkan tugas. Aku sadar bahwa, setiap kali kami selesai membuat video, selama pemimpin mengatakan tidak ada masalah dalam tinjauan awal, aku tidak serius mengulasnya atau benar-benar memikirkannya. Sekalipun orang-orang lain memberi saran selama proses produksi, aku tidak terlalu menghiraukan mereka. Aku hanya akan melihatnya sekilas dan mengatakan semunya baik-baik saja. Aku benar-benar tidak bertanggung jawab. Alhasil, beberapa video yang sudah selesai mengalami banyak masalah dan harus kembali direvisi. Terkadang tim tidak mencapai kesepakatan tentang video, padahal aku melihat masalahnya, tetapi tidak mengatakan apa pun dengan tegas, sebaliknya aku hanya menyerahkannya kepada pemimpin agar dia yang mengambil keputusan. Terkadang kami benar-benar tidak memahami prinsip suatu masalah, tidak bisa memastikan segala sesuatunya telah dilaksanakan sesuai standar, dan membutuhkan bimbingan pemimpin untuk membantu kami memperbaiki kesalahan. Namun beberapa masalah jelas berada dalam jangkauan kami, tetapi aku hanya menghindar dari masalah, tanpa melakukan sesuatu yang mampu kulakukan. Aku tidak membayar harga atau memikirkan masalah itu sebagaimana seharusnya, dan sebaliknya hanya mengambil jalan keluar yang mudah. Aku tidak mencari prinsip kebenaran atau benar-benar mempertimbangkan masalah yang kulihat. Aku juga tidak mencoba meringkas atau memetik pelajaran dari berbagai penyimpangan dan kegagalan. Sudah menjadi kebiasaan melakukan hal-hal seperti ini. Aku bahkan berpikir bahwa setiap orang melakukan kesalahan dalam tugas mereka, jadi jika aku mengabaikan beberapa masalah, itu karena aku kurang berkualitas. Mengesampingkan apakah aku bisa melihat masalahnya atau tidak, aku bahkan tidak memiliki rasa tanggung jawab yang seharusnya kumiliki. Demi melindungi diri, aku bersikap ceroboh dan tidak bertanggung jawab dalam menjalankan tugasku, dan aku bahkan menyerahkan tanggung jawab kepada pemimpin ketika masalah muncul. Aku memutarbalikkan kebenaran, membuat segalanya menjadi masalah orang lain. Sekarang aku mengerti bahwa itu bukan masalah kualitas, tetapi masalah kemanusiaanku.

Kemudian aku membaca bagian lain dari firman Tuhan: "Jika engkau melindungi dirimu sendiri dan memiliki rencana untuk melarikan diri, apakah engkau sedang melakukan kebenaran? Engkau sedang melakukan tugasmu di rumah Tuhan sekarang. Apa prinsip pertama dalam melakukan tugas? Prinsipnya, pertama-tama engkau harus melakukan tugas dengan sepenuh hati, dengan segenap upaya yang engkau bisa sehingga engkau dapat melindungi kepentingan rumah Tuhan. Ini adalah kebenaran prinsip, prinsip yang harus kaulakukan. Memiliki rencana untuk melarikan diri dan melindungi dirimu sendiri adalah prinsip penerapan yang dianut oleh orang-orang tidak percaya, falsafah tertinggi mereka. Memikirkan diri sendiri terlebih dahulu dalam segala sesuatu dan menempatkan kepentingan mereka di atas segalanya, tidak memikirkan orang lain, tidak memiliki hubungan dengan kepentingan rumah Tuhan dan kepentingan orang lain, memikirkan kepentingan mereka sendiri terlebih dahulu dan kemudian memikirkan rencana untuk melarikan diri—bukankah itu adalah orang tidak percaya? Inilah tepatnya standar orang tidak percaya. Orang semacam ini tidak layak untuk melakukan tugas" ("Mereka Akan Membuat Orang Lain Hanya Taat kepada Mereka, Bukan kepada Kebenaran atau Tuhan (Bagian Satu)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Firman Tuhan benar-benar menyentuh hatiku. Tidak pernah kubayangkan bahwa aku akan melaksanakan suatu tugas dengan perspektif orang tidak percaya, dan bahwa di mata Tuhan aku terlihat sama seperti orang tidak percaya. Ketika menghadapi masalah, aku selalu mempertimbangkan kepentinganku sendiri terlebih dahulu, merasa takut kalau masalah hanya akan menimpaku. Jadi di luarnya aku tampak melaksanakan tugasku, tetapi kenyataannya aku tak pernah mengerahkan segenap kemampuanku, mencari kebenaran, atau bertindak menurut prinsip, aku juga tidak mempertimbangkan kepentingan rumah Tuhan. Selain itu, aku senang hanya menjalankan beberapa pekerjaan dalam tugasku, mengerjakan dengan asal-asalan setiap hari. Bukankah itu sama seperti orang tidak percaya yang bekerja untuk seorang bos? Ketika aku dan rekan kerjaku memiliki perbedaan pendapat, mengapa aku ingin pemimpin yang memutuskan? Itu adalah masalah keenggananku untuk bertanggung jawab. Jadi sekalipun aku jelas melihat beberapa masalah nyata, aku menyerahkan masalah itu kepada pemimpin agar dia yang memutuskan, dan aku bahkan merasa itu baik-baik saja. Aku sadar bahwa tidak memikul tanggung jawab telah menjadi sesuatu yang lazim dalam tugasku, dan ini merupakan penyingkapan alami dari naturku. Aku benar-benar licik dan egois, dan sama sekali tidak dapat diandalkan. Aku mempermainkan Tuhan, bersikap licik, dan sama sekali tidak memiliki ketulusan hati. Aku mengunci diri di luar pintu rumah Tuhan, menempatkan diriku dalam golongan orang-orang tidak percaya. Orang-orang seperti itu benar-benar tidak layak untuk memenuhi tugas. Firman Tuhan katakan: "Ada orang-orang yang tidak memikul tanggung jawab apa pun ketika melaksanakan tugas, mereka selalu ceroboh dan asal-asalan, dan walaupun mereka dapat melihat masalahnya, mereka tidak mencari solusi. Mereka tidak mau menyinggung perasaan orang, mereka juga takut menimbulkan masalah bagi diri mereka sendiri, dan karenanya mereka mengerjakan segala sesuatu dengan terburu-buru, sehingga pekerjaan harus dikerjakan ulang. Dan jika ada yang memeriksa pekerjaan mereka, mereka mengarang banyak alasan untuk menghindari tanggung jawab. Inilah tepatnya yang dimaksud dengan asal-asalan dan ceroboh saat orang melaksanakan tugasnya. Apakah mereka melalaikan tanggung jawab ketika melaksanakan tugas mereka dengan cara ini? Siapa pun yang memikul tanggung jawab utama, semua orang bertanggung jawab untuk mengawasi segala sesuatu, setiap orang harus memiliki beban dan rasa tanggung jawab ini—tetapi tak seorang pun di antaramu yang memperhatikan, engkau benar-benar acuh tak acuh, tidak memiliki kesetiaan, engkau semua lalai dalam tugasmu! Ini bukan karena engkau tidak dapat melihat masalahnya, tetapi karena engkau tidak mau bertanggung jawab—juga bukan karena engkau tidak ingin memperhatikan saat melihat masalah ini, tetapi karena engkau puas menerima hasil yang 'cukup baik.' Jika pada saat Aku bekerja dan mempersekutukan kebenaran kepadamu, Aku puas dengan hasil yang cukup baik, maka sesuai dengan kualitas dan pengejaran setiap orang di antaramu, apa yang mampu kauperoleh dari itu? Jika Aku memiliki sikap yang sama dengan sikapmu, engkau semua tidak dapat memperoleh apa pun. ... Jadi, Aku tidak bisa melakukan itu, tetapi harus berbicara secara mendetail, dan memberikan contoh untuk keadaan setiap jenis orang, sikap yang orang miliki terhadap kebenaran, dan setiap jenis watak yang rusak; hanya dengan cara demikian, engkau akan memahami apa yang Kukatakan, dan mengerti apa yang kaudengarkan. Aspek kebenaran apa pun yang Kupersekutukan, Aku berbicara melalui berbagai cara, dengan gaya persekutuan untuk orang dewasa maupun anak-anak, juga dalam bentuk penalaran dan cerita, menggunakan teori dan praktik, dan berbicara tentang pengalaman, agar orang dapat memahami kebenaran dan memasuki realitasnya. Dengan cara ini, orang yang memiliki kualitas dan berkeinginan untuk melakukannya akan memiliki kesempatan untuk memahami dan menerima kebenaran serta diselamatkan. Namun sikapmu terhadap tugasmu selalu sikap yang ceroboh dan asal-asalan, sikap yang menunda-nunda, dan engkau tak peduli berapa lama penundaan yang kausebabkan. Engkau tidak merenungkan tentang bagaimana mencari kebenaran untuk memecahkan masalah, tidak memikirkan bagaimana cara melaksanakan tugasmu dengan benar agar dapat bersaksi tentang Tuhan. Ini berarti mengabaikan tugasmu, sehingga hidupmu bertumbuh sangat lambat, dan engkau tidak kecewa dengan berapa banyak waktu yang telah engkau sia-siakan. Sebenarnya, jika engkau semua melaksanakan tugasmu dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, engkau bahkan tak perlu menghabiskan dahulu lima atau enam tahun sebelum dapat berbicara tentang pengalamanmu dan memberikan kesaksian tentang Tuhan, dan jika engkau bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab berbagai pekerjaan gereja akan terlaksana dengan hasil luar biasa—tetapi engkau tidak mau memperhatikan kehendak Tuhan, engkau juga tidak berupaya ke arah kebenaran. Ada hal-hal tertentu yang engkau semua tidak tahu bagaimana cara melakukannya, jadi Aku memberimu petunjuk yang tepat. Engkau semua tidak perlu berpikir, engkau hanya perlu mendengarkan dan melakukannya. Hanya inilah sedikit tanggung jawab yang harus kaupikul—tetapi bahkan ini pun terlampau sukar bagimu. Di manakah kesetiaanmu? Tidak terlihat di mana pun! Yang engkau semua lakukan hanyalah mengatakan hal-hal yang terdengar menyenangkan. Dalam hatimu, engkau tahu apa yang seharusnya kaulakukan, tetapi engkau sama sekali tidak menerapkan kebenaran. Ini adalah pemberontakan terhadap Tuhan, dan pada dasarnya, ini berarti tidak adanya cinta akan kebenaran. Engkau tahu betul di dalam hatimu bagaimana bertindak sesuai dengan kebenaran—tetapi engkau tidak menerapkannya. Ini adalah masalah serius; engkau memandang kebenaran tanpa menerapkannya. Engkau sama sekali bukan orang yang menaati Tuhan. Untuk melaksanakan tugas di rumah Tuhan, yang harus kaulakukan paling tidak adalah mencari dan menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai prinsip. Jika engkau tidak dapat menerapkan kebenaran dalam pelaksanaan tugasmu, lalu di mana engkau dapat menerapkannya? Dan jika engkau tidak menerapkan kebenaran apa pun, itu berarti engkau adalah orang tidak percaya. Apa sebenarnya tujuanmu, jika engkau tidak menerima kebenaran dan berkeliaran tanpa tujuan di rumah Tuhan? Apa kauingin menjadikan rumah Tuhan sebagai rumah pensiunmu, atau rumah sedekah? Jika demikian, engkau keliru—rumah Tuhan tidak mengurus para pembonceng, orang-orang tak berguna. Siapa pun dengan kemanusiaan yang buruk, yang tidak melaksanakan tugasnya dengan senang hati, yang tidak layak untuk melaksanakan suatu tugas, semuanya harus disingkirkan; semua orang tidak percaya yang sama sekali tidak menerima kebenaran harus disingkirkan" ("Untuk Melaksanakan Tugas dengan Baik Dibutuhkan, Setidaknya, Hati Nurani" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku merasa sangat malu setelah membaca firman Tuhan. Tuhan benar-benar tulus dalam memperlakukan orang-orang. Untuk membantu kita memahami dan memperoleh kebenaran serta menyelamatkan kita, Dia berfirman dengan sabar dan sungguh-sungguh, menggunakan segala macam cara untuk bersekutu dengan kita, memberi kita persekutuan yang sangat rinci tentang berbagai aspek kebenaran. Dia memberi kita banyak contoh untuk menuntun kita jika kita tidak mengerti, dan selalu mempersekutukan kebenaran untuk menyirami dan memelihara kita, dan telah membayar harga paling mahal. Aku merenungkan sikapku dalam melaksanakan tugasku, dan menyadari bahwa rumah Tuhan memercayakan kepadaku tugas yang sedemikian penting, tetapi aku tidak bertanggung jawab. Aku menjalaninya dengan sembarangan, bermalas-malasan di mana pun aku bisa melakukannya, bahkan menipu Tuhan. Di mana kemanusiaanku? Tuhan tulus kepadaku, tetapi balasanku kepada-Nya hanyalah penipuan. Sebelumnya aku telah membaca firman Tuhan tentang beberapa orang dengan kemanusiaan yang buruk, tetapi aku tidak mengaitkannya dengan diriku. Kemudian aku sadar bahwa aku memang memiliki kemanusiaan yang buruk, dan tidak memiliki hati nurani. Tampaknya aku melaksanakan tugasku setiap hari dan membayar sedikit harga, dan mengerjakan semuanya dengan asal-asalan. Namun hatiku tidak mengarah kepada Tuhan. Aku tidak berusaha melaksanakan semua yang bisa kulakukan dalam tugasku, mengerahkan segenap diriku ke dalamnya, menjadi bijaksana dan teliti. Sebaliknya aku bersikap acuh tak acuh dan asal-asalan. Aku tidak sedang melakukan tugas—aku bahkan tidak memenuhi standar untuk melakukan pelayanan. Pada titik ini aku sadar bahwa masalah-masalah dalam video itu tidak terjadi secara kebetulan—watak Tuhan ada di dalamnya. Itu adalah penyingkapan dan penghakiman-Nya terhadapku. Aku tahu itu sepenuhnya karena sikapku yang tidak bertanggung jawab, dan aku tidak dapat mengganti setiap kerugian atau pelanggaran yang diakibatkannya. Yang bisa kulakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan, memohon kepada-Nya agar memberiku kesempatan bertobat, dan sejak itu kuputuskan untuk mengubah sikap dalam tugasku. Aku tidak bisa terus begitu ceroboh.

Kemudian aku membaca sebuah bagian dari firman Tuhan: "Ketika orang memiliki watak yang rusak, mereka sering bersikap asal-asalan dan ceroboh saat melaksanakan tugas mereka. Ini adalah salah satu masalah yang paling serius. Jika orang ingin melaksanakan tugas mereka dengan benar, mereka harus terlebih dahulu menangani masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh ini. Selama mereka memiliki sikap yang asal-asalan dan ceroboh, mereka tidak akan mampu melaksanakan tugas mereka dengan baik, yang berarti bahwa diselesaikannya masalah sikap yang asal-asalan dan ceroboh adalah sangat penting. Jadi, bagaimana mereka harus menerapkan hal ini? Pertama, mereka harus menyelesaikan masalah keadaan pikiran mereka; mereka harus melaksanakan tugas mereka dengan benar, dan melakukan segala sesuatu dengan serius dan rasa tanggung jawab, tanpa bersikap curang atau asal-asalan. Orang melaksanakan tugasnya adalah untuk Tuhan, bukan untuk seorang manusia pun; jika orang mampu menerima pemeriksaan Tuhan, mereka akan memiliki keadaan pikiran yang benar. Selain itu, setelah melakukan sesuatu, orang harus memeriksanya dan merenungkannya, dan jika ada keraguan di hati mereka, dan setelah pemeriksaan yang saksama, mereka mendapati bahwa memang ada masalah, mereka harus melakukan perubahan; setelah perubahan ini dilakukan, mereka tidak akan lagi memiliki keraguan di hati mereka. Ketika orang memiliki keraguan, ini membuktikan ada masalah, dan mereka harus dengan rajin memeriksa apa yang telah mereka lakukan, terutama pada tahap-tahap penting. Ini adalah sikap yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas. Ketika orang bisa bersikap serius, bertanggung jawab, setia, dan bekerja keras, pekerjaan tersebut akan dilakukan dengan baik. Terkadang, engkau sedang berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan tidak bisa mendapati atau menemukan kesalahan yang jelas seperti terang di siang hari. Jika engkau berada dalam keadaan pikiran yang benar, maka dengan pencerahan dan bimbingan Roh Kudus, engkau akan mampu mengenali masalahnya. Jika Roh Kudus membimbingmu dan memberimu kesadaran seperti itu, memungkinkanmu untuk merasakan bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi engkau berada dalam keadaan pikiran yang salah, dan teralihkan dan ceroboh, akankah engkau mampu melihat kesalahan tersebut? Engkau tidak akan mampu. Apa yang diperlihatkan dari hal ini? Ini menunjukkan bahwa sangat penting agar orang bekerja sama; hati mereka sangat penting, dan ke mana mereka mengarahkan pemikiran dan niat mereka sangatlah penting. Tuhan memeriksa dan dapat melihat bagaimana keadaan pikiran orang saat mereka melaksanakan tugas mereka, dan berapa banyak tenaga yang mereka kerahkan. Sangatlah penting bagi orang untuk berusaha dengan segenap hati dan kekuatan mereka dalam apa yang mereka lakukan. Kerja sama merupakan unsur yang sangat penting. Jika orang berusaha untuk tidak menyesali tugas yang telah mereka selesaikan dan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan tidak berutang kepada Tuhan, barulah mereka akan bertindak dengan segenap hati dan kekuatan mereka. Jika engkau selalu gagal mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu untuk melaksanakan tugasmu, jika engkau selalu bersikap sembrono dan asal-asalan, dan menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap pekerjaan, dan jauh dari hasil yang Tuhan tuntut darimu, maka hanya satu hal yang dapat terjadi pada dirimu: engkau akan disingkirkan. Dan akankah masih ada waktu untuk menyesal? Tidak. Hal-hal ini akan menjadi penyesalan abadi, suatu noda! Selalu bersikap ceroboh dan asal-asalan adalah suatu noda, itu adalah pelanggaran serius—benar atau tidak? (Benar.) Engkau harus berusaha keras untuk melaksanakan kewajibanmu dan segala sesuatu yang harus kaulakukan, dengan segenap hati dan kekuatanmu, engkau tidak boleh bersikap sembrono dan asal-asalan, atau meninggalkan penyesalan. Jika engkau mampu melakukan itu, tugas yang kaulaksanakan akan diingat oleh Tuhan. Hal-hal yang diingat oleh Tuhan adalah perbuatan baik. Lalu, hal-hal apa sajakah yang tidak diingat oleh Tuhan? (Tuhan tidak mengingat pelanggaran dan perbuatan jahat.) Orang mungkin tidak menerima bahwa hal-hal itu adalah perbuatan jahat jika hal-hal itu dijelaskan sekarang, tetapi, bila saatnya tiba ketika ada konsekuensi serius terhadap hal-hal ini, dan semua itu menjadi pengaruh negatif, engkau akan merasakan bahwa hal-hal ini bukan hanya pelanggaran perilaku, tetapi perbuatan jahat. Ketika engkau menyadari hal ini, engkau akan menyesal, dan berpikir dalam hatimu: 'Aku seharusnya telah melakukan tindakan pencegahan! Dengan pemikiran dan upaya yang sedikit lebih banyak di awal, akibat ini seharusnya bisa dihindari.' Tidak ada yang akan menghapus noda abadi ini dari hatimu, dan itu akan menyebabkan masalah jika itu membuatmu berada dalam utang yang permanen. Jadi sekarang ini, engkau semua harus berusaha keras untuk mengerahkan segenap hati dan kekuatanmu ke dalam amanat yang diberikan Tuhan kepadamu, melaksanakan setiap tugas dengan hati nurani yang murni, tanpa penyesalan, dan dengan cara yang diingat oleh Tuhan. Apa pun yang kaulakukan, janganlah bersikap sembrono dan asal-asalan; sekali engkau memiliki penyesalan, engkau tidak akan mampu menebusnya. Jika engkau melakukan pelanggaran serius, ini akan menjadi noda abadi, penyesalan permanen. Kedua jalan ini seharusnya terlihat jelas. Manakah yang harus kaupilih untuk mendapatkan pujian Tuhan? Melaksanakan tugasmu dengan segenap hati dan kekuatanmu, serta mempersiapkan dan mengumpulkan perbuatan baik, tanpa penyesalan apa pun. Jangan biarkan pelanggaranmu menumpuk, menyesalinya, dan terjerat utang. Apa yang terjadi jika orang telah melakukan terlalu banyak pelanggaran? Pelanggaran itu menambah kemarahan Tuhan pada mereka di hadapan-Nya! Jika engkau semakin melanggar, dan murka Tuhan terhadapmu semakin bertambah besar, maka, akhirnya, engkau akan dihukum" (Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Sebelumnya, aku telah mengakui bahwa aku bersikap asal-asalan dalam tugasku, tetapi aku tidak pernah menyadari konsekuensinya terhadap diriku, atau bagaimana Tuhan akan melihat dan mendefinisikan seseorang seperti itu. Sekarang aku mengerti dari firman Tuhan bahwa di luarnya orang-orang seperti itu tampaknya tidak melakukan kejahatan besar, tetapi sikap mereka terhadap tugas mereka menjijikkan bagi Tuhan, dan jika mereka tidak bertobat, pada akhirnya mereka akan kehilangan kesempatan untuk diselamatkan. Tersingkapnya diriku dalam situasi ini, membuatku sadar betapa seriusnya masalahku yang mengacaukan tugas dan tidak bertanggung jawab. Karena sikapku yang tidak bertanggung jawab video tersebut harus menjalani pengeditan lebih lanjut, sehingga semua pekerjaan kami menjadi tertunda. Itu adalah pelanggaran. Jika aku tidak segera memperbaiki keadaanku, terus bersikap ceroboh dan tidak bertanggung jawab, aku bisa menyinggung watak Tuhan dan disingkirkan kapan saja, pada saat itu penyesalan akan terlambat. Dari firman Tuhan, kami menemukan jalan penerapan untuk mengatasi kecerobohan dalam tugas kami. Pertama, kami harus memiliki pola pikir yang benar, memikul tanggung jawab, dan menerima pemeriksaan Tuhan. Kemudian kami harus berhati-hati meninjau segala sesuatu dan tidak mengabaikan masalah yang kami temui. Kemudian, kami melakukan firman Tuhan. Kami menyimpulkan alasan kegagalan kami, dan dengan rajin memeriksa video berdasarkan prinsip, tanpa melewatkan satu detail pun. Kami mencari prinsip-prinsip kebenaran bersama dan mencari cara untuk melakukan pengeditan. Persekutuan dan diskusi dengan saudara-saudari membantu kami lebih memahami prinsip-prinsip ini, dan kami sadar bahwa walaupun kami telah meninjau beberapa video berkali-kali, karena sekarang kami lebih menyadarinya, kami menemukan lebih banyak masalah yang melibatkan detail. Ini menunjukkan dengan lebih jelas betapa seriusnya masalah sikap asal-asalan kami dalam menjalankan tugas di masa lalu. Kemudian kami menganalisis bagaimana kami harus mengedit video ini berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, menyelesaikan semua pengeditan yang mampu kami kerjakan, kemudian menyerahkannya kepada pemimpin untuk ditinjau setelah kami tidak melihat adanya masalah apa pun. Semua orang merasa jauh lebih tenang setelah kami melakukan hal ini. Setelah mengedit video itu, kami menyerahkannya kepada pemimpin untuk ditinjau. Pemimpin berkata, "Ini lumayan bagus, dan kulihat tidak ada masalah. Kamu mengerjakannya dengan baik kali ini." Ketika pemimpin mengatakan itu, aku bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku. Aku tahu itu bukan karena kami telah melakukan pekerjaan yang baik. Sebaliknya, Tuhan menuntun dan memberkati kami ketika kami sedikit rela untuk berbalik dan bertobat, dan tidak lagi bersikap begitu ceroboh. Pengalaman ini benar-benar menunjukkan kepadaku bahwa hanya jika engkau melakukan tugas dengan segenap hati, barulah itu akan bermakna dan engkau akan merasakan damai sejahtera. Syukur kepada Tuhan!

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Renungan Setelah Ditangani

Aku mulai melayani sebagai pemimpin bulan Juni tahun ini. Aku melanjutkan pengaturan kerja yang dibuat rumah Tuhan untuk membersihkan semua...

Rasa Menjadi Orang Jujur

Oleh Saudari Yong Sui, KoreaSuatu hari dalam pertemuan di akhir Maret, seorang pemimpin berbicara tentang seorang saudara yang telah...

Beban Kemunafikan

Oleh Saudari Su Wan, Tiongkok Pada Agustus 2020, aku diberhentikan dari posisi kepemimpinan karena mengejar status dan bekerja sekenanya....

Akhirnya Melihat Kelicikanku

Oleh Saudari Xiao Qian, Hongkong Tugasku di gereja adalah menyirami orang percaya baru dan pada saat yang sama, aku harus memilih beberapa...