Terbebas Dari Perbudakan Status
Tahun lalu, pemimpin gereja kami, Saudari Laura, digantikan karena beliau belum membuat hasil yang nyata. Setelah semua berdiskusi, aku yang dipilih menjadi pemimpin gereja. Saat aku dipilih, aku mulai merasa sangat tertekan karena aku tahu itu tugas yang baru, tetapi pada waktu yang sama, aku sangat senang karena hasratku mendapatkan status dikabulkan. Kukira aku dipilih menjadi pemimpin gereja karena kecakapan dan kemampuanku dalam bekerja. Kulakukan yang terbaik saat melakukan tugasku. Apa pun yang tidak kumengerti, aku rajin mencari bantuan dan belajar. Aku juga sering menemui saudara-saudariku dan mencari firman Tuhan untuk kupersukutukan dengan mereka. Aku sering memberitakan firman bagi saudara saudari yang baru bergabung di gereja. Aku senang ketika mereka tersenyum dan berkata: "Terima kasih, Saudari." Saat itu, aku tidak ingin beristirahat, bahkan hanya sesaat, aku ingin mengerjakan semua tugas sendiri.
Suatu ketika, aku harus ikut ujian universitas, sehingga aku harus mengurangi tugasku. Saat aku selesai ujian dan kembali melakukan pertemuan, aku menyadari saudara-saudari telah mengalami kemajuan. Ada dua saudari yang mampu menemukan firman Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi saudara-saudari di dalam kelompok. Itu hal bagus, tetapi aku merasa sedikit frustrasi. Aku berpikir saudara-saudari tidak membutuhkanku dan tak akan mau datang kepadaku lagi. Suatu ketika, aku datang ke sebuah pertemuan. Saudara-saudari di kelompok itu mulanya tidak terlalu mampu bersekutu, tetapi kali ini aku melihat Saudari Evelyn berinteraksi sangat baik dengan semuanya. Dia begitu mengasihi dan sabar, mendorong saudara-saudari mendiskusikan pemahaman mereka atas firman Tuhan. Berkat dorongan dan arahannya, semua orang berkomunikasi dengan aktif dan tampak sangat dekat dengan dia. melihat hal itu, aku malah merasa kecewa, merasa Saudari Evelyn mungkin akan mengambil alih posisiku suatu hari nanti. Hal itu mulai terasa seperti sebuah krisis. Tak lama setelah itu, aku melihat seorang saudari mengirimkan pesan di kelompok meminta saran. Dia bertanya: "Bagaimana seseorang menenangkan hati di hadapan Tuhan?" Aku sudah ingin menjawab ketika saudari Evelyn mengirimkan bagian dari firman Tuhan sekaligus menyampaikan pemahamannya. Menurutku, ayat yang ditemukannya sangat sesuai dan pemahamannya sangat praktis. Dia juga secara jelas menggambarkan cara menerapkannya untuk diikuti. Tak ada yang bisa kutambahkan dan aku merasa sangat sedih. Kelompok itu adalah tanggung jawabku pada awalnya. Dahulu akulah yang menemukan firman Tuhan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah saudara-saudari. Aku mulai merasa jika dia sangat proaktif menjawab pertanyaan siapa pun, lalu apa yang orang lain pikir tentang aku? Akankah mereka berpikir bahwa pemimpin mereka tidak dapat menjawab pertanyaan mereka? Bahwa aku tidak secakap Saudari Evelyn? Jika dia selalu antusias membantu mereka, akankah mereka berpikir bahwa aku pemimpin yang tak berguna? Aku terus memikirkannya dan mulai merasa iri padanya. Aku bahkan berpikir: "Tak akan kubiarkan. Aku harus bekerja lebih giat dibanding kau. Tak akan kuizinkan kau mengalahkanku." Namun, setelah itu, aku mulai berbuat keliru sepanjang waktu. Aku keliru bahkan saat melakukan tugas paling sederhana. Suatu ketika, aku menulis pesan yang ingin kukirim sebagai pengingat pertemuan kami kepada pemimpin dan diakonia lainnya. Aku tidak sengaja mengirimkan pesan tersebut pada kelompok pendatang baru. Aku baru menyadari itu setelah seorang saudari menghubungi dan memberitahu aku. Aku merasa sangat canggung, sehingga aku segera menghapus pesan itu. Meski hal itu bukan perkara besar, aku sangat merasa bersalah. Saat itu, aku merasa, bagaimana bisa aku keliru antara kelompok pendatang baru dan kelompok pemimpin? Saat itu aku merasa tak berguna, seolah aku tak bisa melakukan apa pun dengan benar. Kala itu, aku juga ada ujian universitas, sehingga aku tak bisa melakukan tugasku secara penuh. Aku berpikir: "Berakhir sudah. Posisiku akan digantikan. Aku akan digantikan oleh Saudari Evelyn." Aku sangat tertekan setelah itu. Aku mulai hanya mengikuti alur kerjaku, tak ingin mengerjakan apa pun. Aku merasa waktu berjalan lama ketika pertemuan, dan terkadang aku malah melihat-lihat laman Facebook. Aku bahkan mulai menonton video-video lucu yang sama sekali tak berguna bagi hidupku. Dahulu aku selalu mempersiapkan diri sebelum pertemuan, Mengemban tanggung jawab sembari merenungkan firman Tuhan dengan hati-hati dan merenungkan masalah-masalah saudara-saudariku yang belum terselesaikan, dan bagaimana seharusnya bersekutu dengan mereka. Namun, aku berhenti memegang tanggung jawab itu dan berhenti merenungkan firman Tuhan. Suatu ketika sebelum pertemuan malam, aku malah pergi membeli pakaian. Aku tak pulang hingga beberapa menit sebelum waktu pertemuan yang seharusnya. Di pagi hari, aku tak membaca firman Tuhan dengan cermat dan aku tidak mengirimkannya kepada kelompok supaya saudara-saudari merenungkannya. Saat itu, aku merasa hatiku jauh dari Tuhan. Jadi, aku berdoa pada Tuhan. Aku berkata pada-Nya: "Tuhan Yang Mahakuasa, aku tahu aku telah tersasar jauh dari-Mu. Aku juga tahu sikapku atas tugas-tugasku tidak bagus. Aku ingin bertobat, tetapi hatiku sangat lemah. Kuharap Engkau akan menolongku."
Lalu, aku membaca beberapa firman Tuhan yang sangat membantu. Tuhan berkata: "Di lubuk hatinya, orang menyembunyikan beberapa keadaan buruk—kenegatifan, kelemahan, dan tekanan jiwa atau kerapuhan; atau selalu memiliki niat yang hina; atau selalu dikendalikan oleh rasa khawatir mengenai reputasi, keinginan yang mementingkan diri sendiri, dan keuntungan diri mereka sendiri; atau mereka merasa bahwa diri mereka kurang berkualitas dan memiliki keadaan negatif tertentu. Ketika engkau terus-menerus hidup dalam keadaan ini, sangat sulit bagimu untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus. Jika engkau mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan Roh Kudus, engkau akan memiliki sangat sedikit hal positif dalam dirimu, dan akan sulit bagimu untuk mendapatkan kebenaran" ("Serahkanlah Hatimu yang Sejati kepada Tuhan, maka Engkau Dapat Memperoleh Kebenaran" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Ketika aku membaca ayat itu, aku sungguh terharu. Tuhan telah membeberkan masalahku dengan sempurna. Aku hidup dalam kenegatifan, tak bisa melaksanakan tugas-tugasku karena merasa orang lain akan mengambil alih posisiku. Aku takut statusku terancam, yang membuatku merasa lemah dan menjauhkan diriku dari Tuhan dan saudara-saudariku.
Aku melihat ayat firman Tuhan yang lain dalam "Dengan Menyelesaikan Gagasan Orang Barulah Orang Dapat Memasuki Jalur yang Benar dalam Kepercayaan kepada Tuhan (3)." Tuhan berkata: "Orang akan melewati banyak keadaan sebelum Tuhan menghakimi dan menghajar mereka. Contohnya, ada keadaan negatif yang sering kali terlihat pada manusia: mereka menjadi negatif ketika orang lain melaksanakan tugas mereka lebih produktif daripada mereka; mereka menjadi negatif ketika keluarga orang lain lebih bersatu daripada keluarga mereka; mereka menjadi negatif ketika kondisi orang lain lebih baik daripada kondisi mereka, atau orang lain lebih berkualitas; dan mereka menjadi negatif ketika dibangunkan sedikit lebih pagi, ketika tugas mereka melelahkan, dan bahkan ketika tugas mereka tidak melelahkan. Apa pun yang terjadi, mereka bersikap negatif. ... Kenegatifan berarti ada masalah dalam diri manusia: mereka tidak dapat menerima kebenaran dan selalu merasa tidak puas dengan semua yang Tuhan lakukan; selain itu, mereka sama sekali tidak mencari kebenaran atau menerapkannya. Mengapa Tuhan tetap responsif terhadap orang-orang semacam itu? Bukankah mereka keras kepala? Bagaimana sikap Tuhan terhadap orang yang keras kepala? Dia menyingkirkan dan mengabaikan mereka. Engkau dapat bertindak sesuka hatimu dan engkau dapat percaya jika engkau menginginkannya; jika engkau percaya dan mencari, engkau dapat memperolehnya. Tuhan memperlakukan setiap orang dengan adil. Jika sikapmu bukan sikap yang menerima kebenaran dan tidak tunduk, dan jika engkau tidak sesuai dengan tuntutan Tuhan, maka percayalah apa yang kauinginkan; juga, jika engkau lebih suka pergi, engkau dapat segera melakukannya. Jika engkau tidak ingin melakukan tugasmu, apa pun yang kaulakukan, jangan membuat adegan yang memalukan atau berperilaku seolah-olah engkau lebih baik dari orang lain, tetapi segeralah pergi ke mana pun kausuka. Tuhan tidak mendesak orang-orang semacam itu untuk tinggal. Itulah sikap-Nya. Jika engkau—yang jelas merupakan makhluk ciptaan—tidak pernah ingin bertindak seperti makhluk ciptaan, dan malah selalu ingin menjadi penghulu malaikat, lalu dapatkah Tuhan memperhatikanmu? Jika engkau—yang jelas adalah manusia biasa—selalu menginginkan perlakuan khusus dan istimewa, serta menjadi orang yang memiliki status dan kedudukan yang unggul atas orang lain dalam segala hal, itu berarti engkau sedang bersikap tidak masuk akal dan tidak berakal. Bagaimana Tuhan memandang orang yang tidak berakal? Apa penilaian-Nya terhadap mereka? Orang-orang semacam itu keras kepala!" (Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman). Tuhan secara jelas mengungkapkan bahwa sumber kenegatifan dan kelemahanku adalah bahwa aku terlalu mengkhawatirkan posisiku sebagai pemimpin. Aku takut kehilangan posisiku. Aku lebih menyukai status dibandingkan tugasku. Semua yang kulakukan murni dari hasrat untuk mempertahankan statusku sebagai pemimpin. Aku mengingat saat awal memulai posisiku sebagai pemimpin. Aku bekerja keras menyelesaikan tugasku, hingga aku tak rehat bahkan hanya sejenak. Aku takut kinerjaku buruk dan aku digantikan. Ketika aku melihat progres yang dibuat oleh dua saudari, seharusnya aku senang. Namun, aku khawatir kelak saudara-saudariku tak akan membutuhkan aku lagi, hingga posisiku sebagai pemimpin tak akan berarti dan tak seorang pun akan mengagumiku lagi. Terutama melihat betapa baiknya kinerja Saudari Evelyn, dia mampu menjawab pertanyaan saudara-saudari, dan semua orang dekat dengan dia, aku bahkan lebih khawatir tak bisa mempertahankan statusku dan aku merasa kenegatifan dan lemah hingga pada titik aku mulai hanya bekerja demi sekedar melaksanakan tugas. Tuhan berkata bahwa tipe orang seperti ini tidak logis. Tuhan tidak memperhatikan mereka dan sulit bagi mereka mendapatkan campur tangan Roh Kudus. Aku merasa takut ketika menyadari aku berada dalam keadaan yang sama berbahayanya. Tuhan juga berkata Dia tidak suka orang yang sering kali negatif karena mereka tidak mampu menerima kebenaran. Mereka hidup dengan niat yang salah dan tidak bisa berbalik atau meninggalkan niat buruk tersebut. Jika seseorang selalu hidup dalam keadaan negatif, maka mereka akhirnya akan diasingkan dan disingkirkan. Dahulu, aku juga menyadari hal ini. Sehingga aku datang kepada Tuhan dan mengaku dosa serta berdoa untuk bertobat. Aku berkata kepada Tuhan: "Tuhan, aku tahu aku salah. Kuharap Engkau mau membantuku memahami diriku sendiri dan membawaku keluar dari kenegatifanku."
Setelah itu, seorang saudari membacakan firman Tuhan saat pertemuan. Firman tersebut memberikanku pemahaman mengapa kita mengejar popularitas, kuasa, dan status. Pada paragraf keempat di "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik VI" Tuhan berkata: "Apa yang Iblis gunakan untuk membuat manusia tetap berada dalam kendalinya? (Ketenaran dan keuntungan.) Jadi, Iblis menggunakan ketenaran dan keuntungan untuk mengendalikan pikiran manusia, sampai satu-satunya yang orang pikirkan adalah ketenaran dan keuntungan. Mereka berjuang demi ketenaran dan keuntungan, menderita kesukaran demi ketenaran dan keuntungan, menanggung penghinaan demi ketenaran dan keuntungan, mengorbankan semua yang mereka miliki demi ketenaran dan keuntungan, dan mereka akan melakukan penilaian atau mengambil keputusan demi ketenaran dan keuntungan. Dengan cara ini, Iblis mengikat orang dengan belenggu yang tak kasat mata, dan mereka tidak punya kekuatan ataupun keberanian untuk membuang belenggu tersebut. Mereka tanpa sadar menanggung belenggu ini dan berjalan maju dengan susah payah. Demi ketenaran dan keuntungan ini, umat manusia menjauhi Tuhan dan mengkhianati Dia dan menjadi semakin jahat. Jadi, dengan cara inilah, generasi demi generasi dihancurkan di tengah ketenaran dan keuntungan Iblis. Sekarang melihat tindakan Iblis, bukankah motif jahat Iblis benar-benar menjijikkan? Mungkin hari ini engkau semua masih belum dapat memahami motif jahat Iblis karena engkau semua berpikir orang tidak dapat hidup tanpa ketenaran dan keuntungan. Engkau berpikir jika orang meninggalkan ketenaran dan keuntungan, mereka tidak akan mampu lagi melihat jalan di depan, tidak mampu lagi melihat tujuan mereka, bahwa masa depan mereka akan menjadi gelap, redup, dan suram. Namun, perlahan-lahan, engkau semua suatu hari nanti akan menyadari bahwa ketenaran dan keuntungan adalah belenggu mengerikan yang Iblis gunakan untuk mengikat manusia. Ketika hari itu tiba, engkau akan sepenuhnya menentang kendali Iblis dan sepenuhnya menentang belenggu yang Iblis gunakan untuk mengikatmu. Ketika saatnya tiba di mana engkau ingin membuang semua hal yang telah Iblis tanamkan dalam dirimu, engkau kemudian akan memutuskan dirimu sepenuhnya dari Iblis, dan engkau akan dengan sungguh-sungguh membenci semua yang telah Iblis bawa kepadamu. Baru setelah itulah, umat manusia akan memiliki kasih dan kerinduan yang nyata kepada Tuhan" (Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia). Setelah membaca firman Tuhan, aku menyadari bahwa Iblis menggunakan ketenaran, kuasa, dan status untuk menipu dan merusak manusia. Beban tak tampak yang digunakan Iblis untuk menjerat manusia. Aku sudah terperangkap oleh beban ketenaran, kuasa, dan status sejak aku kecil. Ketika aku masih sekolah, agar selalu dikagumi oleh siswa lainnya dan menjadi pemimpin kelas, aku belajar dengan sangat giat karena takut dilampaui teman sekelasku. Ketika aku mulai memercayai Tuhan dan menjadi pemimpin, aku bekerja keras melakukan tugasku demi mempertahankan statusku dan supaya aku tidak digantikan. Aku iri pada saudara-saudari yang lebih baik dibandingkan aku. Aku takut mereka melampauiku dan tak punya status di dalam pikiran orang-orang. Dan bagian paling menyedihkan? Ketika aku menyadari bahwa aku bukan menjadi tak tergantikan di antara saudara-saudari seperti yang kupikirkan, aku merasa hasratku demi status tidak terpenuhi, dan mulai bekerja hanya sekadar melaksanakan tugas, semua itu karena aku tak mendapatkan keinginanku. Aku menyadari, bagiku, keinginan Tuhan, tugas dan tanggung jawabku, kehidupan gereja, semua hal tersebut tidak penting. Semua yang kulakukan hanya memuaskan hasratku demi status tanpa ada rasa hormat kepada Tuhan. Pada saat yang sama, aku menyadari bahwa Iblis ingin kita mengejar popularitas, kuasa, dan status. Dia ingin kita bertengkar satu sama lain untuk mendapatkan hal itu. Dia ingin kita meninggalkan keinginan Tuhan, mengkhianati Tuhan, dan jauh dari Tuhan. Ini adalah cara Iblis. Ketika aku menyadarinya, aku mulai membenci diriku sendiri. Aku ingin membebaskan diriku dari keinginan mengejar popularitas, kuasa, dan status supaya aku bisa benar-benar hadir di hadapan Tuhan. Lalu, aku mendengar lagu pujian berjudul "Aku Hanyalah Makhluk Ciptaan yang Kecil" yang membuatku sangat terharu. "Ya Tuhan! Entah aku memiliki status atau tidak, aku sekarang telah mengerti tentang diriku sendiri. Jika statusku tinggi, itu karena Engkau yang meninggikannya, dan jika statusku rendah, itu karena ketetapan-Mu. Segala sesuatu berada di tangan-Mu. Aku tidak punya pilihan atau keluhan apa pun. Engkau telah menetapkan bahwa aku harus lahir di negeri ini dan di tengah orang-orang ini, dan satu-satunya yang harus kulakukan adalah taat sepenuhnya di bawah kekuasaan-Mu karena segala sesuatu berada di dalam ketetapan-Mu. Aku tidak memikirkan status; bagaimanapun juga, aku hanyalah makhluk ciptaan. Jika Engkau menaruhku dalam jurang maut, dalam lautan api dan belerang, diriku bukan apa-apa selain makhluk ciptaan. Jika Engkau memakai aku, diriku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau menyempurnakan aku, aku hanya makhluk ciptaan. Jika Engkau tidak menyempurnakanku, aku akan tetap mengasihi-Mu karena aku tidak lebih dari makhluk ciptaan. Aku tidak lebih dari makhluk ciptaan yang sangat kecil, yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta, hanya salah satu dari antara umat manusia yang diciptakan. Engkaulah yang menciptakan diriku, dan sekarang Engkau telah sekali lagi menaruh aku kembali di tangan-Mu untuk Kau perlakukan diriku seturut kehendak-Mu. Aku bersedia menjadi alat-Mu dan kontras-Mu karena segala sesuatu sudah ditetapkan oleh-Mu. Tidak seorang pun dapat mengubahnya. Segala sesuatu dan semua peristiwa ada di tangan-Mu" (Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru). Saat itulah aku mengerti bahwa pekerjaan apa pun yang kulakukan di rumah Tuhan hari ini, itu adalah tahbisan Tuhan dan pengangkatan oleh Tuhan. Apa pun statusnya, sebagai makhluk ciptaan, aku harus mengerjakan tugasku dengan jujur. Itulah satu-satunya jalan yang masuk akal. Pada saat yang sama, aku menyadari bahwa tidak ada perbedaan antara status yang tinggi atau rendah di dalam rumah Tuhan—yang penting adalah melaksanakan tugas. Ketika aku menyadarinya, aku merasa terbebas. Apa pun statusku di masa depan, akan kulakukan yang terbaik sebisaku dalam melaksanakan tugas dan menyenangkan Tuhan.
Setelah itu, aku melihat dua ayat dari firman Tuhan yang menorehkan kesan mendalam dalam diriku. Tuhan berkata: "Kerjasama antara saudara-saudari itu sendiri adalah suatu proses mengimbangi kelemahan seseorang dengan kekuatan orang lain. Engkau memakai kekuatanmu untuk menutupi kekurangan orang lain, dan orang lain menggunakan kekuatan mereka untuk menutupi kekuranganmu. Inilah yang dimaksud dengan mengimbangi kelemahan seseorang dengan kekuatan orang lain, dan bekerja sama dalam keharmonisan. Hanya saat bekerja sama dalam keharmonisan, barulah orang dapat diberkati di hadapan Tuhan, dan, semakin seseorang mengalami ini, semakin mereka memiliki kenyataan, jalannya menjadi semakin terang, dan mereka menjadi semakin tenang" ("Tentang Kerja Sama yang Harmonis" dalam "Rekaman Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). "Fungsinya tidak sama. Ada satu tubuh. Masing-masing melakukan tugasnya, masing-masing berada di tempatnya dan melakukan yang terbaik—untuk setiap percikan api ada satu kilatan cahaya—dan mencari kedewasaan dalam hidup. Dengan demikian, Aku akan puas" (Firman, Vol. 1, Penampakan dan Pekerjaan Tuhan, "Perkataan Kristus pada Mulanya, Bab 21"). Ketika aku membaca dua ayat firman Tuhan itu, aku memahami maksud Tuhan. Tuhan berharap saat kita melaksanakan tugas, kita bisa saling belajar dan melengkapi kekurangan satu sama lain. Kita harus melakukan kinerja terbaik apa pun posisi kita dan bekerja bersama dalam keharmonisan untuk menyelesaikan tugas kita. Setelah aku memahami maksud Tuhan, aku berdoa pada-Nya. Aku mulai belajar cara merelakan statusku dan berhenti berpikir tentang bagaimana jika aku digantikan oleh orang lain. Aku juga belajar memberikan hatiku pada apa pun yang kukerjakan dan memikirkan cara menyelesaikan tugasku dengan baik. Saat pertemuan, aku proaktif tentang persekutuan dengan yang lainnya. Ketika yang lain sedang bersekutu, aku dengan saksama merenungkan perkataan mereka dan dengan cepat mencatat poin-poin renungan. Aku menyadari bahwa aku bisa belajar banyak dari saudara-saudari. Perlahan, aku tidak terlalu iri atas progres saudara-saudari yang lebih cepat dari aku atau siapa pun yang memiliki kemampuan lebih baik. Aku juga bisa merelakan egoku dan belajar dari yang lain. Setelah menerapkan ini untuk beberapa waktu, aku merasakan damai yang teristimewa dan tenang, aku merasa lebih dekat dengan Tuhan. Aku juga berterima kasih kepada Tuhan karena menggunakan firman-Nya untuk menghakimi dan mengungkap diriku. Dia membantuku mulai memahami watakku yang rusak. Syukur kepada Tuhan atas kasih-Nya dan karena menyelamatkanku!
Penderitaan akan berakhir dan air mata akan berhenti. Percayalah kepada Tuhan bahwa Dia mendengar permohonan kita dalam penderitaan kita, dan Dia ingin menyelamatkan kita dari penderitaan. Hubungi kami untuk memahami kabar baik tentang keselamatan Tuhan.