Akhirnya Melihat Kelicikanku

12 Mei 2022

Oleh Saudari Xiao Qian, Hongkong

Akhirnya Melihat Kelicikanku

Tugasku di gereja adalah menyirami orang percaya baru dan pada saat yang sama, aku harus memilih beberapa orang yang bisa dibina dan mengajari mereka bagaimana melaksanakan tugas mereka. Itu sangat sulit bagiku. Masalahnya, aku sangat buruk dalam menilai orang. Aku tidak mampu mengevaluasi orang mana yang bisa dibina─aku hanya memutuskan berdasarkan watak congkakku bahwa mereka tidak cukup baik. Persyaratanku terhadap mereka terlalu tinggi. Lagi pula, aku tak ingin mengerahkan semua pikiran dan membayar harga semahal itu. Aku merasa itu sangat melelahkan, dan karenanya, aku tak pernah berhasil melatih pendatang baru.

Beberapa waktu lalu, ada beberapa petobat baru yang kecocokannya untuk dibina, aku tidak merasa yakin. Aku khawatir jika aku membina mereka selama beberapa waktu lalu mendapati mereka tidak cocok, itu berarti membuang-buang waktu dan tenaga. Namun jika tidak membina mereka, bukankah pengawasku akan berkata harapanku terlalu tinggi dan aku tidak menaruh perhatian untuk membina mereka, atau aku tidak kompeten dan benar-benar tak mampu melakukannya? Aku bimbang dan tak tahu harus berbuat apa. Kupikir mungkin aku harus bertanya kepada pengawasku dan membiarkan dia saja yang memutuskan. Jadi aku tidak harus bertanggung jawab penuh atas penyimpangan apa pun, dan jika orang yang dibina tidak cocok, aku tidak akan ditangani. Jadi, saat menghubungi pengawasku, bukannya langsung memberi tahu bahwa aku tak pandai menilai orang dan tidak tahu harus bagaimana, aku justru bicara panjang lebar tentang situasi dan kesulitan para petobat baru itu: si anu punya koneksi internet buruk di tempat tinggalnya dan sulit dihubungi, si anu sibuk dengan pekerjaan, dan si anu tidak banyak bicara dalam pertemuan.... Lalu, karena takut dia akan berkata aku membatasi orang, dengan bertele-tele kukatakan, "Tetapi mereka aktif dalam pertemuan dan bersemangat dalam pengejaran mereka, jadi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membina mereka." Awalnya kupikir dia akan memberiku jawaban dan mengatakan bahwa para petobat baru ini tidak cocok untuk dilatih, jadi itu akan menjadi keputusannya, dan aku tak akan bertanggung jawab, dan tidak harus membayar harga dalam melatih mereka. Namun, aku terkejut saat dia tidak memberiku jawaban, tapi hanya berkata tegas, "Apa sebenarnya yang ingin kau katakan? Mendengarkanmu bicara berputar-putar seperti itu melelahkan. Kau selalu berbicara seperti ini. Pertama kaukatakan pendatang baru punya masalah tertentu, membuatnya terdengar mereka tidak layak dibina, lalu pada akhirnya kaukatakan kau akan berusaha keras melatih mereka. Kau membuatku tak mungkin mengetahui pikiranmu yang sebenarnya." Mendengar itu membuatku sangat kesal: "Apakah maksud dia aku bicara seperti ular? Ular itu tidak pernah bergerak lurus, tetapi berkelok-kelok. Apa aku sungguh seburuk itu?" Atau dia hanya melampiaskan kepadaku suasana hatinya yang sedang buruk?" Aku sebenarnya tahu bahwa cara pikir seperti itu salah, bahwa saudari itu tidak akan mengatakan itu tanpa alasan sama sekali, dan bahwa itu pasti mencerminkan perasaannya yang sebenarnya tentangku. Aku telah menyingkapkan watak yang rusak, aku tidak mengenal diriku sendiri, jadi jika saudariku melihat hal ini, menunjukkannya kepadaku, itu sangat membantuku. Jadi, kukatakan kepadanya, "Aku tidak melihat masalah yang kau gambarkan, tapi aku ingin menerima ini dan merenungkan diriku."

Setelah itu, aku terus merenungkan perkataannya, berdoa kepada Tuhan, meminta-Nya membimbingku agar mengenal diriku sendiri. Aku ingat bahwa perkataan Iblis sangat bengkok, dan tidak transparan. Tuhan Yahweh bertanya kepada Iblis: "'Dari mana engkau?' Lalu Iblis menjawab Yahweh, dan berkata, "Dari mengelilingi dan menjelajah bumi" (Ayub 1:7). Di sini, Tuhan telah menyingkapkan dan membongkar cara Iblis berbicara. Tuhan berkata: "Jadi, bagaimana kemudian perasaanmu ketika engkau semua melihat Iblis menjawab seperti ini? (Kami merasa bahwa Iblis sedang bersikap tidak masuk akal, dan juga curang.) Dapatkah engkau semua mengatakan apa yang sedang Kurasakan? Setiap kali Aku melihat perkataan Iblis ini, Aku merasa muak, karena Iblis berbicara, tetapi perkataannya tidak mengandung substansi. Apakah dia menjawab pertanyaan Tuhan? Tidak, perkataan yang Iblis ucapkan bukanlah sebuah jawaban, itu tidak menghasilkan jawaban apa pun. Perkataan itu bukanlah jawaban untuk pertanyaan Tuhan. 'Dari mengelilingi dan menjelajah bumi.' Apa pemahamanmu dari perkataan ini? Sebenarnya dari mana asal Iblis? Sudahkah engkau semua menerima jawaban terhadap pertanyaan ini? (Tidak.) Ini adalah 'kejeniusan' dari rencana licik Iblis—tidak membiarkan siapa pun memahami apa yang sebenarnya dia katakan. Setelah mendengar perkataan ini engkau masih tidak dapat memahami apa yang telah Iblis katakan, meskipun dia sudah selesai menjawab. Namun Iblis yakin dia telah menjawab dengan sempurna. Lalu bagaimana perasaanmu? Muakkah? (Ya.) Sekarang engkau mulai merasa muak menanggapi perkataan ini. Perkataan Iblis mengandung karakteristik tertentu: apa yang Iblis katakan membuatmu bingung, tak mampu memahami sumber perkataannya itu. Terkadang Iblis memiliki motif tertentu dan berbicara dengan sengaja, dan terkadang perkataannya dikendalikan oleh natur dirinya, perkataan semacam itu muncul secara spontan, dan keluar langsung dari mulut Iblis. Iblis tidak menghabiskan banyak waktu menimbang-nimbang perkataan semacam itu; sebaliknya, perkataan itu diucapkan tanpa berpikir. Ketika Tuhan bertanya dari mana dia, Iblis menjawab dengan beberapa perkataan yang ambigu. Engkau merasa sangat bingung, tidak pernah tahu sebenarnya dari mana asalnya. Adakah di antaramu yang berbicara seperti ini? Cara berbicara seperti apakah ini? (Cara berbicara ini ambigu dan tidak memberikan jawaban yang pasti.) Perkataan seperti apa yang seharusnya kita gunakan untuk menggambarkan cara berbicara seperti ini? Cara berbicara ini mengalihkan dan menyesatkan, bukan? Misalkan seseorang tidak ingin memberi tahu orang lain apa yang mereka lakukan kemarin. Engkau bertanya kepada mereka: 'Aku melihatmu kemarin. Engkau pergi ke mana?' Mereka tidak menjawab secara langsung ke mana mereka pergi. Sebagai gantinya, mereka berkata: 'Kemarin hari yang sangat tidak menyenangkan. Sangat melelahkan!' Apakah mereka menjawab pertanyaanmu? Mereka menjawab pertanyaanmu, tetapi mereka tidak memberi jawaban yang engkau inginkan. Inilah 'kejeniusan' dalam kecerdasan bicara manusia. Engkau tidak pernah dapat mengetahui apa yang mereka maksudkan, ataupun melihat sumber atau maksud perkataan mereka. Engkau tidak tahu apa yang sedang berusaha mereka hindari karena di dalam hatinya, mereka memiliki cerita mereka sendiri—ini berbahaya. Adakah di antaramu yang juga sering berbicara dengan cara seperti ini? (Ya.) Lalu apa tujuanmu? Apakah tujuannya terkadang untuk melindungi kepentinganmu sendiri, terkadang untuk mempertahankan harga diri, kedudukan, dan citramu sendiri, untuk melindungi rahasia kehidupan pribadimu? Apa pun tujuannya, tujuan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kepentinganmu, tujuannya terkait dengan kepentinganmu. Bukankah ini adalah natur manusia?" (Firman, Vol. 2, Tentang Mengenal Tuhan, "Tuhan itu Sendiri, Tuhan yang Unik IV"). Dari apa yang firman Tuhan singkapkan, aku sadar bahwa Iblis selalu menyembunyikan motif dan tipu muslihat dalam perkataan dan perbuatannya. Untuk menyembunyikan niatnya yang memalukan, dia bertele-tele dan selalu berbelit-belit. Ini membuat orang bingung, mereka tak bisa mengetahui maksud sebenarnya. Aku merenungkan bagaimana aku cenderung bicara dengan saudara-saudariku seperti cara Iblis, berbelit-belit, membuat diriku sulit dipahami. Mereka bertanya, "Berapa banyak pendatang baru yang bisa dilatih di gereja yang kauawasi? Bagaimana situasi mereka saat ini?" Jawabannya hanya membutuhkan, beberapa kalimat sederhana─ada berapa banyak dan bagaimana situasi mereka. Namun aku tidak memberikan jawaban langsung. Aku selalu bicara tentang kinerja para petobat baru yang buruk dan mencari-cari alasan objektif agar saudara-saudari berpikir petobat baru-lah yang buruk dan tidak cocok untuk dilatih, dan bukan aku yang justru tidak melatih mereka. Lalu aku akan mengubah nada bicaraku dengan berkata, "Tetapi para petobat baru harus dilatih, Mari kita coba dulu dan lihat bagaimana hasilnya nanti." Aku bicara sebentar tentang bagaimana mereka bermasalah, lalu kukatakan aku akan membina mereka. Itu bukan jawaban langsung atas pertanyaan mereka, dan begitu mirip dengan cara ular hingga tak seorang pun tahu apa yang kumaksudkan. Tuhan berkata bahwa alasan Iblis bicara berbelit-belit, selalu menyembunyikan motif dan tipu muslihat, adalah untuk melindungi kepentingannya sendiri. Kemudian kutanyakan pada diriku sendiri apa tujuanku bicara seperti itu kepada saudara-saudari. Ketika kurenungkan dengan saksama, aku sadar aku selalu mulai membicarakan tentang masalah agar orang lain tidak berpikir aku tidak berfokus membina orang, tetapi karena berbagai alasan merekalah yang bukan kandidat bagus. Lalu, kututup dengan berkata aku akan coba melatih mereka dan melihat bagaimana hasilnya nanti, untuk memberi tahu mereka bahwa aku terbeban untuk membina petobat baru dan memiliki sikap yang positif. Dengan begitu, mereka tidak akan berkata aku membatasi orang dan tidak mau membayar mahal untuk melatih mereka. Aku berbelit-belit dalam caraku berbicara, dan memiliki motif tercela dibalik itu. Aku juga membahas masalah dengan berbelit-belit ketika bicara dengan pengawasku, ingin dia menebak maksudku, membuatnya tak mampu memahamiku dengan jelas, dan pada akhirnya membuatnya harus memutuskan apakah para petobat baru itu dapat dibina atau tidak, jadi bagaimanapun hasilkan akan baik bagiku. Jika ada yang bertanya lagi kenapa aku tidak membina mereka, aku tentu saja bisa menyalahkan pengawasku. Jika petobat baru mengalami kemajuan, semua orang akan melihat aku bahkan bisa membina orang-orang seperti itu, mereka akan mengira aku kompeten, dan aku akan terlihat baik. Cara bicaraku persis dengan cara bicara Iblis yang Tuhan singkapkan, yakni seperti ular, dan benar-benar menyembunyikan motifku sendiri, agar aku bisa mencapai tujuanku sendiri tanpa diketahui orang lain. Aku persis seperti Iblis, sangat berbahaya dan licik. Di luarnya, aku sedang mencari bersama pengawas tentang apakah petobat baru dapat dibina atau tidak, tetapi sebenarnya aku mengarahkannya untuk memutuskan bagiku, dan ingin mengelak dari tanggung jawab. Betapa curangnya aku! Seseorang yang normal mencari aspek prinsip agar dirinya mampu bertindak sesuai prinsip tersebut, dan agar lebih baik dalam membina petobat baru sehingga menguntungkan pekerjaan rumah Tuhan. Namun tujuan "pencarianku" adalah untuk menghindari tanggung jawab, melindungi kepentingan, reputasi, dan statusku sendiri. Bagaimana aku bisa begitu curang dan licik? Pengawas menangani dan menyingkapkanku karena aku selalu bertindak dan berbicara menurut watakku yang licik, tanpa pernah merenungkan diriku. Aku dibenci Tuhan dan tidak disukai oleh orang lain. Aku berdoa dan bersumpah kepada Tuhan bahwa sejak saat itu, aku harus lebih memperhatikan untuk memeriksa motif dan tujuanku dalam apa pun yang kukatakan dan lakukan, dan berlatih bersikap jujur. Kemudian, saat saudara-saudariku bertanya tentang petobat baru, terkadang aku ingin mulai lagi dengan masalah mereka, jadi jika mereka tidak bisa dilatih, itu tidak akan menjadi tanggung jawabku. Ketika kusadari motifku ini salah, dan aku sedang kembali bersikap licik, aku dengan sadar berdoa, meninggalkan diriku, dan membicarakan mereka secara adil dan objektif. Tapi beberapa hari kemudian, aku kembali ke cara-caraku yang lama.

Suatu hari, pengawas berkata seorang percaya baru yang kusirami menghadiri pertemuan yang dikelola Saudari Zhang, dan dia menyukai persekutuan yang disampaikan Saudari Zhang. Lalu, aku mulai berpikir petobat baru ini sangat congkak, punya banyak gagasan, dan menyukai tren duniawi. Dia tidak teratur menghadiri pertemuanku, dan menyiraminya sangat melelahkan, jadi kupikir bebanku akan berkurang jika Saudari Zhang bisa menyiraminya menggantikanku. Namun jika langsung kukatakan untuk memindahkannya ke Saudari Zhang, pengawas mungkin berkata aku licin dan licik dalam tugasku, dan aku ingin melepaskan orang percaya baru yang sulit disirami. Jika pengawas menyarankan memindahkan dia, aku bisa secara alami terbebas dari beban itu. Jadi, kuajukan pertanyaan yang mengarahkan kepadanya: "Apakah petobat baru itu bilang dia lebih menyukai persekutuan Saudari Zhang?" Ya, katanya. Aku segera menindaklanjuti, "Jika demikian halnya, mungkin kita harus turuti apa yang dia sukai? Lagi pula, dia tidak teratur menghadiri pertemuanku. Bagaimana menurutmu?" Aku menunggu pengawas berkata orang itu harus dipindahkan. Namun, dia tidak segera memutuskan. Kemudian, aku merasakan kegelisahan yang samar-samar: bukankah aku sedang bicara dengan motif tersembunyi lagi? Kenapa aku selalu memiliki niat yang memalukan ini? Kenapa aku tak bisa dengan jelas dan terbuka dan secara langsung menjelaskan apa yang kupikirkan?

Suatu hari, aku mencari firman Tuhan untuk makan dan minum bagian yang relevan dengan keadaanku, dan aku membaca firman-Nya ini: "Ada orang-orang yang berbicara dengan cara yang sangat membingungkan. Terkadang kalimat mereka ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya, terkadang ada akhirnya tetapi tidak ada awalnya. Engkau sama sekali tidak tahu apa yang ingin mereka katakan, tak satu pun yang mereka katakan masuk akal bagimu, dan jika engkau meminta mereka menerangkan dengan jelas, mereka tidak menjelaskannya. Mereka sering menggunakan kata ganti orang dalam perkataan mereka. Misalnya, mereka melaporkan sesuatu, dan berkata, 'Pria itu—um, dia berpikir seperti itu, dan kemudian saudara-saudari tidak terlalu ....' Mereka bisa terus berbicara selama berjam-jam dan tetap tidak mengungkapkan diri mereka dengan jelas, tergagap dan terbata-bata, tidak masuk akal, mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain, membuatmu tidak lebih mengerti dari sebelumnya─bahkan membuatmu gelisah. Sebenarnya, mereka telah membaca banyak buku dan berpendidikan tinggi—jadi mengapa mereka tidak mampu mengucapkan kalimat yang sempurna? Ini adalah masalah watak. Orang-orang sangat licik sehingga butuh upaya keras untuk mengatakan apa pun. Tidak ada fokus dalam perkataan mereka, selalu ada awalnya tetapi tidak ada akhirnya; setelah membuka mulut dan menyemburkan bagian awalnya, mereka menelan bagian akhirnya. Mengapa mereka menelan bagian akhirnya? Karena mereka tidak ingin engkau memahami maksud perkataannya, mereka ingin engkau menebaknya. Jika mereka memberitahumu secara langsung, engkau akan menyadari apa yang mereka katakan dan mengetahui yang sebenarnya, bukan? Mereka tidak menginginkan itu. Apa yang mereka inginkan? Mereka ingin engkau menebaknya sendiri, dan mereka dengan senang hati membiarkanmu yakin bahwa tebakanmu benar—dalam hal ini, karena mereka tidak mengatakannya, mereka tidak perlu bertanggung jawab. Selain itu, apa yang mereka dapatkan ketika engkau menebak maksud perkataan mereka? Tebakanmu persis seperti yang ingin mereka dengar, dan tebakanmu memberi tahu mereka gagasan dan pandanganmu tentang hal tersebut. Dari situlah, mereka dapat berbicara secara selektif, memilih apa yang harus dikatakan dan tidak dikatakan, dan bagaimana mengatakannya, dan kemudian mengambil langkah selanjutnya dalam rencana mereka. Setiap kalimat diakhiri dengan jebakan, dan saat engkau mendengarkannya, jika engkau terus mengajukan pertanyaan lanjutan, engkau akan benar-benar terperangkap dalam jebakan tersebut. Apakah selalu berbicara seperti ini melelahkan bagi mereka? Ini adalah watak mereka—mereka tidak merasa lelah. Ini benar-benar alami bagi mereka. Mengapa mereka ingin membuat jebakan ini untukmu? Karena mereka tidak bisa mengetahui sudut pandangmu dengan jelas, dan mereka takut engkau akan mengetahui sudut pandang mereka yang sebenarnya. Di saat yang sama mereka mencoba menghentikanmu agar tidak memahami mereka, mereka mencoba memahamimu. Mereka ingin memperoleh pandangan, gagasan, dan metode darimu. Jika mereka berhasil, itu berarti jebakan mereka berhasil. Beberapa orang mengulur waktu dengan sering mengatakan 'hmm' dan 'hah'; mereka tidak mengungkapkan sudut pandang tertentu. Yang lain mengulur waktu dengan mengatakan 'sepertinya...' dan 'yah begitulah ...,' untuk menutupi apa yang sebenarnya mereka pikirkan, menggunakan ini menggantikan apa yang sebenarnya ingin mereka katakan. Ada banyak kata kerja, kata keterangan, dan kata kerja bantu yang tidak berguna dalam setiap kalimat. Jika engkau mencatat perkataan mereka, engkau akan mendapati tidak satu pun dari perkataan itu mengungkapkan sudut pandang atau sikap mereka terhadap hal tersebut. Semua perkataan mereka mengandung jebakan, ujian, dan pencobaan tersembunyi. Watak apakah ini? (Jahat.) Sangat jahat. Apakah ini termasuk sikap bermuka dua? Jebakan, ujian, dan pencobaan yang mereka ciptakan ini disebut sikap bermuka dua. Ini merupakan karakteristik umum dari orang-orang yang memiliki esensi jahat antikristus. Bagaimana karakteristik umum ini terwujud? Mereka melaporkan kabar baik tetapi tidak melaporkan kabar buruk, mereka terutama berbicara dengan menggunakan istilah yang menyenangkan, berbicara terbata-bata, menyembunyikan sebagian dari maksud mereka yang sebenarnya, mereka berbicara secara membingungkan, berbicara samar-samar, dan perkataan mereka mengandung ujian. Semua hal ini adalah jebakan, dan semuanya adalah sarana untuk bermuka dua" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus").

Tuhan memberi tahu kita bahwa antikristus selalu bicara bertele-tele dan perkataan mereka ambigu dan membingungkan orang, mereka selalu mencobai dan menggoda, berusaha menjebak orang lain untuk mencapai tujuan pribadi tanpa mereka sendiri harus bertanggungjawab. Sama seperti ketika Iblis memberi tahu Hawa dia belum tentu mati jika makan buah itu. Perkataan Iblis penuh dengan godaan dan pencobaan, tidak secara gamblang mengungkapkan tujuannya, tetapi membuat orang berbuat dosa tanpa membuat dirinya bertanggungjawab. Tuhan telah singkapkan: "Sekarang ini, semua orang memiliki watak Iblis di dalam diri mereka, semua manusia memiliki racun Iblis di dalam diri mereka yang mencobai Tuhan dan menggoda manusia. Terkadang, ketika manusia berbicara, mereka berbicara dengan nada bicara Iblis, dengan maksud mencobai dan menggoda. Pemikiran dan gagasan yang memenuhi manusia dipenuhi dengan racun Iblis; cara mereka bersikap pun adalah sesuatu yang berasal dari Iblis—dan terkadang bahkan kedipan mata atau gerakan tubuh sederhana pun berbau pencobaan dan godaan" ("Mereka yang Telah Kehilangan Pekerjaan Roh Kudus adalah yang Paling Berisiko" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Aku juga sama, selalu bicara kepada saudara-saudari dengan cara berbelit-belit, menguji dan mencobai dengan motifku sendiri yang tercela. Aku tak ingin membuang waktu dan tenaga untuk seorang petobat baru. Aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyingkirkan beban. Namun, aku tak mau pengawas tahu aku membatasi dan menolak orang itu. Demi mempertahankan citraku sebagai orang yang bertanggung jawab dan mengasihi petobat baru, aku dengan cerdik menyarankan kepadanya bahwa kami harus pertimbangkan perasaannya dan melakukan yang dia inginkan, mencoba mengarahkan pengawas agar menyarankan dia dipindahkan ke pertemuan Saudari Zhang, jadi aku bisa mencapai tujuanku sendiri. Caraku bicara sesuai dengan apa yang Tuhan singkapkan: "Jika engkau mencatat perkataan mereka, engkau akan mendapati tidak satu pun dari perkataan itu mengungkapkan sudut pandang atau sikap mereka terhadap hal tersebut. Semua perkataan mereka mengandung jebakan, ujian, dan pencobaan tersembunyi. Watak apakah ini? (Jahat.) Sangat jahat" ("Mereka Jahat, Berbahaya, dan Curang (Bagian Dua)" dalam "Menyingkapkan Antikristus"). Ketika sesuatu terjadi, tak satu pun kata yang jujur keluar dari mulutku, tetapi semua hal yang menguji dan mencobai keluar begitu saja. Aku benar-benar memiliki natur yang jahat. Aku lebih suka bertele-tele, tidak membiarkan orang melihat tujuanku yang sebenarnya. Kupikir berbicara terus terang itu bodoh, kekuranganku pasti akan tersingkap, dan hanya orang bodoh yang melakukan hal itu! Kukira kelicikanku dalam berbicara menunjukkan bahwa aku pintar, dan kupikir aku sangat terampil, sangat pintar, dan selalu selangkah lebih maju dari yang lain, sehingga dengan cara ini, kepentingan pribadiku tidak akan dirugikan. Aku menjadikan sikap licik dan menipu sebagai prinsip pribadiku sebagai manusia, dan sama sekali mengabaikan hal-hal positif yang Tuhan katakan tentang menjadi orang jujur dan transparan dalam perkataan dan perbuatan. Aku merasa menjadi seseorang seperti itu akan membuatku dirugikan. Caraku memandang segala sesuatu telah sejak lama menyimpang, aku telah menjadikan cara-cara Iblis sebagai standar pribadiku sendiri, berpura-pura dan menipu orang di setiap kesempatan. Merenungkan hal ini membuatku takut, sadar betapa berbahaya dan jahatnya diriku. Aku sadar betapa dalam Iblis telah merusakku dan aku tidak punya keserupaan dengan manusia sama sekali. Aku juga berbicara dan bertindak seperti ini dalam kehidupan sehari-hari. Suatu kali, aku ingat sangat menyukai tas tangan desainer yang dibeli bibiku. Aku tak ingin menghabiskan semua uangku untuk membelinya dan malu untuk memintanya, jadi aku berkata, berpura-pura peduli, "Lihat tas yang bahkan tidak kau pakai ini, sayang sekali! Kau sudah punya tas merek itu, kenapa beli yang ini?" Di luarnya, aku bicara seperti ini kepada bibiku agar dia berpikir aku peduli dan tak ingin dia menyia-nyiakan uang untuk hal-hal berlebihan. Namun yang sebenarnya kumaksudkan adalah tas itu berlebihan untuknya─sayang jika tas itu ada di sana tanpa dipakai, jadi mengapa tidak diberikan kepadaku? Dia mendengarkan perkataanku dan merasa tas itu berlebihan, lalu memberikannya kepadaku. Hanya dengan beberapa patah kata, aku membuatnya "menawarkan" tas itu kepadaku. Aku selalu seperti itu. Aku tidak akan secara langsung mengatakan yang kuinginkan, tetapi membuat orang lain menduganya, lalu menawarkannya kepadaku secara sukarela. Merenungkan semua itu, aku benar-benar tidak mengerti mengapa aku bisa selicik itu. Aku sungguh berharap bisa memutar kembali waktu dan tidak pernah mengatakan hal memuakkan seperti itu. Saat itu aku sadar bahwa cara antikristus bicara dan bertindak serta watak jahat mereka yang tersingkap, seperti yang Tuhan ungkapkan, aku punya semuanya. Aku sudah seperti itu selama bertahun-tahun. Kadang tanpa berpikir, hal licik keluar begitu saja dari mulutku. Watak jahatku sangat serius. Jika aku tidak menyelesaikannya dan mengubahnya, aku benar-benar berada dalam bahaya.

Aku membaca firman Tuhan: "Bahwa Tuhan meminta manusia untuk bersikap jujur membuktikan bahwa Dia benar-benar membenci orang yang curang, dan bahwa Dia tidak menyukai orang yang curang. Ketidaksukaan Tuhan terhadap orang yang curang adalah ketidaksukaan terhadap cara mereka melakukan segala sesuatu, watak mereka, motif mereka, dan metode kecurangan mereka; Tuhan tidak menyukai semua hal ini. Jika orang yang curang mampu menerima kebenaran, mengakui watak mereka yang curang, dan bersedia menerima keselamatan Tuhan, maka mereka juga memiliki harapan untuk diselamatkan, karena Tuhan memperlakukan semua orang sama, dan kebenaran memperlakukan semua orang sama. Karena itu, jika kita ingin menjadi orang-orang yang dikasihi Tuhan, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengubah prinsip keberadaan kita: kita tak boleh lagi hidup berdasarkan falsafah Iblis, kita tak boleh lagi hidup dengan kebohongan dan kecurangan, kita harus meninggalkan semua kebohongan dan menjadi jujur, dan dengan melakukan ini, pandangan Tuhan tentang kita akan berubah. Sebelumnya, orang selalu mengandalkan kebohongan, kepura-puraan, dan tipu daya untuk hidup di antara orang-orang, dan menggunakan falsafah Iblis sebagai dasar keberadaan, hidup, dan fondasi yang dengannya mereka berperilaku. Ini adalah sesuatu yang Tuhan benci. Di antara orang tidak percaya, jika engkau berbicara terus terang, mengatakan yang sebenarnya, dan menjadi orang yang jujur, engkau akan difitnah, dihakimi, dan ditolak, jadi engkau mengikuti tren duniawi, hidup berdasarkan falsafah Iblis, menjadi semakin ahli dalam berbohong, dan semakin curang. Engkau juga belajar menggunakan cara-cara jahat untuk mencapai tujuanmu dan melindungi dirimu sendiri. Engkau menjadi semakin makmur di dunia Iblis, dan sebagai akibatnya, engkau tenggelam semakin dalam ke dalam dosa sampai engkau tak mampu melepaskan dirimu sendiri. Di rumah Tuhan justru sebaliknya. Semakin banyak engkau berbohong dan melakukan tipu muslihat, semakin umat pilihan Tuhan akan muak terhadapmu dan menolakmu. Jika engkau menolak untuk bertobat dan tetap berpegang teguh pada falsafah dan logika Iblis, dan menggunakan persekongkolan dan rencana licik untuk menyamarkan dirimu sendiri dan mengemas dirimu, maka sangatlah mungkin engkau akan tersingkap dan disingkirkan. Ini karena Tuhan membenci orang yang curang, hanya orang jujur yang bisa makmur di rumah Tuhan, dan orang yang curang pada akhirnya akan ditolak dan disingkirkan. Semua ini sudah ditentukan Tuhan dari semula. Hanya orang-orang yang jujur yang dapat memperoleh bagian dalam kerajaan surga, jadi jika engkau tidak berusaha menjadi orang yang jujur, dan jika engkau tidak mengalami dan melakukan penerapan ke arah mengejar kebenaran, jika engkau tidak menyingkapkan keburukanmu sendiri, dan tidak memperlihatkan dirimu yang sebenarnya, engkau tidak akan pernah mampu menerima pekerjaan Roh Kudus dan mendapatkan perkenanan Tuhan" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman"). Firman Tuhan mengajariku bahwa Dia menyukai orang jujur dan jijik terhadap orang licik. Hanya orang jujur yang bisa mendapatkan keselamatan-Nya, sedangkan mereka yang licik akan disingkap dan disingkirkan. Selama bertahun-tahun percaya, aku telah melihat orang-orang yang ditahirkan dan disingkirkan dari gereja, ada yang selalu bekerja asal-asalan dan tidak jujur dalam tugasnya, ada yang selalu menyamarkan diri dalam upaya mereka mempertahankan reputasi dan status, serta meninggikan diri mereka dengan berbagai cara. Mereka bermuslihat dan bertindak licik untuk mencapai tujuan mereka, dan beberapa orang teperdaya oleh mereka untuk sementara waktu. Namun Tuhan melihat segalanya dan mengatur situasi untuk menyingkapkan masing-masing dari mereka. Saat aku menyirami dan membina orang percaya baru, aku selalu mencari berbagai alasan, bermuslihat, dan menipu, untuk menutupi kerusakan dan kesalahanku, dan aku tidak berusaha untuk bertobat atau berubah, yang membuatku melakukan semakin banyak pelanggaran. Itu hanya bisa berakhir dengan diriku dibenci, ditolak dan disingkirkan oleh Tuhan. Melihat saudara-saudari yang sederhana dan jujur di sekitarku, ada banyak hal yang tidak mereka pahami dalam tugasnya, dan ada banyak penyimpangan dan kelalaian, tetapi mereka tidak melalaikan tanggung jawab mereka. Agar dapat mengerti kebenaran, memahami prinsip dan melaksanakan tugas mereka untuk memuaskan Tuhan, mereka mampu mengesampingkan reputasi dan status, bersikap sederhana dan terbuka, mengakui kelemahan dan kekurangan mereka, dan mencari bersama dengan yang lain. Mereka bisa melihat Tuhan di samping mereka mencerahkan dan membimbing mereka. Mereka mungkin berkualitas rata-rata, atau bahkan sedikit bodoh, tetapi Tuhan tetap membimbing, menolong mereka untuk secara perlahan mempelajari prinsip kebenaran, dan meningkat dalam tugas mereka. Dari perenungan ini kusadari bahwa Tuhan memberkati mereka yang sederhana dan jujur. Inilah kebenaran-Nya. Setelah memahami ini, aku sadar bahwa berbicara jujur dan menjadi orang jujur bisa berarti orang melihaku dengan jelas, tetapi itu bukan hal buruk. Mungkin sedikit memalukan pada saat itu, tetapi Tuhan menyukai orang yang terus terang dan terbuka seperti ini. Lagi pula, jika aku bersikap sederhana dan terbuka, meskipun aku mungkin menyingkapkan beberapa masalah, saudara-saudariku tidak pernah memandang rendah diriku. Mereka membantuku memperbaikinya dan menuntunku masuk ke dalam prinsip bersama dengan mereka, dan penerapan semacam itu tidak akan merugikan tugasku. Injil Kerajaan Tuhan berkembang sangat pesat sekarang ini, dan butuh banyak orang percaya baru untuk bekerja sama. Namun, aku sangat jarang membina orang percaya baru, bukankah ini berarti menganggu dan menghalangi pekerjaan rumah Tuhan? Aku telah menentang Tuhan! Tuhan berfirman: "Semakin banyak engkau berbohong dan melakukan tipu muslihat, semakin umat pilihan Tuhan akan muak terhadapmu dan menolakmu. Jika engkau menolak untuk bertobat dan tetap berpegang teguh pada falsafah dan logika Iblis, dan menggunakan persekongkolan dan rencana licik untuk menyamarkan dirimu sendiri dan mengemas dirimu, maka sangatlah mungkin engkau akan tersingkap dan disingkirkan. Ini karena Tuhan membenci orang yang curang, hanya orang jujur yang bisa makmur di rumah Tuhan, dan orang yang curang pada akhirnya akan ditolak dan disingkirkan. Semua ini sudah ditentukan Tuhan dari semula. Hanya orang-orang yang jujur yang dapat memperoleh bagian dalam kerajaan surga ...." Firman Tuhan sangat jelas. Jalan apa pun yang orang pilih dan berusaha menjadi orang seperti apa pun, itu berkaitan langsung dengan kesudahan dan nasib mereka. Tuhan telah mengatur semua situasi ini, dalam taraf besar maupun kecil, tapi aku salah menjalaninya, yaitu tanpa mencari kebenaran, tanpa merenungkan diriku ataupun mengenal diriku sendiri, hanya menuruti natur Iblis dalam diriku. Aku bahkan tidak masuk ke dalam kebenaran paling mendasar tentang menjadi orang jujur, atau melakukan perubahan dalam watak hidupku. Aku tetap orang licik yang dikuasai Iblis. Bagaimana aku bisa diselamatkan? Menerapkan kejujuran adalah satu-satunya jalan yang benar.

Setelah itu, aku terus mencari, dan dengan membaca firman Tuhan, jalanku untuk menerapkan kejujuran menjadi sedikit lebih jelas.

Firman Tuhan berkata: "Ketika orang melakukan kecurangan, niat apa yang muncul dari hal ini? Dan apa tujuannya? Tidak diragukan lagi, tujuannya adalah untuk mendapatkan status dan gengsi; singkatnya, itu adalah demi kepentingan diri mereka sendiri. Dan apa yang menjadi sumber dari pengejaran kepentingan ini? Sumbernya adalah orang-orang memandang kepentingan mereka sebagai sesuatu yang lebih penting daripada apa pun. Mereka melakukan kecurangan agar dapat menguntungkan diri mereka sendiri, dan karena itu watak mereka yang curang tersingkap. Bagaimana seharusnya masalah kecurangan ini diselesaikan? ... Mereka harus menerima kebenaran. Hanya ketika orang memahami kebenaran, barulah mereka dapat melihat esensi dari kepentingan mereka sendiri; hanya dengan cara demikianlah mereka dapat belajar untuk melepaskan, meninggalkan, dan mampu menanggung penderitaan karena melepaskan apa yang sangat mereka cintai. Dan ketika engkau dapat melakukannya, dan meninggalkan kepentingan dirimu sendiri, engkau akan merasa semakin tenang dan semakin damai di hatimu, dan dengan melakukan itu, engkau akan menang atas daging. Jika engkau berpegang teguh pada kepentinganmu sendiri dan tidak sedikit pun menerima kebenaran—jika, di dalam hatimu, engkau berkata, 'Apa salahnya mencari kepentingan diri sendiri dan tidak mau mengalami kerugian? Tuhan tidak menghukumku, dan apa yang dapat orang lakukan terhadapku?'—maka tak seorang pun akan melakukan apa pun terhadapmu. Namun, jika inilah kepercayaanmu terhadap Tuhan, akhirnya engkau akan gagal memperoleh kebenaran dan hidup, yang akan menjadi kerugian besar bagimu: engkau tidak dapat diselamatkan. Adakah penyesalan yang lebih besar dari ini? Inilah yang pada akhirnya kaudapatkan jika mengejar kepentingan dirimu sendiri. Jika orang hanya mengejar status dan gengsi—jika mereka hanya mengejar kepentingan diri mereka sendiri—mereka tidak akan pernah memperoleh kebenaran dan hidup, dan merekalah yang akan mengalami kerugian. Tuhan menyelamatkan orang yang mengejar kebenaran. Jika engkau tidak menerima kebenaran, dan jika engkau tidak mampu merenungkan dan mengetahui watak rusakmu sendiri, maka engkau tidak akan benar-benar bertobat, dan tidak akan memiliki jalan masuk ke dalam kehidupan. Menerima kebenaran dan mengenal dirimu sendiri adalah jalan menuju pertumbuhan hidupmu dan menuju keselamatan, itu adalah kesempatan bagimu untuk datang ke hadapan Tuhan untuk menerima pemeriksaan Tuhan dan menerima penghakiman dan hajaran Tuhan serta mendapatkan hidup dan kebenaran. Jika engkau tidak mau mengejar kebenaran demi mengejar status dan gengsi dan demi kepentinganmu sendiri, ini sama saja dengan melepaskan kesempatan untuk menerima penghakiman dan hajaran Tuhan serta memperoleh keselamatan. Engkau memilih untuk mengejar status dan gengsi dan kepentinganmu sendiri, tetapi yang engkau lepaskan adalah kebenaran, dan yang hilang darimu adalah hidup, dan kesempatan untuk diselamatkan. Yang mana yang lebih berarti? Jika engkau memilih kepentinganmu sendiri dan meninggalkan kebenaran, bukankah engkau bodoh? Bahasa kasarnya, ini adalah kerugian besar hanya untuk mendapatkan keuntungan yang kecil. Gengsi, status, uang, dan kepentingan: semua ini bersifat fana, sedangkan kebenaran dan hidup bersifat kekal dan tidak berubah. Jika orang menyelesaikan watak rusak mereka yang mengejar status dan gengsi, mereka memiliki harapan untuk memperoleh keselamatan. Selain itu, kebenaran yang orang peroleh bersifat kekal; Iblis tak mampu merebutnya dari mereka, begitu pun orang lain. Engkau telah melepaskan kepentinganmu tetapi yang telah kauperoleh adalah kebenaran dan keselamatan; semua hasil ini adalah milikmu. Engkau mendapatkannya untuk dirimu sendiri. Jika orang memilih untuk menerapkan kebenaran, maka meskipun mereka telah kehilangan kepentingan mereka, mereka sedang memperoleh keselamatan Tuhan dan hidup yang kekal. Orang-orang itu adalah yang orang paling cerdas. Jika orang mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kebenaran, maka yang hilang dari mereka adalah hidup dan keselamatan Tuhan; orang-orang itu adalah orang yang paling bodoh. Tentang apa yang akhirnya akan orang pilih—kepentingan atau kebenaran—ini menyingkapkan seseorang lebih daripada apa pun. Orang yang mencintai kebenaran akan memilih kebenaran; mereka akan memilih tunduk di hadapan Tuhan dan mengikut Dia. Mereka lebih suka mengabaikan kepentingan diri mereka sendiri. Sebanyak apa pun mereka harus menderita, mereka bertekad untuk menjadi kesaksian untuk memuaskan Tuhan. Inilah jalan mendasar untuk menerapkan kebenaran dan masuk ke dalam kenyataan kebenaran" ("Mengetahui Watak Orang adalah Landasan untuk Mengubahnya" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

"Sering kali ada motivasi di balik kebohongan orang, tetapi beberapa kebohongan tidak memiliki motivasi apa pun, juga tidak sengaja direncanakan, tetapi muncul secara alami. Kebohongan macam apa yang bisa dihindari? Pertama selesaikan kebohongan yang mudah dihindari, kemudian carilah kebenaran untuk mengatasi kebohongan yang tersulit, yang sulit diperbaiki. Jika berlatih dengan cara ini, bukankah akan mudah menyingkirkan kebohongan dari dirimu, bukankah akan mudah menyelesaikan masalah kebohongan? Misalnya, engkau merasa kata-kata ini mengandung motivasi, tercemar, dan merupakan kebohongan—engkau menyadari hal ini saat mengatakannya, bukan? Jika engkau menyadarinya, berdiam dirilah terlebih dahulu, berdoalah kepada Tuhan di dalam hatimu, dan renungkan semuanya. Bawalah masalah ini ke hadapan Tuhan untuk kausertakan dalam doa-doamu dan ungkapkan dengan sejujurnya; pertama-tama terapkanlah ini. Setelah melakukannya selama beberapa waktu, engkau harus berdoa lagi kepada Tuhan dan mencari, meminta agar Dia mendisiplinkan dan menegurmu jika engkau berbohong lagi, setelah itu engkau harus secara bertahap membawa kebohonganmu ke hadapan saudara-saudarimu untuk dianalisis. Dengan cara ini, sedikit demi sedikit kebohonganmu akan makin berkurang. Hari ini engkau mengatakan sepuluh kebohongan, besok mungkin mengatakan sembilan, lusa akan mengatakan delapan, setelah itu engkau hanya akan mengatakan dua atau tiga kebohongan. Engkau akan semakin banyak mengatakan yang sebenarnya. Dengan bersikap jujur, engkau akan makin dekat dengan kehendak Tuhan, tuntutan-Nya dan standar-Nya—dan betapa baiknya hal itu! Untuk berlatih bersikap jujur, engkau harus memiliki jalan, dan harus memiliki tujuan. Pertama bereskan masalah mengatakan kebohongan. Engkau harus tahu esensi di balik kebohonganmu ini. Engkau harus menganalisis motif apa yang mendorongmu mengatakan kebohongan ini, mengapa engkau memiliki motivasi seperti itu, dan apa esensinya. Jika engkau terus menerapkan hal ini, pasti akan ada hasilnya. Suatu hari engkau akan berkata: 'Bersikap jujur itu mudah. Bersikap curang itu sangat melelahkan! Aku tidak ingin berbohong lagi. Ada terlalu banyak hal yang berkecamuk dalam hatiku, dan pikiranku harus selalu mempertimbangkan banyak hal. Aku harus selalu memikirkan apa yang kukatakan untuk memperdaya orang, berbohong agar orang berpikir yang sebaliknya tentang diriku, aku harus selalu mempertimbangkan hal-hal ini; kata-kataku tidak boleh terlalu riang, juga tidak boleh terlalu serius—dan di dalam hatiku aku tak sanggup menanggung tekanan ini, aku tak ingin hidup seperti ini lagi, hidup seperti ini terlalu melelahkan!' Pada saat ini, engkau akan memiliki harapan untuk benar-benar bersikap jujur, dan itu membuktikan bahwa engkau telah mulai mengalami kemajuan untuk menjadi jujur. Ini merupakan terobosan. Tentu saja, mungkin ada di antaramu yang pada awalnya, setelah mengucapkan kata-kata jujur dan membuka diri, akan merasa: 'Itu membuatku malu, wajahku merah padam, rasanya sangat memalukan!' Ketika engkau bertemu orang lain, pikirmu, 'Orang lain mengetahui hal-hal rahasia yang kulakukan dan kebohongan yang kuucapkan untuk memperdaya mereka. Betapa memalukan hal ini! Dahulu kupikir aku baik-baik saja, dan aku membuat orang memiliki kesan yang baik tentang diriku─tetapi sekarang setelah aku menganalisis dan menyingkapkan diriku, tak seorang pun yang menganggapku baik. Apa yang harus kulakukan?' Engkau harus berdoa tentang hal ini di hadapan Tuhan, katakanlah: 'Tuhan, aku ingin jujur. Hari ini aku akan menerapkan kejujuran. Kumohon kepada-Mu agar membiarkanku masuk lebih dalam, kumohon kepada-Mu agar mengizinkanku mengesampingkan harga diriku, dan mengizinkanku untuk tidak diatur dan dibatasi oleh motivasi yang curang ini. Aku ingin hidup dalam terang, aku tidak ingin hidup di bawah wilayah kekuasaan Iblis dan dibatasi oleh Iblis, aku tidak ingin dikekang, dikendalikan, dibatasi oleh watak rusak Iblis, atau bahkan dirugikan olehnya.' Ketika engkau berdoa dengan cara ini, akan ada lebih banyak kecerahan dalam hatimu, dan engkau akan berkata kepada dirimu: 'Sungguh baik menerapkan hal ini. Hari ini aku telah menerapkan kebenaran. Aku merasa, baru sekaranglah aku hidup sebagai manusia sejati.' Saat engkau berdoa seperti ini, bukankah Tuhan telah mencerahkanmu? Tuhan telah mulai bekerja di dalam hatimu, Dia telah menjamahmu, memungkinkanmu menghargai bagaimana rasanya menjadi manusia sejati. Beginilah cara kebenaran itu harus diterapkan. Pada awalnya engkau tidak memiliki jalan, tetapi dengan mencari kebenaran engkau menemukan jalannya. Ketika orang mulai mencari kebenaran, mereka belum tentu memiliki keyakinan. Tidak memiliki jalan itu sulit bagi orang-orang, tetapi begitu mereka memahami kebenaran dan memiliki jalan penerapan, hati mereka menemukan kegembiraan. Jika mereka mampu menerapkan kebenaran dan bertindak sesuai prinsip, hati mereka akan menemukan penghiburan, dan mereka akan memperoleh kelepasan dan kebebasan" ("Pengamalan Paling Mendasar untuk Menjadi Orang Jujur" dalam "Pembicaraan Kristus Akhir Zaman").

Dalam firman Tuhan, kutemukan prinsip penerapan untuk menangani kebohongan dan tipu daya. Pertama-tama dan terpenting kita harus melepaskan kepentingan pribadi. Aspek penerapan ini sangat penting. Tujuan di balik kebohongan adalah melindungi kepentinganmu sendiri dan mencapai tujuanmu, dan saat orang mengejar tujuan ini, mereka akan berbohong dan menggunakan trik dan taktik. Jadi, sangatlah penting untuk melepaskan kepentingan pribadi, yang akan memudahkan kita menyelesaikan sikap licik. Juga, penting untuk sering merenungkan diri, membiarkan Tuhan memeriksa setiap kata dan tindakan kita. Saat ingin bersikap licik dalam perkataan dan tindakan, kita harus bertanya pada diri sendiri apa yang ingin kita capai dengan perkataan dan tindakan kita, dan jika kita sadar bahwa niat licik atau watak jahat kita telah tersingkap, kita harus segera datang ke hadapan Tuhan untuk berdoa dan berbalik. Kita harus secara sadar berlatih menjadi orang jujur, belajar terbuka kepada saudara-saudari kita, untuk mengungkapkan pemikiran, perspektif, kerusakan, dan kesalahan kita, lalu mencari kebenaran untuk menyelesaikannya. Itulah satu-satunya cara agar watak Iblis yang jahat dan licik dalam diri kita bisa perlahan ditahirkan. Setelah manyadari hal ini, aku menemui pengawasku dan membuka diri kepadanya tentang motifku yang tercela ketika aku berbicara dengannya, lalu minta maaf kepadanya. Dia bukan saja tidak menolakku, dia juga membuka hatinya kepadaku, dan kami menyimpulkan kekurangan dalam tugas kami bersama. Menerapkan dengan cara ini membuatku merasa damai. Aku merasa tidak lagi hidup dalam bayang-bayang. Hidup seperti ini memberiku ketenangan pikiran. Aku tidak sepenuhnya bebas dari watak rusakku yang jahat dan licik, tetapi aku memiliki keyakinan dan kemauan untuk menjadi orang jujur yang menyenangkan Tuhan, dan berfokus untuk bersikap jujur dan menerima pemeriksaan Tuhan dalam setiap hal yang kukatakan dan kulakukan dalam hidupku.

3. Jika Anda bersedia menyerahkan kekhawatiran Anda kepada Tuhan dan mendapatkan bantuan Tuhan, klik tombol untuk bergabung dalam kelompok belajar.

Konten Terkait

Setelah Kebohongan

Oleh Saudari Chen Shi, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Engkau harus tahu bahwa Tuhan menyukai mereka yang jujur. Secara hakikat,...

Cara Memandang Tugasmu

Oleh Saudara Zhong Cheng, TiongkokTuhan Yang Mahakuasa berkata: "Hal paling mendasar yang dituntut dari manusia dalam kepercayaan mereka...